Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PERUBAHAN PERILAKU

MATA KULIAH PROMOSI KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU :
Tut Wuri Prihatin, S.Kep, M.Kep
DISUSUN OLEH :
1. Evlin Nurul Aeni (1901009)
2. Ismi Husnussaniyah (1901013)
3. Rika Nirmalasari (1901020)
4. Vina Nur Fajriyah (1901025)
5. Wahyu hendra pratama (1901026)
6. Atin nor solekha (1901027)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA
SEMARANG
2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera untuk kita semua, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih atas uluran tangan dan bantuan dari pihak yang telah bersedia berkontribusi
bersama dengan memberikan anggapan maupun materi. Makalah yang berjudul “PENDIDIKAN
KESEHATAN DAN PERUBAHAN PERILAKU” disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah promosi kesehatan oleh Ibu Wuri

Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Sehingga kedepannya sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatan
makalah sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi. Meski
telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai manusia biasa sangat
menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.
Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Semarang, 2 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A.Latar Belakang.........................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah....................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan....................................................................................5
B. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan...................................................................................8
C. Metode Pendidikan Kesehatan................................................................................................9
D.Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan.......................................................................13
E.Domain Perilaku Kesehatan...................................................................................................16
F. Perubahan-perubahan Perilaku..............................................................................................20
G.Bentuk Perilaku......................................................................................................................23
BAB III..........................................................................................................................................25
PENUTUP.....................................................................................................................................25
A. Kesimpulan...........................................................................................................................25
B. Saran......................................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN
 

A.Latar Belakang
  Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani yaitu
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni:
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha
Pengorganisasian masyarakat“ untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular.
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup
yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha 
Pengorganisasian masyarakat.
Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari
hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan
sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu 
adanya pendidikan kesehatan agar kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dan
dilaksanakan oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis ingin membahasnya dalam makalah ini
dengan judul “PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN”

4
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan penulis buat adalah sebagai berikut:.
1. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan kesehatan? 
2. Bagaimana ruang lingkup pendidikan kesehatan?
3. Apa saja metode dalam pendidikan kesehatan?
4. Apa saja alat bantu dan media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan?
5. Bagaimana domain perilaku kesehatan?
6. Bagaimana perubahan-perubahan perilaku kesehatan?
7. Apa saja bentuk-bentuk perilaku kesehatan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan yang lain. Tetapi ini
tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam program-program pelayanan kesehatan kurang
melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun sudah melibatkan namun kurang
memberikan bobot. 
Argument mereka adalah karena pendidikan kesehatan tidak segera dan jelas memperlihatkan
hasil. Pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat, dan yang
mudah dilihat atau diukur. Pendidikan adalah merupakan “Behavioral Investment” jangka
panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah
(intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.

a. Peranan Pendidikan Kesehatan


Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada
H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap

5
status kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan
keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3 faktor
pokok yakni :
1. Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
2. Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
3. Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan
adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau
masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah
suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai
dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan

b. Konsep Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang
kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan.
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi
proses 
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang 
pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia
sebagai makhluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa,
lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang
individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Kegiatan belajar
itu mempunyai ciri-ciri :
1) Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu, kelompok atau
masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial
2) Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru
yang 

6
berlaku untuk waktu yang relative lama
3) Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan
Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar 
pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi
tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan
lain sebagainya.
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok
atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku)nya/mereka untuk mencapai
kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-batasan konsep pendidikan kesehatan yang sering
dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain sebagainya.

c. Proses Pendidikan Kesehatan


Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar terdapat tiga persoalan
pokok, yakni :
1. Persoalan masukan (input)
Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar
(sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri
dengan berbagai latar belakangnya.
2. Persoalan proses
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
(prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal
balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitato
r) metode danteknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni : Faktor
materi (bahan mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek belajar. Faktor instrumental ini
terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan 
perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya

7
B. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain
1. Dimensi sasaran pendidikan dari dimensi ini dapat di kelompokkan menjadi 3 yakni:
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
2. Dimensi tempat pelaksanaan dapat berlangsung di berbagai tempat, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien
ataukeluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan
yang bersangkutan
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan (five levels of presentation) dari leavel and clark, sebagai
berikut:
a. Promosi kesehatan
Dalam tingkat ini pendidikan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan, dan sebagainya
b. Perlindungan khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama dinegara-negara berkembang. Hal
ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan
terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anaknya masih rendah
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Dikarenakan rendahnya pngetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
dan penyakit,maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam
masyarakat.
d. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacat atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini.

