Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang b
erarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidik
an, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk,
jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di
tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup
sehat dan pelaksanaannya bagaimana cara ahidup sehat adalah dengan cara
melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi
juga biasa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa disebut
dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan. Konsep promosi
kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan, yang
berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat (public
health).
Mengingat tugas kita sebgaai tim medis adalah salah satunya
memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam
makalah ini kami akan membahas tentang “Aplikasi konsep promosi, prenvensi
keperawatan di kelompok masyarakat”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan ?
2. Apa tujuan promosi kesehatan ?
3. Apa Tujuan promosi kesehatan ?
4. Apa Manfaat promosi kesehatan ?
5. Bagaimana Sasaran promosi kesehatan ?
6. Bagaimana Strategi promosi kesehatan ?
7. Bagaimana Tingkat Program Promosi Kesehatan ?
8. Bagaimana Model Promosi Kesehatan ?
9. Apa yang dimaksud dengan Perawat
10. Bagaiman Peran Perawat ?
11. Bagaimana PelayananKeperawatan ?
12. Bagaiman ruang lingkup promosi pelayanan keperawatan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian promosi kesehatan ?


2. Untuk mengetahui tujuan promosi kesehatan ?
3. Untuk mengetahui Tujuan promosi kesehatan ?
4. Untuk mengetahui Manfaat promosi kesehatan ?
5. Untuk mengetahui Sasaran promosi kesehatan ?
6. Untuk mengetahui Strategi promosi kesehatan ?
7. Untuk mengetahui Tingkat Program Promosi Kesehatan ?
8. Untuk mengetahui Model Promosi Kesehatan ?
9. Untuk mengetahui Perawat
10. Untuk mengetahui Peran Perawat ?
11. Untuk mengetahui PelayananKeperawatan ?
12. Untuk mengetahui ruang lingkup promosi pelayanan keperawatan ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Promosi Kesehatan
1. Definisi
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan
kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan
masyarakat (public health). Menurut Lawrence Green (1984) definisi promosi
kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi , politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan
Victoria (Victorian Health Foundation Australia, 1997) bahwa promosi kesehatan
adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam
konteks masyarakatnya, bukan hanya perubahan perilaku(within people), tetapi juga
perubahan lingkungannya. Menurut Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) bahwa
promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Untuk mencapai keadaan fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial, individu atau kelompok harus mampu
mengidentifkasi dan mewujudkan aspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan untuk
mengubah atau mengatasi lingkungan (Notoatmodjo, 2005).
Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut diatas, WHO
memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai “ the procces of enabling
individuals and communities to increase control over the determinants of health and
thereby improve their health “ (proses mengupayakan individu-individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya).
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut di Indonesia
pengertian promosi kesehatan dirumuskan sebagai berikut: “upaya untuk

3
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”
(Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan , Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta, Departemen Kesehatan
RI, 2005)
2. Tujuan
Tujuan umum dari promosi kesehatan adalah meningkatnya kemampuan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan
mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat, serta terciptanya
lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
Tujuan khususnya adalah :
a. Individu dan keluarga
1) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung
maupun media massa
2) Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
3) Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga
atau rumah tangga yang sehat
4) Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi
keluarganya
5) Berperan aktif dalam upaya/ kegiatan kesehatan
b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat
umum
1) Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan
2) Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat
c. Organisasi kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM dan media massa
1) Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat
2) Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat

4
3) Menciptakan suasana yang kondisuf untuk mendukung perubahan perilaku
masyarakat
d. Program/ petugas kesehatan
1) Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan
kesehatan
2) Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat,
khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga, dan atau kelompok
yang menjadi kliennya
3) Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan
yang memberikan kepuasan kepada masyarakat
e. Lembaga Pemerintah/ politisi/ swasta
1) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan
lingkungan dan perilaku sehat
2) Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan dampak di bidang kesehatan (Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan , Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 2005)
3. Manfaat
Adapunmanfaatdaripromosikesehatanantaralain :
a. Mempererat kerjasama dengan berbagai pihak
b. Meningkatkan hubungan terhadap program kesehatan
c. Meningkatkan percaya diri terhadap kesehatan
d. Meningkatkan pembangunan lingkungan, sistem dan kebijakan kesehatan.
4. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/ keluarga; tatanan
kesehatan , institusi pendidikan, tempat kerja, dan tempat umum; organisasi
kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM/ dan media massa; program/ petugas
kesehatan; dan lembaga pemerintah/ politisi/ swasta.
Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan pada tiga daerah
utama yaitu sekolah, tempat kerja dan kelompok/ masyarakat. Dalam pelaksanaan

5
program promosi kesehatan, telah terbukti bahwa promosi kesehatan di masyarakat,
sekolah dan tempat kerja cenderung paling efektif (Carleton, 1991). Kolbe (1988)
menambahkan sasaran lain dalam promosi kesehatan adalah pelayanan medis dan
media.
Agar lebih spesifik sasaran promosi kesehatan dibagi menjadi sasaran primer,
sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah,
yang diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling
besar dari perubahan perilaku tersebut. Sasaran sekunder adalah individu atau
keompok yang memiliki pengaruh oleh sasaran primer, dan diharapkan mampu
mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer. Sasaran tersier
adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh
di berbagai tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan ).

