Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN HIPOTIROID

Oleh Kelompok 3

NAMA : A.A Gede Weda Pratama (193213005)


Dewa Nyoman Agus Suarbawa ( 193213010)
I Komang Febiana ( 193213016)
I Komang Minggi Segara Taji ( 193213017)
Kadek Ayu Rani Ariasih (193213019)
Ni Gusti Ayu Indah Adsari (193213022)
Ni Kadek Winda Pramana Putri(193213026)
Ni Luh Putu Satyaning Natha Dewi (193213033)
Ni Luh Widiningsih (193213034)
Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
Ni Putu Indah Ulandari (193213041)
Ni Putu Rahayu Kurnianingsih (193213042)
Ni Putu Yulia Ari Santini (193213043)
Putri Sukma Maha Dewi (193213047)

PROGAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA BALI


DENPASAR
2020/2021
KONSEP TEORI

2.1. Definisi Hipotiroidisme


Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini
terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai optimal. (Smeltzer, 2002)
Hipotiroidisme merujuk pada kondisi yang dikarakteristikkan oleh tak
disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua
fungsi tubuh dan mental secara umum. (Engram, 1999)

2.2. Klasifikasi Hipotiroidisme (Smeltzer, 2002)


Ada beberapa pembagian dari hipotirodisme:
a. Hipotiroidime primer (tiroidal)
Hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu
sendiri. Lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini.
b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)
Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau
keduanya.
c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)
Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak
adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH.
d. Kretinisme
Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga
menderita difisiensi tiroid.
e. Miksedema
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial
lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang sudah berlangsung
lama dan bera,
2.3. Etiologi Hipotiroidisme (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011)
1. Hipotiroidisme pada dewasa
a. Produksi hormone tiroid yang tidak adekuat, biasanya sesudah tiroidektomi atau
terapi radiasi (terutama dengan preparat I131) atau akibat inflamasi, tiroiditis
autoimun yang kronis (penyakit Hashimoto) atau keadaan seperti amyloidosis
serta sarkoidosis (jarang).
b. Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus memproduksi
TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), kelainan bawaan sintetis hormone tiroid,
defisiensi yodium (biasanya dari makanan), atau pemakaian obat-obat antitiroid,
seperti propiltiourasil.
2. Hipotiroidisme pada anak
a. Perkembangan embrionik mengalami defek (penyebab paling sering) sehingga
timbul kelainan konginital, yakni kelenjar tiroid tidak terdapat atau tidak
berkembang (kretinisme pada bayi)
b. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin (penyebab paling
sering berikiutnya).
c. Obat-obat anti tiroid yang digunakan selama kehamilan dan menyebabkan
kretinisme pada bayi (penyebab yang jarang dijumpai).
d. Tiroiditis autoimun yang kronik (kretinisme trjadi sesudah usia 2 tahun)
e. Defisiensi yodum selama kehamilan

2.4. Manifestasi Klinis Hipotiroidisme (Corwin, 2009)


1. Kelambanan berfikir lambat, dan gerakan yang canggung dan lambat.
2. Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung.
3. Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
4. Intoleransi terhadap suhu dingin.
5. Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
dan absorpsi zat gizi yang melewati usus.
6. Konstipasi.
7. Perubahan fungsi reproduksi.
8. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan
rapuh.

2.5. Patofisiologi Hipotiroidisme (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011)


Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis, atau
kelenjar tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan balik
negative yang sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan hipofisis jarang
menyebabkan hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang merupakan gangguan
kelenjar tiroid itu sendiri paling sering ditemukan.
Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis, terjadi ketika
autoantibodi menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis autoimun kronis yang
disertai penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis Hashimoto. Penyebab proses
autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas memainkan peranan dan subtype antigen
leukosit manusia yang spesifik dikaitkan dengan resiko yang lebih besar.
Di luar kelenjar tiroid, antibody dapat mengurangi efek hormone tiroid melalui
dua cara. Pertama, antibody dapat menyekat reseptor TSH (Thyroid-Stimulating
Hormone) dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibody antitiroid yang sitotoksik
dapat menyerang sel-sel tiroid.
Tiroiditis sub akut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pascapartum
merupakan keadaan yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode
hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis yang tidak diobati pada dewasa kemungkinan
akan menjadi nyata dengan insiden sebesar 5% hingga 20% per tahun.
Tiroiditis limfosis kronis Proses penuaan Terapi codium Tyroidektomi Obat - obat antitiroid
radioaktif
Antibodi autoimun beredar Penurunan fungsi Pengangkatan Menekan kerja
dalam sirkulasi darah fisiologis tubuh Ablasi kelenjar tiroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid
Antibodi menyerang
antigenya Atropi kelenjar tiroid Atropi kelenjar tyroid Produksi hormon
sendiri tyroid menurun
Jumlah sel kelenjar
T3 dan T4 tiroid menurun
dihancurkan
Produksi hormon
Destruksi kelenjar tiroid tiroid menurun

HIPOTIROIDISME

Defisiensi yodium Penumpukan Kadar kolesterol Kadar tiroksin Sekresi GH


Tiroksin dan
mukopolisakardia meningkat menurun menurun
triyodotironin
Menghambat
sintesis tiroksin Akumulasi Pengendapan di Hipofise anterior Defesiensi GH
Serum menurun
mukopolisakarida pembuluh darah terangsang
Penurunan dalam jaringan Dwarfisme/ kerdil
kadar tiroksin subkutan meningkat BMR menurun
Terjadi pengapuran Mengganggu
pembuluh darah termoregulasi
Peningkatan Miksedema Suplai energi yang ada MK:
pelepasan TSH Aterosklerosis berkurang dihipotalamus - Perubahan
Pembesaran MK: pertumbuhan
Cepat lelah, Toleransi terhadap
kelenjar tiroid Gangguan MK: dan perkembangan
letih dingin menurun
integritas kulit - Gangguan perfusi - Gangguan harga diri
Kompresi mekanik, gejala jaringan Kedinginan, menggigil
- gejala obstruksi Sekresi H.
MK: Gonadotrapim
- Intoleransi menurun
aktivitas MK:
MK: Penyakit jantung koroner - Keletihan - Perubahan suhu tubuh Hipogonadisme
Gangguan rasa
nyaman Nyeri
MK: Penurunan libido,
Penurunan curah jantung menorhagia,amenore

MK:
- Perubahan pola seksual
2.6. Penatalaksanaan Hipotiroidisme (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011)
Penanganan meliputi:
1. Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik T4 dan
kadang-kadang dengan T3.
2. Pembedahan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar tiroid.

2.7. Penatalaksanaan Keperawatan Hipotiroidisme (Smeltzer, 2002)


1. Modifikasi Aktivitas
Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan letargi
sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat imobilitas akan
meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan latihan dan berperan dalam
berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status kardiovaskuler
dan pulmoner yang terjadi akibat hipotiroidisme.
2. Pemantauan yang berkelanjutan
Pemantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama
penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi: kemunduran status fisik
serta mental, tanda-tanda serta gejala yang menunjukan peningkatan laju metabilik
akibat terapi yang melampaui kemapuan reaksi sistem kardiovaskuler dan
pernafasan, dan ketarbatasan atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan.
3. Pengaturan suhu
Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoeransi yang
ekstrim terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan nersuhu nyaman
atau panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan pasien harus dilindungi
terhadap hembusan angin. Jika pasien ingin menggunakan bantal pemanas atau
selimut listrik untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dan gejala menggigil
tersebut, perawat harus menjelaskan bahwa penggunaan alat ini harus dihindari
karena beresiko menyebabkan vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang
lebih lanjut dan kolabs vaskuler.
4. Dukungan emosional
Setelah kondisi hopotiroidisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah
berkurang, pasien dapat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat dari
progresifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan keluarganya harus
diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenalinya
sering terjadi dan merupakan bagian dari kelainan itu sendiri. Pasien dan
keluarganya mungkin memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi
masalah dan reaksi emosional yang muncul.
5. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter
meskipun gejala sudah membaik. Intruksi tentang diet diberikan untuk
menigkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk
menpercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat pelambatan proses mental
pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus diberitahu dan dijelasakan
tentang tujuan terapi, progra pengobatan serta efek samping yang harus dilaporkan
kepada dokter. Selain itu, semua instruksi dan pedonan ini harus disamapaikan
pula secar tetulis kepada pasien, keluarga, dan perawat kunjungan rumah.

2.8. Komplikasi Hipotiroidisme (Corwin, 2009)


1. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma.
2. Kematian dapat terjadi tanpa penggatian TH dan stabilisasi gejala.
3. Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencakup penggantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osreoporosis, dan fibrilasi atrium.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI (HIPOTIROID)
DI RUMAH SAKIT B
TANGGAl 9 Maret 2021
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 42 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Marital : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Denpasar
Tanggal Masuk : 08 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 09 Maret2021
No. Register : 224323
Diagnosa Medis : Hipotiroid
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Umur : 45 Tahun
Hub. Dengan Klien : Suami Pasien
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Denpasar
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama

- MRS : Pasien mengatkan lemah


- Saat pengkajian : Pasien mengatakan lemah, Pasien mengatakan merasa Lelah
dan nafsu makan menurun
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke rs pukul 08.00 diantarkan oleh keluarganya. Pasien dirawat


diruangan penyakit dalam dengan keluhan kelemahan. Pasien juga mengatakan
mengalami kelelahan, nafsu makan menurun, badannya pusing dan mual. Keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien sudha pernah di rawat karena hipotiroid. Biasanya
pasien pergi ke dokter untuk melakukan pengobatan. Pasien tidak memiliki riwayat
minum alcohol(-), kopi (-). Asupan makan pasien berkurang saat sakit yaitu hanya 1/3
porso dari yang disediakan. Dari hasil pemeriksaan dididapatkan : TTV : 100/70
mmhg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 36.5 C°, RR : 20x/menit

Riwayat Kesehatan Dahulu

1. Penyakit yang pernah dialami


Keluarga pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipotiroid
2. Pernah dirawat
Keluarga asien mengatakan sudah pernah dirawat sebelumnya.
3. Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergiobatataupunmakanan
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan tidakpernah mengonsumsi alkohol dan kopi.
Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat efusi pleura selain pasien

Genogram :

45th 42
th
Keterangan:
Laki-laki sudah meninggal :
Perempuan sudah meninggal:

Laki-laki masih hidup :

Perempuan masih hidup :


Pasien :

Riwayat Sosiokultural
Tidak terkaji
3. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sakit yang dialami pasien termasuk penyakit medis
- Pola manajemen kesehatan
Pasien mengatakan apabila beliu sakit,langsung dibawa ke pelayanan
kesehatan,dokter atau rumah sakit terdekat
b. Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran dan setiap kali makan
pasien hanya makan sedikit
- Saat pengkajian :
Pasien mengatakan setelah sakit pasien dapat menghabiskan makanan hanya habis
1/3 dari porsi yang disediakan
c. Pola Eleminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasannya BAB 2kali sehari dengan
konsitensi feses lembek,berbentuk,warna kekuningan dan bau khas feses
 Saat sakit :
Pasien BAB dengan normal setiap hari namun harus dibantu karena kondisi
pasien sangat lemah.
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAK sebanyak 5-6 kali sehari dengan warna kekuningan
dan bau khas urine.
 Saat sakit :
Pasien tidak ada keluhan mengenai BAK namun harus dibantu karena
kondisinya sangat lemah. Dengan warna kekuningan dan bau obat
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan diri 0 1 2 3 4
Makan dan 
minum
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat menjalankan perannya sebagai
kepala rumah tangga,suami,dan ayah dari kedua anak laki-lakinya
 Saatsakit : Pasien mengatakan kesulitan beraktivitas karena lemah.
e. Pola koqnitif dan Persepsi
Pasien tidak mengalami permasalahan pada penglihatan, pendengaran dan
penciuman.

f. Pola Persepsi-Konsep diri


Pasien mengatakan merasa khawatir akan kondisinya.

g. Pola Tidur dan Istirahat


- Sebelumsakit : Pasienmengatakanpolatidur normal.
- Saatsakit: Selamasakitpasientidakmengalamigangguantidur yang berlebihan.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengalami gangguan hubungan dengan keluarga dan orang-orang terdekat
pasien
i. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien sudah tidak melakukan hubungan seksual karena merasa fisiknya sudah tidak
mampu lagi.

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan bahwa ia terbuka dengan keluarga jika ada masalah dan tidak
akan menyimpan stressnya sendiri.

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa ia beragama hindu dan selalu sembahyang setiap hari,
namun semenjak sakit pasien selalu berdoa dari atas tempat

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran: Composmetis
b. Tanda Vital
Nadi = 90 X/ Menit
Suhu = 36,50C.
TD= 100/70 mmHg
RR = 20 X/ Menit
c. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut rontok
d. Mata
Fungsi penglihatan normal tidak terdapat gangguan, sklera normal berwarna putih,
konjungtiva tidak anemis.
e. Hidung
Lubang hidung simetris antara kanan dan kiri, pasien mengalami sesak nafas.
f. Telinga
Bentuk telinga simetris, kebersihan telinga cukup baik, tidak terdapat masalah
pendengaran
g. Mulut
Keadaan bibir, gusi dan gigi baik, tidak terdapat stomatitis, bentuk bibir simetris.
h. Leher
Gerak leher normal, benjolan pada leher
i. Dada dan Punggung
Bentuk dada dan punggung simetris, vokal fremitus dada kanan dan kiri sama, suara
jantung pekak, bagian dada efusi perikardial
j. Abdomen
Bentuk simteris, distensi abdomen
k. Integumen
Kulit pucat dan juga kering
l. Ekstremitas
Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan
m. Genetalia
-
n. Anus
Tidak terkaji
5. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :
Tidak terkaji
6. DATA TAMBAHAN
Tidak terkaji
B. ANALISA DATA
5) ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Kondisi fisiologis ( mis.
- Pasien mengatakan Penyakit kronis, penyakit
merasa kelelahan terminal, anemia, malnutrisi,
DO: kehamilan)
- Pasien terlihat pucat Keletihan berhubungan
- Terdapat skela anemis dengan Kondisi fisiologis
- Pasien terlihat lemas ( mis. Penyakit kronis,
Mengeluh Lelah penyakit terminal, anemia,
malnutrisi, kehamilan) ditandai
dengan mengelih lelah

Keletihan

DS: Ketidakmampuan menelan


- Pasien mengatakan makanan
pusing dan mual
- Pasien mengatakan
kebiasaan makannya Berat badan menurun minimal
sedikit sedikit setiap 10% dibawah tentang ideal
makan
DO:
Defisit nutrisi berhubungan
- Berat badan pasien
dengan Ketidakmampuan
menelan makanan ditandai
menurut
dengan Berat badan menurun
- Berat badan sebelum Defisit Nutrisi minimal 10% dibawah tentang
sakit = 51 kg ideal
- Berat badan setelah
sakit = 45,9 kg
- Pasien hanya mampu
menghabiskan
makanannya sebanyak
1/3 dari porsi yang
diberikan rumah sakit
- nafsu makan pasien
nampak menurun
- Mukosa bibir pasien
nampak kering
- Pasien nampak lemah
DS: Perubahan status nutrisi Gangguan integritas
(kelebihan atau kulit/jaringan berhubungan
- Pasien mengatakan
kekurangan) dengan Perubahan status
kulitnya gatal-gatal
nutrisi (kelebihan atau
DO:
kekurangan) ditandai
- Pasien terdapat dengan Terdapat bintik-bintik
hiperpigmentasi pada Terdapat bintik-bintik berwarna hitam pada kulit
kulit berwarna hitam pada kulit
- Pasien terdapat bintik-
bintik berwarna hitam
pada kulit
Gangguan integritas
kulit/jaringan

A. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas

N TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TTD


O DITEMUKAN TERATASI
1 Selasa, 09 Maret Keletihan berhubungan dengan Kamis/ 11
Kondisi fisiologis ( mis. Penyakit
2021 kronis, penyakit terminal, anemia, Maret 2021
08.00 wita malnutrisi, kehamilan) ditandai dengan
mengelih lelah

2 Selasa, 09 Maret Defisit nutrisi berhubungan dengan Kamis/ 11


Ketidakmampuan menelan makanan
2021 ditandai dengan Berat badan menurun Maret 2021
08.00 wita minimal 10% dibawah tentang ideal

3 Selasa, 09 Maret Gangguan integritas kulit/jaringan Kamis/ 11


berhubungan dengan Perubahan
2021 Maret 2021
status nutrisi (kelebihan atau
08.00 wita kekurangan) ditandai dengan
Terdapat bintik-bintik berwarna hitam
pada kulit
Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Perawatan Ttd


Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil
1
1 Setelah dilakukan 1. Anjurkan berbaring 1. Dapat
tindakan selama 2x 24 menghilangkan
2. Berikan reinforcement positif
jam diharapkan keletihan keletihan
selama melakukan latihan
dapat teratasi dengan 2. Dapat memotivasi
Rabu, dengan benar
kriteria hasil : pasien dan memberi
10
3. Kolaborasi rehabilitasi medic dukungan agar lebh
Maret 1.Nafsu makan
untuk mengukur kekuatan bersemangat
2021 meningkat
kontraksi otot 3. Dapat mengukur
2. Kemampuan
kekuatan otot
melakukan aktivitas
kembali normal

3. Lelah berkurang
Rabu, 2 Setelah dilakukan 1. Anjurkan keluarga 1. Agar nutrisi
10 tindakan selama 2x 24 pasien untuk memberikan pasien terpenuhi
Maret jam diharapakan makanan sedikit tapi sering 2. Suhu terlalu
2021 diharapakan kebutuhan 2. Hindari makanan yang ekstrim dapat
nutrisi terpenuhi dengan terlalu pedas mencetuskan
kriteria hasil: 3. Berikan edukasi kepada rasa nyeri pada
keluarga pasien tentang ulu hati
1. Nafsu makan
pentingnya nutrisi 3. Membantu
bertambah
dalam
2. Kemampuan
pemenuhan
merasakan
kebutuhan nutrisi
makanan
pasien
3. Kemampuan
menikmati
makanan
1. Identifikasi penyebab 1.Dapat mengetahui
gangguan integritas kulit penyebab terjadinya
Rabu, 3. Setelah dilakukan 2. Ubah posisi tiap 2 jam gangguan integritas kulit
10 tindakan selama 2x24
3. Anjurkan meningkatkan 2. Dapat menurunkan
Maret jam diharapkan
asupan buah dan sayur resiko terjadinya
2021 integritas kulit dan
iskemia jaringan
jaringan teratasi
dengan kriteria hasil : 3. Dapat meningkatkan
minat dan niat dalam
1. Kerusakan jaringan
mengkonsumsi buah dan
teratasi
sayur
2. Kerusakan lapisan
1
kulit teratasi

3. Hiperpigmentasi
kembali normal

Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
Tgl/Jam No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses

Kamis/11 1 1. Menganjurkan berbaring DS : Pasien mengatakan


Maret 2021 nyaman
DO : Pasien tampak
09.00 Wita kooperatif
12.00 Wita 1. Memberikan reinforcement
16.00 Wita positif selama melakukan DS : Pasien mengatakan

latihan dengan benar merasa senang


DO : Pasien tampak

2. Berkolaborasi rehabilitasi mengikuti arahan perawat


medic untuk mengukur
kekuatan kontraksi otot DS : Pasien mengatakan lebih
tenang
DO : Pasien tampak
kooperatif
Kamis/ 11 2 1. Menganjurkan keluarga
Maret 2021 pasien untuk memberikan DS : Keluarga pasien
makanan sedikit tapi sering mengatakan bahwa pasien
10.00 Wita sudah mau makan sedikit tapii
12.00 Wita sering
16.00 Wita DO : Pasien tampak lebih
2. Menghindari makanan
sehat dari sebelumnya
yang terlalu pedas

DS : Pasien mengatakan
sudah menghindari makanan
yang terlalu pedas
DO : Pasien tampak lebih
3. Memberikan edukasi
sehat dari sebelumnya
kepada keluarga pasien
tentang pentingnya nutrisi DS : Keluarga pasien
mengatakan mengerti dengan
informasi yang diberikan
DO : Keluarga pasien
mendengarkan dengan bai
kapa yang diinformasikan

1. Mengidentifikasi penyebab
3 gangguan integritas kulit
DS : Pasien mengatakan
trdapat bintik-bintik pada
kulitnya
DO : Tampak bintik hitam
pada kulit pasien
Kamis/ 11 1. Mengubah posisi tiap 2 jam

Maret 2021 DS : Pasien mengatakan


nyaman setelah diberikan
10.00 Wita posisi
12.00 Wita 3. Menganjurkan meningkatkan DO : Pasien tampak
16. Wita asupan buah dan sayur kooperatif

DS : Pasien mengatakan
sudah bias makan sayur
DO : Pasien tampak makan
buah dan sayur yang
diberikan
Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam
1 Kamis/ 11 Maret 1 S : Pasien mengatakan tidak merasa letih
2021 saat melakukan aktivitas
10.00 WITA O : Pasien tmpak sudah sehat
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
2 Kamis/ 11 Maret 2 S : Pasien mengatakan nafsu makan
2021 bertambah
10.00 WITA O : Porsi makan dihabiskan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
3 Kamis/ 11 Maret 3 S : Pasien mengatakan bintik hitam pada
2021 kulit pasien hilang
10.00 WITA O : Kulit pasien tampak tidak ada bintik
hitam
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi

Anda mungkin juga menyukai