8
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit, seringkali seseorang tidak mau melakukan
latihan-latihan untuk pemulihannya, untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan

C. Metode Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Adanya pesan
tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat
terhadap perubahan perilaku sasaran.
Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan
(input) dan keluaran (output). Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan
 disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
 melakukannya, dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang
optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa
(public).
a) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor at
au seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja
memperoleh mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu 
tersebut menjadi akseptor yang lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi
maka harus didekati perorangan. Dasar digunakannya pendekatan individual ini
disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.Bentuk dari pendekatan ini,
antara lain :
1. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
2. Interview (Wawancara)

9
b)  Metode Pendidikan Kelompok 
1) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :
1. Ceramah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
 Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi
dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri dengan :
 Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi
kalau disusun dalam diagram atau skema.
 Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat,
slide, transparan, soundsystem, dan sebagainya.
 Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut :
 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap
ragu-ragu dan gelisah.
 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
 Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
 Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
2. Seminar 
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat. Metode inihanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas.
2) Kelompok Kecil

10
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
1. Diskusi Kelompok 
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu
sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atausegi empat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik 
yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang
peserta.
2. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan
jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart
atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.
3. Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2
pasang bergabung menjadi 1.Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap- tiap pasang yang sudah beranggotakan 4
 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya
akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4. Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)

11
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain dan masing-
masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari
tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5. Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas,
sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai 
pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana
interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6. Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi
kelompok.Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan
seperti permainan monopoli.Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli
dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau papan
main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagianlagi berperan sebagai nama
sumber.
c) Metode Pendidikan Massa (Public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara
yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan
perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku
adalah wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara
lain :
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk

12
menyampaikan pesan- pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk
pendekatan massa. 
2. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan 
pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo”
ditelevisi pada waktu yang lalu.
4. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
5. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab /konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
6. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu"

D.Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan


1. Alat Bantu (peraga)
a. Pengertian
Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran.
alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu
objek sehingga mempermudah persepsi.
Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus
menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan
dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang
tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih
mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa
bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
b. Faedah Alat Bantu Pendidikan

13
Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
kepada orang lain.
7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik /
pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan
akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Di dalam menerima sesuatu
yang baru,manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.
c. Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga):
1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids) Alat ini berguna di dalam membantu menstimulasi
indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2
bentuk :
 Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.
 Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
1. Dua dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
2. Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2) Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids) Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi
indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran.
 Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3) Alat Bantu Lihat-Dengar seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu
pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).Disamping pembagian
tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatannya
dan penggunaannya.

14
 Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
 Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas
koran, dan sebagainya. Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang
dapat dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
 Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda
yang nyata seperti buah- buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.
 Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart,
poster, leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka
dan sebagainya.
 Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph,
boneka wayang, dansebagainya.
Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :
 Mudah dibuat
 Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
 Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.
 Ditulis (digambar) dengan sederhana.
 Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
d. Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang
akan dicapai alat peraga tersebut.
1) Individu atau kelompok.
2) Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya.
3) Bahasa yang mereka gunakan.
4) Adat-istiadat serta kebiasaan.
5) Minat dan perhatian.
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.Tempat
memasang (menggunakan) alat-alat peraga :

15
a) Didalam keluarga antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu
menolong persalinan,merawat bayi atau menolong orang sakit dan sebagainya.
b) Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-
arisan, pengajaran,dan sebagainya; serta dipasang juga di tempat-tempat umum
yang strategis.
c) Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-
sekolah, dan sebagainya.
Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh :
1. Petugas-petugas puskesmas / kesehatan.
2. Kader kesehatan.
3. Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
4. Pamong desa.
e. Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga
Sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda asli, perlu
ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli memungkinkan atau tidak.
Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka dibuatlah alat peraga dari benda-
benda pengganti

E.Domain Perilaku Kesehatan


Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3
domain (ranah / kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam
tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku
tersebut yang terdiri dari :
a) ranah kognitif (cognitive domain)
b) ranah afektif (affective domain)
c) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan hasil 
pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :

16
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi
pendidikan yang diberikan (practice).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain
kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek
di luarnya. Menurut Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan
perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi) dan karsa (konasi). Tokoh pendidikan kita ini
mengajarkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk dan atau meningkatkan kemampuan
manusia yang mencakup cipta, rasa dan karsa tersebut. Ketiga kemampuan tersebut harus
dikembangkan bersama-sama secara seimbang sehingga terbentuk manusia Indonesia
seutuhnya(harmonis).
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera 
manusia,yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behaviour).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran)
2. Interest (merasa tertarik)
3. Evaluation (menimbang-nimbang)
4. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus. 
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan 
perilaku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut diatas.

