Oleh
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai ”Promosi
Kesehatan.”
Dalam Kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha
Esa, dan tidak lupa kepada Rohana Mochsen.,SKp.,M.Kes selaku dosen pembimbing kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik yang
membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman kami untuk lebih baik di masa
yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan
Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan nasional adalah memajukan
kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan,
sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca mengetahui dan memahami
tentang promosi kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami pengertian promosi kesehatan
2. Mengetahui dan memahami perkembangan promosi kesehatan
1
3. Mengetahui dan memahami komponen utama promosi kesehatan
4. Mengetahui dan memahami ruang lingkup promosi kesehatan
5. Mengetahui dan memahami latar belakang promosi kesehatan
6. Mengetahui dan memahami sasaran promosi kesehatan
7. Mengetahui dan memahami bentuk kegiatan promosi kesehatan
8. Mengetahui dan memahami penyelenggaraan promosi kesehatan
1.3 Manfaat
Menambah wawasan pengetahuan dan ilmu bagi mahasiswa/i keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kupang di bidang kesehatan tentang konsep promosi kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2003) bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti
lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya..
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green, promosi
kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
3
terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan
pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.
4
diselenggarakannya Konferensi Internasional pertama tentang Health Promotion di
Ottawa, Canada pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”,
yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Promosi kesehatan. Namun
istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada
masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul
pula istilahistilah populer lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial) dan Mobilisasi Sosial. Selanjutnya perkembangan
Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti uraian berikut ini:
5
d) Periode Tahun 1985-1995.
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas
memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang
tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang
kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat
itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa
Charter’ tentang Promosi Kesehatan.
6
paradigma sehat. Salah satu tonggak promosi kesehatan ialah Deklarasi Jakarta,
yang lahir dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke IV.
Deklarasi Jakarta Merumuskan bahwa :
a. Promosi kesehatan adalah investasi utama yang memberikan dampak pada
determinan kesehatan, dan juga memberikan kesehatan terbesar pada
masyarakat.
b. Promosi kesehatan memberikan hasil positif yang berbeda dibandingkan upaya
lain dalam meningkatkan kesetaraan bagi masyarakat dalam kesehatan.
c. Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi tanggung jawab
lintas sektor. Deklarasi juga merumuskan prioritas-prioritas promosi kesehatan
di abad 21 yaitu: meningkatkan tanggung jawab dalam kesehatan, meningkatkan
investasi untuk pembangunan kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat
dan pemberdayaan individu serta menjamin infrastruktur promosi kesehatan.
7
c) Menentukan isi/ Materi promosi kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami
oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa setempat ssehingga
sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
d) Menentukan metode
a. Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran
leaflet, dll.
b. Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan dan
sikap sasaran, misalnya dengan memperhatikan foto, slide atau melalui
pemutaran film/video.
c. Keterampilan : sasaran harus diberikan kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut.
d. Pertimbangkan sumber dana dan sumber daya
e) Menetapkan media
a. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan
media
b. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tingkat pendidikan,
aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.
f) Menyusun rencana evaluasi
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan
dilaksanakan , kelompoksasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi tersebut.
g) Menyusun jadwal pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan yang biasanya disajikan
dalam bentuk gan chart.
8
Dalam paradigma ini diungkapkan pula bahwa antara keempat faktor tadi terjadi
saling mempengaruhi. Perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan
mempengaruhi perilaku. Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat bila pelayanan yang disediakan
digunakan (perilaku) oleh masyarakat. Faktor genetik yang tidak menguntungkan akan
berkurang resikonya bila seseorang berada dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku
sehat. Dengan demikian, perilaku memainkan peran yang penting bagi kesehatan.
Oleh karena itu, ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku dan
akar-akarnya serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap
perilaku. Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok faktor, yaitu
faktor-faktor predisposisi (yang merupakan prasyarat terjadinya perilaku secara
sukarela), pemungkin (enabling, yang memungkinkan faktor predisposisi yang sudah
kondusif menjelma menjadi perilaku), dan faktor penguat (reinforcing, yang akan
memperkuat perilaku atau mengurangi hambatan psikologis dalam berperilaku yang
diinginkan).
Menurut bagan teori Green, diketahui bahwa factor perilaku kesehatan ditentukan
oleh 3 faktor, yaitu :
1. Pertama, faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain: pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb.
9
Contoh: seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan
penimbangan agar mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu
tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu.
2. Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan atau
yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan
sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya
tempat olah raga, dsb.
3. Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh
masyarakat, dukungan suami, dukungan keluarga, tokoh adat, dsb.
Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2 dimensi, yaitu dimensi
aspek sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat pelaksanaan promosi atau
tatanan (setting).
10
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada
kelompok orang yang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya. Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan
bagaimana memelihara kesehata, maka kelompok ini akan menurun jumlahnya,
dan kelompok orang yang sakit akan meningkat.
11
calon anggota masyarakat, maka promosi kesehatan akan sangat berperan.
Dalam promosi kesehatan, keluarga ini, sasaran utamanya adalah orang tua
terutama ibu. Karena ibulah dalam keluarga itu yang sangat berperan dalam
meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.
12
Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan (WHO, 2020). Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (Undang-Undang RI No. 23, 1992). Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang RI No.36, 2009). Dalam
Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, 1986, promosi kesehatan didefinisikan
sebagai proses yang memungkinkan orang meningkatkan kendali atas, dan memperbaiki,
kesehatan mereka. Untuk mencapai keadaan fisik mental dan sosial yang lengkap
kesejahteraan, individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan
aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengatasi lingkungan. Oleh karena
itu, kesehatan dipandang sebagai sumber daya untuk kehidupan sehari-hari, bukan tujuan
hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan pada sumber daya sosial dan
pribadi, serta kemampuan fisik. Oleh karena itu, promosi kesehatan tidak hanya menjadi
tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi melampaui gaya hidup sehat hingga
kesejahteraan (WHO, 2016b).
Istilah promosi selama ini selalu dihubungkan dengan penjualan (sales) periklanan
(advertising), dan dipandang sebagai pendekatan propaganda yang di dominasi oleh
penggunaan media massa. Dalam konteks kesehatan promosi berarti upaya memperbaiki
kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih
tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun secara kelompok (Maulana, 2014).
Saat ini, promosi kesehatan merupakan bidang khusus dalam bidang kesehatan yang
melibatkan perubahan terencana dari gaya hidup dan kondisi kehidupan yang
berhubungan dengan kesehatan melalui berbagai kebiasaan individu dan lingkungan.
Latar belakang dari lahirnya konsep baru promosi kesehatan adalah kenyataan
bahwa upaya-upaya “health education” atau pendidikan (penyuluhan) kesehatan tidak
dengan serta merta atau tidak dengan mudah membuat individu ataupun masyarakat
berperilaku yang menguntungkan kesehatan, karena pendidikan kesehatan bertujuan
untuk menghasilkan perilaku yang menguntungkan kesehatan, dan perilaku itu bersifat
sukarela (Green, 1996, Green, 2000; Naidoo and Wills, 2000: 84), tidak memaksa
(French di dalam Naidoo and Wills, 2000:84). Hubungan kesehatan dan promosi
kesehatan, di tahun 1980-an, dirasakan dampaknya pada tahun 1990-an, muncul
pendekatan yang luas tidak hanya mencakup pendidikan kesehatan, tetapi juga
13
membahas kebutuhan terhadap aksi politik dan sosial. Hal ini, menunjukkan antara
promosi kesehatan dan status kesehatan masyarakat berada dalam suatu pola hubungan
saling mempengaruhi.
14
ecosystem), sumber daya yang berkesinambungan (a sustainable resources), serta
kesetaraan dan keadilan sosial (social justice and equity). Dalam konferensi Internasional
I tentang promosi kesehatan di Ottawa 1986, WHO telah merumuskan sejumlah kegiatan
yang dapat dilakukan oleh setiap Negara.
Kegiatan tersebut tertuang pada bagian sub judul Health PromotionAction Means
yang dijelaskan sebagai berikut:
15
kerja harus dapat membantu mencipatakan masyarakat yang sehat. Promosi
kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang
menstimulasi, memuaskan dan menyenangkan. Penjajakan sistematis dampak
kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat, terutama di daerah teknologi, daerah
kerja, produksi energi dan urbanisasi yang sangat esensial dan harus diikuti dengan
kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat.
Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumberdaya
alam harus ditujukan dalam promosi kesehatan apa saja.
16
Menjadi promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan menjadi bersama
individu, kelompok komunitas, professional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan
dan pemerintah. Mereka harus bekerjasama melalui sistim perawatan kesehatan yang
berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak
meningkat ke arah promosi kesehatan selain sebagai penyedia pelayanan klinis dan
pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang mandat dari masyarakat luas.
Mandate ini harus mendukung kebutuhan individu/komunitas untuk kehidupan yang
lebih sehat serta bersifat sensitive atau menghormati kebutuhan kultural. Pelayanan
kesehatan berperan membuka saluran antara sector kesehatan dan komponen social,
politik, ekonomi dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan
kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat terhadap penelitian kesehatan
sebagaimana pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus membawa
perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan
ulang pada kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya.
17
untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan
peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak
secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk
ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan kesehatanan.
Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang
merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju.
Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan
public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias
tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang
kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin).
b. Dukungan sosial
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat.
Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan kenyamanan
fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik,
dukungan social ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh
nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi
kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau dukungan emosional dari
masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.
18
2007). Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan
aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
19
2. Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu
ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1. Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi,
tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi
berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
20
5. Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan
tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter
puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya
sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
21
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya
adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke
Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang
Nyamuk).
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Promosi Kesehatan merupakan proses perubahan perilaku/proses belajar secara
terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan (pengetahuan-sikap dan ketrampilan) untuk mencapai derajat hidup
sehat yang optimal. Tujuan Promosi Kesehatan secara umum adalah merubah
perilaku di bidang kesehatan dan secara khusus membuat klien/masyarakat
menyadari nilai kesehatan, mandiri mencapai hidup sehat dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan secara tepat guna.
Upaya-upaya promosi kesehatan adalah terciptaan kondisi yang memungkinkan
masyarakat berperilaku sehat dan membuat perilaku sehat sebagai pilihan yang
mudah dijalankan karena perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan
mempengaruhi perilaku. Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat bila pelayanan yang
disediakan digunakan (perilaku) oleh masyarakat dengan baik. Oleh karena itu,
ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku dan akar-akarnya
serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon
tenaga kesehatan dapat memahami tentang konsep dari promosi kesehatan dalam
rangka memajukan kesehatan masayarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, dan dengan promosi kesehatan yaitu penyuluhan kesehatan atau
pendidikan kesehatan kita untuk mencegah berbagai penyakit
23
DAFTAR PUSTAKA
Widyawati. (2020). Buku Ajar Pendidikan Dan Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama Medan Jl.
Gedung PBSI Pasar V Medan Estate
Victor Trismanjaya Hulu, dkk. (2020). Promosi Kesehatan Masyarakat. Medan: Yayasan
Kita Menulis.
24