Anda di halaman 1dari 78

MAKALAH

DASAR ILMUGIZI SEIMBANG

Dosen : Robert Kristian Perdana M.kes

Disusun oleh :

NOVITA KARTIKA PUTRI

NIM ( 2017.D.01.019)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Deskripsi dan Kompetensi Mata Kuliah,
Materi dan Manfaat Mata Kuliah. Penyusunan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan mudah-
mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………


Daftar Isi ……………….
BAB I PENDAHULUAN ……………………
1.1 Latar Belakang ………………
1.2 Tujuan …………………………………….
1.3 Rumusan Masalah……………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………..
2.1
2.2
2.3
2.4
BAB III PENUTUP……………………………………………..
3.1 Kesimpulan ………………………
3.2 Saran………………….
Daftar Pustaka
Kegiatan Belajar 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya promosi kesehatan lebih dulu dikenal sebagai pendidikan kesehatan,
pendidikan kesehatan merupakan salah satu dari tujuh disiplin ilmu atau sering disebut
sebagai pilar utama yang menopang ilmu kesehatan masyarakat yang dijabarkan antara lain
sebagai berikut:
1. Epidemiologi 5. Administrasi kesehatan masyarakat
2. Biostatistik/statistic kesehatan 6. Gizi masyarakat
3. Kesehatan lingkungan 7. Kesehatan kerja
4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
Pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan tidak
terlepas dari sejarah akan praktik pendidikan kesehatan pada masa lampau. Deklarasi Alma
Ata 1978 dianggap sebagai tonggak sejarah cikal-bakal Promosi Kesehatan. Deklarasi Alma
Ata merupakan bentuk kesepakatan bersama antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah
merupakan hasil Konferensi Internasional Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)
di kota Alma Ata, Kazakhstan. Isi pokok deklarasi ini bahwa Pelayanan Kesehatan Primer
(Dasar) adalah merupakan strategi utama untuk pencapaian kesehatan untuk semua (Health
for all), sebagai bentuk perwujudan hak asasi manusia. Deklarasi Alma Ata ini selanjutnya
terkenal dengan: Kesehatan semua untuk tahun 2000 atau 'Health for all by the year 2000".

1.2 Tujuan
Agar mengetahui sejarah dan konsep promosi kesehatan, definisi promosi kesehatan, konsep promosi
kesehatan, visi dan misi promosi kesehatan, ruang lingkup dan sasaran promosi kesehatan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Sejarah promosi kesehatan
2. Definisi promosi kesehatan
3. Konsep promosi kesehatan
4. Visi dan misi promosi kesehatan
5. Ruang lingkup promosi kesehatan dan menyebutkan contohnya
6. Sasaran promosi kesehatan dan menyebutkan contohnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah promosi kesehatan


Pada awalnya promosi kesehatan lebih dulu dikenal sebagai pendidikan kesehatan, pendidikan
kesehatan merupakan salah satu dari tujuh disiplin ilmu atau sering disebut sebagai pilar utama
yang menopang ilmu kesehatan masyarakat yang dijabarkan antara lain sebagai berikut:
5. Epidemiologi 5. Administrasi kesehatan masyarakat
6. Biostatistik/statistic kesehatan 6. Gizi masyarakat
7. Kesehatan lingkungan 7. Kesehatan kerja
8. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
Pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan tidak
terlepas dari sejarah akan praktik pendidikan kesehatan pada masa lampau

2.2 Definisi promosi kesehatan


Lawrence Green (1984) merumuskan definisi sebagai berikut : “promosi kesehatan adalah segala
bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan.” Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan
kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi
kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan. Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter:1986) sebagai hasil
rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, mengatakan bahwa :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve their
health. To reach a state of complete physical, mental, and social well-being, and individual or
group must be able to indetify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope
with the environment.

Dari kutipan diatas jelas dinyatakan bahwa, promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

2.3 Konsep Promosi Kesehatan

Pada awalnya promosi kesehatan lebih dulu dikenal sebagai pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan tidak terlepas dari
sejarah akan praktik pendidikan kesehatan pada masa lampau.

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986,
pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di
Ottawa, Canada. Pada waktu itu dicanangkan Ottawa Charter, yang memuat definisi dan prinsip-
prinsip dasar Health Promotion

2.4 Visi dan Misi Promosi Kesehatan

A. Visi Promosi Kesehatan


Visi adalah impian, cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau
program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau suatu program yang
seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi tersebut
institusi atau program mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi
promosi kesehatan (khususnya Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan
di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun
2009, yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai
investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan Misi Promosi Kesehatan
Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya diperlukan upaya – upaya. Upaya – upaya
untuk mewujudkan visi ini disebut misi promosi kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan
untuk mencapai visi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Menurut (Ottawa Charter, 1984) secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3 hal antara
lain :

1. Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai
tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan
para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang
akan dijalankan tersebut penting. ekonomi”.

2. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani antara sektor
kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan
merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat
penting sebab tanpa kemitraan niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani
masalah – masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo,
2010).
3. Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan
masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau melalui tokoh – tokoh
masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan keterampilan – keterampilan kepada
masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa
kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial
dan sebagainya.

1.4 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup
promosi kesehatan dapat dilihat dari dimensi aspek pelayanan kesehatan, dimensi tatanan
(setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan.
1. Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat
aspek pokok yakni promotif, prefentif, kuratif dan rehabililatif

a. pelayan promotif (peningkatan kesehatan) preventif (pencegahan) adalah pelayanan bagi


kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat status
kesehatannya.

b. Pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan), adalah pelayanan


kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi
pulih kesehatannya.

2. Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan Ruang lingkup promosi kesehatan ini
dikelompokkan menjadi :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia.

b. Promosi pada tatanan sekolah

Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan pengganti orang tua
pada waktu di sekolah.

c. Promosi kesehatan ditempat kerja


Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai promotor kesehatan
adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu dilaksanakan promosi
kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat
pengunjungnya, bisa dengan memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara
menjaga kebersihan.
e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dsb,
merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan kesehatan.

3 Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan
a. Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang
baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan,
rekreasi, sex education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan
menopause.
b. Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan
kesehatan. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah.
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit,
kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak
mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas
pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga
perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat

1.5 Sasaran Promosi Kesehatan


1. Pencegahan tingkat pertama ( primary prevention )
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang beresiko
tinggi ( high risk), misalnya para ibu hamil dan menyusui. Tujuan promkes pada kelompok
ini adalah agar mereka tidak sakit atau terkena penyakit
2. Pencegahan tingkat kedua ( secondary prevention )
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para pendeita penyakit konis, misalnya
asma, diabetes, tuberculosis, rematik, tekanan darah tinggi dan sebagainya. Tujuan
promkes pada kelompok ini adalah agar penderita penyakit mampu mencegah
penyakitnya menjadi lebih parah
3. Pencegahan tingkat ketiga ( tertiary prevention )
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh dari
suatu penyakit. Tujuan nya agar mereka segera pulih kembali ke kesehatan nya.Promosi
Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) mulai dicetuskan setidaknya pada
tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang
Health Promotion di Ottawa, Canada. Pada waktu itu dicanangkan Ottawa Charter,
yang memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health Promotion
Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus promosi kesehatan lebih baik lagi, agar
masyarakat mampu mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat lagi.
Agar tidak terjadi nya penyakit akibat perilaku yang tidak baik tersebut. Lebih baik
mencegah daripada mengobati.
Kegiatan Belajar 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lima Tingkat Pencegahan (Five Level of Prevention) Dari Leavel and Clark.
Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang
baik, perbaikan cara pembuangan sampah, dll.
Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa lebih mampu mendalami Lima Tingkat Pencehagan (Five Level of
Prevention). Dari Leavel And Clark.
1.3 Rumusan Masalah
Lima Tingkat Pencehagan (Five Level of Prevention). Dari Leavel And Clark.
1. Promosi kesehatan ( health promotion)
2. Perlindungan khusus (specific protection)
3. Pembatasan cacat (disability limitation)
4. Rehabilitasi (rehabilitation)
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi kesehatan ( health promotion)

Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan
cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education,
persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha di antaranya

1. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.

2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.

3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

2.2 Perlindungan khusus (specific protection)

Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan. Hal ini
karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap
penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan
diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun
tempat kerja. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung
tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan. Beberapa usaha lain di antaranya :

1. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.

2. Isolasi penderitaan penyakit menular .

3. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.

2.3 Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)

Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-
kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.

2.4 Pembatasan cacat (disability limitation)

Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain
mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat
atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

2.5 Rehabilitasi (rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima
mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan
pada masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada Lima Tingkat Pencegahan (Five Level of Prevention) Dari Leavel and Clark.
Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga
yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, dll.
Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan
kesehatan.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh
karena kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan
melakukan latihan-latihan yang dianjurkan.
3.2 Saran
Dari lima tingkat pencegahan ini kita bisa lebih baik meningkat kesehatan di
masyarakat dan lingkungan dengan menggunakan tingkat-tingkat pencegahan ini.
Yaitu: Promosi Kesehatan, Perlindungan Khusus, Diagnosis Dini dan Pengobatan
segera, Pembatasan Cacat, Rehabilitasi.

Kegiatan Belajar 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, diperlukan cara pendekatan yang
strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Cara ini sering disebut “strategi”. Jadi
strategi ialah, cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara
efektif dan efisien.
1. Strategi Global (Promosi Kesehatan) Menurut WHO 1984
a. Advokasi (Adcocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decivision makers) atau penentu
kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun sector lain di luar kesehatan,
yang mempunyai pengaruh terhadap public
b. Dukungan social (Social support)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat,
petugas kesehatan, dan sebaginya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang
mempunyai pengaruh di masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai sasaran primer atau utama
promosi kesehatan.
2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa
a. Kebijakan berwawasan kesehatan (Health public policy)
Kegiatan ini ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan, sehingga
dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan - kebijakan pembangunan yang
berwawasan kesehatan.
b. Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)
Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung.
c. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)
Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan (provide), baik
pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah masyarakat sendiri
(consumer).
d. Keterampilan individu (Personal skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok,
keluarga, dan individu.
e. Gerakan masyarakat (Community action)
Telah disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan
kelompok, keluarga, dan individu.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa lebih mengetahui dan memahami Strategi-Strategi Promosi Kesehatan.

1.3 Rumusan Masalah


1. Mengetahui Strategi Global (Promosi Kesehatan) Menurut WHO 1984
2. Mengetahui Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Global (Pomosi Kesehatan) Menurut WHO, 1984


1. Advokasi (Adcocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decivision makers) atau penentu
kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun sector lain di luar kesehatan,
yang mempunyai pengaruh terhadap public. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan
mengeluarkan kebijakan - kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang - undang,
instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehtan public.

2. Dukungan social (Social support)


Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat,
petugas kesehatan, dan sebaginya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang
mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program
kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat (toma) dan tokoh
agama (toga).

3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai sasaran primer atau utama
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
2.2 Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986 menghasilkan
Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya rumusan strategi promosi kesehatan yang
dikelompokkan menjadi 5 (lima) butir.
1. Kebijakan berwawasan kesehatan (Health public policy)
Kegiatan ini ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan, sehingga
dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan - kebijakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan. Hal ini berarti bahwa setiap kebijakan pembangunan dibidang apa saja harus
mempertimbangkan dampak kesehatannya bagi masyarakat.

2. Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)


Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Kegiatan
ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelolaan tempat - tempat
umum (public places).

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)


Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan (provide), baik
pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah masyarakat sendiri (consumer).
Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab
bersama antara pihak pemberi pelayanan (provide) dan pihak penerima pelayanan
(consumer).

4. Keterampilan individu (Personal skill)


Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok, keluarga, dan
individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok,
kesehatan masing - masing keluarga dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu
meningkatkan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (personnal skill), adalah sangat penting.

5. Gerakan masyarakat (Community action)


Telah disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan
kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
akan efektif apabila unsur - unsur yang ada di masyarakat tersebut bergerak bersama - sama.
Dengan perkataan lain meningkatkan kegiatan - kegiatan masyarakat dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat (community
action).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, diperlukan cara pendekatan yang
strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Cara ini sering disebut “strategi”. Jadi
strategi ialah, cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri
dari 3 hal, yaitu Advokasi, Dukungan Sosial, dan pemberdayaan Masyarakat. Di dalam
piagam Ottawa dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir,
yaitu Kebijakan Berwawasan Kebijakan, Lingkungan yang mendukung, Reorientasi
Pelayanan Kesehatan, Keterampilan Individu, dan gerakan Masyarakat.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai analisis
kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dengan
promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita
sebagai analisis kesehatan dapat mencegah berbagai penyakit.
Kegiatan Belajar 4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat
diamtai, digambarkan dan di catat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku yang baik dan
perilaku yang buruk.
Dalam kesehatan hubungan sangatlah erat sekali. Banyak hal yang tanpa kita sadari
dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi
seseorang.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan kesehatan
terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.

1.3 Rumusan Masalah


1. Mengetahui Tujuan Perilaku
2. Mengatahui Proses Perubahan perilaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tujuan Perilaku


Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan
demikian perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus-Organisme-Respons.
Sehingga teori skinner ini disebut dengan teori “S-O-R”. dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa perilaku terbentuk di dalam diri seseorang(organisme) dari
dua factor utama yakni : stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang
(factor eksternal) yang terdiri dari lingkungan dalam bentuk social, budaya,
ekonomi, politik dan sebagainya, dan respons merupakan factor dari dalam diri
seseorang (factor internal) yang menentukan seseorang itu merespon stimulus dari
luar yaitu berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan
sebagainya. Berdasarkan batasan perilaku dari skinner tersebut makan perilaku
kesehatan adalah respon seseorang (organisme) terhadapa stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan,
dan minuman serta lingkungan.
1. Pendidikan (education)
Pendidikan merupakan upaya pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat
mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Tindakan ini dihasilkan melalui pendidikan kesehatan yang
didasari oleh pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran.
Sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama dan menetap
karena didasari oleh kesadaran dari dalam diri sendiri.
2. Paksaan atau tekanan (coercion)
Tindakan atau perilaku sebagai hasil paksaan atau tekanan biasanya relative cepat
dalam terjadinya perubahan perilaku pada masyarakat agar dapat melakukan
tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Tetapi biasanya tidak akan berlangsung lama karena perilaku ini tidak didasari
oleh pemahaman dan kesadaran dari dalam diri akan manfaat dari perilaku
tersebut di masyarakat.
Menurut Lawrence Green (1980) perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
a. Factor predisposisi (predisposing factors)
Factor predisposisi adalah factor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya
perubahan perilaku pada diri seseorang atau masyarakat dalam hal ini factor-
faktor yang termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, tradisi budaya,
kepercayaan dan nilai di masyarakat contohnya : pada ibu yang sedang hamil
perubahan perilaku dalam pemeriksaan kandungan akan lebih mudah
dilakukan apabila ibu tersebut tahu akan manfaaat dari pemeriksaan
kehamilan pada seorang bidan demikian juga perilaku tersebut akan lebih
mudah apabila ibu tersebut memiliki sikap yang positif terhadap pemeriksaan
kehamilan kepada bidan terlebih lagi apabila didukung oleh tradisi, nilai, dan
budaya di masyarakat setempat.
b. Factor pemungkin (enabling factors)
Factor pemungkin atau pendukung perilaku adalah berupa fasilitas, sarana
prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat dan juga keterjangkauan atau akses yang mudah
terhadap fasilitas kesehatan tersebut. Contohnya : agar terjadinya perilaku ibu
dalam pemeriksaan kehamilan, maka diperlukan fasilitas seperti puskesmas,
rumah sakit, klinik, posyandu dan seorang bidan yang berkompetensi yang
berada tidak jauh dari tempat tinggal ibu tersebut dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan.
c. Factor penguat (reinforcing factors)
Factor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat yaitu tokoh
masyarakat, tokoh agama, peraturan, undang-undang, surat-surat keputusan
dari para pejabat pemerintah pusat maupun daerah. Contohnya : sering terjadi
di masyarakat, mereka tahu akan pentingnya manfaat ikut program KB
(keluarga berencana) dan tersedia fasilitas pelayanan KB di lingkungannya
namun karena alasan yang sederhana yakni bahwa pak kyai atau tokoh
masyarakat yang dihormatinya tidak mengikuti program KB maka mereka
memilih untuk tidak mengikuti program KB tersebut.

