Disusun oleh :
NIM ( 2017.D.01.019)
Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Deskripsi dan Kompetensi Mata Kuliah,
Materi dan Manfaat Mata Kuliah. Penyusunan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan mudah-
mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Agar mengetahui sejarah dan konsep promosi kesehatan, definisi promosi kesehatan, konsep promosi
kesehatan, visi dan misi promosi kesehatan, ruang lingkup dan sasaran promosi kesehatan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Sejarah promosi kesehatan
2. Definisi promosi kesehatan
3. Konsep promosi kesehatan
4. Visi dan misi promosi kesehatan
5. Ruang lingkup promosi kesehatan dan menyebutkan contohnya
6. Sasaran promosi kesehatan dan menyebutkan contohnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari kutipan diatas jelas dinyatakan bahwa, promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Pada awalnya promosi kesehatan lebih dulu dikenal sebagai pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan tidak terlepas dari
sejarah akan praktik pendidikan kesehatan pada masa lampau.
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986,
pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di
Ottawa, Canada. Pada waktu itu dicanangkan Ottawa Charter, yang memuat definisi dan prinsip-
prinsip dasar Health Promotion
1. Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai
tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan
para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang
akan dijalankan tersebut penting. ekonomi”.
2. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani antara sektor
kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan
merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat
penting sebab tanpa kemitraan niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani
masalah – masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo,
2010).
3. Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan
masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau melalui tokoh – tokoh
masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan keterampilan – keterampilan kepada
masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa
kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial
dan sebagainya.
2. Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan Ruang lingkup promosi kesehatan ini
dikelompokkan menjadi :
Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan pengganti orang tua
pada waktu di sekolah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) mulai dicetuskan setidaknya pada
tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang
Health Promotion di Ottawa, Canada. Pada waktu itu dicanangkan Ottawa Charter,
yang memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health Promotion
Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus promosi kesehatan lebih baik lagi, agar
masyarakat mampu mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat lagi.
Agar tidak terjadi nya penyakit akibat perilaku yang tidak baik tersebut. Lebih baik
mencegah daripada mengobati.
Kegiatan Belajar 2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan
cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education,
persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha di antaranya
2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan. Hal ini
karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap
penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan
diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun
tempat kerja. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung
tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan. Beberapa usaha lain di antaranya :
2.3 Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-
kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain
mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat
atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima
mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan
pada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada Lima Tingkat Pencegahan (Five Level of Prevention) Dari Leavel and Clark.
Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga
yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, dll.
Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan
kesehatan.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh
karena kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan
melakukan latihan-latihan yang dianjurkan.
3.2 Saran
Dari lima tingkat pencegahan ini kita bisa lebih baik meningkat kesehatan di
masyarakat dan lingkungan dengan menggunakan tingkat-tingkat pencegahan ini.
Yaitu: Promosi Kesehatan, Perlindungan Khusus, Diagnosis Dini dan Pengobatan
segera, Pembatasan Cacat, Rehabilitasi.
Kegiatan Belajar 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa lebih mengetahui dan memahami Strategi-Strategi Promosi Kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, diperlukan cara pendekatan yang
strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Cara ini sering disebut “strategi”. Jadi
strategi ialah, cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri
dari 3 hal, yaitu Advokasi, Dukungan Sosial, dan pemberdayaan Masyarakat. Di dalam
piagam Ottawa dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir,
yaitu Kebijakan Berwawasan Kebijakan, Lingkungan yang mendukung, Reorientasi
Pelayanan Kesehatan, Keterampilan Individu, dan gerakan Masyarakat.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai analisis
kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dengan
promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita
sebagai analisis kesehatan dapat mencegah berbagai penyakit.
Kegiatan Belajar 4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.
Pengetahuan seseorang terhdap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhdap objek tersebut,
tidak hanya sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdpat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakandalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhdap objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau dari norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhdap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan
Seperti halnya pengetahuan sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan
intensitasnya yaitu sebagai berikut :
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang(subjek) menerima stimulus yang
diberikan( objek)
b) Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan(objek) yang dihadapi.
c) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan seseorang (subjek) memberikan nilai yang positif
terhadap stimulus (objek). Mampu mengajak orang lain, mempengaruhi,
menganjurkan orang lain untuk merespon.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya, dimana seseorang mampu
bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya dan berani mengambil
risiko terhdapa keyakinannya tersebut.
c) Adopsi (adoption)
Yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, apa yang
dilakukam tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja tetapi sudah diikuti
oleh tindakan atau perilaku yang berkualitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati
dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik
secara baik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan, individu yang
sehat akan tercemin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat
akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
3.2 Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan, individu yang
sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan
kualitas hidup baik. Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3Tujuan
Memberikan pengetahuan tentang perilaku kesehatan pada seseorang menurut
model teori perilaku Lawrence Green. Serta memberikan konsep precende proceed,
factor presdisposing, factor reinforcing dan factor enabling pada kehidupan di
lingkungan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang
dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk
merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal dengan
kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan beberapa
faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana terfokus pada faktor tersebut
sebagai target untuk intervensi.
Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED adalah
sebagai berikut:
PRECEDE terdiri dari:
1. Predisposing;
2. Reinforcing;
3. Enabling cause in educational diagnosis and evaluation
Akan memberikan wawasan spesifik menyangkut evaluasi. Kerangka kerja ini
menunjukkan sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. PRECEDE digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program.
PROCEED terdiri dari:
1. Policy
2. Regulation
3. Organizational and environmental development
Precede mengarahkan perhatian awal pendidik kesehatan terhadap keluaran dan bukan
terhadap masukan dan memaksanya memulai proses perencanaan pendidikan kesehatan dari
ujung “Keluaran”. Ini mendorong munculnya pertanyaan “mengapa” sebelum pertanyaan
“bagaimana”. Dari sudut perencanaan, apa yang terlihat sebagai ujung yang salah sebagai tempat
untuk memulai, kenyataannya adalah sesuatu yang benar. Orang mulai dengan keluaran akhir,
kemudian bertanya tentang apa yang harus mendahului keluaran itu, yakni dengan cara
menentukan sebab-sebab keluaran itu. Dinyatakan dalam cara lain, semua faktor yang penting
untuk suatu keluaran harus didiagnosis sebelum intervensi dirancang; jika tidak, intervensi akan
didasarkan atas dasar tebakan (kira-kira) dan mempunyai resiko salah arah.
Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk
memulai dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli. Adapun
penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada perencanaan program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan menerangkan
bahwa model tersebut bias diaplikasikan untuk program pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan berbasis kebutuhan masyarakat diwilayah penelitian. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan diarahkan pada upaya perubahan perilaku dengan mempertimbangkan factor
predisposisi, penguat dan pendukun.
3.2 Saran
Diharapkan agar dapat membedakan factor penyebab dilingkungan dalam
kehidupan sehari-hari. Melakukan serta mempertimbangkan factor predisposisi, penguat
dan pendukung dalam upaya pemberdayaan pada masyarakat di dalam bidang kesehatan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui tentang niat(intetion) sebagai determinan utama perilaku
2. Mengetahui sikap dan faktor pembentuk sikap
3.Mengetahui norma subjektif dan faktor pembentuk norma subjektif
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
Teori perilaku yang direncanakan merupakan suatu teori yang menjelaskan tentang
perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku
dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia.
3.2 SARAN
Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena sikap akan
menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang lain dalam menentukan
perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan sebuah perilaku tertentu tetap
tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam berperilaku adalah
kontrol perilaku karena dengfan begitu kita akan lebih mengetahui apakah kita mampu untuk
berperilaku sesuai dengan apa yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan mengetahui halangan
atau hambatan yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku yang akan kita lakukan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan masyarakat.
a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara klinis tidak ada penyakit semua organ tubuh
berfungsi secara normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh
b. Kesehatan mental(jiwa) mencakup 3 komponen:
1. Pikiran
Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan
pikiran. Jalan pikiran yang sehat apabila seseorang mampu berpikir logis,
(masuk akal) atau berpikir secara runtut
2. Emosional
Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya misalnya takut,gembira, kuatir, sedih.
3. Spiritual
Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengeksperisikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan, keagungan dan sebagainya terhadap sesuatu yakni sang
pencipta (ALLAH yang Maha Kuasa).
4. Kesehatan Social
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan atau
berkomunikasi dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi
dengan orang atau kelompok lain tanpa membedakan ras, suku, agama
atau kepercayaan status-status social, ekonomi , politik.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang (dewasa) itu
produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu
yang dapat menyokong secara finansial terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya.
3.1 KESIMPULAN
Health Literacy di dalam masyarakat masih sangat kurang hal ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti fasilitas yang disediakan pemerintah dan tingkat pendidikan dari
masyarakat itu sendiri.
3.2 SARAN
Sebagai saran kita sebagai kesehatan masyarakaat harus mampu mengoptimalkan helath
promotion yang kita lakukan ke masyarakat sehingga dapat meningkatkan health literacy.
BAB I
PENDAHULUAN
2.9. PEMBELAJARAN 9
Pendidikan kesehatan sebagai upaya promosi kesehatan
2.1 Definisi pendidikn kesehatan
Pendidikan tidak lepas dari proses belajar, dan faktor-faktor manusia yang
berperan dalam proses belajar adalah kematangan, pengetahuan dan motivasi.
Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk
intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut
kondusif untuk kesehatan.
Menurut Azwar cit Machfoedz (2006), pendidikan kesehatan adalah sejumlah
pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan,
sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan
perseorangan, masyarakat, dan bangsa.
2.2 Tujuan pendidikan kesehatan
Untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat.
Menurut Machfoedz (2006) cit Azwar (1983: 18), membagi menjadi 3
macam, yaitu:
Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung
berbagai dimensi berikut ini:
Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau dari
perilaku negatif ke perilaku positif.
Terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan.
Terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Menurut penyebab
terbentuknya, pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu :
Bentuk pendidikan kesehatan adalah dalam bentuk pelatihan bagi toga, toma, dan
petugas kesehatan sendiri (Notoadmodjo, 2003)
a) Pendidikan kesehatan pada aspek promotif, sasarannya adalah kelompok orang sehat.
Derajat kesehatannya adalah dinamis oleh karena itu meskipun seseorang telah
dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan dibina lagi kesehatannya.
b) Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan, dan ini mencakup
tiga upaya atau kegiatan yaitu :
(3) Pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention), sasaranya adalah kelompok pasien
yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya agar mereka segera pulih
kembali kesehatannya.
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
Dikarenakan rendahnya pengetahauan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan maka sering sulit mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat sangat di perlukan pendidikan
kesehatan. Pendidikan masyarakat akan diberikan atau diinformasikan oleh tenaga
kesehatan. Oleh sebab itu seluruh tenaga kesehatan hendaknya dapat melakukan
dapat melakukan kesgiatan tersebut., seperti memberikan penyuluhan kepda
masyarakat, membrikan bimbingan atau pelatihan kepada kader-kader didalam
ruang lingkup masyarakat. Dengan adanya pendidikan kesehatan dalam masyarakat
hendaknya akan mempengaruhi atau merubah sikap dan perilaku masyarakat.
3.2 Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
pemakalah mohon saran agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pemakalah dan pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu dan memahami metode pendidikan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.10. PEMBELAJAR 10
Metode pendidikan kesehatan
2.1 Metode pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi
kesehtan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan dari sasaran. Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan
yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku,
dipegaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses
pendidikan disamping faktor masukannya sendiri juga metode, faktor materi
aytau pesanya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat
bantu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu
hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara
harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu
harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan
sasaran. Demikian juga alat bentu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran
kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran media massa dan
sasaran individual.
1. Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor
atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang
digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia
harus didekatai secara perorangan. Perorangan disini tidak berarti hanya harus hanya
kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu
tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru
tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka
perlu menggunakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap maslah
yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien
akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dengan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
1. Metode kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas
suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
1. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila pserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan:
1) Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
2) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema.
3) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topic yang
dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf
yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas.
Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga
tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan
metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan
(curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap
anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap
2pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan
terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain,
Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap
kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
e. Role Play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau
bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota
masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f. permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco
(petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan
sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
2. Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untyuk mengomunikasikan pesan
pesan kesehatan yang ditujukkan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.
Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasarn
promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap oleh massa tersebut. Pendekan ini biasanya digunakan untuk menggugah
awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu
diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian
dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada
umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan
menggunakan atau melalui media massa.
Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain :
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa.
2. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun
radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi
kesehatan massa.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan.
Pemilihhan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan.pelaksanaan promosi kesehatan harus
di pertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan
disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk social budaya) atau sasaran, dan hal-ha
lain merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu.masing-masing metode
memilki keunggulan dan kelemahan sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering
digunakan untuk memaksimalkan hasil.
3.2 Saran
Diharapkaan pada petugas kesehatan untuk melakukan perubahan perilaku masyaraakat melalui
program metode promosi kesehatan yang sifatnya menyeluruh guna menciptakan perubahan
perilaaku dan lingkungannya.
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Defenisi
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara, atau pengantar.
Secara harfiah dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartika
sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan oenyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan
adalah semua saranana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang,
sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke
arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan
sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal,
ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh
masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat diterima
oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan,
antara lain :
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3.Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
5.Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum penggunaan dan
berdasarkan cara produksi.
a.Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid, dan lain-lain.
b.Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film, dan lain-
lain.
2. Berdasarkan cara produksi
a.Media cetak.
Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada umumnya
terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya poster,
leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet. Fungsi utamanya
adalah memberi informasi dan menghibur.
b. Media elektronik.
Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan dalam
menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio, film,
kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain.
Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang secara umum
melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame, spanduk,
pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain.
3) Jenis/Macam Media
1.Benda asli.
Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Jenis ini merupakan
alat peraga yang paling baik karena mudah dan cepat dikenal serta mempunyai bentuk atau
ukuran yang tepat.
2.Benda tiruan
Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan karena benda asli
mungkin digunakan (misal, ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dan lain-lain).
Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik,
dan lain-lain.erta mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat.
3. Gambar dan grafis
Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian visual
(menekankan persepsi indra penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Media grafis tidak
termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis antara lain, poster, leaflet, reklame,
billboard, spanduk, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.
4. Gambar Optik
a.Foto
Foto sebagai bahan untuk alat peraga digunakan dalam bentuk album ataupun dokumentasi
lepasan. Album merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita,
kegiatan, dan lain-lain. Album ini bisa dibawa dan ditunjukkan kepada masyarakat sesuai
dengan topik yang sedang didiskusikan. Misalnya album foto yang berisi kegiatan-kegiatan
suatu desa untuk mengubah kebiasaan buang air besarnya menjadi di jamban. Dokumentasi
lepasan yaitu foto-foto yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album.
Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Foto ini digunakan biasanya
untuk bahan brosur, leaflet, dan lain-lain.
b.Slide
Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup efektif
karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali dan dibahas lebih mendalam.
Slide sangat menarik, terutama bagi kelompok anak sekolah dibanding dengan gambar,
leaflet, dan lain-lain.
c.Film
Film merupakan media yang bersifat menghibur, disamping dapat menyisipkan pesan-pesan
yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar dan kolosal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
eletronik dan media luar ruangan, sehingga sasaran dapat menigkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatnnya.
Jenis media promosi kesehatan :
Berdasrkan bentuk umum penggunaan yaitu bahan bacaan dan bahan peragaan.
Berdasarkan cara produksinya yaitu media cetak, media elktronika, dan media luar
ruangan
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan promosi kesehatan dan
penyususun berharap makalah ini mendapatkan kritik yang berssifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Pembuatan makalh ini bertujuan agar mahasiswa daoat mengetahui tentang hubungaan
kesehatan terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.
2. Menjelaskan konsep dan perilaku kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang-
kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.
Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia
mampu mengubah perilaku tersebut.
Dilihat dari Segi Biologis:
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme ( makhluk hidup ) yang
bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan,
hewan, dan manusia berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing – masing. Perilaku
manusia adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati lansung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan
tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.
3.1 Kesimpulan
1. Perilaku manusi merupakan raksi yang dpaat bersifat sederhana maupun bersifat
kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang
terdapat bentk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk
mempertahankan kehidupan. Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungnanya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan.
2. Konsep perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Perilaku
kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya
khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
3.2 Saran
Dengan selesainya penyususnan makalah mengenai perilaku kesehatan dnegan kelompk
masyarakat ini, saya sangat mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Saya menyadari begitu banyak kekurangan yang ada didalam penyusunan makalah ini,
baik dalam sistematika penulisan maupun kedalam materinya. Oleh karena itu, saran
yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan, untuk nnmengembangkan materi
makalah ini guna perubahan kearah yang lebih baik dan mendidik. Selain itu besar
harapan saya agar pembaca dapat memanfaatkan makalah ini, baik didalam pendidikan
maupun kedalam pemahaman menegnai perilaku kesehatan, dala ruang lingkup yang
lebih luas.
Kegiatan Belajar 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Dengan adanya makalah ini, mahasiswa lebih mampu memahami Perancangan Promosi Kesehatan
Untuk Kelompok Masyarakat.
Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase yaitu;
perencanaan, implementasi dan evaluasi dimana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi
hasil.
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu dimana
perencanaan dilaksanakan. Kesalahan-kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat
selama proses implementasi, demikian juga halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang
muncul selama periode implementasi merupakan refleksi dari proses perencanaan.
Fase evaluasi adalah suatu masa dimana dilakukan pengukuran hasil dari promosi
kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan implementasi yang telah
dilakukan dilanjutkan.Selain itu evaluasi diperlukan untuk pemantauan dari promosi
kesehatan dan sebagi alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.
3.1 Kesimpulan
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penentuan
prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Dalam membuat
perencanaan promosi kesehatan, perencanaan harus terdiri dari masyarakat, profesional
kesehatan dan promotor kesehatan.
Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase yaitu;
perencanaan, implementasi dan evaluasi dimana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi hasil.
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu dimana
perencanaan dilaksanakan.
3.2 Saran
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu dimana
perencanaan dilaksanakan. Kesalahan-kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat
selama proses implementasi, demikian juga halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang
muncul selama periode implementasi merupakan refleksi dari proses perencanaan.