17
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lam.
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan
sebagai berikut :
"An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings and pro or
conection tendencies will respect to social object" (Krech et al, 1982)
"An individual's social attitude is an syndrome of respons consistency with regard to
social objects." (Cambell, 1950)
"A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting derective
ordynamic influence up on the individual's respons to all objects and situations with
which it isrelated". (Allpor, 1954)
"Attitute entails an existing predisposition to respons to social abjects which in
interaction
with situational and other dispositional variables, guides and direct the obert behavior of t
heindividual." (Cardno, 1955)

18
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu. Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri
dari berbagai tingkatan, yakni :
1. Menerima (Receiving)
2. Merespons (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap
suatu objek. Misalnya bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah
Sakit Cipto ?
c. Praktek atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain :
1. Persepsi 
2. Respon Terpimpin (Giuded Respons)
3. Mekanisme (Mecanism)d
4. Adaptasi (Adaptation)
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu

19
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.

F. Perubahan-perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan k
esehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang
perubahan perilaku ini, antara lain akan diuraikan dibawah.
a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan,
gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnyasama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. 
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulusini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus
yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat
meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement
memegang peranan penting.
b. Teori Festinger (Dissonance Theory)

20
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini
sebenarnyasama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa
keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang
diliputi oleh ketegangan diriyang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali.
Apabila terjadi keseimbangan dalam diriindividu maka berarti sudah tidak terjadi
ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2
elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat,atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau
objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda /
bertentangan di dalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance.
Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut :

Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance


Dissonance = --------------------------------------------------------
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance

Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang


akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan
jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak
seimbang serta sama-sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri
individu tersebut.
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung
kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan
perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan
orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatar belakangi oleh kebutuhan individu
yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental 
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalam menghadapi lingkungannya.

21
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi
dunialuar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubah secara relatif.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan
yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-
kekuatan penahan(restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara keduakekuatan tersebut didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu,
yakni:
1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat.

Kekuatan Pendorong – Meningkat


Perilaku Semula ----------------------------------------- Perilaku Baru
Kekuatan Penahan

2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun.

Kekuatan Pendorong
Perilaku Semula ----------------------------------------- Perilaku Baru
Kekuatan Penahan – Menurun

3. Kekuatan pendorong meningkat 

Kekuatan Pendorong – Meningkat


Perilaku Semula ----------------------------------------- Perilaku Baru

22
Kekuatan Penahan – Menurun

G.Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang
terhadap rangsangan(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini ada 2 macam:
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain.misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan
pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu
penyakit tetentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke Puskesmas untuk
diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti
keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh
tersebut mereka telah sama-sama telah mempunyai sikap yang positip untuk mendukung
kegiatan tersebut meskipun mereka sendiri belum melakukannya
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya
dari contoh diatas si ibu telah membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas lain
untuk imunisasi dan pada kasus kedua dia sudah mengikuti program KB
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan
respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan
disebut “covert behavior”. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang
terhadap stimulus (practice) adalah merupakan “overt behavior 

23
BAB III

PENUTUP
 

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku
sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan
2. Konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.
3. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain
(ranah/ kawasan) yaitu :
a. Pengetahuan 
b. Sikap atau tanggapan
c. Praktek
4. Bentuk perilaku kesehatan
a. Pasif artinya mengetahui namun belum melaksanakan
b. Aktif yaitu mengetahui dan melaksanakannya serta dapat diobservasi

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan kesehatan itu perlu untuk
ditetapkan dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya pendidikan kesehatan masyarakat
Indonesia dapat bertindak sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah
terjadinya penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendiri.
Meskipun hasilnya akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan, namun pendidikan
ini baik adanya untuk membantu masyarakat Indonesia terlepas dari serangan penyakit serta
terhindar dari tindakan pencegahan yang membahayakan

24

Anda mungkin juga menyukai