2.2 Proses Perubahan perilaku

Proses adalah “segala gejala yang mengalami perubahan secara terus-menerus”atau”


segala kejadian yang berlangsung secara terus menerus”. Dalam menganalisa perilaku
sebagai suatu proses, harus dilihat terlebih dahulu unsur-unsur yang menyebabkan
terjadinya sebuah perubahan perilaku, seperti siapa yang melakukan perubahan
perilaku, mengapa dia bisa cepat berubah perilakunya, dan kepada siapa perubahan
perilaku ditujukan.

Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh H.L Blum


dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.

Pengetahuan seseorang terhdap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhdap objek tersebut,
tidak hanya sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdpat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakandalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhdap objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau dari norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhdap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan
Seperti halnya pengetahuan sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan
intensitasnya yaitu sebagai berikut :
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang(subjek) menerima stimulus yang
diberikan( objek)
b) Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan(objek) yang dihadapi.
c) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan seseorang (subjek) memberikan nilai yang positif
terhadap stimulus (objek). Mampu mengajak orang lain, mempengaruhi,
menganjurkan orang lain untuk merespon.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya, dimana seseorang mampu
bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya dan berani mengambil
risiko terhdapa keyakinannya tersebut.

3. Tindakan atau praktik (practice)


Tindakan atau praktik dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya,
yaitu:
a) Praktik terpimpin (guided response)
Yaitu apabila seseorang (subjek) telah melakukan sesuatu tetapi masih
bergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism)
Yaitu apabila seseorang (subjek) telah melakukan atau mempraktikan sesuatu
hal secara otomatis tanpa menunggu perintah.

c) Adopsi (adoption)
Yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, apa yang
dilakukam tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja tetapi sudah diikuti
oleh tindakan atau perilaku yang berkualitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati
dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik
secara baik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan, individu yang
sehat akan tercemin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat
akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
3.2 Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan, individu yang
sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan
kualitas hidup baik. Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal utama yang harus diperhatikan, baik kesehatan
individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat. Akan tetapi, masih banyak
masyarakat yang belum memahami pentingnya kesehatan dan belum menerapkan
hidup sehat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
Perilaku adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin,. Perilaku terjadi adanya
btanggapan lingkungan atau respon lingkungan. Perilaku tidak terjadi begitu saja
melainkan melalui proses yang minimal dilakukan selama 6 bulan.
Penentuan respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat beratnya
risiko atau penyakit secara umum, bila seseorang mengetahui ada resiko
terhadapkesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari risiko. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai salah satu bteori perilaku, yaitu teori Lawrence
Green.
1.2 Rumusan Masalah
2. Bagaimana teori perilaku menurut Lawrence Green ?
3. Bagaimana model Konsep Precede Proceed, faktor Predisposing, faktor
Reinforcing, faktor Enabling ?

1.3Tujuan
Memberikan pengetahuan tentang perilaku kesehatan pada seseorang menurut
model teori perilaku Lawrence Green. Serta memberikan konsep precende proceed,
factor presdisposing, factor reinforcing dan factor enabling pada kehidupan di
lingkungan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Precede And Proceed


Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan Perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang
dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk
merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal dengan
kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan beberapa
faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana terfokus pada faktor tersebut
sebagai target untuk intervensi.
Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED adalah
sebagai berikut:
PRECEDE terdiri dari:
1. Predisposing;
2. Reinforcing;
3. Enabling cause in educational diagnosis and evaluation
Akan memberikan wawasan spesifik menyangkut evaluasi. Kerangka kerja ini
menunjukkan sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. PRECEDE digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program.
PROCEED terdiri dari:
1. Policy
2. Regulation
3. Organizational and environmental development
Precede mengarahkan perhatian awal pendidik kesehatan terhadap keluaran dan bukan
terhadap masukan dan memaksanya memulai proses perencanaan pendidikan kesehatan dari
ujung “Keluaran”. Ini mendorong munculnya pertanyaan “mengapa” sebelum pertanyaan
“bagaimana”. Dari sudut perencanaan, apa yang terlihat sebagai ujung yang salah sebagai tempat
untuk memulai, kenyataannya adalah sesuatu yang benar. Orang mulai dengan keluaran akhir,
kemudian bertanya tentang apa yang harus mendahului keluaran itu, yakni dengan cara
menentukan sebab-sebab keluaran itu. Dinyatakan dalam cara lain, semua faktor yang penting
untuk suatu keluaran harus didiagnosis sebelum intervensi dirancang; jika tidak, intervensi akan
didasarkan atas dasar tebakan (kira-kira) dan mempunyai resiko salah arah.
Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk
memulai dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli. Adapun
penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah sebagai berikut:

1. Fase 1 (diagnosa sosial)


Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas
hidupnya dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang
didesain sebelumnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis
sosial dan telah lama menjadi prinsip dasar bagi kesehatan dan pengembangan komunitas.
Hubungan sehat dengan kualitas hidup merupakan hubungan sebab akibat. Input pendidikan
kesehatan, kebijakan, regulasi dan organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu
kualitas hidup. Fase ini membantu masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak
hanya pada kesehatan. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan
mengidentifikasi masalah kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data
(misalnya BPS, Media massa), group method.
Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan sosial, intervensi
pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.
a. Bagian atas yaitu kebijakan sosial atau keadaan sosial, mengindikasikan masalah kesehatan
mempengaruhi kualitas hidup, sehingga kualitas hidup dapat memotivasi dan mampu
mengatasi berbagai masalah kesehatan. Kualitas hidup sulit diukur dan sulit didefinisikan;
ukuran obyektif (indikator sosial), yaitu angka pengangguran, kepadatan hunian, kualitas
air. Ukuran subyektif (informasi dari anggota masyarakat tentang kepuasan hidup,
kejadian hidup yang membuat stress, individu dan sumber daya sosial.
b. Bagian bawah yaitu intervensi kesehatan, mengindikasikan kondisi sosial dan kualitas
hidup dipengaruhi oleh masalah kesehatan.

