Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP PROMOSI KESEHATAN

Oleh

Nama Anggota Kelompok :


1. Adwinsius Sara Sega (PO. 5303209201119)
2. Agnes Rambu Kaita Riwa (PO. 5303209201120)
3. Albren Lesa (PO. 5303209201121)
4. Angelintan Konda Namu (PO. 5303209201122)
5. Armelia Marsuki (PO. 5303209201123)
6. Carmila Aria De Araujo (PO. 5303209201124)
7. Daniel Tonga Peka Rihi (PO. 5303209201125)
Kelas : TK. 2 PPN A
Dosen pembimbing : Rohana Mochsen., SKp., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPNG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai ”Promosi
Kesehatan.”

Dalam Kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha
Esa, dan tidak lupa kepada Rohana Mochsen.,SKp.,M.Kes selaku dosen pembimbing kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik yang
membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman kami untuk lebih baik di masa
yang akan datang.

Kupang, 3 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Promosi Kesehatan 3
2.2 Perkembangan Promosi Kesehatan 4
2.3 Komponen Utama Promosi Kesehatan 7
2.4 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan 8
2.5 Latar Belakang Promosi Kesehatan 13
2.6 Sasaran Promosi Kesehatan 14
2.7 Bentuk Kegiatan Promosi Kesehatan 14
2.8 Penyelenggaraan Promosi Kesehatan 19

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan
Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan nasional adalah memajukan
kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan,
sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat


bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang
optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintahdan swasta
bersama-sama. Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang
hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara
melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah
tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis.Yang biasa disebut
dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.

Promosi kesehatan meliputi kegiatan pendidikan disertai pemberdayaan


masyarakat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan utama mengubah
pengetahuan masyarakat agar terbentuk perilaku sehat sesuai yang diharapkan. Dalam
melakukan pendidikan ataupun penyuluhan pada masyarakat dibutuhkannya suatu metode
yang sesuai.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca mengetahui dan memahami
tentang promosi kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami pengertian promosi kesehatan
2. Mengetahui dan memahami perkembangan promosi kesehatan

1
3. Mengetahui dan memahami komponen utama promosi kesehatan
4. Mengetahui dan memahami ruang lingkup promosi kesehatan
5. Mengetahui dan memahami latar belakang promosi kesehatan
6. Mengetahui dan memahami sasaran promosi kesehatan
7. Mengetahui dan memahami bentuk kegiatan promosi kesehatan
8. Mengetahui dan memahami penyelenggaraan promosi kesehatan

1.3 Manfaat
Menambah wawasan pengetahuan dan ilmu bagi mahasiswa/i keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kupang di bidang kesehatan tentang konsep promosi kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Promosi Kesehatan


Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari
istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi
kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak
bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat
usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO
merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat
harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya.
Lawrence Green mendefinisi promosi kesehatan sebagai berikut: Promosi kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Green,1984)
Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus,
atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan
bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan.

Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2003) bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti
lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya..
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green, promosi
kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang

3
terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan
pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.

Definisi dari depkes tersebut lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan


adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan publik
berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa gabungan kedua upaya ini akan
memberdayakan masyarakat sehingga mampu mengontrol determinan-determinan
kesehatan. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di
Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di
Indonesia. Dalam Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa
visi pembangunan kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan:
“Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).

2.2 Perkembangan Promosi Kesehatan


Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah
Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi
Kesehatan International yaitu dimulainya program Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD) pada tahun 1975 dan tingkat Internasional tahun 1978 Deklarasi Alma Ata
tentang Primary Health Care tersebut sebagai tonggak sejarah cikal bakal Promosi
Kesehatan (Departemen Kesehatan, 1994). Istilah Health Promotion (Promosi
Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, ketika

4
diselenggarakannya Konferensi Internasional pertama tentang Health Promotion di
Ottawa, Canada pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”,
yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Promosi kesehatan. Namun
istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada
masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul
pula istilahistilah populer lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial) dan Mobilisasi Sosial. Selanjutnya perkembangan
Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti uraian berikut ini:

a) Sebelum Tahun 1965


Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program
kesehatan, Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan,
terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb.
Sasarannya perseorangan (individu), supaya sasaran program lebih kepada
perubahan pengetahuan seseorang.

b) Periode Tahun 1965-1975


Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat. Saat itu
juga dimulainya peningkatan tenaga profesional melalui program Health Educational
Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual
walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

c) Periode Tahun 1975-1985


Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan. Di tingkat
Departemen Kesehatan ada Direktorat PKM. PKMD menjadi andalan program
sebagai pendekatan Community Development. Saat itu mulai diperkenalkannya
Dokter Kecil pada program UKS di SD. Departemen Kesehatan sudah mulai aktif
membina dan memberdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu lahir sebagai pusat
pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
perilaku masyarakat tentang kesehatan. Pendidikan kesehatan pada era tahun 80-an
menekankan pada pemberian informasi kesehatan melalui media dan teknologi
pendidikan kepada masyarakat dengan harapan masyarakat mau melakukan perilaku
hidup sehat.

5
d) Periode Tahun 1985-1995.
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas
memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang
tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang
kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat
itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa
Charter’ tentang Promosi Kesehatan.

e) Periode Tahun 1995-Sekarang


Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah
mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan
(termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan tidak hanya perubahan
perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau
faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi Internasional
Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’st Century,
Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’.
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) sebagai hasil rumusan
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Di Ottawa-Canada, menyatakan bahwa
Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga
mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu kemauan dan
kemampuan. Sehingga tujuan dari Promosi Kesehatan itu sendiri adalah
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
dan menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Dengan demikian penggunaan istilah Promosi Kesehatan di Indonesia tersebut
dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di
WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO India, juga sudah berubah
menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga
mengalami perubahan menjadi International Union For Health Promotion and
Education (IUHPE). Istilah Promosi Kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri yang mengacu pada

6
paradigma sehat. Salah satu tonggak promosi kesehatan ialah Deklarasi Jakarta,
yang lahir dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke IV.
Deklarasi Jakarta Merumuskan bahwa :
a. Promosi kesehatan adalah investasi utama yang memberikan dampak pada
determinan kesehatan, dan juga memberikan kesehatan terbesar pada
masyarakat.
b. Promosi kesehatan memberikan hasil positif yang berbeda dibandingkan upaya
lain dalam meningkatkan kesetaraan bagi masyarakat dalam kesehatan.
c. Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi tanggung jawab
lintas sektor. Deklarasi juga merumuskan prioritas-prioritas promosi kesehatan
di abad 21 yaitu: meningkatkan tanggung jawab dalam kesehatan, meningkatkan
investasi untuk pembangunan kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat
dan pemberdayaan individu serta menjamin infrastruktur promosi kesehatan.

2.3 Komponen Utama Promosi Kesehatan


5 komponen utama promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa adalah
1. Membangung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
2. Menciptakan lingkungan (fisik, sosial politik) yang mendukung
3. Memperkuat dan mendukung gerakan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan individu, dengan cara pemberian informasi,
pendidikan dan pelatihan yang memadai (melalui pendekatan tatanan. Tatanan
berdasarkan interaksi manusia dan berdasarkan wilayah)
5. Reorientasi pelayanan kesehatan supaya lebih mengutamakan promotif dan preventif
tanpa mengesampingkan kuratif dan preventif

Selain itu, cara mengembangkan komponen promosi kesehatan adalah :


a) Menentukan tujuan promosi kesehatan
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b. Peningkatan perilaku masyarakat
c. Peningkatan status kesehatan masyarakat
b) Menentukan sasaran promosi kesehatan
Didalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah kelompok
sasaran yaitu, individu, kelompok, maupun keduanya.

7
c) Menentukan isi/ Materi promosi kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami
oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa setempat ssehingga
sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
d) Menentukan metode
a. Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran
leaflet, dll.
b. Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan dan
sikap sasaran, misalnya dengan memperhatikan foto, slide atau melalui
pemutaran film/video.
c. Keterampilan : sasaran harus diberikan kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut.
d. Pertimbangkan sumber dana dan sumber daya
e) Menetapkan media
a. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan
media
b. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tingkat pendidikan,
aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.
f) Menyusun rencana evaluasi
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan
dilaksanakan , kelompoksasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi tersebut.
g) Menyusun jadwal pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan yang biasanya disajikan
dalam bentuk gan chart.

2.4 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Ruang lingkup sasaran promosi kesehatan adalah keempat determinan kesehatan dan
kesejahteran seperti terlihat dalam model klasik dari Bloom (Forcefield Paradigm of
Health and Wellbeing), yaitu:
a) Lingkungan,
b) Perilaku,
c) Pelayanan kesehatan, dan
d) Faktor genetik (atau diperluas menjadi faktor kependudukan)

8
Dalam paradigma ini diungkapkan pula bahwa antara keempat faktor tadi terjadi
saling mempengaruhi. Perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan
mempengaruhi perilaku. Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat bila pelayanan yang disediakan
digunakan (perilaku) oleh masyarakat. Faktor genetik yang tidak menguntungkan akan
berkurang resikonya bila seseorang berada dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku
sehat. Dengan demikian, perilaku memainkan peran yang penting bagi kesehatan.
Oleh karena itu, ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku dan
akar-akarnya serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap
perilaku. Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok faktor, yaitu
faktor-faktor predisposisi (yang merupakan prasyarat terjadinya perilaku secara
sukarela), pemungkin (enabling, yang memungkinkan faktor predisposisi yang sudah
kondusif menjelma menjadi perilaku), dan faktor penguat (reinforcing, yang akan
memperkuat perilaku atau mengurangi hambatan psikologis dalam berperilaku yang
diinginkan).
Menurut bagan teori Green, diketahui bahwa factor perilaku kesehatan ditentukan
oleh 3 faktor, yaitu :
1. Pertama, faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain: pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb.

9
Contoh: seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan
penimbangan agar mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu
tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu.
2. Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan atau
yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan
sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya
tempat olah raga, dsb.
3. Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh
masyarakat, dukungan suami, dukungan keluarga, tokoh adat, dsb.

Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2 dimensi, yaitu dimensi
aspek sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat pelaksanaan promosi atau
tatanan (setting).

1) Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan ,


secara garis besar terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:
a. Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat
yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status
kesehatannya.
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok masyarakat yang
sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnyadan menjadi pulih kesehatannya.

Maka, berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehatan ini, promosi kesehatan


mencakup 4 pelayanan, yaitu:

10
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada
kelompok orang yang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya. Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan
bagaimana memelihara kesehata, maka kelompok ini akan menurun jumlahnya,
dan kelompok orang yang sakit akan meningkat.

b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif


Disamping kelompok orang yang sehat, sasaran promosi kesehatan pada
tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi. Tujuan utama promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-kelompok tersebut
agar tidak jatuh atau menjadi terkena sakit (primary prevention).

c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif


Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita penyakit
(pasien). Tujuan promosi kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu
mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary prevention).

d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif


Promosi kesehtana pada tingkat ini mempunyai sasaran pokok kelompok
penderita atau pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuan
utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah agar mereka segera pulih
kembali kesehatnnya, dan atau mengurangi kecacactan seminimal mungkin.
Denganperkataan lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah pemulihan dan
mencegah kecacatan akibat penyakitnya (tertiary prevention).

2) Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaan)


a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai perilaku sehat
masyarakat, maka harus dimulai pada tatanan masing-masing keluarga. Dari
teori pendidikan dikatakan, bahwa keluarga adalah tempat persemaian manusia
sebagai anggota masyarakat. Karena itu, bila persemaian itu jelek maka akan
jelas berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi
tempat yang kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai

11
calon anggota masyarakat, maka promosi kesehatan akan sangat berperan.
Dalam promosi kesehatan, keluarga ini, sasaran utamanya adalah orang tua
terutama ibu. Karena ibulah dalam keluarga itu yang sangat berperan dalam
meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah


Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya sekolah merupakan
tempat lanjutan unutk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk perilaku
kesehatan. Peran guru dalam promosi kesehatan disekolah sanagt penting, karena
guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh anak-anak daripada orang tuanya.

c. Promosi kesehatan pada tempat kerja


Promosi kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan oleh pimpinan
perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif
untuk perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjaanya, misalnya tersedianya air
bersih, tempat pembuangan kotoran, tempat sampah, kantin, ruang tempat
istirahat, dan sebagainya.

d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)


Tempat-tempat umum adalah tempat dimana orang-orang berkumpul pada
waktu-waktu tertentu. Di tempat-tempat umum juga perlu dilaksanakan promosi
kesehatan dengan menyediakn fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku
sehat bagi pengujungnya.

e. Promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan


Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya adalah tempat
yang paling strategis untuk promosi kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan
di institusi pelayanan kesehatan ini dapat dilakukan baik secara individual oleh
para petugas kesehatan kepada para pasien atau kelurga pasien, atau dapat
dilakukan pada kelompok-kelompok.

2.5 Latar Belakang Promosi Kesehatan

12
Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan (WHO, 2020). Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (Undang-Undang RI No. 23, 1992). Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang RI No.36, 2009). Dalam
Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, 1986, promosi kesehatan didefinisikan
sebagai proses yang memungkinkan orang meningkatkan kendali atas, dan memperbaiki,
kesehatan mereka. Untuk mencapai keadaan fisik mental dan sosial yang lengkap
kesejahteraan, individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan
aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengatasi lingkungan. Oleh karena
itu, kesehatan dipandang sebagai sumber daya untuk kehidupan sehari-hari, bukan tujuan
hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan pada sumber daya sosial dan
pribadi, serta kemampuan fisik. Oleh karena itu, promosi kesehatan tidak hanya menjadi
tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi melampaui gaya hidup sehat hingga
kesejahteraan (WHO, 2016b).
Istilah promosi selama ini selalu dihubungkan dengan penjualan (sales) periklanan
(advertising), dan dipandang sebagai pendekatan propaganda yang di dominasi oleh
penggunaan media massa. Dalam konteks kesehatan promosi berarti upaya memperbaiki
kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih
tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun secara kelompok (Maulana, 2014).
Saat ini, promosi kesehatan merupakan bidang khusus dalam bidang kesehatan yang
melibatkan perubahan terencana dari gaya hidup dan kondisi kehidupan yang
berhubungan dengan kesehatan melalui berbagai kebiasaan individu dan lingkungan.
Latar belakang dari lahirnya konsep baru promosi kesehatan adalah kenyataan
bahwa upaya-upaya “health education” atau pendidikan (penyuluhan) kesehatan tidak
dengan serta merta atau tidak dengan mudah membuat individu ataupun masyarakat
berperilaku yang menguntungkan kesehatan, karena pendidikan kesehatan bertujuan
untuk menghasilkan perilaku yang menguntungkan kesehatan, dan perilaku itu bersifat
sukarela (Green, 1996, Green, 2000; Naidoo and Wills, 2000: 84), tidak memaksa
(French di dalam Naidoo and Wills, 2000:84). Hubungan kesehatan dan promosi
kesehatan, di tahun 1980-an, dirasakan dampaknya pada tahun 1990-an, muncul
pendekatan yang luas tidak hanya mencakup pendidikan kesehatan, tetapi juga

13
membahas kebutuhan terhadap aksi politik dan sosial. Hal ini, menunjukkan antara
promosi kesehatan dan status kesehatan masyarakat berada dalam suatu pola hubungan
saling mempengaruhi.

2.6 Sasaran Promosi Kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh
penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan
promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau
kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi
sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy).

2.7 Bentuk Kegiatan Promosi Kesehatan


Upaya-upaya peningkatan promosi kesehatan sesuai dari WHO, 1986 (dalam
Mubarak 2012) harus memperhatikan prasyarat-prasyarat yang terdiri atas sumber daya
dan kondisi dasar yang meliputi: perdamaian (peace), perlindungan (shelter), pendidikan
(education), makanan (food), pendapatan (income), ekosistem yang stabil (a stable

14
ecosystem), sumber daya yang berkesinambungan (a sustainable resources), serta
kesetaraan dan keadilan sosial (social justice and equity). Dalam konferensi Internasional
I tentang promosi kesehatan di Ottawa 1986, WHO telah merumuskan sejumlah kegiatan
yang dapat dilakukan oleh setiap Negara.
Kegiatan tersebut tertuang pada bagian sub judul Health PromotionAction Means
yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public


policy)
Promosi kesehatan lebih dari sekedar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan
pada pembuat kebijakan menempatkan agenda kesehatan di semua sektor pada
semua level. Hal ini bertujuan mengarahkan kesadaran mereka terhadap konsekuensi
kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab
terhadap kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan
yang berbeda namun dapat saling mengisi, termasuk legislasi, perhitungan fiskal,
perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan terkoordinasi yang
mengarah pada kesehatan, pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan
kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk
memastikan barang, jasa, dan pelayanan jasa publik yang lebih aman, sehat, lebih
bersih, serta lingkungan yang lebih menyenangkan. Kebijakan promosi kesehatan
memerlukan identifikasi hambatan serta cara menghilangkannya untuk diadopsi
pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar dapat
membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah bagi pembuat keputusan.

2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environments)


Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat
dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan
lingkungannya menjadi dasar pendekatan sosioekologis bagi kesehatan. Prinsip
panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa
adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan komunitas dan lingkungan
alam satu sama lain secara timbal balik. Konservasi sumberdaya alam di seluruh
dunia harus ditekankan sebagai menjadi global. Perubahan pola hidup, pekerjaan dan
waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu
luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur

15
kerja harus dapat membantu mencipatakan masyarakat yang sehat. Promosi
kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang
menstimulasi, memuaskan dan menyenangkan. Penjajakan sistematis dampak
kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat, terutama di daerah teknologi, daerah
kerja, produksi energi dan urbanisasi yang sangat esensial dan harus diikuti dengan
kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat.
Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumberdaya
alam harus ditujukan dalam promosi kesehatan apa saja.

3. Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (srenghten community actions)


Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien
dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi, dan
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini
adalah memberdayakan komunitas, kepemilikan mereka, dan kontrol terhadap usaha
dan nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumberdaya
manusia dan material dalam komunitas. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan
kemandirian dan dukungan sosial, serta untuk mengembangkan sistim yang fleksibel
guna memperkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Pengembangan
komunitas memerlukan akses informasi yang penuh and terus menerus untuk
mempelajari kesempatan bagi kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan terus
dilakukan.

4. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)


Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan social melalui
penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan
hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi
masyarakat untuk berlatih mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka serta
membuat pilihan yang kondusif bagi bagai kesehatan. Memungkinkan masyarakat
belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka pada semua tingkatan dan
untuk menangani penyakit atau kecelakaan yang sangat penting. Hal ini harus
difasilitasi oleh pihak sekolah, keluarga di rumah, tempat kerja, dan semua
lingkungan komunitas.

5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)

16
Menjadi promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan menjadi bersama
individu, kelompok komunitas, professional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan
dan pemerintah. Mereka harus bekerjasama melalui sistim perawatan kesehatan yang
berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak
meningkat ke arah promosi kesehatan selain sebagai penyedia pelayanan klinis dan
pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang mandat dari masyarakat luas.
Mandate ini harus mendukung kebutuhan individu/komunitas untuk kehidupan yang
lebih sehat serta bersifat sensitive atau menghormati kebutuhan kultural. Pelayanan
kesehatan berperan membuka saluran antara sector kesehatan dan komponen social,
politik, ekonomi dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan
kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat terhadap penelitian kesehatan
sebagaimana pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus membawa
perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan
ulang pada kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya.

6. Bergerak ke masa depan (moving into the future)


Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia dengan mengatur kehidupan
mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai.
Kesehatan diciptakan dengan cara memelihara satu sama lain dalam membuat dan
mengontrol kondisi kehidupan, sehingga menciptakan kondisi yang memungkinkan
pencapaian kesehatan okeh semua anggota masyarakat. Merawat kebersamaan dan
ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi promosi
kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan,
pelaksanaan, dan dan kegiatan promosi kesehatan dengan menjadikan kesetaraan
antara pria dan wanita sebagai acuan utama.

Menurut WHO (1984), terdapat 3 strategi dalam promosi kesehatan, yaitu :


a. Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-
orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk
pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat
kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa
memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan
kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat kebijakan

17
untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan
peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak
secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk
ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan kesehatanan.
Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang
merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju.
Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan
public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias
tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang
kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin).

b. Dukungan sosial
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat.
Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan kenyamanan
fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik,
dukungan social ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh
nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi
kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau dukungan emosional dari
masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.

c. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)


Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah
pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).
Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program.
Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program
kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi
perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat
bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi,

18
2007). Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan
aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

2.8 Penyelenggaraan Promosi Kesehatan


Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan
tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan
adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.

1) Metode pendidikan individual (perorangan)


Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
1. Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
3. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
1. Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2) Metode pendidikan kelompok


Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar
atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung
pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1. Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.

19
2. Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu
ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil
1. Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi,
tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi
berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.

2. Curah pendapat (Brain Storming) ;


Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan
satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan
tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar
dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3. Bola salju (Snow Balling)


Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang
5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang
yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group)


Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain,
dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

20
5. Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan
tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter
puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya
sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6. Permainan simulasi (Simulation Game)


Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan
dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.

3) Metode pendidikan Massa


Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya
oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah
juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman
Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu
siang (th 2006).
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
/konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.

21
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya
adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke
Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang
Nyamuk).

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Promosi Kesehatan merupakan proses perubahan perilaku/proses belajar secara
terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan (pengetahuan-sikap dan ketrampilan) untuk mencapai derajat hidup
sehat yang optimal. Tujuan Promosi Kesehatan secara umum adalah merubah
perilaku di bidang kesehatan dan secara khusus membuat klien/masyarakat
menyadari nilai kesehatan, mandiri mencapai hidup sehat dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan secara tepat guna.
Upaya-upaya promosi kesehatan adalah terciptaan kondisi yang memungkinkan
masyarakat berperilaku sehat dan membuat perilaku sehat sebagai pilihan yang
mudah dijalankan karena perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan
mempengaruhi perilaku. Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat bila pelayanan yang
disediakan digunakan (perilaku) oleh masyarakat dengan baik. Oleh karena itu,
ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku dan akar-akarnya
serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon
tenaga kesehatan dapat memahami tentang konsep dari promosi kesehatan dalam
rangka memajukan kesehatan masayarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, dan dengan promosi kesehatan yaitu penyuluhan kesehatan atau
pendidikan kesehatan kita untuk mencegah berbagai penyakit

23
DAFTAR PUSTAKA

Widyawati. (2020). Buku Ajar Pendidikan Dan Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama Medan Jl.
Gedung PBSI Pasar V Medan Estate

Susilowati, Dwi. (2016). Bahan Ajar Promosi Kesehatan.

Victor Trismanjaya Hulu, dkk. (2020). Promosi Kesehatan Masyarakat. Medan: Yayasan
Kita Menulis.

Dasuki, Suke. 2015. Promosi kesehatan kuliah kamis. Dikutip dari :


https://www.slideshare.net/dasukisuke/promosi-kesehatan-kuliah-kamis-43974089
(diakses pada 04 September 2021)

24

Anda mungkin juga menyukai