5. Strategi
Penerapan promosi kesehatan dalam program kesehatan pada dasarnya
merupakan bentuk penerapan strategi global, yang dijabarkan dalam berbagai
kegiatan. Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara
global terdiri dari 3 hal yaitu :
a. Advokasi
Upaya pendekatan pada pimpinan atau pengambil keputusan supaya dapat
memberikan dukungan, kemudahan, pada upaya pembangunan kesehatan.
Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, dan sebagainya.
Kegiatannya bisa secara formal dan informal. Secara formal misalnya presentasi
atau seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan.
Secara informal misalnya datang kepada pejabat untuk minta dukungan dalam
bentuk dana atau fasilitas lain.
b. Dukungan sosial

6
Suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat (toma) baik formal maupun infromal. Bentuk kegiatannya berupa
pelatihan para toma, bimbingan pada toma.
c. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Upaya memandirikan individu, kelompok dan masyarakat agar
berkembang kesadaran , kemauan, dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatannya yaitu penyuluhan kesehatan,
pelatihan.(Heri M, 2009)
Berdasarkan Piagam Ottawa, 1986 strategi baru promosi kesehatan:
a. Kebijakan berwawasan kebijakan (Healhty Public Policy)
Bahwa kebijakan yang diambil harus berorientasi pada kesehatan publik
dan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
b. Lingkungan yang mendukung (supportive Environment)
Bahwa pemerintah atau pengelola tempat umum harus menyediakan
fasilitasyang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Bahwa penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta harus melibatkan dan memberdayakan masyarakat.
d. Ketrampilan individu (Personnel Sklill)
Dengan memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit , mencari pengobatan.
e. Gerakan masyarakat (Community Action)
Promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan di masyarakat
dalam mewujudkan kesehatan mereka.(Notoatmodjo, 2005).

6. Tingkat Program Promosi Kesehatan


Program promosi kesehatan memiliki tiga tingkat, yaitu (Barker, 2007):
a. kesehatan primer cenderung berfokus pada orang-orang yang sehat dan
berfokus pada sekitar layanan seperti klinik untuk wanita, klinik bayi, pesan
seks yang aman, imunisasi anak (Barker, 2007). Tugas promosi kesehatan

7
tingkat ini seperti pencegahan yang bertujuan untuk mencegah penyakit dan
cedera, meningkatkan homeostasis biologis, dan self-regulation tubuh dengan
menyebarluaskan informasi kesehatan dengan selektif yang berasal dari medis
yang berkaitan dengan individu tentang faktor risiko dan tindakan pencegahan
yang terkait (Piper, 2009).
b. Promosi kesehatan sekunder berfokus pada orang-orang yang sudah sakit dan
perawat dalam situasi ini akan berusaha untuk membantu orang kembali ke
keadaan sehat (Barker, 2007). Tujuan dari manajemen diri pasien yang memiliki
cedera atau penyakit adalah untuk memaksimalkan peluang pemulihan secara
penuh, pemulihan fungsi dan untuk meminimalkan risiko terjadinya komplikasi
atau munculnya kembali penyakit (Piper, 2009).
c. Promosi kesehatan pencegahan tersier berfokus pada situasi di mana seorang
pasien atau klien memiliki masalah kesehatan yang sedang berlangsung atau
cacat, misalnya pada orang yang memiliki kanker yang agresif, mereka dapat
ditawarkan perawatan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan
menjadi sejahtera sebagai bentuk promosi kesehatan (Piper, 2009; Barker,
2007).

7. Model Promosi Kesehatan


Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal
(fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik,
ekonomi seta pendidikan). Hal tersebut dapat menjadi latar belakang
dikembangkannya model-model kesehatan. Model-model promosi kesehatan
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Health Belief Model (HBM), merupakan model kognitif, yang digunakan untuk
meramalkan perilaku peningkatan kesehatan yang digunakan untuk
menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program
pencegahan atau deteksi penyakit. Menurut HBM, kemungkinan seseorang
melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi oleh keyakinan dan penilaian
kesehatan (Maulana, 2009)

8
b. Theory of Reasoned Action (TRA), digunakan dalam berbagai perilaku manusia,
khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis, kemudian berkembang
dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan
perilaku kesehatan. (Maulana, 2009) Teori ini menghubungkan antara keyakinan
(beliefs),sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku.. TRA Merupakan
model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai
jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan penggunaan substanti
terterntu (merokok, alcohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan
makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom dll. (Maulana, 2009)
c. Transteoritikal Model (TTM), adalah kerelaan individu untuk berubah,
yaitu merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, dan yang sehat menjadi
lebih sehat lagi.
d. PRECEDE dan PROCEED Model. Model ini dikembangkan untuk diagnosis
mengenai pendidikan mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan
program. PRECEDE merupakan kependekan dari Predisposing, Reinforcing,
and Enable Causes in Educational Diagnosis and Evaluation. Terdapat tujuh
tahap dalam merumuskan diagnosis dalam model ini, yaitu: diagnosis sosial,
diagnosis epidemologi, diagnosis perilaku dan lingkungan, diagnosis
pendidikan. Perawat dapat mengembangkan pernyataan diagnosa yang
menggambarkan pendidikan apa yang dibutuhkan oleh klien (Ivanov &
Blue, 2008).