2. Fase 2 (diagnosa epidemiologi)


Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup
seseorang, baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu penelusuran masalah-masalah
kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari diagnosa sosial yang telah diprioritaskan. Ini
perlu dilihat data kesehatan yang ada dimasyarakat berdasarkan indikator kesehatan yang
bersifat negatif yaitu morbiditas dan mortalitas, serta yang bersifat positif yaitu angka
harapan hidup, cakupan air bersih, cakupan rumah sehat.
Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, dilakukan dengan beberapa tahapan,
diantaranya:
a. Masalah yang mempunyai dampak terbesar pada kematian, kesakitan, lama hari
kehilangan kerja, biaya rehabilitasi, dan lain-lain.
b. Apakah kelompok ibu dan anak-anak yang mempunyai resiko.
c. Masalah kesehatan yang paling rentan untuk intervensi.
d. Masalah yang merupakan daya ungkit tinggi dalam meningkatkan status kesehatan,
economic savings.
e. Masalah yang belum pernah disentuh atau di intervensi.
f. Apakah merupakan prioritas daerah/ nasional.
3. Fase 3 (diagnosa perilaku dan lingkungan)
Pada fase ini terdiri dari 5 tahapan, antara lain:
a. Memisahkan penyebab perilaku dan non perilaku dari masalah kesehatan.
b. Mengembangkan penyebab perilaku
1) Preventive behaviour (primary, secondary, tertiary)
2) Treatment behaviour
c. Melihat important perilaku
1) Frekuensi terjadinya perilaku
2) Terlihat hubungan yang nyata dengan masalah kesehatan
d. Melihat changebility perilaku
e. Memilih target perilaku

Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan, digunakan


indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilisasi), upaya pencegahan
(prevention action), pola konsumsi makanan (consumtion pattern), kepatuhan (compliance),
upaya pemeliharaan sendiri (self care).
Untuk mendiagnosa lingkungan diperlukan lima tahap, yaitu: membedakan penyebab perilaku
dan non perilaku; menghilangkan penyebab non perilaku yang tidak bisa diubah; melihat
important faktor lingkungan, melihat changeability faktor lingkungan, memilih target
lingkungan.

4. Fase 4 (diagnosa pendidikan dan organisasi )


Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status kesehatan atau
kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya. Mengidentifikasi faktor-faktor
yang harus diubah untuk kelangsungan perubahan perilaku dan lingkungan. Merupakan target
antara atau tujuan dari program.
Ada 3 kelompok masalah yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor): pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai,
dan lain-lain.
b. Faktor penguat (reinforcing factor): perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, dan lain-
lain.
c. Faktor pemungkin (enabling factor): lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dan lain-lain.
Tahap proses menyeleksi faktor dan mengatur program:
a. Identifikasi dan menetapkan faktor-faktor menjadi 3 kategori
Mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku dan dipilah-pilah sesuai dengan 3 kategori
yang ada: predisposing, enabling, reinforcing factors.
Metode:
1) Formal
a) Literatur
b) Checklist dan kuesioner
2) Informal
a) Brainstorming
b) Normal group process (NGP)
b. Menetapkan prioritas antara kategori
Menetapkan faktor mana yang menjadi obyek intervensi, dan seberapa penting dari ke-3
faktor yang ada.
c. Menetapkan prioritas dalam kategori
Berdasarkan pertimbangan:
1) Important: prevalensi, penting dan segera di atasi menurut logis, pengalaman, data dan
teori
2) Immediacy: seberapa penting
3) Necessity: mungkin prevalensi rendah, tapi masih harus dimunculkan perubahan
lingkungan dan perilaku yang terjadi
4) Changeability: mudah untuk diubah

5. Fase 5 (diagnosa administrasi dan kebijakan)


Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan kejadian-kejadian dalam
organisasi yang mendukung atau menghambat perkembangan promosi kesehatan.
a. Administrative diagnosis
1) Memperkirakan atau menilai resorces/ sumber daya yang dibutuhkan program
2) Menilai resorces yang ada didalam organisasi atau masyarakat
3) Mengidentifikasi faktor penghambat dalam mengimplementasi program

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada perencanaan program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan menerangkan
bahwa model tersebut bias diaplikasikan untuk program pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan berbasis kebutuhan masyarakat diwilayah penelitian. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan diarahkan pada upaya perubahan perilaku dengan mempertimbangkan factor
predisposisi, penguat dan pendukun.

3.2 Saran
Diharapkan agar dapat membedakan factor penyebab dilingkungan dalam
kehidupan sehari-hari. Melakukan serta mempertimbangkan factor predisposisi, penguat
dan pendukung dalam upaya pemberdayaan pada masyarakat di dalam bidang kesehatan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meniliti tentang perilaku
manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang determinan perilaku manusia. Dalam
teori-teori tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku
terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Niat(Intetion) sebagai determinan utama perilaku
2. Sikap dan faktor pembentuk sikap
3.Norma subjektif dan faktor pembentuk norma subjektif

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui tentang niat(intetion) sebagai determinan utama perilaku
2. Mengetahui sikap dan faktor pembentuk sikap
3.Mengetahui norma subjektif dan faktor pembentuk norma subjektif
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Niat(Intention) sebagai determinan utama perilaku


Theory of Reason Action (TRA),pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980.
Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar
dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang
untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku
tersebut. Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu
dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards
behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective
norms)

2.2 Sikap dan Faktor Pembentuk Sikap


- Sikap
Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon terhadap
suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka. Sikap merupakan kecenderungan untuk
mengevaluaasi dengan beberapa derajat suka (favor) atau tidak suka (unfavor) yang ditunjukan
dalam respon kognitif, afektif, dan tingkah laku terhadap suatu objek, situasi, institusi, konsep
atau orang / sekelompok orang.
 Komponen sikap
 Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap. Komponen kognitif berisi persepsi , kepercayaan, dan stereotype
yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi medis
 Afektif
Afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut
masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
 Konatif (Tingkah Laku)
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

2.3 Norma Subjektif dan Faktor Pembentuk Norma Subjektif


 Norma Subjektif
Menurut Ajzen,norma subjektif merupakan presepsi seseorang terhadap adanya
tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku
- Peran norma subjektif
Untuk melakukan sesuatu yang penting,biasanya seseorang
mempertimbangkan apa harapan orang lain (orang-orang terdekat,
masyarakat) terhadap dirinya.
 Niat
Niat berperilaku menurut Fishbein,Ajzen dan banyak peneliti merupakan suatu
predictor yang kuat tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi.
 Perilaku
Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi seseorang (individu)
terhadap rangsangan / lingkungan. Perilaku juga merupakan aktivitas yang
dilakukan individu dalam usaha memenuhi kebutuhan. Aspek biologis,perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang
bersangkutan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Teori perilaku yang direncanakan merupakan suatu teori yang menjelaskan tentang
perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku
dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia.

