Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

DI SUSUN

KELOMPOK 6

DAVID N KADIR
NABILA REVIANA DJALADJANI
RANANDA B ABAY
MUTMAINA B KARIM

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Olahraga Dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

2019

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pendidikan


kesehatan dan ilmu perilaku ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Gorontalo, 3 Oktober 2019

Penyusun

ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
3
1.1 Konsep pendidikan kesehatan.....................................................

1.2 Istilah yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan.................. 4

1.3 Pentingnya pendidikan kesehatan.................................... 5

1.4 Ilmu-ilmu bantu pendidikan kesehatan................................ 6

1.5 Prinsip pendidikan kesehatan.................................... 7

1.6 Peranan pendidikan kesehatan... .................................... 8

1.7 Proses Pendidikan kesehatan.............................................. 9

1.8 Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan....................... 10

1.9 Aspek sosbud dalam pendidikan kesehatan...................... 11

2.1 Manusia dan perilakunya.............................................. 12

2.2 Perilaku dari pandangan psikologi.............................................. 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Berbiacara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi yunani
yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos yunani tersebut Asclepius di
sebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun
tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,tetapi di
ceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.

Menurut Winslow (1920) bahwa kesehatan masyarakat (Public Health)


adalah ilmu dan seni: Mencegah penyakit,Memperpanjang hidup,dan
meningkatkan kesehatan,melalui “Usaha-usaha pengorganisasian masyarakat”
Untuk:

a. Perbaikan sanitasi lingkungan


b. Pemberantas penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan
e. Pengembangan rekayasa social untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dan memelihara kesehatan

Menurut ikatan dokter Amerika (1948) kesehatan masyarakat adalah ilmu


dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

Dari batasan kedua diatas,dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat


itu meluas dari hanya berurusan sanitasi,teknik sanitasi,ilmu kedokteran
kuratif,ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial,dan itulah
cakupan ilmu kesehatan masyarakat.Untuk itu perlu adanya pendidikan

ii
kesehatan agar kesehatan masyarakat dapat lebih meningkat dan
dilaksanakan oleh masyarakat.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan kami buat adalah
sebagai berikut

1. Apa konsep dasar pendidikan kesehatan?


2. Apa tujuan pendidikan kesehatan?
3. Apa saja istilah-istilah dalam pendidikan kesehatan?
4. Apa pentingnya pendidikan kesehatan?
5. Apa saja ilmu bantu pendidikan kesehatan?
6. Apa saja prinsip pendidikan kesehatan?
7. Apa peran pendidikan kesehatan?
8. Apa perilaku pandangan dari psikologi?

ii
PEMBAHASAN

1.1 KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN

A. BATASAN, TUJUAN, SASARAN, DAN TAHAP-TAHAP KEGIATAN


1. BATASAN
Banyak orang membuat batasan tentang pendidikan kesehatan.
Di antaranya, Word (1926) yang dikutip oleh Azwar (1983).
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap,
dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan
perseorangan, mesyarakat, dan bangsa.
Nyswander (1947). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses
perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan
tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh
seesorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian
tata laksana yang dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai,
melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah
secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak
keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada
hubungannya dengan tujuan hidup.
Grout (1958) mengatakan bahwa Pendidikan kesehatan adalah
upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang
kesehatan ke dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan
ataupun masyarakat melalui proses pendidikan.

2. TUJUAN
a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat

ii
Berdasarkan batsan WHO (1954) tujuan pendidikan
kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau
masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip
kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
terhadap kesehatan. Mengingat istilah prinsip sehat maka
perlu kita mengetahui batasan sehat, seperti dikemukakan
pada UU No. 23 tahun 1992, yakni bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua kader
kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat,
bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata, yakni tampak
badannya besar dan kanker. Mungkin saja sebenarnya ia
menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang
menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya.
b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Contoh: perilaku sehat higiene mulut dan gigi ialah, orang
harus bersikat gigi empat kali setiap habis makan dan hendak
tidur, dengan cara bersikat gigi yang benar. Kegiatan
pendidikan kesehatan seperti ini untuk menjaga agar gigi dan
mulutnya tidak diserang penyakit. Jadi kegiatan ini bertujuan
menjaga kesehatan fisik.
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan,
adat kebiasaan, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan.
Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan, yang yang
telah menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat,
tidak segampang itu untuk mengubahnya.

ii
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan
kesehatan mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku
sehat, namun perilaku tersebut, ternyata mencakup hal yang
luas, sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara
mendasar. Azwar (1983:18) membagi perilaku kesehatan
menjadi 3 macam.
a. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat.
b. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi
dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di
dalam kelompok.
c. Mendorong berkembangannya dan penggunaan saran

pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

3. SASARAN
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada
program pembangunan Indonesia, adalah:
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat
pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita,
pemuda, remaja.
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan
individual.

4. TAHAP-TAHAP KEGIATAN
a. Tahap sensitisasi

Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan


kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting
berkaitan dengan kesehatan, misalnya kesadaran akan adanya

ii
pelayanan kesehatan, kesadaran akan adanya fasilitas
kesehatan, kesadaran akan adanya wabah penyakit, kesadaran
akan adanya kegiatan imunisasi.
b. Tahap publisitasi

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi. Bentuk


kegiatan misalnya, press release dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan untuk mejelaskan lebih lanjut jenis atau macam
pelayanan kesehatan apa saja yang diberikan pada fasilitas
pelayanan kesehatan, umpamanya macam pelayanan
Puskesmas, Postu atau lainnya.
c. Tahap edukasi
Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap sensitasi. Tujuannya
untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta
mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan
tersebut.
d. Tahap motivasi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi.


Perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan
kesehatan, benar-benar mengubah perilaku sehari-harinya,
sesuai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendidikan
kesehatan pada tahap ini.

1.2 ISTILAH BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Sebelum membicarakan metode yang digunakan dalam aplikasi


pendidikan kesehatan, kita perlu mengenal beberapa istilah yang
dipergunakan dalam pendidikan kesehatan di tengah masyarakat maupun
lembaga-lembaga serta kelompok sasaran. Istilah-istilah yang dimaksud
seperti di bawah ini :
1. PENERANGAN KESEHATAN

ii
Penerangan kesehatan adalah upaya-upaya memberikan penjelasan
atau menyebar luaskan pesan kepada seseorang, kelompok atau
masyarakat untuk menumbuhkan perhatian, pengertian dan
kesadaran mengenai perilaku sehat atau kehidupan yang sehat.
2. PENYULUHAN KESEHATAN
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi mau
juga dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan.
3. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE)
Di sini sistem pendidikannya lebih sistemasis, yakni dimulai dengan
komunikasi, dilanjutkan dengan informasi, akhirnya edukasi. Istilah ini
sering digunakan pada kegiatan pada kependudukan dan keluarga
berencana.
4. PROMOSI KESEHATAN
Arti dan makna menurut Leavel dan Clark
Istilah promosi kesehatan digunakan oleh Leavel dan Clark dalam
bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in his Community”
untuk menjelaskan dimensi tingkat pelayanan kesehatan di
masyarakat, yang dikenal dengan istilah five level of prevention.
Pencegahan ini dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada
masa sakit. Usaha-uasaha tersebut ialah :
1. Masa sebelum sakit
a. Health Promotion ( Promosi Kesehatan)
Dalam hal ini pendidikan kesehatan diberikan kepada
perorangan, kepada kelompok atau masyarakat agar dapat
mencegah terjadinya penyakit. Contoh bersikat gigi pada
waktu dan cara yang, agar gigi dari bakteri-bakteri.

ii
b. Specific Protection ( Perlindungan Khusus)
Pendidikan kesehatan diberikan agar memehami akan
pentingnya perlindungan khusus terhadap serangan penyakit,
contoh dengan cara imunisasi, perlindungan kecelakaan di
tempat kerja.
2. Pada masa sakit
a. Early Diagnosis and Promt Treatment ( Diagnosis dini dan
pengobatan segera )
Peserta didik diberikan pemahaman tentang pengenalan dan
pengertian jenis penyakit pada tingkat awal, serta
mengadakan penobatan yang tepat seawal mungkin.
b. Disability Limitation ( Pembatasan kecacatan )
Peserta didik diberikan pengertian untuk melakukan
pengobatan sesempurna mungkin, sehingga dapat dicegah
adanya dampak dari penyakitnya, yang bisa berupa kecacatan.
c. Rehabilitation ( Rehabilitasi )
Dalam hal ini peserta didik diberikan pengertian dan dorongan
agar tetap bersemangat bekerja dan berbaur di tengah
masyarakat seperti halnya sebelum terjadi kecacatan.

1.3 PENTINGNYA PENDIDIKAN KESEHATAN

ii
Banyak dari kita yang sudah diajarkan pentingnya kesehatan sejak menginjak
pendidikan sekolah dasar hingga bangku sekolah menengah atas. Sehingga ketika
kita dewasa, kita bisa mengetahui mana yang berguna bagi kesehatan dan mana
yang bisa menurunkan kesehatan.Jika kita maknai lebih lanjut, sebenarnya ada
beberapa alasan mengapa pendidikan kesehatan itu Penting dan perlu diberikan.
Antara lain:

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat,


dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat,
serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yg optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yg
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,
mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,
dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan
dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat

1.4 ILMU-ILMU BANTU PENDIDIKAN KESEHATAN

Dalam perkembangannya, suatu ilmu secara sadar ataupun tidak sadar


memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai alat bantunya. Ilmu pendidikan yang
mempunyai tujuan akhir pada perubahan tingkah laku manusia sudah barang
tentu memerlukan banyak sekali ilmu bantu sesuai dengan aspek yang
mempengaruhi tingkah laku. Perilaku manusia cenderung bersifat holistik
(menyeluruh). Sebagai arah analisis, perilaku .manusia tersebut dapat dibagi
menjadi 3 aspek, yakni aspek fisiologi, psikologi dan sosial. Ketiga aspek tersebut
sulit dibedakan dalam pengaruh dan kontribusi pembentukan perilaku manusia.

ii
Ilmu-ilmu yang mempelajari faktor-faktor tersebut di atas antara lain psikologi,
antropologi, sosiologi, komunikasi dan sebagainya. Oleh karena itu untuk
menganalisis dan memecahkan masalah kesehatan dari segi edukatif,
sebenarnya adalah menganalisis dan memecahkan masalah tingkah laku individu
atau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan mereka. Umumnya
tingkah laku itu dijabarkan di dalam 3 bentuk, yakni knowledge, attitude, dan
practice (KAP). Jadi apabila kita melihat problem kesehatan dengan kacamata
edukatif maka yang tampak adalah bagaimana sikap pengetahuan dan kebiasaan
hidup dari masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Demikian pula
dengan cara pemecahannya.

1.5 PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan


kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri
yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran
agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap
dan tingkah lakunya sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap
dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

1.6 PERANAN PENDIDIKAN KESEHATAN

ii
Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu
kepada H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang
paling besar terhadap status kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil
nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan keturunan mempunyai andil kecil
terhadap status kesehatan.

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau


dipengaruhi 3 faktor pokok yakni :

1)      Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)

2)      Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)

3)      Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan


kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu
kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain
pendidikan kesehatan adalah suatu usaha ntuk menyediakan kondisi psikologis
dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai
kesehatan.

1.7 PROSES PENDIDIKAN KESEHATAN

Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar


terdapat tiga persalan pokok, yakni :

1. Persoalan masukan (input)

Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran


belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang
belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.

ii
2. Persoalan proses

Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan


kemampuan (prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini
terjadi pengaruh timbale balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar,
pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan teknik belajar, alat bantu belajar,
dan materi atau bahan yang dipelajari.

3. Keluaran (output)

Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan
atau perubahan perilaku dari subjek belajar.Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni : Faktor materi (bahan
mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek belajar. Faktor instrumental ini
terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat
peraga, dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode
belajar, organisasi dan sebagainya

1.8 TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan


sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya:

1)  Pendidikan Kesehatan di Keluarga

2) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru


dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah
(UKS)

3)  Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan


masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran
pasien dan keluarga pasien

ii
4)   Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan

5) Pendidikan Kesehatan di tempat umum ,misalnya pasar,terminal,bandar


udara,tempat-tempat pembelanjaan,tempat tempat olah raga,taman kota ,WC
dsb

 1.9 ASPEK SOSBUD DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN

Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

1. Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit

Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda dengan


konsep sehat dan sakit versi sistem medis modern (penyakit disebabkan oleh
makhluk halus, guna-guna, dan dosa

2. Kepercayaan

Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah laku kesehatan,


beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-kadang memberi
pengaruh negatif terhadap program kesehatan. Sifat fatalistik atau Fatalisme
adalah ajaran atau paham  bahwa manusia dikuasai oleh nasib. Seperti contoh,
orang-orang Islam di pedesaan menganggap bahwa penyakit adalah cobaan dari
Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi, sulit menyadarkan masyarakat
untuk melakukan pengobatan saat sakit.

3. PendidikanMasih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah,


petunjuk-petunjuk kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara
menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat pendidikan
khayalaknya.
4. Nilai Kebudayaan

ii
Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang
mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu. Nilai
kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup, persepsi masyarakat
terhadap kebutuhan dan  pilihan mereka untuk bertindak.

2.1 MANUSIA DAN PERILAKUNYA

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling sempurna.hal


ini berarti manusia mempunyai keistimnewaan dibandingkan dengan makhluk
yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya. Meskipun
semua makhluk hidup mempunyai perilaku makhluk hidup yang lain, misalnya
kucing atau anjing. Contohnya, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti
makan, minum, menyalurkan hasrat birahi atau seksnya, kedua makhluk tersebut
(manusia dan binatang) sangat berbeda. Binatang (anjing atau kucing) dalam
memenuhi kebutuhan biologisnya tersebut dapat melakukannya di mana saja
dan kapan saja, termasuk dalam memenuhi kebutuhan tersebut dikendalikan
oleh rasio dan emosinya. Apabila manusia dalam kebutuhan biologisnya secara
sembarangan seperti anjing atau kucing akan dikatakan sama dengan binatang,
dan tidak berbudaya. Dari ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa yang
membedakan manusia dengan binatang adalah perilakunya, atau manusia
dikenal karena perilakunya.

Apabila gambaran tersebut dilanjutkan, mengapa binatang (anjing atau


kucing) berperilaku seks atau melakukan hubungan seks seperti itu, tapi manusia
tidak seperti itu. Hal ini disebabkan karena binatang dalam melakukan hubungan
seks hanya semata-mata karena dorongan biologis saja, atau karena dorongan
nafsunya. Sedangkan pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau

ii
seksnya tersebut dikendalikan oleh pikiran serta lingkungan sosialnya. Demikian
pula bentuk-bentuk perilaku manusia yang lain, pada manusia dalam memenuhi
kebutuhannya tidak semata-mata karena dorongan biologisnya saja, tetapi
dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan terutama lingkungan sosial dan
budayanya. Itulah sebabnya, maka sama-sama manusia, tetapi berasal dari
lingkungan sosial budaya yang berbeda, perilakunya berbeda juga.

Misalnya perilaku dalam rangka mengungkapkan rasa cintanya terhadap


lawan jenis kelamin. Orang-orang dari Barat dalam mengekspresikan cintanya
kepada lawan jenisnya dengan mencium bibir di mana saja termasuk di tempat
umum. Tetapi bagi orang-orang Asia, khususnya Indonesia, dalam
mengungkapkan rasa cinta tersebut tidak “seberani” orang-orang dari Barat. Hal
ini disebabkan karena sosio-budaya kedua kelompok tersebut berbeda. Demikian
pula untuk perilaku-perilaku yang lain, makan, minum, buang air besar,
berpakaian, dan sebagainya, antara kelompok masyarakat yang berlatar
belakang sosio-budaya yang satu akan berbeda dengan masyarakat yang
berlatar belakang sosio-budaya yang lain. Dapat disimpulkan bahwa perilaku
manusia dikenal karena budayanya.

2.2 PERILAKU DARI PANDANGAN PSIKOLOGI

Perkembangan psikologi sebagai dasar ilmu perilaku telah mengalami


beberapa perubahan yang mendasar atau dapat dikatakan suatu revolusi, yakni
munculnya aliran-aliran psikologi. Perubahan yang pertama adalah timbulnya
aliran ilmu jiwa dalam (depth psychology). Dari aliran psikologi ini muncul juga
aliran lagi yang disebut psiko-analisis. Perubahan yang kedua munculnya aliran
atau konsep behaviorisme, yang lebih menekankan perilaku manusia lebih
dipandang dari fenomena yang tampak dari luar diri manusia. Sedankan yang
ketiga adalah munculnya konsep psikologi kognitif, dan yang terakhir adalah
konsep humanistik. Penjelasan lebih lanjut tentang aliran-aliran atau konsep ini
dapat diikuti uraian di bawah ini.

ii
1. Aliran Psikoanalisis (Teori Freud)

Perkembangan psikologi telah mengalami beberapa perubahan yang mendasar


atau dapat dikatakan suatu revolusi, yakni:

1. Revolusi yang pertama adalah timbulnya aliran ilmu jiwa dalam (depth
psychology). Dari aliran psikologi ini muncul juga aliran lagi yang disebut
psikoanalisis. Tokoh psiko-analisis ini telah diuraikan di atas adalah Sigmond
Freud. Menurut aliran ini, perilaku manusia didasari oleh naluri primitifnya, yakni
seks. Seks adalah yang menjadi sentral perbuatan atau perilaku manusia.
Sedangkan perilaku ini ditentukan oleh struktur kepribadian manusia, yang
terdiri 3 aspek, yakni das es (dorongan dari dalam), das ich (pengendalian
psikologis) dan das uber ich (pengendalian sosiologis). Menurut ahli psikologi
dalam (depth psychology) Sigmond Freud, struktur kepribadian manusia terdiri
dari tiga aspek, yakni:

a. Das es (the Id):

aspek kepribadian yang pertama menurut Freud adalah aspek biologis.


Aspek biologis kepribadian manusia adalah prinsip mencari kenikmatan dan
menghindari ketidaknikmatan. Manusia pada hakikatnya selalu ingin mencari
kenikmatan biologis, terutama seks. Menurut Freud semua kegiatan atau
perilaku manusia, pada ujung-ujungnya adalah terpenuhinya prinsip kenikmatan
biologis ini.

b. Das ich (the Ego):

Das ich ini adalah aspek psikologis kepribadian berhubungan dengan


realitas (dunia luar). Dalam mencari kenikmatan dan menghindari
ketidaknikmatan, tidak membabi buta demi kenikmatan itu sendiri. Dalam
mengejar atau memperoleh kenikmatan biologis ini seseorang menyesuaikan
dengan kenyataaan, dan kondisi dunia riil. Itulah bedanya manusia dengan

ii
makhluk hidup yang lain. Apabila makhluk hidup yang lain dalam mencapai
kenikmatan biologisnya, misalnya seks tidak akan dikendalikan oleh das ich ini,
maka dapat melakukan di mana saja dan kapan saja. Hal ini tidak akan dilakukan
oleh manusia.

c. Das uber ich (the Super Ego):

Das uber ich ini adalah aspek sosiologis kepribadian yang berhubungan
dengan nilai-nilai moral. Dalam mencari kenikmatan dan menghindari
ketidaknikmatan manusia, juga dikendalikan oleh nilai-nilai umum (moral), yang
diciptakan oleh lingkungan manusia (aspek sosiologis). Nilai-nilai moral ini
disebut super ego, hati nurani manusia itu sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan
biologisnya misalnya “makan” untuk menghindari ketidakenakan (lapar),
manusia tidak serta merta makan di warung makan, tanpa membayar, atau
mencuri makanan orang lain. Perilaku ini dikendalikan oleh das uber ich, super
ego, moral, atau hati nurani manusia.

2. Aliran Behaviorisme

Konsep behaviorisme menganalisis perilaku manusia dari gejala yang


tampak saja, yang dapat diukur dan diramalkan. Di samping itu konsep
behaviorisme ini juga menganut teori belajar. Karena mereka mengakui bahwa
seluruh perilaku manusia (kecuali insting) adalah hasil dari belajar. Konsep
behaviorisme ini dalam perkembangannya lahir beberapa aliran, yakni
empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi.

a. Aliran Empirisme:

Aliran empirisme ini mula-mula dipelopori oleh Aristoteles, dan kemudian


dilanjutkan John Locke (1632-1704). Menurut aliran empirisme, pada saat
manusia lahir adalah dalam keadaan kosong seperti meja lilin atau kertas lilin
(tabularasa). Kertas atau meja lilin ini akan terisi dan berwarna warni oleh karena

ii
lingkungannya. Itulah perilaku manusia. Empirisme ini sering diidentikkan dengan
teori tabularasa atau teori kertas lilin, adalah gambaran seorang bayi yang baru
lahir dalam keadaan putih bersih. Tetapi akhirnya bayi tersebut tumbuh dan
berkembang menjadi anak atau orang dewasa yang bermacam-macam bentuk
perilakunya, adalah karena pengaruh lingkungan utamanya, pendidikan.

b. Aliran Nativisme:

Tokoh aliran nativisme ini adalah Schopenhouer (1788-1860). Nativisme


berasal dari kata natal, yang artinya lahir. Oleh sebab itu aliran ini
mengungkapkan bahwa perilaku manusia itu sudah dibawa atau ditentukan sejak
lahir. Sehingga lingkunga tidak mempunyai peran atau kekuatan apa pun dalam
membentuk perilaku manusia. Perilaku baik ataupu perilaku buruk seseorang
adalah memang sudah terbentuk atau dibawa dari lahir (bawaan). Aliran ini juga
disebut aliran pesimisme, karena lingkungan tidak dapat berbuat apa-apa
(pesimis) dalam mempengaruhi atau menentukan perilaku manusia. Lingkungan,
termasuk pendidikan tidak mempunyai peran apa-apa dalam membentuk
perilaku.

c. Aliran Naturalisme:

Tokoh aliran ini adalah Jan Jack Rousseau (1712-1778). Aliran ini
berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya lahir dalam keadaan yang baik,
tetapi menjadi tidak baik karena lingkungannya. Aliran ini hampir sama dengan
aliran nativisme, karena mendasarkan pada konsep “lahir”. Perbedaannya, aliran
nativisme konsep lahir itu bisa baik, dan bisa juga tidak baik atau jelek. Apabila
dilahirkan baik akan berkembang menjadi baik, tetapi kalau dilahirkan tidak baik,
juga berkembang tidak baik. Tetapi pada aliran naturalism berpendapat bahwa
anak dilahirkan dalam keadaan yang baik saja. Akhirnya menjadi tetap baik atau
bisa menjadi tidak baik karena lingkungan.

ii
Aliran naturalisme selalu mengatakan: “Tidak ada seorang pun yang
terlahir dengan pembawaan buruk”. Anak menjadi buruk karena lingkungan,
lingkunganlah yang menyebabkan manusia menjadi ia buruk atau tidak baik.
Oleh sebab itu aliran ini juga disebut aliran negativisme, karena lingkunganlah
termasuk pendidikan berpengaruh negatif. Lingkungan yang menyebabkan anak
yang dilahirkan baik, akhirnya tumbuh menjadi anak atau orang yang tidak baik.

d. Aliran Konvergensi:

Tokoh aliran konvergensi ini adalah William Stern (1871-1939) seorang


ahli pendidikan dari Jerman. Aliran konvergensi merupakan perpaduan antara
aliran empirisme dan nativisme. Bahwa perilaku seseorang tidak semata-mata
ditentukan oleh lingkungan dan pembawaan, tetapi kedua-duanya berperan
secara bersama-sama. Hal ini berarti bahwa memang perilaku dapat
dikembangkan, tetapi mempunyai keterbatasan-keterbatasan, yakni
pembawaan. Implikasinya dalam pendidikan, adalah bahwa pendidikan memang
dapat dan harus diberikan kepada anak dalam rangka pengembangan perilaku,
termasuk kemampuan-kemampuan hidup. Tetapi pendidikan dalam
mengembangkan kemampuan anak, hasilnya pasti berbeda antara anak yang
satu dengan yang lain. Hal ini harus dimaklumi, karena pembawaan anak yang
berbeda dengan anak yang lainnya.

3. Aliran Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif bersumber pada aliran rasionalisme yang dipelopori


oleh Immanuel Kant (1724-1804), dan Rene Descartes (1596-1650). Aliran ini
mempersoalkan pengetahuan manusia yang akan mempengaruhi perilaku
manusia itu bukan semata-mata karena indra kita. Sebab indra manusia tidak
dapat dipercaya. Oleh sebab itu stimulus atau lingkungan manusia tidak serta
merta menimbulkan reaksi atau respons pada manusia dalam bentuk perilaku.
Oleh sebab itu maka aliran rasionalisme tidak setuju adanya pengetahuan indra,

ii
tetapi pengetahuan budilah yang penting. Alasannya sederhana karena indra kita
tidak setia, sering menyampaikan hasil pengamatannya tidak tepat. Contoh, rel
kereta api yang panjang dan lurus, dan mempunyai jarak yang sama antara dua
batang rel tersebut mulai dari pangkal sampai ujung, tetapi terlihat oleh indra
seolah-olah menyatu dalam satu titik di ujung yang lain. Sebatang tongkat yang
panjang dan lurus dimasukkan ke dalam air, akan terlihat seolah-olah bengkok
dan pendek. Oleh sebab itu aliran ini menyimpulkan bahwa jiwa (mind) yang
menjadi alat utama untuk pengetahuan, bukan indra. Jiwalah yang menjadi alat
utama untuk menafsirkan hasil pengamatan indra menjadi pengetahuan, mulai
dari mencipta, mengorganisasikan dan penafsiran, dan mencari makna. Pada
kenyataannya tidak semua stimulus yang ditangkap melalui indra diolah menjadi
pengetahuan yang akhirnya menghasilkan perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Azwar1983,PengantarPendidikanKesehatan,PenerbitSastraHudaya,Jakarta.

ii
DepkesRI2000,BukuPanduanStrategiPromosiKesehatandiIndonesia,DirektoratJen
dralKesehatanMasyarakat,DirektoratPromosiKesehatan,Jakarta.

Dewi,FatwaSariTetra2001,”PromosiKesehatan”(Bahasaseminar)FakultasKedokter
anUGM,Yogyakarta.

Notoatmodjo,Soejidjo2003,PengantarPendidikanKesehatandanIlmuPerilaku,Andi
Offset,Yogyakarta.

Departemen Kesehatan, RI, Profil Kesehatan Indonesia 2007.

Soekidjo Notoatmodjo dan Solita Sarwono. 2003. Pendidikan Kesehatan dan


Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka.

Greene, Edward. 1941. Measurement of Human Behaviour. New York: The


Odyssey Press.

ii

Anda mungkin juga menyukai