B. Perawat
1. Definisi
Menurut Undang-Undang RI tentang praktik keperawatan, perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan baik di dalam dan luar negeri
yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Perawat,

9
yang disebut dengan perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Peran Perawat
Peran perawat dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan
oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Peran perawat yang utama adalah
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
a. Pelaksana layanan keperawatan (care provider)
Perawat memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung
kepada klien (individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan
kewenangannya. Asuhan keperawatan ini merupakan bantuan yang diberikan
kepada klien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari secara mandiri dalam peranannya sebagai care provider,
perawat bertugas untuk:
1) Memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi klien
2) Melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang.
3) Memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya
4) Berusaha mengembalikan kesehatan klien
5) Peran sebagai care provider merupakan peran yang sangat penting.
Baik/tidaknya kualitas layanan profesi keperawatan dirasakan langsung oleh
klien. Ilmu dan teori dalam keperawatan harus diwujudkan dalam aktivitas
pelayanan nyata kepada klien agar klien mendapatkan kepuasan. Ini
merupakan langkah promosi yang sangat efektif dan murah dalam upaya
membentuk citra perawat yang baik.
b. Pengelola (manager)
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan
keperawatan di semua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan
sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya
sesuai dengan konsep manajemen keperawatan. Fungsi manajerial keperawatan
yang harus dijalankan perawat antara lain planning, organizing, actuating,

10
staffing, directing, dan controlling. Fungsi manajerial tersebut dilaksanakan di
tiap tingkatan manajemen, baik first level manager, middle manager, maupun top
manager. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan peran manager dengan
baik, seorang perawat harus memiliki keterampilan managerial yang meliputi
technical skill, human skill, dan conceptual skill. Human skill mencakup
kemampuan untuk bekerjasama, memahami, dan memotivasi orang lain, baik
individu maupun kelompok. Dengan kata lain, human skill adalah keterampilan
yang terkait dengan kepemimpinan dan hubungan antar manusia. Conceptual
skill mencakup kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi secara
keseluruhan dan kemampuan menilai apakah kegiatan yang dilakukan seseorang
sesuai dengan organisasi atau tidak. Keterampilan ini juga meliputi kemampuan
untuk mengoordinasikan dan mengintegrasikan semua kepentingan dan aktivitas
organisasi. Jadi, conceptual skill berhubungan dengan kemampuan dan
keterampilan berpikir.
c. Pendidik dalam keperawatan
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga,
masyarakat, serta tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya. Perawat
bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien sebagai upaya
menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
Pendidikan kesehatan tidak semata ditujukan untuk membangun kesadaran diri
dengan pengetahuan kesehatan. Lebih dari itu, pendidikan kesehatan bertujuan
untuk membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat. Kesehatan bukan
sekedar untuk diketahui dan disikapi, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan
Sebagai sesuah profesi dan cabeng ilmu pengetahuan, keperawatan harus
terus melakukan upaya pengembangan diri, salah satunya dengan riset
keperawatan. Riset keperawatan akan menambah dasar pengetahuan ilmiah
keperawatan dan meningkatkan praktik keperawatan bagi klien. Menurut Patricia
dan Arthur (2002) praktik berdasarkan riset merupakan hal yang harus dipenuhi

11
(esensial) jika profesi keperawatan ingin menjalankan kewajibannya pada
masyarakat dalam memberikan perawatan yang efektif dan efisien (Asmadi,
2014)
Bila mengacu pada undang-undang Republik Indonesia tentang praktik
keperawataan, pada pasal 31 dalam menyelenggarakan praktik keperawatan,
peran perawat ada dua yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan dan sebagai
pendidik klien.

C. Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan diberikan kepada individu, kelompok maupun masyarakat
sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian
pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil
dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan
dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. Hubungan antara
kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar
dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson,
2006).
Pelayanan Keperawatan menurut UU keperawatan yang baru saja disyahkan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Hal tersebut menggambarkan bahwa pelayanan
keperawatan merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien dan
memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pasien baik kebutuhan biopsikososio
spiritual. Pelayanan keperawatan diharapkan dapat diberikan secara komprehensif,
efektif dan efisien semata-mata untuk kesembuhan pasien.
Pelayanan keperawatan profesional (professional nursing service) adalah suatu
rangkaian upaya melaksanakan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada
masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah profesi keperawatan. Dalam pemberian

12
pelayanan, perawat secara terintegrasi memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif, efektif dan efisien. Selain itu dalam pemberian asuhan keperawatan
perawat juga memiliki sifat saling bergantung yang artinya bahwa sistem pemberian
pelayanan memerlukan dan saling melengkapi dengan sistem pemberian pelayanan
kesehatan yang lain (Kusnanto, 2004). Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
Pelayanan keperawatan yang profesional adalah praktek keperawatan yang dilandasi
oleh nilai-nilai profesional yaitu mempunyai nilai otonomi dalam pekerjaannya,
bertanggungjawab dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri,
kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan
klien.
Pelayananan keperawatan yang optimal diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayananan keperawatan. Dua faktor yang dapat menentukan mutu dari pelayananan
keperawatan yaitu peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia atau tenaga
kesehatan (quality of care) dan penyediaan sarana prasarana yang menunjang
pelaksanaan tugas (quality of services).Adanya dua hal tersebut, suatu pelayanan
keperawatan sebagai bentuk pelayanan kesehatan dapat memberikan manfaat dan
membantu kesehatan pasien.