3.2 SARAN
Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena sikap akan
menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang lain dalam menentukan
perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan sebuah perilaku tertentu tetap
tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam berperilaku adalah
kontrol perilaku karena dengfan begitu kita akan lebih mengetahui apakah kita mampu untuk
berperilaku sesuai dengan apa yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan mengetahui halangan
atau hambatan yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku yang akan kita lakukan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya pembangunan kemiskinan pembangunan kesehatan harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kondisi
umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan,perilaku, dan pelayanan
kesehatan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah Definisi Health Literacy
2. Konsep Health Literacy
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 DEFINISI HEALTH LITERACY


Dalam bahasa Inggris kata Health mempunyai 2 pengertian dalam bahasa Indonesia,
yaitu sehat dan kesehatan. Sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari subyek, misalnya anak
sehat, orang sehat, ibu sehat, dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat
dari subyek, misalnya kesehatan manusia kesehatan binatang, kesehatan masyarakat dan
kesehatan individu.
Dalam Undang-Undang no 36 Tahun 2009 sehat adalah keadaan sempurna baik fisik,
mental, dan social, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat serta produktif secara ekonomi
dan sosial.
Menurut organisasi kesehatan dunia(WHO) yang paling baru ini memang lebih luas dan
dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sempurna baik fisik, mental, dan social, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.

a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara klinis tidak ada penyakit semua organ tubuh
berfungsi secara normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh
b. Kesehatan mental(jiwa) mencakup 3 komponen:
1. Pikiran
Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan
pikiran. Jalan pikiran yang sehat apabila seseorang mampu berpikir logis,
(masuk akal) atau berpikir secara runtut
2. Emosional
Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya misalnya takut,gembira, kuatir, sedih.
3. Spiritual
Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengeksperisikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan, keagungan dan sebagainya terhadap sesuatu yakni sang
pencipta (ALLAH yang Maha Kuasa).
4. Kesehatan Social
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan atau
berkomunikasi dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi
dengan orang atau kelompok lain tanpa membedakan ras, suku, agama
atau kepercayaan status-status social, ekonomi , politik.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang (dewasa) itu
produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu
yang dapat menyokong secara finansial terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya.

Health Literacy atau sadar akan kesehatan meliputi kapasitas masyarakat


masyarakat, , pengetahuan dan motivasi untuk mengakses, memahami,
menilai dan menerapkan informasi kesehatan dalam bentuk berbeda.

2.2 Konsep Health Literacy


Konsep literasi kesehatan muncul dalam kaitannya dengan pendidikan kesehatan pada
tahun1970 di Amerika Serikat dan ketertarikan terhadap topik ini telah meningkat dengan pesat
sejak tahun 1990. Health literacy telah diakui sebagai salah satu determinan kesehatan dan
menjadi salah satu goal pembangunan kesehatan masyarakat. Helath Literacy adalah kemampuan
untuk mendapatkan, memproses, dan memahami informasi kesehatan dasar dan pelayanan yang
bertujuan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat, telah berkembang menjadi
kontributor status kesehatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Health Literacy di dalam masyarakat masih sangat kurang hal ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti fasilitas yang disediakan pemerintah dan tingkat pendidikan dari
masyarakat itu sendiri.

3.2 SARAN
Sebagai saran kita sebagai kesehatan masyarakaat harus mampu mengoptimalkan helath
promotion yang kita lakukan ke masyarakat sehingga dapat meningkatkan health literacy.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pembangunan kesehatan adalaah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk, jadi tanggungjawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal
beraada di tengah seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-
bersama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat. Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik
individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi. seperi halnya proses pendidikan lainya, pendidikan kesehatan mempunyai
unsur masukan-masukan yang setelah diolah degan teknik-teknik tertentu akan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapaan atau tujuan kegiatan tersebut.
Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan setiap individuuntuk
meningkatkan kendali atas dirinya sendiri demi meningkatkan kesehatannya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa peran pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku?
2. Bagaiman upaya pendidikan kesehatan pada setting kelompok masyarakat yang
berbeda?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mengetahui dan memahami pendidikan kesehatan sebagai upaya promosi
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.9. PEMBELAJARAN 9
Pendidikan kesehatan sebagai upaya promosi kesehatan
2.1 Definisi pendidikn kesehatan
Pendidikan tidak lepas dari proses belajar, dan faktor-faktor manusia yang
berperan dalam proses belajar adalah kematangan, pengetahuan dan motivasi.
Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk
intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut
kondusif untuk kesehatan.
Menurut Azwar cit Machfoedz (2006), pendidikan kesehatan adalah sejumlah
pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan,
sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan
perseorangan, masyarakat, dan bangsa.
2.2 Tujuan pendidikan kesehatan
Untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat.
Menurut Machfoedz (2006) cit Azwar (1983: 18), membagi menjadi 3
macam, yaitu:

1).Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat


sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam penyuluhannya
mengarahkan cara hidup sehat menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari.

2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri


maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar diarahkan agar
dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata contohnya adalah
posyandu.

3) Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan


yang ada secara tepat.

2.3 Batasan pendidikaan kesehatan

Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung
berbagai dimensi berikut ini:

1). Perubahan perilaku

Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau dari
perilaku negatif ke perilaku positif.

2). Pembinaan perilaku

Terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan.

3). Pengembangan perilaku

Terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Menurut penyebab
terbentuknya, pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi

Pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, meningkatkan


pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesadaran,
bentuknya berupa penyuluhan kesehatan

b) Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling


Ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan
kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mempu mengadakan
sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Bentuknya seperti polindes, pos obat
desa, dan sebagainya.

c) Pendidikan kesehatan dalam faktor “reenforcing”

Bentuk pendidikan kesehatan adalah dalam bentuk pelatihan bagi toga, toma, dan
petugas kesehatan sendiri (Notoadmodjo, 2003)

2.4 Ruang lingkup pendidikan kesehatan

1). Berdasarkan aspek kesehatan, dikelompokkan menjadi:

a) Pendidikan kesehatan pada aspek promotif, sasarannya adalah kelompok orang sehat.
Derajat kesehatannya adalah dinamis oleh karena itu meskipun seseorang telah
dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan dibina lagi kesehatannya.

b) Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan, dan ini mencakup
tiga upaya atau kegiatan yaitu :

(1) Pencegahan tingkat p ertama (primary prevention), sasarannya adalah kelompok


masyarakat yang beresiko tinggi (high risk). Misalnya: kelompok ibu hamil, para
pekerja seks, dan sebagainya. Tujuannya agar tidak terkena penyakit.

(2) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), sasarannya adalah para


penderita penyakit kronis. Misalnya: asma, diabetes militus, dan sebagainya.
Tujuannya agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi tidak parah.

(3) Pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention), sasaranya adalah kelompok pasien
yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya agar mereka segera pulih
kembali kesehatannya.

2). Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaannya


Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat, dan
dikelompokkan menjadi: pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga),
pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, pendidikan kesehatan di tempat-tempat
kerja, pendidikan di tempat-tempat umum.

3). Berdasarkan Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan

Dimensi tingkat pelayanan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan


5 tingkat pencegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut :

a) Promosi kesehatan (health promotion), Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan


diperlukan misalnya dengan peningkatan gizi, kebiasaan hidup sehat dan
sebagainya.

b) Perlindungan khusus (specific protection), Dalam program imunisasi sebagai bentuk


pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan
terutama di negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi.

c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
Dikarenakan rendahnya pengetahauan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan maka sering sulit mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.

d) Pembatasan cacat (disability limitation). Oleh karena kurangnya pengertian dan


kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit maka sering tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas sehingga dapat mengakibatkan orang
bersangkutan cacat.

e) Rehabilitasi (rehabilitation), setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang


orang menjadi cacat sehingga diperlukan latihan tertentu. Disamping itu orang yang
cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang malu untuk kembali ke masyarakat dan
masyarakat tidak mau menerima mereka (Notoadmodjo, 2003).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat sangat di perlukan pendidikan
kesehatan. Pendidikan masyarakat akan diberikan atau diinformasikan oleh tenaga
kesehatan. Oleh sebab itu seluruh tenaga kesehatan hendaknya dapat melakukan
dapat melakukan kesgiatan tersebut., seperti memberikan penyuluhan kepda
masyarakat, membrikan bimbingan atau pelatihan kepada kader-kader didalam
ruang lingkup masyarakat. Dengan adanya pendidikan kesehatan dalam masyarakat
hendaknya akan mempengaruhi atau merubah sikap dan perilaku masyarakat.

