DI SUSUN
KELOMPOK 6
DAVID N KADIR
NABILA REVIANA DJALADJANI
RANANDA B ABAY
MUTMAINA B KARIM
2019
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku”.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
3
1.1 Konsep pendidikan kesehatan.....................................................
A. Kesimpulan .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Berbiacara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi yunani
yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos yunani tersebut Asclepius di
sebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun
tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,tetapi di
ceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
ii
kesehatan agar kesehatan masyarakat dapat lebih meningkat dan
dilaksanakan oleh masyarakat.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan kami buat adalah
sebagai berikut
ii
PEMBAHASAN
2. TUJUAN
a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
ii
Berdasarkan batsan WHO (1954) tujuan pendidikan
kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau
masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip
kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
terhadap kesehatan. Mengingat istilah prinsip sehat maka
perlu kita mengetahui batasan sehat, seperti dikemukakan
pada UU No. 23 tahun 1992, yakni bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua kader
kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat,
bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata, yakni tampak
badannya besar dan kanker. Mungkin saja sebenarnya ia
menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang
menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya.
b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Contoh: perilaku sehat higiene mulut dan gigi ialah, orang
harus bersikat gigi empat kali setiap habis makan dan hendak
tidur, dengan cara bersikat gigi yang benar. Kegiatan
pendidikan kesehatan seperti ini untuk menjaga agar gigi dan
mulutnya tidak diserang penyakit. Jadi kegiatan ini bertujuan
menjaga kesehatan fisik.
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan,
adat kebiasaan, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan.
Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan, yang yang
telah menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat,
tidak segampang itu untuk mengubahnya.
ii
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan
kesehatan mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku
sehat, namun perilaku tersebut, ternyata mencakup hal yang
luas, sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara
mendasar. Azwar (1983:18) membagi perilaku kesehatan
menjadi 3 macam.
a. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat.
b. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi
dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di
dalam kelompok.
c. Mendorong berkembangannya dan penggunaan saran
3. SASARAN
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada
program pembangunan Indonesia, adalah:
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat
pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita,
pemuda, remaja.
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan
individual.
4. TAHAP-TAHAP KEGIATAN
a. Tahap sensitisasi
ii
pelayanan kesehatan, kesadaran akan adanya fasilitas
kesehatan, kesadaran akan adanya wabah penyakit, kesadaran
akan adanya kegiatan imunisasi.
b. Tahap publisitasi
ii
Penerangan kesehatan adalah upaya-upaya memberikan penjelasan
atau menyebar luaskan pesan kepada seseorang, kelompok atau
masyarakat untuk menumbuhkan perhatian, pengertian dan
kesadaran mengenai perilaku sehat atau kehidupan yang sehat.
2. PENYULUHAN KESEHATAN
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi mau
juga dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan.
3. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE)
Di sini sistem pendidikannya lebih sistemasis, yakni dimulai dengan
komunikasi, dilanjutkan dengan informasi, akhirnya edukasi. Istilah ini
sering digunakan pada kegiatan pada kependudukan dan keluarga
berencana.
4. PROMOSI KESEHATAN
Arti dan makna menurut Leavel dan Clark
Istilah promosi kesehatan digunakan oleh Leavel dan Clark dalam
bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in his Community”
untuk menjelaskan dimensi tingkat pelayanan kesehatan di
masyarakat, yang dikenal dengan istilah five level of prevention.
Pencegahan ini dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada
masa sakit. Usaha-uasaha tersebut ialah :
1. Masa sebelum sakit
a. Health Promotion ( Promosi Kesehatan)
Dalam hal ini pendidikan kesehatan diberikan kepada
perorangan, kepada kelompok atau masyarakat agar dapat
mencegah terjadinya penyakit. Contoh bersikat gigi pada
waktu dan cara yang, agar gigi dari bakteri-bakteri.
ii
b. Specific Protection ( Perlindungan Khusus)
Pendidikan kesehatan diberikan agar memehami akan
pentingnya perlindungan khusus terhadap serangan penyakit,
contoh dengan cara imunisasi, perlindungan kecelakaan di
tempat kerja.
2. Pada masa sakit
a. Early Diagnosis and Promt Treatment ( Diagnosis dini dan
pengobatan segera )
Peserta didik diberikan pemahaman tentang pengenalan dan
pengertian jenis penyakit pada tingkat awal, serta
mengadakan penobatan yang tepat seawal mungkin.
b. Disability Limitation ( Pembatasan kecacatan )
Peserta didik diberikan pengertian untuk melakukan
pengobatan sesempurna mungkin, sehingga dapat dicegah
adanya dampak dari penyakitnya, yang bisa berupa kecacatan.
c. Rehabilitation ( Rehabilitasi )
Dalam hal ini peserta didik diberikan pengertian dan dorongan
agar tetap bersemangat bekerja dan berbaur di tengah
masyarakat seperti halnya sebelum terjadi kecacatan.
ii
Banyak dari kita yang sudah diajarkan pentingnya kesehatan sejak menginjak
pendidikan sekolah dasar hingga bangku sekolah menengah atas. Sehingga ketika
kita dewasa, kita bisa mengetahui mana yang berguna bagi kesehatan dan mana
yang bisa menurunkan kesehatan.Jika kita maknai lebih lanjut, sebenarnya ada
beberapa alasan mengapa pendidikan kesehatan itu Penting dan perlu diberikan.
Antara lain:
ii
Ilmu-ilmu yang mempelajari faktor-faktor tersebut di atas antara lain psikologi,
antropologi, sosiologi, komunikasi dan sebagainya. Oleh karena itu untuk
menganalisis dan memecahkan masalah kesehatan dari segi edukatif,
sebenarnya adalah menganalisis dan memecahkan masalah tingkah laku individu
atau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan mereka. Umumnya
tingkah laku itu dijabarkan di dalam 3 bentuk, yakni knowledge, attitude, dan
practice (KAP). Jadi apabila kita melihat problem kesehatan dengan kacamata
edukatif maka yang tampak adalah bagaimana sikap pengetahuan dan kebiasaan
hidup dari masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Demikian pula
dengan cara pemecahannya.
ii
Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu
kepada H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang
paling besar terhadap status kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil
nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan keturunan mempunyai andil kecil
terhadap status kesehatan.
ii
2. Persoalan proses
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan
atau perubahan perilaku dari subjek belajar.Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni : Faktor materi (bahan
mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek belajar. Faktor instrumental ini
terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat
peraga, dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode
belajar, organisasi dan sebagainya
ii
4) Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan
2. Kepercayaan
ii
Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang
mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu. Nilai
kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup, persepsi masyarakat
terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak.
ii
seksnya tersebut dikendalikan oleh pikiran serta lingkungan sosialnya. Demikian
pula bentuk-bentuk perilaku manusia yang lain, pada manusia dalam memenuhi
kebutuhannya tidak semata-mata karena dorongan biologisnya saja, tetapi
dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan terutama lingkungan sosial dan
budayanya. Itulah sebabnya, maka sama-sama manusia, tetapi berasal dari
lingkungan sosial budaya yang berbeda, perilakunya berbeda juga.
ii
1. Aliran Psikoanalisis (Teori Freud)
1. Revolusi yang pertama adalah timbulnya aliran ilmu jiwa dalam (depth
psychology). Dari aliran psikologi ini muncul juga aliran lagi yang disebut
psikoanalisis. Tokoh psiko-analisis ini telah diuraikan di atas adalah Sigmond
Freud. Menurut aliran ini, perilaku manusia didasari oleh naluri primitifnya, yakni
seks. Seks adalah yang menjadi sentral perbuatan atau perilaku manusia.
Sedangkan perilaku ini ditentukan oleh struktur kepribadian manusia, yang
terdiri 3 aspek, yakni das es (dorongan dari dalam), das ich (pengendalian
psikologis) dan das uber ich (pengendalian sosiologis). Menurut ahli psikologi
dalam (depth psychology) Sigmond Freud, struktur kepribadian manusia terdiri
dari tiga aspek, yakni:
ii
makhluk hidup yang lain. Apabila makhluk hidup yang lain dalam mencapai
kenikmatan biologisnya, misalnya seks tidak akan dikendalikan oleh das ich ini,
maka dapat melakukan di mana saja dan kapan saja. Hal ini tidak akan dilakukan
oleh manusia.
Das uber ich ini adalah aspek sosiologis kepribadian yang berhubungan
dengan nilai-nilai moral. Dalam mencari kenikmatan dan menghindari
ketidaknikmatan manusia, juga dikendalikan oleh nilai-nilai umum (moral), yang
diciptakan oleh lingkungan manusia (aspek sosiologis). Nilai-nilai moral ini
disebut super ego, hati nurani manusia itu sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan
biologisnya misalnya “makan” untuk menghindari ketidakenakan (lapar),
manusia tidak serta merta makan di warung makan, tanpa membayar, atau
mencuri makanan orang lain. Perilaku ini dikendalikan oleh das uber ich, super
ego, moral, atau hati nurani manusia.
2. Aliran Behaviorisme
a. Aliran Empirisme:
ii
lingkungannya. Itulah perilaku manusia. Empirisme ini sering diidentikkan dengan
teori tabularasa atau teori kertas lilin, adalah gambaran seorang bayi yang baru
lahir dalam keadaan putih bersih. Tetapi akhirnya bayi tersebut tumbuh dan
berkembang menjadi anak atau orang dewasa yang bermacam-macam bentuk
perilakunya, adalah karena pengaruh lingkungan utamanya, pendidikan.
b. Aliran Nativisme:
c. Aliran Naturalisme:
Tokoh aliran ini adalah Jan Jack Rousseau (1712-1778). Aliran ini
berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya lahir dalam keadaan yang baik,
tetapi menjadi tidak baik karena lingkungannya. Aliran ini hampir sama dengan
aliran nativisme, karena mendasarkan pada konsep “lahir”. Perbedaannya, aliran
nativisme konsep lahir itu bisa baik, dan bisa juga tidak baik atau jelek. Apabila
dilahirkan baik akan berkembang menjadi baik, tetapi kalau dilahirkan tidak baik,
juga berkembang tidak baik. Tetapi pada aliran naturalism berpendapat bahwa
anak dilahirkan dalam keadaan yang baik saja. Akhirnya menjadi tetap baik atau
bisa menjadi tidak baik karena lingkungan.
ii
Aliran naturalisme selalu mengatakan: “Tidak ada seorang pun yang
terlahir dengan pembawaan buruk”. Anak menjadi buruk karena lingkungan,
lingkunganlah yang menyebabkan manusia menjadi ia buruk atau tidak baik.
Oleh sebab itu aliran ini juga disebut aliran negativisme, karena lingkunganlah
termasuk pendidikan berpengaruh negatif. Lingkungan yang menyebabkan anak
yang dilahirkan baik, akhirnya tumbuh menjadi anak atau orang yang tidak baik.
d. Aliran Konvergensi:
ii
tetapi pengetahuan budilah yang penting. Alasannya sederhana karena indra kita
tidak setia, sering menyampaikan hasil pengamatannya tidak tepat. Contoh, rel
kereta api yang panjang dan lurus, dan mempunyai jarak yang sama antara dua
batang rel tersebut mulai dari pangkal sampai ujung, tetapi terlihat oleh indra
seolah-olah menyatu dalam satu titik di ujung yang lain. Sebatang tongkat yang
panjang dan lurus dimasukkan ke dalam air, akan terlihat seolah-olah bengkok
dan pendek. Oleh sebab itu aliran ini menyimpulkan bahwa jiwa (mind) yang
menjadi alat utama untuk pengetahuan, bukan indra. Jiwalah yang menjadi alat
utama untuk menafsirkan hasil pengamatan indra menjadi pengetahuan, mulai
dari mencipta, mengorganisasikan dan penafsiran, dan mencari makna. Pada
kenyataannya tidak semua stimulus yang ditangkap melalui indra diolah menjadi
pengetahuan yang akhirnya menghasilkan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul, Azwar1983,PengantarPendidikanKesehatan,PenerbitSastraHudaya,Jakarta.
ii
DepkesRI2000,BukuPanduanStrategiPromosiKesehatandiIndonesia,DirektoratJen
dralKesehatanMasyarakat,DirektoratPromosiKesehatan,Jakarta.
Dewi,FatwaSariTetra2001,”PromosiKesehatan”(Bahasaseminar)FakultasKedokter
anUGM,Yogyakarta.
Notoatmodjo,Soejidjo2003,PengantarPendidikanKesehatandanIlmuPerilaku,Andi
Offset,Yogyakarta.
ii