D. Ruang Lingkup Promosi Pelayanan Keperawatan


Upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan meliputi :
1. Upaya Promotif
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/derajat kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok
orang yang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan kelompok orang
yang sakit menurun Bentuk kegiatannya adalah pemberian pendidikan
kesehatan/penyuluhan, diskusi tentang bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan status kesehatan, misalnya :
a. Memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang upaya meningkatkan kesahatan, misalnya

13
pemeliharaan kesehatan pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Upaya
peningkatan kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi dan
pemberian imunisasi.
b. Melakukan pemberdayaan dan penggerakan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam peningkatan kesehatan, misalnya ikut berperan dalam kegiatan donor
darah dan lain-lain.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Sasarannya adalah kelompok masyarakat resiko tinggi agar tidak jatuh
pada kondisi sakit (primary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pemberian
imunisasi, pemeriksaan ante natal care, post natal care, perinatal dan neonatal,
mengajarkan ibu cara perawatan payudara post natal dan lain-lain.
3. Upaya Kuratif
Upaya curatif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah
kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini
mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention).
Bentuk kegiatannya adalah pengobatan, misalnya, memberikan pengobatan pada
ibu, bayi dan balita serta masyarakat dengan kasus -kasus ringan/sederhana sesuai
dengan kewenangan, memberikan pengobatan pada masyarakat atas advice dokter,
atau memberikan pengobatan pada kegawatdaruratan.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitative adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi/mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang
baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah untuk pemulihan dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut (tertiary prevention). Bentuk kegiatannya misalnya
mengajarkan pasien untuk mobilisasi dan melakukan ROM (Range of Motion) pada
pasien stroke, mengajarkan ROM pada pasien post operasi ORIF untuk menghindari
terjadinya kontraktur.

14
E. Konsep Prevensi

Prevensi adalah upaya untuk mencegah timbulnya masalah. Prevensi merupakan


sebuah konsep yang berasal dari bahasa latin yang memiliki arti “mengantisipasi sesuatu
sebelum hal tersebut terjadi”. Prevensi menitikberatkan pada faktor-faktor yang dapat
diubah sebelum keadaan yang tidak diinginkan berkembang lebih jauh.

Psikologi komunitas lebih menekankan pada upaya pencegahan, bukan pada praktik
perawatan perawatan (treatment) yang merupakan ranah dari psikologi klinis. Setelah ada
masalah, treatment biasanya baru dimulai dan kadang-kadang bisa dikatakan terlambat
sehingga kurang efektif. Kita biasanya menyadari beratnya kerusakan dan penderitaan
psikologis yang dialami setelah berbagai usaha serta kagagalan mengatasi dilakukakan dan
untuk memulihkan kembali kekadaan memerlukan biaya perbaikan yang mahal diseertai
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat luas. Pencegahan dapat menolong
sebelum mamsaah terjadi.

Psikologi komunitas lebih menekankan pada tindakan proaktif mencegah ketimbang


tindakan reaktif. Tindakan reaktif sering muncul ketika menghadapi kejadian maisalnya
seorang tertangkap dipukuli ramai-ramai karena dikira pencuri, atau di jalan raya banyak
orang/pengendara bertindak sesuai kepentingannya sendiri merupakan tindakan reaktif
yang menimbulkan kemacetan. Sebaliknya tiindakan pencegahan sebagai contoh: polisi
berpatroli secara rutin untuk mencegah adanya kemacetan lalu lintas dan kejahatan.
Pemerintah mengeluarkan peraturan tertulis menetapkan perilaku yang diinginkan guna
mencegah perilaku yang tidak diharapkan. Penjelasan tentang seks sebaiknya diberikan
sebelum memasuki usia dewasa sehingga kehamian yang tidak dikehendaki dapat dicegah
karena remaja sudah mengetahi akibat dar tindaknyang dilakukan.

Psikologi komunitas memberi penekanan untuk memperkembangkan kompetensi


sosial, meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekuatan positif yang dimiliki bersama.
Kompetensi pada hakikatnya adalah kemampuan seseorang dalam menguasai sesuatu;
kompetensi adalah kemauan mendasar untuk merasa mampu mengerjakan sesuatu. Ketika
berinteraksi dengan orang laintidak ada seorangpun yang mau dikatakan bahwa dirinya

15
tidak kompeten. Menyadari adanya kemampuan pada setiap orang merupakan suatu
kekuatan yang berguna untuk kepentingan bersama atau dalam mengupayakan suatu
keinginan bersama.

Sampai saat ini prevensi dan promosi utama tersebut masih dipertentangkan yaitu
apakah menggunakan pendekatan pencegahan terhadap gangguan (proponent of disorder
prevention) atau pendekatan prevensi untuk peningkatan kesejahteraan dan kompetensi
sosial (promotion of wellness and socil competence).

Pendukung konsep prevensi terhadap suatu gangguan menganggap bahwa


mencegah gangguan kelainan seperti depresi, schizophrenia, bunuh diri atau kelainan
lainnya merupakan suatu hal yang penting unutk dipelajari. Penelitian dalam hal ini harus
ditujukan untuk menghambat dan mengurangi faktor-faktor risiko yang muncul dari adanya
kelaianan tersebut. Sudut pandang ini lebih mengutamakan pilihan intervensi yang sifatnya
khusus da nada indicator yang jelas.

Adapun pendukung dari pendekatan peningkatan kesejahteraan dan kompetensi


sosial (promotion of wellness and socil competence) percaya bahwa banyak manusia yang
tidak berada dalam kondisi psikologis bahagia dan sejahtera (psychological well-being).
Kita perlu menolong orang lebih dari sekedar menolong dan mengeluarkan mereka dari
penderitaan, melainkan menolong agar dapat membuat mereka merasa bahagia-
sejahtera.penelitian dari sudut pandang konsep ini harus ditujukan untuk mengidentifikasi
dan memahami faktor-faktor yang berpotensi meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan
ketahanan mental untuk menjalani kehidupan sehari-hari.Peran para psikolog komunitas
dalam hal ini adalah mempertahankan kedua pespektif trsebut untuk saling mengisi dan
menjembatani fungsi keduanya.Melaksanakan program pencegahan dan pengembangan
kompetensi sosial di lapangan perlu mempertimbangakan banyak hal. Model prevensi
dalam psikologi kmunitas dikemukakan oleh bower (dalam wibowo dkk:2013)
menekankan pada kompetensi sosial, kesejahteraan, kesehatan, dan permasalahn perilaku.
Macam Upaya Pencegahan

16
Dalam kehidupan ada tiga macam upaya pencegahan, yaitu: (1) key integrated
social system (kiss), (2) ailing-in difficulty (AID), dan (3) Illness Correctional Endeavor
(ICE).

1) KISS

key integrated social system (KISS) merupakan setting formal maupun informal dimulai
sejak dalam kandungan ibu sampai pada masa kanak-kanak. Sistem yang pertama adalah
sistem perawatan kesehatan anak yang dimulai dari masa prenatal, proses kelahiran, dan
perawatan pasca kelahiran. Sistem yang kedua adalah keluarga yang dapat membentuk nilai
dan harapan hidup serta memberikan kesempatan bagi perkembanngan kognitif, afektif,
kemampuan interpersonal dan keterampilan akademik anak. Sistem yang ketiga adalah
sekolah sebagai tempat mengenal dan pembentukan nilai-nilai dalam masyarakat pada
anak. Sistem informal dalam KISS lebih menitikberatkan pada hubungan anak dengan
lingkungan sosialnya, seperti lingkungan teman-teman dekat (peers). KISS merupakan
integrasi dari sitem-sistem sosial yang hidup dalam masyarakat yang berinteraksi secara
langsung dan intens untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat itu sendiri.

2) AID Institution

Orang-orang yang kurang memiliki kesempatan untuk memfungsikan dirinya berinteraksi


secara langsung dan intens seperti dalam model KISS dapat mengambil alternative prevensi
dalam institusi AID atau Ailing in Difficulty. Sebagai contoh, dapat berupa pelayanan,
pengarahan dan konseling di sekolah, pemberian fasilitas perawatan kesehatan mental bagi
gawat darurat di rumah sakit.para pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, dan pelayanan
perawatan bagi pasien yang berada dalam ruangan gawat darurat rumah sakit.

3) ICE

ICE atau Illness Correctional Endeavors merupakan usaha-usaha untuk memperbaiki


keadaan orang yang sakit atau yang membutuhkan dukungan mental. Biasanya sitem ICE
ini terdapat di rumah sakit (psikiater), penjara dan fasilitas perawatan kesehatan jangka
panjang lainnya.

17
Jenis Prevensi

Caplan (dalam Wibowo, 2013) membedakan prevensi ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. Prevensi primer (Primary intervention)

Prevensi ini diberikan untuk semua populasi, tidak hanya pada populasi yang diketahui
sedang membutuhkan pertolongan, tetapi juga yang berada dalam kondisi sukar (distress).
Intervensi pencegahan awal yang dilakukan adalah dengan mengurangi kemungkinan
munculnya dampak yang membahayakan dari lingkungan sebelum hal tersebut berkembang
menjadi masalah. contohnya seperti memberi vaksinasi, memberikan program pelatihan
pengambilan keputusan dan pelatihan keterampilan memecahkan masalah.

2. Prevensi sekunder (secondary prevention)

Prevensi ini disebut juga prevensi dini karena masyarakat mulai melihat tanda-tanda
munculnya gangguan atau kesulitan yang berarti. Dalam prevensi ini intervensi diberikan
pada mereka yang sudah memperlihatkan gejala awal munculnya gangguan atau penyakit.
Contohnya adalah program yang ditargetkan untuk anak yang pemalu dan suka menarik
diri.

3. Prevensi tersier (tertiary prevention)

Prevensi ini diberikan kepada anggota masyarakat yang telah mengalami gangguan
(disfungsi) dengan maksud untuk membatasi perkembangan gangguan tersebut, misalnya
dengan menurunkan intensitas dan durasi gangguan serta mencegah timbul kembali gejala
atau komplikasi tambahan di masa yang akan datang.

Mrazek dan Hargerty mengenalkan bentuk ukuran pencegahan yang digunakan dalam
institute of medicine (IOM) report. Kontribusi utama mereka berkaitan dengan hal-hak
yang bersifat umum/universal, pilihan / selektif, mengukur indicator, dan metode
pencegahan.

18
a. Pengukuran prevensi umum

langkah-langkah prevensi umum intervensi diberikan untuk setiap orang yang berada dalam
kelompok populasi, yang sudah terdaftar dalam populasi yang dimaksud adalah semua
orang walaupun mereka yang tidak berada dalam kondisi sulit (distress). Pencegahan ini
hamper sama dengan tahapan primary prevention caplan

b. Pengukuran prevensi selektif

Langkah-langkah ini diberikan kepada individu yang berisiko mendapat gangguan mental
di atas rata-rata. Risiko yang muncul dapat berasal dari lingkungan seperti berikut:
rendahnya penghasillan, konlik keluarga, harga diri yang rendah, dan faktor-faktor individu
lainnya.

c. Pengukuran indikasi-prevensi

Langkah-langkah prevensi ini digunakan untuk individu berisiko tinngi untuk mengalami
gangguan mental yang ebih parah di masa yang akan datang, terutama mereka yang telah
menunjukkan symptom awal dari gangguan. Difinisi yang dipakai IOM lebih mengacu
pada pendekatan prevensi gangguan spesifik dan bukan pada pengembangan kompetensi.

19
BAB III
PEMBAHASAN

(Jurnal Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan


Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah)

Komunikasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Manusia adalah


makhluk sosial sehingga dalam aktivitasnya memerlukan komunikasi antara satu dengan
lainnya. Menurut Lauwrence D. Kincaid, komunikasi adalah proses di mana dua orang atau
lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan
mendapatkan feedback (Cangara, 2014: 36). Dengan demikian, komunikasi menjadi salah
satu unsur yang penting didalam kehidupan manusia.

Rumah sakit memiliki perbedaan kelas, fungsi dan juga peranan masingmasing.
Rumah sakit jiwa memiliki tujuan mencegah adanya gangguan jiwa pada masyarakat
(promosi preventif), menyembuhkan pasien dengan gangguan jiwa dengan cara
penyembuhan yang optimal, dan rehabilitasi bidang kesehatan jiwa (Nugroho, 2003).
Rumah sakit jiwa merupakan salah satu contoh rumah sakit yang memiliki kewajiban
untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang memiliki
masalah pada kejiwaannya. Namun, saat ini, beberapa rumah sakit jiwa tidak hanya
memberikan pengobatan untuk pasien dengan masalah kejiwaannya saja, tetapi juga
menangani pasien dengan penyakit non jiwa.
Untuk mencapai sasaran dalam promosi kesehatan, diperlukan strategi sebelum
menjalankan promosi kesehatan. Strategi promosi kesehatan tersebut terdiri dari advokasi,
dukungan sosial, dan juga pemberdayaan masyarakat. Baik rumah sakit umum maupun
rumah sakit jiwa perlu adanya promosi kesehatan dengan ketiga strategi tersebut supaya
masyarakat dapat menanamkan rasa kesadaran pada diri mereka sendiri akan hidup bersih
dan sehat
Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan metode dan media, sebagai berikut.

20
a. Metode Promosi Kesehatan Secara garis besar, metode promosi kesehatan dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Metode Didaktif Metode didaktif ini didasarkan atau dilakukan dengan cara satu
arah. Tingkat keberhasilan dari metode didaktif ini sulit untuk dievaluasi.
karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Misalnya:
ceramah, film, leaflet, booklet, poster, dan siaran radio
2. Metode Sokratif Metode sokratif ini dilakukan dengan cara dua arah. Dengan
menggunakan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap
aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar,
bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan
perorangan.
Mubarak dan Chayatin (2008) menyebutkan bahwa strategi yang diperlukan untuk
mewujudkan promosi kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Advokasi
Advokasi merupakan kegiatan yang memberikan bantuan kesehatan
kepada masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu
kebijakan dalam bidang kesehatan. Advokasi merupakan upaya atau
sebuah proses yang strategis dan terencana dengan tujuan mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Tujuan advokasi kesehatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah
kebijakan publik berwawasan kesehatan, untuk meningkatkan opini
masyarakat dalam mendukung kesehatan, dan terpecahkannya masalah
kesehatan secara bersama dan terintegrasi dengan pembangunan
kesehatan didaerah melalui kemitraan dan adanya dukungan serta
kepedulian dari pimpinan daerah (Solang, Losu dan Tando, 2016: 72).
2. Dukungan Sosial (Social Support) Promosi kesehatan akan mudah
dilakukan apabila mendapatkan dukungan sosial. Dukungan sosial adalah
sebuah kegiatan dengan tujuan untuk mencari dukungan dari berbagai
elemen (tokohtokoh masyarakat) untuk menjembatani antara pelaksana
program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program

21
kesehatan tersebut.
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment Community) Pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya promosi kesehatan. Pemberdayaan ialah
sebuah proses pemberian informasi kepada keluarga atau kelompok dan
individu secara terus menerus dan berkesinambungan dengan mengikuti
perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat supaya
masyarakat berubah dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu atau
sadar serta dari tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu untuk
melaksanakan program kesehatan yang diperkenalkan (Solang, Losu dan
Tando, 2016: 59-64). Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
untuk mendapatkan sebuah pemahaman terhadap suatu realitas sosial dari
perspektif

PEMBAHASAN
Analisis Metode Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Hidup
Sehat

Promosi kesehatan termasuk ke dalam komunikasi kesehatan dimana dalam


komunikasi antar manusia memiliki fokus mengenai bagaimana seorang individu dalam
suatu kelompok/masyarakat dalam menghadapi isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan
dan berupaya dalam menjaga kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Sebagai
rumah sakit jiwa daerah yang telah terakreditasi A, RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi
Jawa Tengah telah melakukan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan baik untuk pasien jiwa
maupun pasien non jiwa dengan menggunakan beberapa metode dari promosi kesehatan.
Promosi kesehatan adalah upaya dalam meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
proses pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat. Supaya masyarakat dapat
menolong dirinya sendiri dan mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung dengan kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Pamsimas, 2009). Penerapan promosi kesehatan di lapangan
biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan (Kholid, 2012: 67).

22
Kegiatan-kegiatan dengan menggunakan metode promosi kesehatan yang dilakukan oleh
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut

a. Metode Promosi Kesehatan Jiwa


RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menggunakan metode didaktif dalam promosi
kesehatan jiwa baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menetapkan
sasaran-sasaran yang akan dituju. Sasaran-sasaran tersebut adalah sasaran primer,
sekunder, dan tertier. RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menggunakan media cetak, media
luar ruang, media elektronik dan media sosial sesuai dengan karakteristik dan
pemanfaatan media dalam hal promosi kesehatan dan telah disesuaikan dengan
target sasarannya. Teknik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, media luar ruang dan media
sosial telah disesuaikan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi sesuai dengan sasaran
yang akan dituju. Karena hal tersebut akan membantu pasien, keluarga pasien,
pegawai RSJD dan para stakeholders RSJD dalam meningkatkan kesadaran
kesehatan jiwanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan promosi
kesehatan jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi didukung oleh tim IPKRS yang
menggunakan metode sokratif, yaitu metode yang dilakukan dengan dua arah
(Wardani, Muyasaroh dan Ani, 2016: 9). Metode sokratif yang digunakan oleh
rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung. berhasil mencapai target
sasaran yang telah ditentukan. Seperti sasaran primer dengan melibatkan pasien
jiwa baik dari anak-anak, remaja maupun dewasa selanjutnya keluarga pasien jiwa
rawat inap dan rawat jalan dan para pegawai di lingkungan rumah sakit.

b. Analisis Metode Promosi Kesehatan Non Jiwa


RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menggunakan metode didaktif dalam promosi
kesehatan non jiwa baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menetapkan sasaran-sasaran yang akan dituju. Sasaran-sasaran tersebut adalah
sasaran primer, sekunder, dan tertier. RSJD Dr. RM. Soedjarwadi memanfaatkan
media cetak, media luar ruang, media elektronik dan media sosial sesuai dengan

23
karakteristik dan pemanfaatan media dalam hal promosi kesehatan yang ditujukan
untuk kegiatan promosi non jiwa dan telah disesuaikan dengan target sasarannya.
Metode didaktif yang dilakukan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi dengan cara satu
arah dapat mendukung tercapainya sasaransasaran yang ingin dituju, seperti sasaran
primer, sekunder dan tertier untuk meningkatkan kesadaran kesehatannya. RSJD Dr.
RM. Soedjarwadi selain menggunakan metode didaktif juga menggunakan metode
sokratif dalam melakukan kegiatan promosi kesehatan non jiwa. Metode sokratif
dengan menggunakan teknik komunikasi secara langsung dilakukan oleh RSJD Dr.
RM. Soedjarwadi yang telah menentukan siapa saja yang akan menjadi sasarannya.
Seperti sasaran primer, sekunder dan tertier. dalam teknik komunikasi secara
langsung dan tidak langsung dengan menggunakan media massa dirasa telah tepat
dalam pemanfaatannya berdasarkan sasaransasaran yang dituju oleh rumah sakit.
Dengan menggunakan media cetak, luar ruang, elektronik dan juga sosial akan
mampu membantu rumah sakit dalam mepromosikan kesehatan kepada masyarakat.

c. Analisis Strategi Promosi Kesehatan


Di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Tujuan promosi kesehatan
adalah agar dapat tersosialisasinya program-program kesehatan demi terwujudnya
masyarakat Indonesia baru yang dapat berbudaya hidup bersih dan sehat serta
diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan promosi
kesehatan yang diselenggarakan. Maka, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
sebuat strategi sebelum melakukan kegiatan promosi kesehatan. Strategi merupakan
cara yang digunakan guna mencapai apa yang ingin dicapai dalam kegiatan promosi
kesehatan. RSJD Dr. RM. Soedjarwadi telah menggunakan strategi-strategi dari
komunikasi kesehatan untuk menjalankan kegiatan promosi kesehatan baik untuk
jiwa maupun non jiwa. Berikut adalah penjelasan mengenai strategi promosi
kesehatan yang digunakan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.

Analisis SWOT Strategi Promosi Kesehatan Jiwa dan Non Jiwa Kekuatan (strengths)
dan peluang (oppurtunities)

24
Metode promosi kesehatan yang ada di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi adalah dengan
menerapkan metode didaktif dan metode sokratif baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat membantu sasaran baik primer, sekunder maupun tertier menanamkan
kesadaran akan hidup bersih dan sehat didalam dirinya. Dengan menggunakan metode
didaktif, akan mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi kesehatan karena
melalui media massa. Sedangkan untuk metode sokratif adalah dapat melihat apakah semua
sasaran baik primer, sekunder maupun tertier

SIMPULAN
Hasil penelitian ini adalah tim dari PKRS RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
menggunakan strategi promosi kesehatan untuk menjalankan promosi kesehatan. Strategi
promosi kesehatan yang digunakan adalah advokasi. Advokasi lebih ditujukan kepada
stakeholders namun masyarakat juga dijadikan sebagai target sasaran. Advokasi untuk
stakeholders, RSJD Dr. RM. Soedjarwadi melakukan dalam bentuk lobi politik, yaitu
kegiatan yang dilakukan melalui rapat-rapat dengan melibatkan pemangku kepentingan
yang diadakan setiap bulan. Selanjutnya seminar dan atau presentasi, dimana RSJD Dr.
RM. Soedjarwadi membahas masalah kesehatan didepan pembuat keputusan baik lintas
program maupun lintas sektoral. Terakhir, dalam bentuk perkumpulan (asosiasi) minat.
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi melakukan rapat komite medik dengan para dokter seperti
dokterdokter spesialis yang diadakan sebulan sekali setiap tahun.
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menggunakan media leaflet dan banner dalam menjalankan
promosi kesehatan. Bentuk strategi bina suasana ini dibagi menjadi tiga kategori. Pertama
bina suasana individu, PKRS RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menjalin hubungan dengan para
tokoh masyarakat, TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan), dan para dokter yang
berada dipuskesmaspuskesmas daerah yang dituju dalam penyuluhan kesehatan. Kedua
adalah bina suasana kelompok, dimana tim PKRS melakukan bina suasana kelompok
dengan kelompok masyarakat yang berada di daerah Klaten, yaitu PWRI dengan melalui
penyuluhan ceramah.

Ketiga bina suasana publik, RSJD Dr. RM. Soedjarwadi melakukan promosi kesehatan

25
dengan memanfaatkan media komunikasi leaflet, brosur, majalah, x-banner, buku agenda
ide, direktori, banner, spanduk, baliho, sticker, papan reklame, TV kabel Sujarwadi,
youtube, e-mail, website, instagram, twitter, facebook, fax, undangan, poster, dan
bekerjasama dengan radio RSPD Kabupaten Klaten. Strategi promosi kesehatan selanjutnya
yang digunakan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi adalah pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan promosi kesehatan dengan menggunakan strategi ini terdiri dari dropping pasien
atau pemulangan pasien yang dilaksanakan sebanyak 12 kali dalam setahun. Selanjutnya,
penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan sebanyak 26 kali dalam satu tahun terdiri dari 16
kali penyuluhan didalam gedung rumah sakit

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan
kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan
masyarakat (public health). Sehingga harus mempunyai ruang lingkup seperti upaya
promtif, upaya preventif dan rehabilitatif. Prevensi adalah upaya untuk mencegah
timbulnya masalah.
Prevensi merupakan sebuah konsep yang berasal dari bahasa latin yang
memiliki arti “mengantisipasi sesuatu sebelum hal tersebut terjadi”. Prevensi
menitikberatkan pada faktor-faktor yang dapat diubah sebelum keadaan yang tidak
diinginkan berkembang lebih jauh. Pendukung konsep prevensi terhadap suatu
gangguan menganggap bahwa mencegah gangguan kelainan seperti depresi,
schizophrenia, bunuh diri atau kelainan lainnya merupakan suatu hal yang penting
unutk dipelajari.

B. Saran
Upaya peningkatan promosi pelayanan keperawatan perlu terus ditingkatkan
dengan berbagai aspek yang berkenaan dengan dunia keperawatan. Keterlibatan
perawat dalam pelayanan keperawatan dalam cakupan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif perlu ditingkatkan sehingga individu, kelompok bahkan
masayarakat sebagai sasaran akan merasakan pelayanan keperawatan yang
professional dan nyata ada di tengah-tengah mereka semua.

27
DAFTAR PUSTAKA

Efendi Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Maryani, Dewi Sri. (2014). Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung: Yrama Widya

Tiraihati,Zilbi Windarini.2017. Analisis promosi kesehatan berdasarkan ottawa charter di


rs onkologi surabaya. https://e-journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/7690 diakses
pada tanggal 03 Februari 2020

Susilowati dwi.2015. Modul Bahan Cetak Keperawatan Promosi Kesehatan.Kementrian


Kesehatan RI
Ali, Zaidin. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Rosdakarya.

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 986/Menkes/Per/11/1992. Jakarta:

Depkes RI. Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis
Rumah

Djamal, M. 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif. Rev.ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hartono, Bambang. 2010. Promosi Kesehatan Di Puskesmas Dan Rumah Sakit. Jakarta:

Rineka Cipta.

Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,
Dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Kriyantono,

28

Anda mungkin juga menyukai