3.2 Saran

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
pemakalah mohon saran agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pemakalah dan pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan
adanya promosi kesehtan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan dari sasaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode pendidikan kesehatan personal?
2. Bagaimana metode pendidikan kesehatan kelompok?

1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu dan memahami metode pendidikan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.10. PEMBELAJAR 10
Metode pendidikan kesehatan
2.1 Metode pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi
kesehtan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan dari sasaran. Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan
yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku,
dipegaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses
pendidikan disamping faktor masukannya sendiri juga metode, faktor materi
aytau pesanya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat
bantu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu
hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara
harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu
harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan
sasaran. Demikian juga alat bentu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran
kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran media massa dan
sasaran individual.
1. Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor
atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang
digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia
harus didekatai secara perorangan. Perorangan disini tidak berarti hanya harus hanya
kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu
tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru
tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka
perlu menggunakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap maslah
yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien
akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dengan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
1. Metode kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas
suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
1. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila pserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan:
1) Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
2) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema.
3) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topic yang
dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf
yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas.
Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga
tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan
metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan
(curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap
anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap
2pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan
terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain,
Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap
kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
e. Role Play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau
bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota
masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f. permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco
(petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan
sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
2. Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untyuk mengomunikasikan pesan
pesan kesehatan yang ditujukkan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.
Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasarn
promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap oleh massa tersebut. Pendekan ini biasanya digunakan untuk menggugah
awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu
diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian
dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada
umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan
menggunakan atau melalui media massa.
Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain :
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa.
2. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun
radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi
kesehatan massa.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan.
Pemilihhan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan.pelaksanaan promosi kesehatan harus
di pertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan
disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk social budaya) atau sasaran, dan hal-ha
lain merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu.masing-masing metode
memilki keunggulan dan kelemahan sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering
digunakan untuk memaksimalkan hasil.

3.2 Saran
Diharapkaan pada petugas kesehatan untuk melakukan perubahan perilaku masyaraakat melalui
program metode promosi kesehatan yang sifatnya menyeluruh guna menciptakan perubahan
perilaaku dan lingkungannya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


upaya mewujudkan kesehatan masyarakat di Indonesia terutama dilakukan dengan
melakukan perubahan perilaku kesehatan melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan
meliputi kegiatan pendidikan kesehatan disertai pemberdayaan masyarakat. pendidikan
kesehatan memiliki tujuan utama meggubah pengetahuan masyarakat agar terbentuk
perilakuk sehat sesuai yang diharapkan. Peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakt
diharapkan memicu sikap mendukung perilaku sehat, bila didukung faktor pemungkin dan
pendorong akan membentuk perilaku sehat. Proses pendidikan kesehatan merupakan proses
transfer informasi tentang kesehatan yang diharapkan melalui komunikasi. Komponen
komunikasi tersusun aatas pengirim dan penerima pesan, isi pesa, media dan efek dari pesan.
Media sebagai saluran informasi merupakan salah satu komponen penting dalam
pendidikan kesehatan. Memilih media sebagai saluaran menyampaikan pesan kesehatan
dipengaruhi meode yang digunakan media pendidikan kesehatan padahakekatnya alat bantu
pendidikan kesehatan. Menurut fungsi sebagai saluran pesan media pendidikan kesehatan
dapat dikelompokkan atas media cetak, media elektronik dan media papan. Beberapa media
cetak dikenal antar lain booklet,leaflet, selebaran, lembar balik, artikel, poster dan fotto.
Media elektronik dapat berupa televisi, radio, video, slide, film strip dan sekarang dikenal
internet. Media papan berupa baliho biasanya dipasang di tempat-tempat umum yang
menajadi pusat kegiatan masyarakat. alat peraga yang digunakan dalam pendidikan
kesehatan dapat berupa alat bantu lihat (visual), alat bantu dnegar (audio) atau kombinasi
audio visual.
Penggnaan laat peraga meperhatikan tujuan penggunaannya, sasran, tempat dan
penggunanya. Dengan memahami komunikasi khususnya alat peraga dan media pendidikan
kesehatan terutama preventif sehingga timbul perubahan perilaku kesehatan masyarakart
agar lebih mendahulukan mencegah penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan.
pendidikan kesehatan yang tepat akan mendorong peran analis laboratorium untuk mengajak
masyarakat memanfaatkan profesi analis kesehatan n=bukan hanya pada saat sakit tetapi
dimulai dari pencegahan penyakit serta meningkatkan kondisi kesehatannya melalu deteksi
dini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang di maksud promosi kesehatan ?
2. Apa yang dimaksud dengan media promosi kesehatan ?
3. Apa saja jenis media yang digunakan dalam promosi kesehatan ?
1.3 Tujuan
1) Memenuhu tugas promosi kesehatan yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
dasar Ilmu Promosi Keshatan.
2) Mengetahui seberepa penting promosi dan penggunaan media apa saja dalam
pelaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Promosi keshetan adalah upaya memperngaruhi masyaraat agar menghentikan perilakau


berisiko tinggi dan mengagantikannya dengan peilaku yang amaan aatau tidak berisiko.
Program promosi kesehtan tidka di rancang dibelakang meja. Supaya efektif, program harus
dirancang berdasarkan rehabilitas kehidupan sehari-hari masyarakat sasaran setempat.
Mediaa atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alaat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, diraasa, dicium, utnuk memperlancar
komunaksi dan penyebar luasan informasi. Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap
indera ternyata berada pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang.
2.2 Media Promosi Kesehatan

Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara, atau pengantar.
Secara harfiah dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartika
sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan oenyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan
adalah semua saranana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang,
sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke
arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan
sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal,
ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh
masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat diterima
oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan,
antara lain :

1.Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau salah tafsir.

2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.

3.Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.

4.Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

5.Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

a.Tujuan Media Promosi

1.Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

2.Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3.Media dapat memperjelas informasi.

4.Media dapat mempermudah pengertian.

5.Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.

6.Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata.

7.Media dapat memperlancar komunikasi.

2.2.1 Penggolongan Media Kesehatan

Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum penggunaan dan
berdasarkan cara produksi.

1.Berdasarkan bentuk umum penggunaan.

a.Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid, dan lain-lain.

b.Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film, dan lain-
lain.
2. Berdasarkan cara produksi

a.Media cetak.

Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada umumnya
terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya poster,
leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet. Fungsi utamanya
adalah memberi informasi dan menghibur.

b. Media elektronik.

Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan dalam
menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio, film,
kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain.

c. Media luar ruang

Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang secara umum
melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame, spanduk,
pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain.

3) Jenis/Macam Media

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam empat kelompok besar :

1.Benda asli.

Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Jenis ini merupakan
alat peraga yang paling baik karena mudah dan cepat dikenal serta mempunyai bentuk atau
ukuran yang tepat.

2.Benda tiruan

Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan karena benda asli
mungkin digunakan (misal, ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dan lain-lain).
Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik,
dan lain-lain.erta mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat.
3. Gambar dan grafis

Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian visual
(menekankan persepsi indra penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Media grafis tidak
termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis antara lain, poster, leaflet, reklame,
billboard, spanduk, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.

4. Gambar Optik

Gambar optik mencakup foto, slide, film, dan lain-lain.

a.Foto

Foto sebagai bahan untuk alat peraga digunakan dalam bentuk album ataupun dokumentasi
lepasan. Album merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita,
kegiatan, dan lain-lain. Album ini bisa dibawa dan ditunjukkan kepada masyarakat sesuai
dengan topik yang sedang didiskusikan. Misalnya album foto yang berisi kegiatan-kegiatan
suatu desa untuk mengubah kebiasaan buang air besarnya menjadi di jamban. Dokumentasi
lepasan yaitu foto-foto yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album.
Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Foto ini digunakan biasanya
untuk bahan brosur, leaflet, dan lain-lain.

b.Slide

Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup efektif
karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali dan dibahas lebih mendalam.
Slide sangat menarik, terutama bagi kelompok anak sekolah dibanding dengan gambar,
leaflet, dan lain-lain.

c.Film

Film merupakan media yang bersifat menghibur, disamping dapat menyisipkan pesan-pesan
yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar dan kolosal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
eletronik dan media luar ruangan, sehingga sasaran dapat menigkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatnnya.
Jenis media promosi kesehatan :
Berdasrkan bentuk umum penggunaan yaitu bahan bacaan dan bahan peragaan.
Berdasarkan cara produksinya yaitu media cetak, media elktronika, dan media luar
ruangan

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan promosi kesehatan dan
penyususun berharap makalah ini mendapatkan kritik yang berssifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan dan genetik. Diantara faktor-faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap
status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kelompok sangtlah besar. Salah satu usaha
yang sangat penting didalam upaya merubah perilaku adalah dengan melakukan kegiatan
pendidikan kesehatan atau yang biasa dikenal dengan penyyuluhan. Sejauh mana kegiatan
tersebut bisa merubaha perilaku masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang iut berperan dan saling berkaitan dalam proses perubahan perilaku itu sendiri. Perilaku
dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aaktivitas dri manusia itu
sendiri mempunyai bentangan yang snagat luas mencakup berjalan, berbicara, berpakaian,
dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, presepsi dan emosi juga
merupakan perilaku manusia. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
seseorang terhadao stimulus yag berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanana, serta lingkungan. Tolak ukur perilaku yang baik dan buruk ini pun
dinilai dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum,
kesopanan, kesesuaian, dan norma-norma lainnya. Dalam kesehatan hubungan perilaku
angatlah erat sekali. Banyak hal yang tanpa kita sadari dari perilaku yang kcil dapat
menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi seseorang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan dengan perilaku kesehatan ?
2. Apakah konsep dari perilaku dan perilaku kesehatan ?
3. Bagaimana perilaku masyarakat dan kesehatan itu ?
4. Apa sajateori-teori perilaku kesehatan dan perubahannya ?

1.3 Tujuan
1. Pembuatan makalh ini bertujuan agar mahasiswa daoat mengetahui tentang hubungaan
kesehatan terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.
2. Menjelaskan konsep dan perilaku kesehatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang-
kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.
Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia
mampu mengubah perilaku tersebut.
Dilihat dari Segi Biologis:
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme ( makhluk hidup ) yang
bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan,
hewan, dan manusia berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing – masing. Perilaku
manusia adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati lansung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan
tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.

2.2 perilaku sehat


Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang
dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain,
yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur
seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian.
Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut
Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan Cals dan
Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit
pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”.
Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau
kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat
diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan
masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila
sakit atau terkena masalah kesehatan
Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen
kognitif lainnya yang mendasari tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergiz. Perilaku sehat diperlihatkan
oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka
betul-betul sehat.

2.3 Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon
baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
3. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya.,
pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan
sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup
kesehatan lingkungan.itu sendiri.
2.4 perubahan perilaku sehat
Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidkan kesehatan,
sekurang- kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni :
• Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai
– nilai kesehatan)
• Mengembangkan perilaku positif ( pembentukan atau pengambangan perilau sehat ).
• Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan
norma/nilai kesehatan ( perilaku sehat ). Dengan perkatan mempertahankan perilaku
sehat yang sudah ada.
Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
di dalam diri seseorang.
Proses terjadinya perubahan ini tidak semena – mena dapat tercapai dan harus benar-
benar teruji, ada 5 tingkatan perubahan perilaku :
1. Prekontemplasi : – Belum ada niat perubahan perilaku
2. Kontemplasi : – Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius ingin mengubah
perilakunya menjadi lebih sehat.
Belum siap berkomitmen untuk berubah.
3. Persiapan : - Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.
Sudah pernah melakukan tapi masih gagal.
4. Tindakan : – Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak
mulai usaha memberlakukan perilaku hidup sehat.
5. Pemeliharaan : – Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah
dilakukan ( 6 bulan dilhat kembali).
- Mungkin berlangsung lama.
- 6 bulan dilihat kembali.

2.5 Hubungan kesehatan dengan perilaku


hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan produktivitas kita
dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep hidup sehat seperti
tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu
untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat.

2.6 Teori – Teori Perilaku Kesehatan dan Perubahanya


Teori – Teori perilaku kesehatan
Perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal Faktor determinan perilaku manusia luas, namun beberapa ahli mencoba
merumuskan teori terbentuknya perilaku manusia.
Teori ABC, Reason Action, “PRECED-PROCEED”, Behavior intention, Thoughs and
Feeling.
a. Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer : 1977 )
Menurut teori ini perilau manusia merupakan sutu proses sekaligus hasil interaksi antara :
Antecedent Behavior Consequences
1) Antecedent : trigger, bisa alamiah ataupun man made
2) Behavior : reaksi terhadap antecedent
3) Consequences : bisa positif( menerima), atau negatif ( menolak )
b. Teori “REATION ACTION” (FESBEIN &AJZEN :1980 )
Teori ini menekankan pentingnya “intention”/niat sebagai faktor penentu perilaku. Niat
itu sendiri ditentukan oleh :
1) sikap
2) norma subjektif
3) pengendalian perilaku
c. Teori PRECED-PROCEED ( Lawrence Green : 1991 )
Perilaku kesehatan ditentukan oleh faktor : Predisposing factors, terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai Enabling factors, tersedianya atau
tidak tersedianya fasilitas Reinforcing factors, terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau dari kelompok referensi dari perilaku masyarakat
d. Teori BEHAVIOR INTENTION( Snehendu Kar : 1980 )
Menurut teori ini, perilaku kesehatan merupakan fungsi dari :
Behavior intention
Social support
Accessibility to information
Personal autonomy
Action situation
e. Teori “THOUGHT AND FEELING” ( WHO:1984)
Menurut teori ini perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh :
1) Thoughts and feeling
2) Personal reference
3) Resources
4) Culture
B = f ( TF, PR, R, C )
Teori – Teori Perubahan Perilaku Kesehatan
Teori perubahan perilaku kesehatan ini penting dalam promosi kesehatan yang bertujuan
“behavior change”. Perubahan perilaku ini diarahkan untuk:
1. mengubah perilaku negatif ( tidak sehat ) menjadi perilaku positif ( sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan )
2. pembentukan atau pengembangan perilaku sehat
3. memelihara perilaku yang sudah positif
Teori-teori yang akan kita bahas adalah : Teori SOR, Festinger, Fungsi, Kurt Lewin.
Menurut teori ini, penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas
rangsang( stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Perilaku dapat berubah
hanya apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula
(mampu meyakinkan). Karena itu kualitas dari sumber komunikasi sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku, misalnya gaya bicara, kredibilitas pemimpin kelompok,
dsb

a) Dissonance Theory (Festinger : 1957)


Ada suatu keadaan cognitive dissonance yang merupakan ketidakseimbangan psikologis,
yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali.Dissonance tejadi karena dalam diri individu terdapat elemen kognisi yang
bertentangan, pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila terjadi penyesuaian secara
kognitif, akan ada perubahan sikap yang berujung perubahan perlaku.
b) Teori Fungsi (Katz : 1960)
Menurut teori ini perilaku mempunyai fungsi :
1) instrumental
2) defence mechanism
3) penerima objek dan pemberi arti
4) nilai ekspresif
Perubahan perilaku individu tergantung kebutuhan Stimulus yang dapat memberi
perubahan perilaku individu adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks
kebutuhan orang tersebut.

c) Teori Kurt Lewin (1970)


Menurut Kurt Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan seimbang antara driving
forces (kekuatan-kekuatan pendorong) dan restrining forces (kekuatan-kekuatan
penahan).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perilaku manusi merupakan raksi yang dpaat bersifat sederhana maupun bersifat
kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang
terdapat bentk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk
mempertahankan kehidupan. Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungnanya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan.
2. Konsep perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Perilaku
kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya
khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.

3.2 Saran
Dengan selesainya penyususnan makalah mengenai perilaku kesehatan dnegan kelompk
masyarakat ini, saya sangat mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Saya menyadari begitu banyak kekurangan yang ada didalam penyusunan makalah ini,
baik dalam sistematika penulisan maupun kedalam materinya. Oleh karena itu, saran
yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan, untuk nnmengembangkan materi
makalah ini guna perubahan kearah yang lebih baik dan mendidik. Selain itu besar
harapan saya agar pembaca dapat memanfaatkan makalah ini, baik didalam pendidikan
maupun kedalam pemahaman menegnai perilaku kesehatan, dala ruang lingkup yang
lebih luas.

Kegiatan Belajar 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penentuan
prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Dalam membuat
perencanaan promosi kesehatan, perencanaan harus terdiri dari masyarakat, profesional
kesehatan dan promotor kesehatan.
Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase yaitu;
perencanaan, implementasi dan evaluasi dimana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi
hasil. Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu
waktu dimana perencanaan dilaksanakan.

1.2 Tujuan
Dengan adanya makalah ini, mahasiswa lebih mampu memahami Perancangan Promosi Kesehatan
Untuk Kelompok Masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah


1. Mengetahui Perancangan Promosi Kesehatan Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Promosi Kesehatan

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,


penentuan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Dalam
membuat perencanaan promosi kesehatan, perencanaan harus terdiri dari masyarakat,
profesional kesehatan dan promotor kesehatan. Kelompok ini harus bekerja bersama-sama
dalam proses perencanaan promosi kesehatan sehingga dihasilkan program yang sesuai,
efektif dalam biaya dan berkesinambungan

Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase yaitu;
perencanaan, implementasi dan evaluasi dimana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi
hasil.
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu dimana
perencanaan dilaksanakan. Kesalahan-kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat
selama proses implementasi, demikian juga halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang
muncul selama periode implementasi merupakan refleksi dari proses perencanaan.
Fase evaluasi adalah suatu masa dimana dilakukan pengukuran hasil dari promosi
kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan implementasi yang telah
dilakukan dilanjutkan.Selain itu evaluasi diperlukan untuk pemantauan dari promosi
kesehatan dan sebagi alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.

Langkah-langkah dalam perencanaan promosi kesehatan adalah;


1. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan
a. Diagnosa masalah
b. Menetapkan prioritas masalah
2. Mengembangkan komponen promosi kesehatan
a. Menentukan tujuan promosi kesehatan
b. Menentukan sasaran promosi kesehatan
c. Menentukan isi promosi kesehatan
d. Menentukan metode yang akan digunakan
e. Menentukan media yang akan digunakan
f. Menentukan rencana evaluasi
g. Menyusun jadwal pelaksanaan

1. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan


a. Diagnosa masalah
Diagnosa sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya
atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualita
hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya.
1) Menetapkan prioritas masalah
Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan adalah:
1. Menentukan status kesehatan masyarakat
2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
4. Menentukan determinan maslah kesehatan masyarakat meliputi tingkat pendidikan,
umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan/perilaku dan kepercayaan yang
dianut.
Dalam menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti:
1. Berat masalah dan akibat yang ditimbulkannya
2. Pertimbangan politis
3. Sumber daya yang ada di masyarakat.

2. Mengembangkan komponen promosi kesehatan


a. Menentukan Tujuan
Agar tujuan promosi kesehatan dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang
diinginkan, maka tujuan harus dibuat dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Specific
2. Measurable
3. Appropriate
4. Reasonable
5. Time bound
Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan program (Program Objective)
Merupakan pernyataan apa yang akan dicapai dalam periode tertentu dengan status
kesehatan. Pada tujuan ini harus mencakup who will do how much of what by when. Tujuan
program sering disebut dengan tujuan jangka panjang.
b. Tujuan pendidikan (Educaional Objective)
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang
ada. Olehh sebab itu tujuan pendidikan sering disebut dengan tujuan jangka menengah.
c. Tujuan perilaku (Behavioral objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tecapai pperilaku yang
diinginkan. Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap
dan disebut dengan tujuan jangka pendek.
b. Menentukan sasaran promosi kesehatan
Sasaran promosi kesehatan dan sasaran pendidikan kesehatn tidak selalu sama, oleh sebab itu
kita harus menetapkan sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Didalam promosi
kesehatan yang dimaksud adalah kelompok sasaran yaitu individu, kelompok maupun
keduanya.
c. Menentukan isi promosi kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh
sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa setempat
sehingga sasaran merasa bahwa pesan tersebut memang benar-benar ditujuakn untuknya
sebagai akibatnya sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
d. Menentukan metode yang akan digunakan
Menentukan metode dalampromosi kesehatan harus dipertimbangkan tentang aspek yan akan
dicapia. Bila mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilkukan dengan cara penyuluhan
langsung, pemasagan poster, spanduk, penyebaran leflet. Untuk aspek sikap maka kit aperlu
memberikan contoh konkret yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran. Bila
untuk kemampuan ketrampilan tertentu maka sasaran harus diberi kesempatan untuk
mencoba ketrampilan tersebut.
e. Menentukan media yang akan digunakan
Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah dengan mnggunakan
media, oleh karena itu hampir semua program pendidikan kesehatan selalu menggunakan
berbagai media.Media yang dipilih harus tergantung pada sasarannya, tingkat pendidikannya,
aspek yang ingin dicapai, metode yang digunkan dan sumber data yang ada.
f. Menentukan rencana evaluasi
Disini baru dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan,
kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi
tersebut.
g. Menyusun jadwal pelaksanaan
Merupaka penjabaran dari waktu tempat dan pelaksanaan yang biasanya dsajikan dalam
bentuk gan chart.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penentuan
prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Dalam membuat
perencanaan promosi kesehatan, perencanaan harus terdiri dari masyarakat, profesional
kesehatan dan promotor kesehatan.
Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase yaitu;
perencanaan, implementasi dan evaluasi dimana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi hasil.
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu dimana
perencanaan dilaksanakan.

3.2 Saran

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu dimana
perencanaan dilaksanakan. Kesalahan-kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat
selama proses implementasi, demikian juga halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang
muncul selama periode implementasi merupakan refleksi dari proses perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai