Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERAN BIDAN DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

Oleh :

1. RAUDHATUL JANNAH (16616849)


2. ROSY FERATAMA (16616852)
3. NATRIES NIHAYATUL K (16616893)
4. NUR AIDA YULIANA (16616894)

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS KADIRI
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmatNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “PERAN BIDAN
DALAM KESEHATAN REPRODUKSI” demi memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan
Reproduksi.

Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kita
semua, sehingga kita dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini kedepannya dengan
lebih baik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik  di masa yang akan datang.

Kediri, Maret 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
BAB I Melakukan Kegiatan Promotif dan Preventif ......................................... 3
A. Promotif ......................................................................................... 3
B. Preventif ......................................................................................... 4
C. Upaya Promotif dan Preventif Di Indonesia ................................................. 5
D. Trend Issue ........................................................................................ 10
BAB II Mengaplikasikan Pelayanan Kespro Yang Berorientasi Humanistik............ 12
A. Mengaplikasikan Pelayanan Kespro Yang Berorientasi Humanistik ........... 12
B. Trend Issue ......................................................................................... 15
BAB III Mengaplikasikan Kepemimpinan Bidan dalam Advokasi
Perempuan ......................................................................................... 17
A. Mengaplikasikan Kepemimpinan Bidan dalam Advokasi
Perempuan ......................................................................................... 17
B. Trend Issue ......................................................................................... 21

2
BAB I
MELAKUKAN KEGIATAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM
KESEHATAN REPRODUKSI

A. Peran Bidan dalam Kesehatan Reproduksi


a. Promotif
Berikut ini merupakan definisi promosi kesehatan menurut beberapa ahli, yaitu :
1) Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu
untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan
sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya.
2) Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara
aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan. (Depkes RI)
3) Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan.
4) Sedangkan Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk
definisi mengenai promosi kesehatan :
“Health promotion is the process of enabling people to increase control over,
and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and
social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment“.
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa promosi kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang

3
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya).Dalam konferensi ini, health promotion di maknai sebagai
perluasan dari health education atau pendidikan kesehatan.
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health
promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya
promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para
ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan
(five levels of prevention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive
medicine for the doctor in his community. Menurut Leavell dan Clark (1965), dari
sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap
penyakit, yaitu :
1) promotion of healt
2) specifik protection
3) early diagnosis and prompt treatment
4) limitation of disability
5) rehablitation       
Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promotion of health oleh para ahli
kesehatan masyarakat di Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan,
bukan promosi kesehatan.Mengapa demikian? Tidak lain karena makna yang
terkandung dalam istilah promotion of health disini adalah meningkatkan
kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang, olahraga teratur, dan lain
sebagainya agar orang tersebut tetap sehat dan tidak terserang penyakit.
Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada
hubungannya dengan promosi kesehatan.Leavell dan Clark dalam penjelasannya
tentang promotion of health menyatakan bahwa selain melalui peningkatan gizi,
dll, peningkatan kesehatan juga dapat di lakukan dengan memberikan pendidikan
kesehatan (health education) kepada individu dan masyarakat.
b. Preventif
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi
atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,

4
prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat
(Notosoedirjo dan Latipun, 2005 : 145 ).
1) Tingkat-Tingkat Usaha Pencegahan
Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in his
Community”, membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang
dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.
Usaha-usaha pencegahan itu adalah :
a) Masa sebelum sakit
b) Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion)
c) Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit ( spesific
protection)
2) Pada masa sakit
a) Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingakt awal, serta
mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and
prompt treatment)
b) Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu penyakit (disibility limitation)
c) Rehabilitasi (rehabilitation)
Contoh kegiatan preventif kesehatan reproduksi :
1) Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja, Lansia,dll )
melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
3) Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita
4) Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun
dirumah
5) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
6) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dan remaja agar terhindar dari anemia
7) Mobilisasi tubuh pada ibu hamil untuk mengatasi kekakuan dan melancarkan
sirkulasi ibu
8) Pencegahan terjadinya komplikasi pada saat persalinan
9) Pencegahan komplikasi pada saat nifas
10) Pemeriksaan secara rutin dan berkala pada lansia
c. Upaya Promotif dan Preventif kesehatan di Indonesia

5
Pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi dapat dilakukan dengan berdasarkan tingkat pencegahan sebagai upaya
promotif dan preventif.
Upaya pencegahan menurut teori Leavel dan Clark (Maulana, 2009) dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1) Pencegahan primer
a) Pencegahan primer adalah peningkatan kesehatan dan perlindungan umum
dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha-usaha yang
dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis), dan disebut dengan pencegahan
primer.
b) Pencegahan primer dilakukan pada masa individu yang belum menderita
sakit. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health promotion)
dan perlindungan khusus (spesifiic protection).
Promosi Kesehatan
a) Health promotion bertujuan untuk meningkatkan, memajukan dan membina
koordinasi sehat yang sudah ada hingga dipertahankan dan dijauhkan dari
ancaman penyebab penyakit atau agent secara umum.
b) Pendidikan kesehatan yang diperlukan antara lain : Meningkatnya gizi,
Perbaikan sanitasi lingkungan, Ph(derajat keasaman), Pendidikan sifat
umum, Nasihat perkawinan, Penyuluhan kehidupan sex, Olahraga dan
kebugaran jasmani, Pemeriksaan secara berkala, Meningkatnya standar
hidup dan kesejahteraan keluarga, Nasihat tentang keturunan, Penyuluhan
tentang PMS, Penyuluhan AIDS.
c) Meningkatkan dan memperbaiki program kesehatan ibu :
(1) Layanan dan terdesentralisasi
(2) Menyusun standar pelayanan dan pastikan adanya supervise
(3) Mengembangkan dan menggunakan panduan tetap untuk manajemen
komplikasi kebidanan
(4) Memperbaiki sistem pelatihan dan memperbaharui keterampilan
penyediaan pelayanan
(5) Memperbaiki infrastruktur dan memperbaharui fasilitas
(6) Menetapkan/memperkuat system rujukan
(7) Menetapkaan/memperkuat mekanisme evaluasi kualitas pelayanan

6
(8) Mengembangkan dan menggunakan instrumen untuk memperbaiki
kualitas pelayanan
(9) Home base maternal records
(10) Partograf
(11) Melakukan audit dan meninjau kembali kasus-kasus kematian ibu
hamil.
Ruang lingkup promosi kesehatan :
a) Pendidikan Kesehatan (Health education)
b) Pemasaran sosial (sosial marketing)
c) Penyuluhan
d) Upaya peningkatan (Promotif)
e) Advokasi di bidang kesehatan
f) Pengorganisasian, pengembangan, pergerakan, pemberdayaan masyarakat.
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan :
a) Promosi kesehatan tatanan keluarga
b) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah
c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja
d) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum
e) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan
Tujuan promosi kesehatan meliputi :
a) Membangun kebijakan masyarakat sehat
b) Membangun keterampilan personal
c) Memperkuat partisipasi komunitas
d) Menciptakan lingkungan yang mendukung
e) Reorientasi pelayanan kesehatan
Tindakan pencegahan meliputi :
a) Perlindungan balita, ibu hamil
b) Pemberian makanan
c) Perlindungan terhadap ancaman akibat kerja
d) Perlindungan khusus yang bersifat karsinogenik
e) Menghindari terhadap zat-zat alergi
f) Menghindari minuman berakohol
g) Menghindari merokok
2) Pencegahan sekunder

7
Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, disebut
pencegahan sekunder (seconder preventive).Pencegahan sekunder dilakukan pada
masa individu mulai sakit.Pencegahan sekunder bentuknya upaya diagnosis dini
dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
a) Early diagnosis
Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau  tindakan
pencegahan pada seseorang atau kelompok yang memiliki resiko terkena
penyakit.
Tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada tingkat
permulaan sehingga tidak akan menjadi parah. Prinsipnya diterapkan dalam
program pencegahan, pemberantasan dan pembasmian macam penyakit baik
menular ataupun tidak dan memperhatikan tingkat kerawanan penyakit
terhadap masyarakat yang tinggi.Misalnya : TBC paru-paru, kusta, kanker,
diabetes, jantung dll.
Tindakan pencegahan meliputi :
(1) Upaya penemuan kasus (case finding) tertuju pada individu, keluarga,
masyarakat. Misalnya : anemia gravidarum, dll.
(2) Survey kesehatan, untuk memperoleh data tentang prestasi dari penyakit
banyak diderita masyarakat, sehingga dapat didiagnosis secara dini untuk
diberi pengobatan segera.
(3) Papsmear, tujuan untuk deteksi dini adanya kanker serviks sehingga dapat
dilakukan pengobatan tindakan segera.
(4) Pemeriksaan rutin pada tiap individu.
(5) Pengawasan obat-obatan, termasuk obat terlarang yang diperdagangkan
secara bebas (golongan narkotika).
(6) Mencegah yang sudah ada agar tidak meningkatkan lebih lanjut. Misalnya :
flu burung, papsmear.
b) Prompt treatment
Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan dengan tepat
dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Prompt treatment
merupakan tindakan lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera dilakukan
sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih
parah.
Tindakan prompt treatment antara lain:

8
1) Case Holding Drugs
Yaitu menangani dan keteraturan berobat.Diharapkan tenaga kesehatan
termasuk bidan dapat segera menangani kasus-kasus berupa gejala dan
komplikasi menopause yang mengakibatkan gangguan pada kesehatan
wanita.Penanganan segera terhadap gejala dan komplikasi menopause dapat
meminimalkan hal-hal yang memiliki pengaruh buruk dalam
kehidupannya.Penanganan yang diberikan dapat berupa konseling secara
langsung maupun penyuluhan secara kelompok seperti dalam kegiatan
PKK.
Penanganan yang diberikan diiringi dengan pengobatan secara
teratur.Untuk pengobatan tersebut dapat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lebih ahli di bidangnya. Sebagai contoh seorang bidan dapat
berkolaborasi dengan dokter dalam menagani pasien yang mengalami
gejala dan komplikasi akibat menopause yang menginginkan HRT
( Hormone Replacement Therapy).
2) Support Live
Dilakukan dengan jalan pemberian pengobatan secepat mungkin pada
wanita yang mengalami gejala premenopause yang juga telah mengalami
komplikasi akibat menopause tersebut.Pemberian obat secepat mungkin
bertujuan untuk mendukung kehidupan wanita pada masa ini. Selain itu
dukungan hidup yang diberikan oleh berbagai pihak (keluarga, tenaga
kesehatan, masyarakat) akan membuat wanita pada masa ini dapat
menjalani hidupnya tanpa masalah baik fisik, psikis maupun sosial.
Pengobatan yang secara tepat dan segera sangat penting karena pengobatan
yang terlambat akan mengakibatkan :
(a) Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit bahkan mungkin tidak dapat
sembuh lagi. Misalnya pengobatan hipertensi yang terlambat pada
wanita menopause.
(b) Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar. Kecacatan dapat berupa
fisik maupun psikis.
(c) Penderitaan si sakit ( wanita perimenopause dan menopause) menjadi
lebih lama dan parah.
(d) Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar. Sebagai
contoh yaitu perawatan dan pengobatan penyakit kardiovaskuler

9
tentunya akan lebih besar. Hal ini akan berbeda apabila sebelumnya
dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang tepat dan segera yang jauh
memerlukan biaya lebih sedikit.

3) Pencegahan tersier
Pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan disebut pencegahan tersier
(tertiary prevention).Pencegahan tersier bentuknya membatasi
ketidakmampuan/kecacatan (disability limitation) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitation). Pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial.
a) Pembatasan kecacatan
Pencegahan dilakukan dalam taraf penyakit sudah nyata bahkan sudah
lanjut sehingga penderita dalam keadaan disable (tidak sanggup melakukan
aktivitas yang biasa dikerjakan walau tidak sakit). Sehingga penderita bisa
sembuh.
Tindakan pencegahan meliputi :
(1) Pengobatan agar tidak makin parah
(2) Mencegah supaya penderita tidak mati
(3) Mencegah kecacatan yang menetap
(4) Mencegah penyakit menjadi tidak menahun
B. Trend Issue
Pernikahan dini masih sering dijumpai di negara sedang berkembang khususnya
Indonesia dimana pernikahan tersebut menjadi persoalan serius di Indonesia.
Pernikahan disebut sebagai pernikahan dini ketika dilakukan oleh seseorang yang
berusia dibawah umur atau cenderung masih belia (anak-anak). Kata dini itu sendiri
sering dikaitkan dengan waktu yakni diawal waktu tertentu. Bagi orang-orang yang
hidup pada awal-awal abad ke-20 atau sebelumnya, pernikahan seorang wanita pada
usia 13-14 tahun, atau lelaki pada usia 17-18 tahun adalah hal biasa, tidak istimewa.
Tetapi bagi masyarakat kini, hal itu merupakan sebuah keanehan. Wanita yang menikah
sebelum usia 20 tahun atau lelaki sebelum 25 tahunpun dianggap tidak wajar, atau
disebut dengan istilah "terlalu dini".
Di Indonesia pernikahan dini dapat dilihat di wilayah D.I Yogyakarta Khususnya daerah
Kabupaten Gunungkidul yang berada didaerah pedesaan. Jones (1997) mengemukakan bahwa

10
latar belakang penyebab terjadinya pola atau trend pernikahan dini adalah dari kebiasan dari
daerah setempat. Di pedesaan para perempuan akan segera dinikahkan oleh orantuanya setelah
mencapai usia akil balik yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Pernikahan dini pada
perempuan di Jawa khususnya di pedesaan umumnya dilakukan karena peran orang tua sangat
besar dalam mencarikan jodoh bagi anaknya. Beberapa faktor yang menyebabkan orangtua
menikahkan anaknya di usia dini adalah karena kemiskinan. Hal ini diasumsikan bahwa dengan
menikahkan anaknya maka beban perekonomian orangtua tersebut akan berkurang dan dari
pernikahannya tersebut menjadi sebuah usaha untuk mempertahankan kehidupan keluarga.
Masalah kemiskinan bisa menjadi penyebab bahkan merupakan batu loncatan bagi
masyarakat kalangan bawah untuk bertahan sebagai suatu strategi dalam menghadapi
permasalahan baik sosial maupun budaya. Disuatu wilayah ketika kemiskinan benar-benar
menjadi permasalahan yang sangat mendesak, akhirnya seorang perempuan (muda)lah yang
sering dianggap sebagai beban ekonomi keluarga.Oleh karena itu, pernikahan dini sering
dianggap sebagai suatu solusi karena dengan demikian keluarga perempuan akan mendapatkan
mas kawin dari pihak laki-laki dan beban keluarga akan berkurang. Pendapat mereka terhadap
pernikahan dini adalah untuk peningkatan ekonomi dan juga menghindari akan bahaya
pelecehan dan perkosaan. Bentuk pernikahan dini ini dapat pula dilihat sebagai suatu pola yang
melindungi atau lebih tepatnya mengekang perempuan untuk dapat berkembang dalam segala
bentuk perkembangan baik dalam aspek sosial, pendidikan, kesehatan maupun mental. Dalam
pernikahan dini, persiapan mental memang sangat dibutuhkan bagi kedua belah pihak, namun
dalam kasus ini perempuan lebih dihadapkan dalam situasi yang membatasi ruang gerak
perempuan untuk masuk ke ranah dimestik manakala ia harus menikah. Minimnya pengetahuan
seseorang tentang hukum pernikahan menyebabkan trend pernikahan dini ini terjadi.

C. Jurnal
Terlampir.
Trend Pernikahan Dini di Kalangan Remaja
(Studi Kasus Di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta Tahun 2009-2012)

D. Daftar pustaka
 Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
 http://ejournal.uinsuka.ac.id/ushuluddin/SosiologiAgama/article/download/1164/107

BAB II
MENGAPLIKASIKAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI

11
YANG BERORIENTASI HUMANISTIK

A. Mengaplikasikan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Yang Berorientasi Humanistik


1. Konsep Dasar Humanistik
Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada
tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli
psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas
mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus
tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi
yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered
therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja
sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas,
rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar
dipahami (Alwisol, 2005 : 333).
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan
manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.
Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.
a) Konsep-Konsep Utama
Menurut Ahmad Sudrajat, konsep dasar pendekatan Humanistik terdiri dari tiga
aspek yaitu :
1) Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia
kerjakan dn yang tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia
inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2) Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh
karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri
menuju aktualisasi diri.

12
3) Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk
self expression.
Sebagai suatu paradigma, psikologi humanistik mempunyai ciri-ciri tertentu. Empat
ciri psikologi yang berorientasi humanistik sebagai berikut : (Misiak dan Sexton,
2005). Memusatkan perhatian pada person yang mengalami dan karenanya berfokus
pada pengalaman sebagai fenomena dalam mempelajari manusia. Menekankan pada
kualita-kualitas yang khas manusia, seperti memilih, kreatifitas, menilai, dan
realisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistik dan
reduksionistik. Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-
masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan
digunakan serta menentang penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang
mengorbankan signifikansi. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai
yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan
potensi yang inheren pada setiap individu. Memang individu sebagimana dia
menemukan dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan individu-individu lain
dan dengan kelompok-kelompk sosial.
Sedangkan Charlotte Buhler (pemimpin internasional dan juru bicara senior
psikologi humanistik) menekankan ciri-ciri psikologi humanistik berikut ini sebagai
hal-hal yang mendasar, yaitu ; (dalam Misiak dan Sexton, 2005). Mencoba
menemukan jalan ke arah studi dan pemahaman individu sebagai keseluruhan.
b) Aplikasi Metode Psikotrapi Rogers Dalam Konseling
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi
yang dikemukakan dan dikembangkannya. Dasar dari teknik terapinya tersebut
Rogers menilai bahwa manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan
menciptakan  kesehatan dan menyesuaikannya.
Dengan demikian, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan
pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini
konselor diharapkan bersifat dan bersikap:
1) Menerima (Acceptance)sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat
dan mengembangkan diri apa adanya.
2) Kehangatan (Warmth) ditujukan   agar  klien   merasa  aman   dan memiliki
penilaian yang lebih positif tentang dirinya.

13
3) Tampil apa  adanya (Genuine)kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis
agar klien memiliki sikap positif.
4) Empati (Emphaty) menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal
frame  of reference),  klien   akan memberikan manfaat besar dalam memahami
diri dan problematikanya.
5) Penerimaan tanpa  syarat (Unconditional positive  regard) sikap penghargaan
tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun  negatif perilaku
atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
6) Transparansi (Transparancy)penampilan  terapis  yang transparan atau tanpa
topeng pada   saat  terapi   berlangsung    maupun  dalam kehidupan keseharian
merupakan   hal yang penting  bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan
rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
7) Kongruensi (Congruence)konselor   dan  klien  berada pada hubungan yang
sejajar dalam   relasi  terapeutik  yang   sehat. Terapis  bukanlah  orang  yang
memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.
Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi
antara lain :
1) Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan,
dan problem yang dihadapi.
2) Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna
perasaannya.
3) Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
4) Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
5) Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
6) Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
7) Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh
unconditional positive regard.
8) Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu
berelasi sosial dengan baik.
9) Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.

2. Trend Issue

14
Budaya di negara berkembang umumnya sistem paternalistik masih tetap
menjadi acuan kuat. Budaya ini masih bersifat diskriminasi gender dan merugikan
kesehatan reproduksi ibu. Beberapa penelitian menunjukkan faktor budaya yang
berbau diskriminatif dan berpotensi merugikan kesehatan reproduksi ibu antara lain:
perilaku dan budaya tradisi pantang makanan tertentu yang harus dijalani ibu hamil
dan masa nifas. Dalam kontek sosial dan keluarga, kekuasaan dan pengambilan
keputusan bukan pada ibu misalnya tentang seberapa banyak dan seberapa sering
anak yang diinginkan, pada siapa dan di mana dilakukan persalinan. Adanya budaya
berunding juga mengakibatkan sering terjadi keterlambatan pertolongan persalinan
yang dapat berakibat fatal pada ibu dan bayi. Pada masa kehamilan sampai masa
nifas ibu harus mengikuti serangkaian upacara yang cukup melelahkan.
Pola makan dan aktivitas selama hamil dan setelah persalinan sangat
menentukan kesehatan reproduksi ibu dan bayinya. Dua suku di papua mempunyai
tema budaya yang bersifat diskriminatif melatarbelakangi aktivitas dan pola makan
ibu. Tema budaya pertama, penduduk menganggap tugas mencari dan mengolah
bahan makanan adalah tugas ringan sehingga menjadi tugas pokok perempuan.
Tugas laki-laki adalah berperang, membuat rumah perahu dan berburu. Pemberian
mahar pernikahan yang tinggi berupa beberapa ekor babi menyebabkan status
perempuan lekih rendah dari pria karena dianggap sudah dibeli. Tugas ibu-ibu
kedua suku semakin berat setelah berada di pemukiman baru karena lahan (hutan,
sungai, rawa, pantai) tempat meramu (mengumpulkan bahan makanan) jauh dari
pemukiman. Sedangkan tugas kaum laki-laki semakin ringan karena membuat
rumah dan perahu tidak diperlukan lagi, berperang juga sudah jarang. Tetapi sedikit
sekali suami yang mau berbaik hati menggantikan tugas mencarim bahan makanan
sehari-hari. Budaya ini sangat diskriminatif dan memberatkan kaum perempuan,
tidak berpihak terhadap pemeliharaan kesehatan ibu dan mengabaikan hak-hak
kesehatan reproduksi perempuan.
Tema budaya kedua, perempuan Harus lebih mengutamakan kecukupan
makanan untuk laki-laki Meskipun ibu-ibu kedua suku ini bekerja sangat keras demi
kelanjutan hidup keluarganya namun tetap,dianggap rendah 'sejajar dengan babi' dan
memperoleh asupan makanan 'sisa' paling belakangan.

3. Jurnal

15
Terlampir.
Jurnal Diskriminasi Gender Dalam Kesehatan Reproduksi Suku Amungme Dan
Suku Kamoro Di Kabupaten Mimika Papua.

4. Daftar Pustaka
 Moeljono Notosoedirjo, Latipun. 2005. Kesehatan Mental Konsep dan
Penerapan. Malang: UMM Press.
 http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/download/2187/1099

16
BAB III
MENGAPLIKASIKAN KEPEMIMPINAN BIDAN
DALAM ADVOKASI PEREMPUAN

1. Mengaplikasikan Kepemimpinan Bidan Dalam Advokasi Perempuan


A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas – tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya ( Ordway Tead ).
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang
dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela
mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R.
Terry ).
Dapat dipahami dari dua batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul
apabila ada seseorang yang karena sifat – sifat dan perilakunya mempunyai
kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun
berbuat sesuatusesuai dengan apa yang diinginkannya.
a. Kepemimpinan dalam Pelayanan Kebidanan
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi &
manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan
masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8). Bidan
sebagai seorang pemimpin harus :
1) Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan
kesehatan.
2) Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan di
masyarakat.
3) Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta
mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
4) Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif
luas dan kritis.
5) Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik
kebidanan.

17
B. Advokasi dalam Pelayanan Kebidanan
1) Pengertian Advokasi
Istilah advocacy (advokasi) mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi
global pendidikan atau promosi kesehatan.
Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai
tindakan atau proses untuk membela dan memberi dukungan. Advoksai dapat
pula diterjemahkan tindakan yang mempengaruhi seseorang.
Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang atau bidan/organisasi
yang di duga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
pelaksanaan suatu  kegiatan. Secara operasional, advokasi adalah kombinasi
antara gerakan perorangan dan masyarakat yang di rancang untuk memperoleh
komitmet politis, dukungan kebijakan, penerimaan gagasan, atau dukungan
terhadap system untuk suatu tujuan atau program tertentu.
Dengan demikian dapat disimpuilkan bahwa advokasi adalah kombinasi
antara pendekatan atau kegiatan individu dan social, untuk memperoleh
komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan social, dan adanya sistem
yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
2) Tujuan Advokasi
Adapun Tujuan advokasi adalah sebagai berikut :
a) Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan
b) Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan
c) Adanya kemauan atau kepedulian menyelesaikan masalah kesehatan
dengan memberikan alternatif solusi
d) Adanya tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah kesehatan
e) Adanya tindak lanjut kegiatan
f) Adanya komitmen dan dukungan dari kebijakan pemerintah, sumberdaya,
dan keikutsertakan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan masalah kesehatan.

Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan
kebutuhan kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk

18
memperoleh akses di bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya,
mengalami hambatan secara struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang
bepihak kepada mereka. Dan pada intinya tujuan utama advokasi adalah untuk
mendorong kebijakan publik seperti dukungan tentang kesehatan.
3) Prinsip-Prinsip Advokasi
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan
tekanan (pressure) kepada para pemimpin institusi. Advokasi tidak hanya
dilakukan individu, tetapi juga oleh kelompok atau organisasi, maupun
masyarakat.
Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik
perhatian masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan
untuk mencari solusinya.Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi
yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktek penerapan hukum.
4) Advokasi dalam pelayanan kebidanan
Bidan berperan sebagai advocator dengan tugas antara lain :
a) Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan
kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan
mereka sendiri.
b) Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi
kesehatyan dan membertikan dukungan sosial.
c) Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
d) Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung
melalui kebijakan atau keputusan politik.
e) Kebijakan itu dalam bentuk peraturan, Undang-Undang, instruksi yang
menguntungkan kesehatan publik.
Sasarannya yaitu pejabat legislatif dan eksekutif.Para pemimpin pengusaha,
organisasi politik dan organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi,
kabupaten, keccamatan desa kelurahan.

5) Bentuk Kegiatan Advokasi


a) Lobi Politik

19
Melakukan pendekatan dengan para pembuat keputusan setempat, agar
mereka menerima commited atau usulan, dan akhirnya mereka bersedia
mengeluarkan kebijakan atau keputusan-keputusan untuk membantu atau
mendukung program tersebut, baik di tingkat pusat maupun daerah.
b) Pendekatan dan Pelatihan Masyarakat
Melakukan pendekatan dan pelatihan-pelatihan kepada tokoh para masyarakat
setempat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuannya agar
para tokoh masyarakat setempat mempunyai kemampuan seperti yang
diharapkan program, dan dapat membantu menyebarkan informasi kesehatan
atau melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar berfikir positif sehingga
dapat dicontoh oleh masyarakat lain.
c) Penyuluhan Kesehatan (Seminar atau Presentasi)
Petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan, konseling melalui berbagai kesempatan dan
media.Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Seminar atau presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan
lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di
wilayahnya, lengkap dengan data dan iliutrasi yang menarik, serta rencana
program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut di bahas bersama yang
akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan terhadap
program  yamg akan dilaksanakan.
6) Media kegiatan Advokasi dalam pelayanan kebidanan
Menyampaikan masalah kesehatan menggunakan media dalam bentuk seperti :
a) Lisan (langsung kepada sasaran) / Seminar
b) Artikel (media massa)
c) Berita
d) Diskusi
e) Penyampaian pendapat untuk membentuk opini publik dan lain sebagainya

2. Trend Issue

20
Tren persalinan lewat bedah caesar di berbagai negara terus mengalami
peningkatan, termasuk negara-negara di Asia. Bahkan di China, hampir separo dari
seluruh kelahiran di negara itu dilakukan secara caesar. Jumlah ini termasuk tertinggi
di dunia.
WHO menemukan sebagian besar ibu hamil memilih operasi caesar karena
takut merasakan sakit dan khawatir kondisi vagina mereka akan menjadi kendur
setelah persalinan secara normal. Selain itu, operasi caesar dipilih karena calon ibu
bisa menentukan sendiri hari kelahiran yang diinginkan.
Meski tak setinggi di China dan Amerika, tren operasi caesar di Indonesia juga
meningkat. Memang belum ada data sahih soal ini. Namun, menurut Suroso, dokter
spesialis kandungan di Rumah Sakit Permata Bunda, melahirkan dengan operasi
caesar memang tengah menjadi tren. "Biasanya calon ibu fobia atau takut terhadap
rasa nyeri sehingga mereka memilih operasi," katanya.
Padahal, Suroso menjelaskan, pasien yang disarankan melakukan operasi ini
seharusnya adalah pasien yang masuk kategori berisiko tinggi. Risiko tinggi di sini
sangat terkait dengan keselamatan ibu dan si buah hati dalam suatu proses persalinan.
3. Jurnal
Terlampir.
Abstrak. Melahirkan dengan SC menjadi trend.
4. Daftar pustaka
 Veibymiaty Sumelung, Rina Kundre, Michael Karundeng. “Faktor – faktor yang
berperan meningkatnya Angka kejadian sectio caesarea Di rumah sakit umum
daerah Liun kendage tahunan” Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2, No.1
(Februari 2014): 2-3.
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25863/5/Abstract.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai