Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN TERPADU DI LINGKUNGAN

MASYARAKAT

KELOMPOK II

o Rapael Septian Pangaribuan


o Yolanda D.B Manullang
o Elisabet D Sianipar
o Stefya N.S Sinaga
o Vita Diah Rivani
o Mulyana

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS FARMASI


DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Promosi kesehatan Terpadu Di
lingkungan Masyarakat.
Makalah ini secara garis besar berisi informasi tentang pengertian Promosi Kesehatan Di
lingkungan Masyarakat,tujuan, strategi, sasaran, langkah- Langkah Promosi kesehatan Terpadu
Terhadap Masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berupaya optimal, walaupun masih ditemukan banyak
kendala dalam penyusunannya. Oleh karena, itu kami berharap masukan dan saran yang
konstruktif untuk perbaikan serta penyempurnaan . Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat di Universitas Sari
Mutiara Indonesia.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Promosi Kesehatan


2.2 Pengertian Strategi Promosi Kesehatan
2.3 Strategi Promosi Kesehatan Diberbagai Tatanan Dilingkungan Masyarakat
2.4 Promosi Kesehatan Diberbagai Tatanan Dilingkungan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hakdasar
rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak
untukmemperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangatbesar peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitasdalam rangka mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era
globalisasi.Keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut memerlukan
pembangunankesehatan yang lebih dinamis dan produktif dengan melibatkan semua
sector terkaittermasuk swasta dan masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan
untukmeningkatkan kesadaran, kemauan,kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatanmasyarakat yang optimal. Oleh karena itu perlu
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatanpemeliharaan, promosi kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif),penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yangdiselenggarakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan. Dalam rangkamemajukan kesehatan masyarakat serta
meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat maka diperlukan strategi promosi
kesehatan baik kepada pemerintah,tokoh masyarakat, dan khususnya kepada
masyarakat.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah promosi kesehatan kami membuat makalah ini
dengan Judul Promosi Kesehatan Terpadu Di lingkungan Masyarakat ditunjukan pada
Masyarakat.
1.2. Tujuan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas Dasar Promosi Kesehatan,
juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca untuk mengetahui tentang
bagaimana strategi promosi Kesehatan dilingkungan Masyarakat.
1.3. Manfaat
1. Sejarah Promosi Kesehatan
2. Pengertian Strategi Promosi Kesehatan
3. Strategi Promosi Kesehatan Diberbagai Tatanan Dilingkungan Masyarakat
4. Promosi Kesehatan Diberbagai Tatanan Dilingkungan Masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Promosi Kesehatan


Sebelum istilah promosi kesehatan diperkenalkan, masyarakat lebih mengenal istilah
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan menurut Green (1980) adalah "any
combination of learning's experiences designed to acilitate voluntary adaptations of
behavior conducive to health" (kombinasi dari pengalaman pembelajaran yang didesain
untuk memfasilitasi adaptasi perilaku yang kondusif untuk kesehatan secara sukarela).
Definisi pendidikan kesehatan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tidak
hanya sekedar memberikan informasi pada masyarakat melalui penyuluhan. Definisi
pendidikan kesehatan tersebut menunjukkan bahwa pengalaman pembelajaran meliputi
berbagai macam pengalaman individu yang harus dipertimbangkan untuk memfasilitasi
perubahan perilaku yang diinginkan. Istilah pendidikan kesehatan tersebut seringkali
disalahartikan hanya meliputi penyuluhan kesehatan saja sehingga istilah tersebut saat ini
lebih opuler diperkenalkan dengan istilah promosi kesehatan.
Tahun 1984, World Health Organization (WHO) mengubah istilah pendidikan kesehatan
menjadi promosi kesehatan. Perbedaan kedua istilah ersebut yaitu pendidikan kesehatan
merupakan upaya untuk mengubah erilaku sedangkan promosi kesehatan selain untuk
mengubah perilaku juga mengubah lingkungan sebagai upaya untuk memfasilitasi ke arah
perubahan perilaku tersebut. Istilah Health Promotion (promosi kesehatan) ini secara esmi
disampaikan pada Konferensi Internasional tentang Health Promotion di Ottawa, Kanada
padattahunm1986. Pada Konferensi tersebut health promotion idefinisikan sebagai "the
process of enabling peoples to increase controls over ad to improved their health" yaitu
proses yang memungkinkan seseorang ntuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatanDefinisi ini mengandung emahaman bahwa upaya promosi kesehatan
membutuhkan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai cara untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan baik perorangan maupun masyarakat.

Pada tahun 1994 Indonesia mendapat kunjungan dari Direktur Health Promotion WHO
yaitu Dr. Ilona Kickbush. Kemudian Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara Konferensi
Internasional Health Promotion yang keempat sehingga Depkes berupaya untuk
menyamakan konsep dan prinsip tentang promosi kesehatan serta mengembangkan
beberapa daerah menjadi daerah percontohan. Dengan demikian, penggunaan istilah
promosi kesehatan di Indonesia pada dasarnya mengacu pada perkembangan dunia
internasional. Konsep promosi kesehatan tersebut ternyata juga sesuai dengan
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu mengarah pada paradigma
sehat (Nurianti, 2015).
Visi, misi, dan strategi promosi kesehatan di Indonesia sudah sangat yang jelas sebagai
suatu lembaga atau institusi atau suatu program. Melalui visi dan misi tersebut lembaga
atau program memiliki arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, visi promosi
kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia,
seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No. 366 Tahun 2009, yaitu:
"Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi".

Promosi kesehatan yang menjadi bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia
harus mampu mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia, sehingga promosi
kesehatan dapat dirumuskan sebagai "Masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya". Adapun visi promosi kesehatan menurut Fitriani (2011),
yaitu:

a). Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

b). Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya

c). Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya.

Memelihara kesehatan artinya mau dan mampu dalam melakukan pencegahan penyakit
serta melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan. Selain itu, kesehatan perlu
ditingkatkan karena derajat kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat itu
bersifat dinamis 'tidak statis'. Diperlukan upaya untuk mewujudkan visi promosi kesehatan
tersebut agar masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut disebut misi promosi
kesehatan.

2.2. Pengertian Promosi Kesehatan


Menurut WHO (dalam Fitriani, 2011), promosi kesehatan sebagai "The process of
enabling individuals and communities to increases control over the determinants of health
and there by improve their health" (proses yang mengupayakan individu dan masyarakat
untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatannya).
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada masa yang lalu,
di mana dalam konsep promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran
masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan
saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di
dalam masyarakat maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan
yang diharapkan dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik,
sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai
macam dukungan baik pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-
undangan untuk perubahan lingkungan (Mubarak dkk., 2007).
Promosi kesehatan merupakan istilah yang saat ini banyak digunakan dalam kesehatan
masyarakat dan telah mendapatkan dukungan kebijakan dari pemerintah dalam
melaksanakan kegiatannya. Definisi promosi kesehatan juga tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/ SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah "upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan".
2.3 Strategi Promosi Kesehatan Diberbagai Tatanan Dilingkungan
Masyarakat
Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan
yang bersumber masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang kondusif untuk
mendorong terbentuknya kemampuan tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Upaya untuk mewujudkan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui strategi yang baik.
Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
promosi kesehatan sebagai penunjang dari program-program kesehatan yang lainnya,
seperti kesehatan lingkungan, peningkatan status gizi masyarakat, pemberantasan penyakit
menular, pencegahan penyakit tidak menular, peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta
pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan Piagam Ottawa (1984), misi promosi kesehatan dapat dilakukan


menggunakan 3 strategi yang dijelaskan sebagai berikut.
1) Advokasi (advocate)
Kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan faktor biologis dapat
memengaruhi kesehatan seseorang. Promosi kesehatan berupaya untuk mengubah kondisi
tersebut sehingga menjadi kondusif untuk kesehatan masyarakat melalui advokasi.
Kegiatan advokasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, tetapi juga dapat
dilakukan oleh masyarakat sasaran kepada para pemangku kebijakan dari berbagai tingkat
atau sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para
pemangku kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting dan
membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
2) Mediasi (mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani antara
sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Hal ini dikarenakan faktor yang
memengaruhi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja.
Promosi kesehatan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak baik dari pemerintah,
sektor kesehatan, sektor ekonomi, lembaga nonprofit, industri, dan media. Dengan kata
lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan kesehatan.
Kemitraan sangat penting sebab tanpa kemitraan sektor kesehatan tidak akan mampu
menangani masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas. Promosi kesehatan di sini
bertanggung jawab untuk memediasi berbagai kepentingan berbagai sektor yang terlibat
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Sehingga, strategi dan program promosi
kesehatan harus mempertimbangkan kebutuhan lokal dan memungkinkan berbagai sektor
baik di lingkup regional, nasional maupun international untuk dapat terlibat di dalamnya.

3) Memampukan (enable)
Promosi kesehatan berfokus pada keadilan dan pemerataan sumber daya kesehatan untuk
semua masyarakat. Hal ini mencakup memastikan setiap orang di masyarakat memiliki
lingkungan yang kondusif untuk berperilaku sehat, memiliki akses pada informasi yang
dibutuhkan untuk kesehatannya, dan memiliki keterampilan dalam membuat keputusan
yang dapat meningkatkan status kesehatan mereka. Prinsip promosi kesehatan di sini
adalah masyarakat mampu untuk memiliki control terhadap determinan yang dapat
memengaruhi kesehatan mereka. Sesuai dengan visi promosi kesehatan yaitu mau dan
mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai
misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti, dalam kegiatan promosi
kesehatan harus dapat memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar
mereka mampu mandiri di bidang kesehatan baik secara langsung atau melalui tokoh-
tokoh masyarakat. Telah diketahui bersama bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor dari luar kesehatan, seperti sosial, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Oleh sebab
itu, keterampilan masyarakat di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan),
pendidikan dan sosial lainnya juga perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan dalam
rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan.

Strategi promosi kesehatan menurut WHO (1994) secara global terdiri dari 3 hal sebagai
berikut:
a. Advokasi (advocacy)
Advokasi merupakan kegiatan membuat keputusan sebagai bentuk memberikan bantuan
kepada masyarakat dari penentu kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di
luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi adalah upaya
untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung terhadap tujuan yang
diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga para
pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari
para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan- kebijakan yang dikeluarkan
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan
sebagainya. Kegiatan advokasi memiliki bermacam-macam bentuk, baik formal maupun
informal. Advokasi dalam bentuk formal seperti penyajian atau presentasi dan seminar
tentang usulan program nyang diharapkan mendapat dukungan dari pejabat terkait.
Sedangkan kegiatan advokasi dalam bentuk informal seperti mengunjungi pejabat yang
relevan dengan program nyang diusulkan, yang secara tidak langsung bermaksud untuk
meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dan/atau fasilitas lain. Berdasarkan
uraian di atas, dapati disimpulkan bahwa advokasi adalah kegiatan untuk mendapatkan
dukungan dari para pejabat baik eksekutif dan legislatif di berbagai tingkat dan sektor
yang terkait dengan masalah kesehatan.
b. Dukungan sosial (social support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai lapisan
yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal dari unsur informal,
seperti tokoh agama dan tokoh adat yang mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur
formal, seperti petugas kesehatan dan pejabat pemerintah.

Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai perantara antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dan masyarakat sebagai penerima program
kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada
dasarnya adalah untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini
juga dapat dikatakan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan tokoh masyarakat,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya. Dengan
demikian, sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat
di berbagai tingkat.

c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat
secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi
promosi kesehatan). Kegiatan pemberdayaan di masyarakat sering disebut gerakan
masyarakat untuk kesehatan. Bentuk kegiatan pemberdayaan dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi atau pelatihanı- pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (incomes generating skill). Dengan
meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga, akan berdampak terhadap kemampuan
dalam pemeliharaan kesehatan, sebagai contoh yaitu terbentuknya pos obat desa,
terbentuknya dana sehati, berdirinya polindes, dan sebagainya. Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat itu sendiri. Strategi dalam melaksanakan upaya promosi kesehatan juga
telah dirumuskan dalam Ottawa Charter 'Piagam Ottawa'. Dalam Piagam Ottawa
tersebut disebutkan bahwa upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut.
1) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy) Kegiatan promosi
kesehatan tidak hanya menyangkut kegiatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan.
Promosi kesehatan membutuhkan semua upaya yang ada untuk bermuara ke
kesehatan. Dengan kata lain, arah kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan,
maupun surat-surat keputusan yakni agar selalu berwawasan atau. berorientasi
kepada kesehatan masyarakat. Contohnya adalah adanya peraturan atau undang-
undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan
perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh
pejabat publik harus memerhatikan dampaknya terhadap lingkungan kesehatan
masyarakat.
2) Lingkungan yang mendukung (supporting environment)
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus memerhatikan dampak pada
lingkungan sekitar agar mempermudah pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan.
2.4 Promosi Kesehatan Diberbagai Tatanan Dilingkungan Masyarakat
a. Promosi Kesehatan Dipuskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan layanan kesehatan primer yang
menjangkau hingga lapisan terbawah masyarakat. Pandemi COVID-19 juga menimbulkan
adanya disrupsi atau gangguan terhadap layanan kesehatan esensial di puskesmas.
Beberapa layanan kesehatan esensial misalnya pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti
imunisasi serta layanan ibu hamil, pelayanan penyakit menular seperti HIV dan TB, serta
pengobatan rutin untuk penyandang hipertensi atau diabetes mengalami hambatan.
Modifikasi bentuk layanan dan program pemberdayaan serta kemitraan diperlukan untuk
mempertahankan keberadaan dan kualitas layanan kesehatan primer. Lebih dari separuh
layanan posyandu ditiadakan pada masa pandemi Covid-19 menurut data yang dibahas
pada webinar PPPKMI seri 8 2020. Posyandu sendiri sejatinya merupakan Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Para kader bergerak di bawah koordinasi
pemerintahan local (RT-RW dan desa/kelurahan). Namun posyandu dipercaya merupakan
salah satu indicator aktivitas promosi kesehatan puskesmas.

b. Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit (PKRS)


Konsep yang berkembang saat ini tidak lagi PKRS, namun menjadi health promoting
hospital (HPH). Health Promoting Hospital sendiri merupakan konsep tata kelola rumah
sakit yang memiliki ruh promosi kesehatan. Meningkatkan kualitas pelayanan,
mengembangkan rumah sakit yang rekat dengan promosi kesehatan, mengembangkan
struktur dan budaya organisasi, dan mengembangkan promosi kesehatan pada lingkungan
fisik dan secara aktif bekerja sama dengan masyarakat sekitar rumah sakit. Jadi, PKRS
saat ini tidak hanya ditujukan bagi pasien dan keluarga, namun juga seluruh staf medis dan
penunjang serta pengunjung rumah sakit, bahkan masyarakat umum. Projek dan jaringan
Health Promoting Hospitals (HPH) dimulai pada tahun 1988 dan 1993, masing-masing,
untuk mempromosikan manajemen kualitas total rumah sakit (the total quality
management of hospitals). Projek ini juga bertujuan untuk menangani kesehatan staf dan
hubungan rumah sakit dengan komunitasnya.
Tujuan program adalah:
• Untuk meningkatkan sifat antar disiplin dan transparansi pengambilan keputusan dalam
perawatan rumah sakit;
• Untuk mengevaluasi dan mengumpulkan bukti tentang kegiatan promosi sehat dalam
pengaturan perawatan kesehatan;
• Untuk lebih menggabungkan promosi kesehatan ke dalam sistem manajemen mutu di
rumah sakit dan nasional.
The 2nd International Symposium on Health Promoting Hospital dilaksanakan Rabu, 11
September 2019. Acara ini diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku FKM UI dan bertempat di Ruang Promosi Doktor, Gedung G, FKM UI.
Dengan dihadiri oleh sekitar 150 peserta yang berasal dari berbagai Rumah Sakit di
Indonesia.
Payung hukum PKRS: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2018

C. Promosi Kesehatan Di Sekolah


Promosi kesehatan di sekolah menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Hal tersebut karena promosi kesehatan melalui komunitas sekolah cukup
efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan perilaku hidup
bersih dan sehat. Usia sekolah sangat baik untuk memberikan edukasi dan pemahaman
mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Dan Sehat (PHBS).
Tujuan Promosi Kesehatan Di Sekolah
• Menciptakan siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk menerapkan PHBS.
• Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bersih dan nyaman.
• Mampu meningkatkan pendidikan di sekolah.
• Menciptakan pelayanan kesehatan di sekolah yang bisa dimanfaatkan dengan baik
• Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di sekolah untuk mempromosikan
kesehatan.
Promkes di sekolah dapat dilaksanakan secara intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan
kokurikuler. Intrakurikuler maksudnya upaya promkes diintegrasikan dalam kurikulum
pembelajaran, baik dengan pendekatan tematik (holistik-integratif, misalnya pubertas),
maupun mata pelajaran (misalnya pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan).
Ekstrakurikuler maksudnya upaya promkes dilaksanakan melalui kegiatan di luar
kurikulum, misalnya organisasi siswa, pramuka (satuan karya bakti husada), usaha
kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dll. Upaya promkes juga dapat
dilaksanakan melalui kegiatan ko-kurikuler yaitu pendukung kegiatan belajar sesuai visi
dan budaya sekolah, misalnya shalat berjamaah yang tentunya didahului dengan wudhu
sebagai bagian dari ibadah sekaligus menjaga kebersihan pribadi (personal hygiene),
makan bekal bersama, Bawa Tempat Makan dan minum sendiri (BaTMan) untuk
mengurangi sampah plastik, dll.
UKS merupakan program asli Indonesia. Sejarah Singkat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Usaha kesehatan sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot project di Jakarta dan
Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri.
Tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Depdikbud dan Depkes
tentang kelompok kerja UKS. Untuk mencapai pemantapan dan pembinaan secara
terpadu ditetapkan Surat keputusan bersama antara Mendikbud, Menkes, Mendagri dan
Menag Tanggal 3 September 1980 tentang Pokok Kebijaksanaan dan Pengembangan UKS
N0. 408a/U/1984, No 3191/Menkes/SKBVI/1984, No 74/th/1984, No 61/1984.
D. Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
Upaya promosi kesehatan yang dilaksanakan di tempat kerja, selain bisa mengatasi,
memelihara, meningkatkan serta melindungi kesehatannya sendiri. Dengan menerapkan
promosi kesehatan di tempat kerja hal ini akan bisa meningkatkan produktivitas kerja
dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Menerapkan promosi kesehatan di tempat
kerja bisa memberikan dampak positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat. Secara
garis besar, promosi kesehatan di tempat kerja adalah harus bisa memberikan
perlindungan individu, baik didalam ataupun diluar lingkungan tempat kerja untuk
menciptakan proses kesehatan yang berkelanjutan.
Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
• Mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja
• Bisa menurunkan angka absensi tenaga kerja
• Mengurangi angka penyakit baik dalam lingkungan kerja atau diluar lingkungan kerja
• Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

E. Promosi Kesehatan Di Tempat umum lainnya


Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat yang memungkinkan semua orang
dapat masuk untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidental (sesekali)
maupun terus-menerus (rutin/periodik). Contoh TTU tempat wisata, terminal atau
bandara dan sejenisnya, pasar dan toko, kantor pos, rumah ibadah, dll. TTU yang harus
memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum yang memenuhi
persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat mencegah penularan penyakit antar
pengguna, penghuni, dan masyarakat sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam
pencegahan terjadinya masalah Kesehatan. Tempat umum sebagai lingkungan sehat
telah ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal
162 menyebutkan bahwa usaha kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk mencapai
kualitas lingkungan yang seimbang secara fisik, kimia, biologi, begitu juga sosial yang
mendukung setiap orang untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Selanjutnya pada
Pasal 163, Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin tersedianya
lingkungan yang sehat dan tidak memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Lingkungan
sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat
umum. Lingkungan tersebut bebas dari unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, seperti: limbah cair, padat, gas, sampah yang prosesnya tidak sesuai dengan
ketentuan dari pemerintah, zat kimia berbahaya, hewan yang membawa penyakit,
kebisingan yang melebihi ambang batas, pencemaran radiasi air, sinar dan udara, serta
makanan yang terkontaminasi (UU RI No. 36 Th 2009).
Protocol kesehatan selama masa pandemi Covid-19 yaitu 5M diharapkan terus
dipertahankan untuk dijalankan secara ketat.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 terkait protokol
kesehatan di tempat umum. Kepmen tersebut salah satunya mengatur soal protokol
kesehatan di rumah ibadah bagi pengelola maupun jemaah. Pengelola diminta mengatur
jumlah jemaah yang masuk rumah ibadah dalam waktu bersamaan. Dengan begitu
protokol jaga jarak bisa dilakukan dengan mudah. Pengaturan jarak minimal satu meter
posisi antar jamaah dengan memberikan tanda khusus yang ditempatkan di lantai/kursi
rumah ibadah. Selain itu, waktu ibadah juga dipersingkat namun tanpa mengurangi
kesempurnaan ibadah. Protokol umum lainnya seperti mengenakan masker dan menjaga
kebersihan juga wajib dilakukan.
Contoh upaya lain yang dilakukan yaitu penerapan Kawasan tanpa rokok (KTR)

Supermarket termasuk dalam kriteria tempat umum, yaitu: (a) Diperuntukkan bagi
masyarakat umum, (b) Harus memiliki gedung atau bangunan permanen, (c) Harus ada
kegiatan/aktivitas didalamnya (contoh: jual beli), (d) Harus ada fasilitas seperti: saluran
air bersih, WC, urinoir, tempat sampah, dan lain-lain. Menurut Peraturan Presiden RI
Nomor 112 Tahun 2007 pasal 4 ayat 1, mengenai Penataan dan Pembinaan pada Pasar,
Toko/Tempat Perbelanjaan Tradisional maupun Modern, bahwasanya pendirian
bangunan tempat aktifitas jual-beli tersebut wajib menyediakan fasilitas yang menjamin
kebersihan, kesehatan, keamanan, ketertiban dan kenyamanan.
Promosi kesehatan di Supermarket dapat didukung oleh sarana aksi yang menjadi dasar
pelaksanaan promosi kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan isi Konferensi Internasional
Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, pada 21 November 1986 yang telah menghasilkan
Piagam Ottawa (Ottawa Charter) berisi 5 butir sarana aksi promosi kesehatan, yaitu:
1. Membangun Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Build Healthy Public Policy). Artinya
mengupayakan agar para penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkatan
administrasi mempertimbangkan dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang dibuat.
2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Create Supportive Environment). Artinya
menciptakan suasana lingkungan (baik fisik maupun sosialpolitik) yang mendukung
(kondusif), sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukan upaya-upaya positif bagi
kesehatan.
3. Memperkuat Gerakan Masyarakat (Strengthen Community Action). Artinya memberi
dukungan terhadap kegiatan masyarakat, supaya masyarakat lebih berdaya dalam upaya
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
4. Mengembangkan Keterampilan Individu (Develop Personal Skill). Artinya
mengupayakan agar masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif dalam upaya
kesehatan, melalui pemberian informasi, pendidikan dan pelatihan yang memadai. Upaya
ini akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan melalui pendekatan tatanan (setting).
5. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service). Artinya mengubah
orientasi pelayanan kesehatan agar lebih memprioritaskan upaya promotif dan
pencegahan, namun tanpa melupakan upaya pengobatan dan pemulihan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada masa yang lalu,
di mana dalam konsep promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran
masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan
saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di
dalam masyarakat maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan
yang diharapkan dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik,
sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai
macam dukungan baik pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-
undangan untuk perubahan lingkungan (Mubarak dkk., 2007).
Promosi kesehatan diberbagai tatanan dilingkungan Masyarakat terbagi atas Promosi
Kesehatan Dipuskesmas, Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit (PKRS), Promosi Kesehatan
Di Sekolah, Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja, Promosi Kesehatan Di Tempat umum
dan lainnya.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat, dan dengan
promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita
sebagai analis kesehatan dapat mencegah berbagai penyakit.
Daftar Pustaka
Ajzen, I1985From intentions to actions: A theory of planned behavior. Dalam Action-control: From
cognition to behaviorDisunting oleh JKuhl & J. Beckman. Heidelberg, Germany: Springer
Amalia, F. 2015. Kegunaan psikologi dalam kesehatan masyarakat. Artikel Publikasi. Padang Universitas
Andalas
Arall, 2000. Perubahan perilaku dan proses perubahannyaDiakses dari http://
arali2008.files.wordpress.com/2008/08/perubahan-perilaku-dan-proses perubahannya.pdf
"Bandura, A. 1986. Social foundations of thought and action: A social cognitive theory Englewood Sliffs,
NJPrentice-Hall
Bandura, A2004Health promotion by social cognitive meansHealth Education and Behavior, 31(2): 143-
164
Bloom, B. 1908. Psikologi pendidikan. Jakarta: Pustaka Belajar
Chomitz, V.R.Slining, M.MMcGowan, R.J, Mitchell, S.E, Dawson, G.F. & Hacker, K.A2009Is there a
relationship between physical fitness and academic achievement? positive results from public
school children in the Northeast United StatesJournal of School Health, 79:30-37
Cottrell, R., Girvan, J.T& McKenzie, J. 2011Principles and foundations of health promotion and
education5th editionUpper Saddle River, NJBenjamin Cummings
Departemen Kesehatan RI2002Pedoman penanggulangan TBCetakan ke-8
Jakarta: Depkes RI
DiClemente, C.C, Schlundt, D& Gemmell, L2004Readiness and Stages of Change in Addiction
treatmentAmerican Journal on Addictions, 13(2): 103-119.
Djekky, R.D2002 Penerapan ilmu antropologi kesehatan dalam pembangunan kesehatan masyarakat
Papua. Jurnal Antropologi Papua, 1

Anda mungkin juga menyukai