Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER DASAR

“EDUKASI DALAM KEPERAWATAN KOMPLEMENTER”

Oleh :

Nama Kelompok 3 :

1. A.A Istri Revaliana Pradnyandari (193213006)


2. Dewa Ayu Made Febriari (193213009)
3. Dewa Nyoman Agus Suarbawa (193213010)
4. I Gede Jaya Suputra (193213013)
5. I Gusti Ayu Made Indri Amanda (193213014)
6. I pande Nyoman widyawati (193213018)
7. Ni Komang Bunga Triska Yuniari (193213027)
8. Ni Kadek Devi Arianthi (193213028)
9. Ni Putu Indah Ulandari (193213041)
10. Ni Putu Rahayu Kurnianingsih (193213042)
11. Ni Putu Yulia Ari Santini (193213043)
12. Rai Angga Putra Gunawan (193213051)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
“Edukasi Dalam Keperawatan Komplementer” bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen, selaku Pembina mata kuliah
Keperawatan Komplenter Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 9 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ............................................................................................................... 1


1.2.Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3.Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

2.1. Definisi Edukasi Dalam Keperawatan Komplementer ................................................. 2

2.2. Tujuan Edukasi Dalam Keperawatan Komplementer................................................... 2

2.3. Manfaat Edukasi Dalam Keperawatan Komplementer................................................. 4

2.4. Metode dan Media Edukasi Dalam Keperawatan Komplementer ................................ 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

3.1. Simpulan ..................................................................................................................... 12

3.2. Saran ........................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui
teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi
nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction).
Pelaksanaan edukasi dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan
langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan
diagnosa keperawatan, perencanaan edukasi, implementasi edukasi, evaluasi edukasi,
dan dokumentasi edukasi (Suliha, 2002).
Edukasi dalam keperawatan komplementer untuk mengubah pemahaman individu,
kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai
sesuatu yang bernilai, mandiri, dalam mencapai tujuan hidup sehat. Dengan begitu
masyarakat dapat menjalani gaya hidup sehat serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan kesehatan

1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan edukasi keperawatan komplementer ?
2. Apakah tujuan edukasi keperawatan komplementer?
3. Apakah manfaat edukasi keperawatan komplementer?
4. Bagaimanakah metode dan media edukasi keperawatan komplementer ?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian edukasi keperawatan komplementer.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan edukasi keperawatanh komplementer.
3. Untuk mengetahui dan memahami manfaat edukasi keperawatan komplementer.
4. Untuk mengetahui dan memahami metode dan media edukasi keperawatan
komplementer.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Edukasi Dalam Keperawatan Komplementer

Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik


praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata,
dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif
memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam Suliha,
2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang
lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku
hidup sehat (Setiawati, 2008).

Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu proses perubahan perilaku
secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri
dalam mencapai tujuan hidup sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu
tentang nilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri
menjadi mandiri (Suliha, 2002). Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk
intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.

Pelaksanaan edukasi dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan


langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan
diagnosa keperawatan, perencanaan edukasi, implementasi edukasi, evaluasi edukasi, dan
dokumentasi edukasi (Suliha, 2002).

Edukasi dalam terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan


penyakit ataupun rehabilitasi. Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat
pencegahan primer, sekunder tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun
kelompok. Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, coordinator dan sebagai advokat.

2.2. Tujuan Edukasi Keperawatan Komplementer

Menurut Notoatmodjo (1997) tujuan edukasi adalah:

2
a) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
b) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai
sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi
baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam
menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat
sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat
dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

Tujuan edukasi di atas pada dasarnya dapat disimpulkan untuk mengubah pemahaman
individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan
sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri, dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Suliha,
2002). Dalam keperawatan, tujuan edukasi adalah untuk meningkatkan status kesehatan,
mencegah timbulnya penyakit dan bertambahnya masalah kesehatan, mempertahankan
derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit,
serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan (Suliha, 2002).

3
Tujuan edukasi dalam keperawatan komplementer sendiri yaitu untuk membantu klien
dalam mencapai suatu derajat kesehatan yang berkualitas bagi kehidupan klien, klien
dapat mengetahui dan mengerti terkait terapi komplementer yang dapat menjadi sarana
pendukung pengobatan konvensional. Strategi utama upaya pemberian edukasi dengan
dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mencegah komplikasi
terulang memelihara stabilitas kesehatan. Selain itu pemberian edukasi keperawatan
komplemeter juga bertujuan untuk membantu menjelaskan cara pengobatan alternative
yang mampu memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan
dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit,
karena tubuh sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik
lengkap serta perawatan yang tepat.

2.3. Manfaat Edukasi Keperawatan Komplementer

Manfaat yang dirasakan dengan dilakukannya edukasi komplementer adalah secara


tidak langsung dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh tanpa
menghabiskan banyak biaya. Selain itu edukasi yang dilakukan seperti mengajarkan
masyarakat maupun individu dalam pengobatan komplementer dapat menjadi alternative
sehingga dapat dilakukan dimana saja dan didukung dengan kebijakan public yang
berwawasan kesehatan. Manfaat edukasi keperawatan komplementer juga merupakan
bentuk atau cara terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh untuk
meningkatkan sebuah keharmonisan individu dalam mengintegrasikan pikiran, badan,
dan jiwa dalam kesatuan, sehingga masyarakat atau indidu mengerti dan memahami serta
dapat mengaplikasikan terapi komplementer dengan orang yang ahli di bidangnya untuk
menjadi pengobatan pendukung selain pengobatan konvensional.

2.4. Metode dan Media Keperawatan Komplementer

A. Metode Keperawatan Komplementer

Menurut Notoatmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai,


penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan


Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku
baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau

4
inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan
atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :
a) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif.
b) Wawancara
Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara petugas dengan klien untuk mengggali informasi mengapa tidak atau
belum menerima perubahan,untuk mempengaruhi apakah prilaku yang sudah
atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang mendalam lagi.
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian
promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis
tergantung besarnya kelompok, yaitu :
a. Kelompok besar
Apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini antara lain:
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
➢ Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai
materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri dengan :
a) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik
lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
b) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah
singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya.
➢ Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat

5
menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap
ragu-ragu dan gelisah.
b) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
c) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
d) Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
e) Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli
atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode-metode yang cocok
adalah:
1) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat.
Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf
yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan
untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan- pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan
dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin
kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga
semua orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan
dominasi dari salah seorang peserta.

6
2) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya
sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya
pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta
memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan
pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua
anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan
akhirnya terjadilah diskusi.
3) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang
5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group)
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok
lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.
Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari
kesimpulannya.
5) Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan
anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
6) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

7
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti
bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain
beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai nama sumber.
3. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga
pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat ditangkap oleh massa.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan
perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap
perubahan perilaku adalah wajar.Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini
tidak langsung.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini,
antara lain :
a) Ceramah umum (public speaking)
b) Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa.
c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
e) Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya
adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke
Posyandu".

B. Media Edukasi Keperawatan Komplementer


Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012) :

8
a. Berdasarkan stimulasi indra
1) Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra
penglihatan.
Menurut penelitian ahli indra, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke
dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75-87% pengetahuan manusia
diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan 13-25% lainnya tersalurkan melalui
indra lain. Di sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah
cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi
indra pendengar pada waktu penyampaian bahan pendidikan/pengajaran
3) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)
b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
1) Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan sebagainya
yang memerlukan listrik dan proyektor
2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan – bahan setempat.
c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan
1. Media Cetak
a. Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran
yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat
menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan
mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis,
berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran,
sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang
mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki
serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran Sementara itu ada beberapa
kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu,
tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran
tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik.
(Lucie, 2005).
b. Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat

9
bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan
harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.
Menurut Kemm dan Close dalam Aini (2010) booklet memiliki beberapa
kelebihan yaitu:
1) Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku.
2) Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan poster.
Menurut Ewles dalam Aini (2010), media booklet memiliki keunggulan
sebagai berikut :
1) Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.
2) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.
3) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
4) Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan.
5) Mengurangi kebutuhan mencatat.
6) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.
7) Awet
8) Daya tampung lebih luas
9) Dapat diarahkan pada segmen tertentu
Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah :
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2) Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
3) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan yang diterima
kepada orang lain.
5) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
6) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
7) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan
akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
8) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
c. Flyer (selembaran)
d. Flip chart (lembar balik)
e. Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di
mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat
sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar. Keunggulan

10
menggunakan media ini antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun
digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit. Sedangkan
kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar,
mudah robek dan tercabik. (Lucie, 2005).
f. Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto
2. Media Elektronik
a. Video dan film strip
Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan
realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran,
dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang
jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak
memerlukan ruangan yang gelap. Sementara kelemahan media ini yaitu
memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu
adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli
profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi,
serta membutuhkan banyak biaya. (Lucie, 2005)
b. Slide
Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita
walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan
pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah
digunakan. Sedangkan kelemahannya memerlukan sambungan listrik,
peralatannya beresiko mudah rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih
gelap. (Lucie, 2005). Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai
realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar,
dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah
digunakan. Sedangkan kelemahannya memerlukan sambungan listrik,
peralatannya beresiko mudah rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih
gelap. (Lucie, 2005)
c. Media Papan

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Edukasi atau pendidikan merupakan proses pemberian informasi yang bertujuan untuk
merubah perilaku individu, kelompok, atau masyarakat dalam memelihara perilaku sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Perawat
professional ataupun tim kesehatan lainnya harus dapat memberikan edukasi kesehatan
dimanapun dan dengan teknik komunikasi baik sehingga tujuan dari edukasi itu sendiri
tercapai dan terlaksana. Edukasi dalam keperawatan komplementer sendiri brtujuan untuk
mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar
menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri, dalam mencapai tujuan
hidup sehat.

3.2. Saran

Perawat professional ataupun tim kesehatan lainnya harus dapat memberikan edukasi
kesehatan dimanapun dan dengan teknik komunikasi baik sehingga tujuan dari edukasi itu
sendiri tercapai dan terlaksana.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alianto, Sheny. 2014. Pengobatan Tradisional Cina. Tersedia pada


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369024-MK-Sheny%20Alianto.pdf.
Diakses tanggal 9 Oktober 2021 pukul 18.00

Deva. 2017. Komplementer. Tersedia pada https://id.scribd.com/document. Diakses


pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul 17.50
Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Suliha.
2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Utami, Rifa. 2015. Media Pendidikan Kesehatan. Tersedia pada


https://www.academia.edu/7286517/MEDIA_PENDIDIKAN_KESEH
ATAN. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2021.

13

Anda mungkin juga menyukai