Oleh :
Kelompok 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah pada pasien Urolithiasis”. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................29
B. Saran..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Grace (2006, dalam buku ajar asuhan keperawatan system perkemihan,2
014) mengatakan bahwa Urolithiasis atau sering disebut dengan batu saluran k
emih merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing karena faktor pres
pitasi endapan dan senyawa tertentu. Pembentukan batu dapat terjadi ketika tin
gginya konsentrasi Kristal urin yang membentuk batu. Adapun senyawa yang
membentuknya seperti kalsium oksalat 60%, fosfat 30%, asam urat 5% dan sist
in 1%.
Prevalensi urolithiasis adalah 1-12% di dunia, setiap tahun di dunia ham
per 3 juta orang mengunjungi pelayanan kesehatan dan setengah nya masuk ke
bagian darurat dengan urolithiasis. Terjadinya urolithiasis berbeda disetiap Neg
ara, di Eropa 5-9%, USA 10-15% dan wilayah Timur-Tengah 20-25%,prevalen
si terendah dilaporkan di Greenland dan Jepang. (Medika tadulako,jurnal ilmiah
kedokteran, vol. 5 no. 1, januari 2018, diakses 27 januari 2020 pukul 22.00 wib).
Di Asia 1-15% penduduk di daerah arab Saudi, uni emirat arab, Pakistan,
india,Myanmar,Thailand,Indonesia,dan Filipina. Di Indonesia sebesar 1,2% pre
valensi tertinggi di Yogyakarta, di aceh 0,9% Jawa Barat, jawa tengah, dan Sula
wesi tengah masing-masing 0,8% serta sumatera utara sebesar 0,3%. Prevalensi
urolithiasis meningkat berdasarkan pertambahan usia. Usia 55-64 th merupakan
usia tertinggi mnegalami urolithiasis sebesar 1,3%, menurun pada usia 65-74 th
sebesar 1,2% dan usia lebih kurang 75 th 1,1%. Urolithiasis pada laki laki lebih
tinggi yaitu 0,8% dibanding peempuan 0,4% lalu pada masyarakat tidak bersek
olah dan tidak tamat sd 0,8% serta masyarakat wiraswasta 0,8% dan status ekon
omi hamper sama mulai kuintil indeks kepemilikan menengah bawah sampai m
enengah atas 0,6 %. Prevalensi di perkotaan sama dengan perdesann yaitu 0.6%.
. (Medika tadulako,jurnal ilmiah kedokteran, vol. 5 no. 1, januari 2018, diakses
27 januari 2020 pukul 22.00 wib).
Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya gaya hidup yang tid
ak sehat sehingga memicu pembentukan batu, baik bersifat primer,sekunder,dan
tersier. Penduduk pada daerah dengan geografis yang memiliki kandungan mine
1
ral tinggi, menjadikan tingkat prevalensi meningkat sehingga sering disebut seb
agai daerah stone belt (sabuk batu). (buku ajar asuhan keperawatan system perk
emihan,2014).
Sabiston (1994, dalam buku ajar asuhan keperawatan system perk
emihan,2014) mengatakan bahwa perjalanan batu dari ginjal ke Saluran kemih s
ampai dalam kondisi statis menjadi awal untuk pengambilan keputusan pengan
gkatan batu. Batu yang masuk pada pelvis membentuk pola koligentes yang dis
ebut sebagai batu staghorn.
Bahaya dari urolithiasis dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti
hidronephorosis,gagal ginjal,infeksi ginjal,ketidakseimbangan asam basa,bahka
n dapat mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa darah ke sirkulasi.
(buku ajar asuhan keperawatan system perkemihan,2014).
B. Tujuan
1. Secara Umum
Agar mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatann pada Pasien
Urolithiasis
2. Secara Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian
b. Mampu menegakkan diagnose keperawatan
c. Mampu melakukan luaran (NOC/SLKI)
d. Mampu melakukan Intervensi (NIC/SLKI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Speakman (2008, dalam Nixon Manurung, 2018 ) mengatakan Sistem
perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
diper- gunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan benupa urine (air
kemih). Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyari- ngan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urine (air kemih).
1. Ginjal
Baradero (2009, di dalam Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014)
mengatakan bahwa ginjal adalah sepasang organ retroperineal yang integral
dengan homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk
keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresi hormone dan enzim yang
membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolism
kalsium dan fosfor. Ginjal membuang Sisa metabolism dan menyesuaikan
ekskresi air dan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas dan
elektrolit, sehingga mempertahankan kormposisi cairan yang normal.
Ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang yang jumlahnya ada dua buah
yaitu di sebelah kiri dan karan. Ginjal kiri memiliki ukuran lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umurnnya ginjal laki-laki memiliki ukuran yang lebih
panjang dibandingkan dengan ginjal wanita( Eko Prabowo dan Andi Eka
Pranata, 2014) .
3
(sumber : Prabowo Eko & Pranata Eka Andi.2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan
System Perkemihan,Yogyakarta : Nuha Medika)
a. Fungsi ginjal dalam ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014) :
Seperti kita sebutkan di atas tadi, selain untuk menyaring kotoran dalam
darah, ginjal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain: urea, asam urat,
amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri dan juga obat-obatan. Jika zat-zat
tersebut tidak di ekskresikan oleh ginjal, maka manusia tidak akan bisa bertahan
hidu Hal ini dikarenakan tubuhnya akan diracuni oleh kotoran yang dihasilkan
oleh tubuhnya sendiri. Bagian ginjal yang memiliki tugas untuk menyaring adalah
nefron
2) Mengekskresikan gula kelebihan gula dalam darah Zat-zat penting yang larut
dalam darah akan ikut masuk ke dalam nefron, lalu kembali ke aliran darah. Akan
tetapi, apabila jumlahnya didalam darah berlebihan, maka nefron tidak akan
menyerapnya kembali
4) Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseim-bangan asam basa darah,
Jika konsentrasi garam dalam darah berlebihan maka akan terjadi pengikatan air
4
oleh garam. Ampaknya adalah cairan akan menumpuk diintra vaskuler. Selain itu
banyaknya zat kimia yang tidak berguna bagi tubuh didalam darah , maka tubuh
akan bekerja secara berlebihan dan pada akhirnya akan mengalami berbagai
macam gangguan.
5) Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion
hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam
pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
b. Struktur ginjal
Coad and Dunstall ( 2007, di dalam Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata,
2014) mengatakan bahwa setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang
disebut kapsul fibrosa dan memiliki dua lapisan yang berbeda yaitu korteks
yang cokelat kemerahan yang mendapat banyak darah dan medulla pada bagian
dalam , yaitu tempat ditemukannya satuan fungsional ginjal yaitu nefron.
(sumber : Prabowo Eko & Pranata Eka Andi.2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan
System Perkemihan,Yogyakarta : Nuha Medika)
5
dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri) ( Eko Prabowo dan Andi Eka
Pranata, 2014).
Nefron
(sumber : Prabowo Eko & Pranata Eka Andi.2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan
System Perkemihan,Yogyakarta : Nuha Medika)
6
Setiap nefron bermula bermula dengan suatu kapsul (kapsula bowman)
yang mengelilingi kapiler glomerulus, yang mengumpulkan filtrat diikuti oleh
tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, dan awal duktus kolektivus.
Terdapat dua jenis nefron, yaitu nefron kortikal dan nefron jukstamedularis
( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014)
Ansa henle bagian tipis (tebal ~20um) terbentuk dari sel-sel squamosa
tipis tanpa mikrovilli. Ansa henle asendens tebal memiliki sel epitel kolumnar
yang serupa dengan tubulus proksimal, namun dengan sedikit mikrovilli. Pada
titik dimana ansa henle berhubungan dengan apparatus jukstaglomerulus,
setelah memasuki korteks kembali, dinding ansa terbentuk dari sel macula
densa yang telah dimodifikasi. Ansa henle penting untuk produksi urine yang
pekat ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014).
Ward et all (2009, dalam Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014)
mengatakan bahwa tubulus distal secara fungsional serupa dengan
duktuskolektivus kortikal. Keduanya mengandung sel-sel yang serupa dengan
sel- sel pada ansa henle asendens tebal. Di duktus kolektivus, sel- sel principal
terletak berselang-seling dengan sel interkalasi yang memiliki morfologi dan
fungsi berbeda. Susunan ini berperan untuk keseimbangan asam-basa. Duktus
kolektivus berperan penting dalam homeostasis air.
7
Tabel komposisi urin normal
a. Glukose
b. Benda-benda keton
c. Garam empedu
d. Pigmen empedu
e. Protein
f. Darah
g. Beberapa obat-obatan
2. Ureter
8
urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang
diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui
osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih ( Eko Prabowo dan Andi Eka
Pranata, 2014).
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum
pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup
olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian
dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri hemoroidalis media.
Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian
medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria ( Eko Prabowo dan
Andi Eka Pranata, 2014).
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang
oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter
berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut
lateral dari trigonum vesika Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas
dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh
akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari vesika
urinaria ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014).
9
ureter didampingi oleh artei uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini
menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter
mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari
ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis
diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk
ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm. ( Eko Prabowo dan Andi Eka
Pranata, 2014).
3. Vesika urinaria
(sumber : Prabowo Eko & Pranata Eka Andi.2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan
System Perkemihan,Yogyakarta : Nuha Medika)
10
Coal dan dunstall ( 2007, dalam ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata,
2014) mengatakan bahwa kandung kemih juga terdiri dari otot polos dan
berfunsi sebagai penampung urine. Kandung kemih dikosongkan secara
intermitten dibawah pengaruh kesadaran. Reseptor regang didalam otot dan
trigonum menghasilkan sinyal yang mengisyaratkan kandung kemih sudah
penuh. Kapasitas normal kandung kemih adalah sekitar 700-800 ml, namun
keinginan alami untuk berkemih sudah muncul apa bila jumlah urine didalam
kandung kemih mencapai sekitar 300 ml. Sedangkan ada wanita, karena
kandung kemih terletak dibelakang uterus, maka kapasitas kandung kemih bisa
terganggu oelh semakin membesarnya uterus semasa hamil.
4. Uretra
(sumber : Prabowo Eko & Pranata Eka Andi.2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan
System Perkemihan,Yogyakarta : Nuha Medika)
1. Definisi
Grace ( 2006, dalam Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014)
mengatakan bahwa Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi
benda padat nada saluran kencing yang terbentuk karena faktor presipitasi
11
endapan dansenyawa tertentu. Batu tersebut bisa terbentuk dari
berbagaisenyawa, misalnya kalsium oksalat (60%), fosfat (30%), asam urat
(5%) dan sistin (1%). Paradigma lampau bahwa batu pada saluran kemih hanya
berasal dari endapan mineral pada air, sehingga faktor presipitasi lainnya
sering dikesampingkan ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014).
Namun, saat ini sumber presipitasi dari batu lebih sering dari asam urat
dan infeksi yang menjadi komplikasi dari penyakit, sehingga makna dari
urolithiasis sendiri bukan hanya batu yang bersifat mineral. Pada studi
epidemiologi, diketahui bahwa penduduk pria Eropa memiliki prevalensi
kejadian urolithiasis 3% dibanding wanita. Pria lebih beresiko daripada wanita
untuk terkena batu saluran kemih ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014).
Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, utamanya adalah lifestyle yang
tidak sehingga memicu pembentukan batu, baik yang bersifat primer, sekunder,
maupun tersier. Penduduk pada daerah dengan geografis yang memiliki
kandungan mineral tinggi, menjadikan tingkat prevalensi meningkat sehingga
sering disebut sebagai daerah stone belt (sabuk atu). Urolithiasis merupakan
kumpulan batu saluran kemih, namun secara inci ada beberapa penyebutannya.
Berikut ini adalah istilah penyakit batu berdasarkan letak batu ( Eko Prabowo
dan Andi Eka Pranata, 2014) :
2. Etiologi
Grace ( 2006, dalam Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014)
mengatakan bahwa sebelum memahami lebih dalam tentang penyebab dan
faktor resiko dari urolithiasis, perlu kita pahami secara mendalam proses
pembentukan batu saluran kencing, karena hal ini menjadi pedoman klinis
dalam melaksanakan perawatan dan penyembuhan klien. Berikut beberapa
12
teori pembentukan batu saluran kencing (Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata,
2014) :
a. Teori Nukleasi
Berawal dari prinsip atom yang memiliki inti dari partikel, maka
pembentukan batu pun berasal dari inti batu yang berbentuk kristal atau benda
asing. Dengan adanya inti inilah, maka lambat laun terjadi proses kristalisasi
dikarenakan adanya senyawa jenuh. sehingga pada urine dengan kepekatan
tinggi lebih beresiko untuk terbentuknya batu karena mudah sekali untuk
terjadinya kristalisasi.
Jika kita telaah mendalam dari ketiga teori di atas, bisa disimpulkan
nahwa proses kristalisasi batu pada saluran kemih didukung oleh tingkat
kepekatan urine yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena urine yang pekat
akan memiliki mobilisasi rendah, sehingga partikel di dalamnya akan bersifat
statis dan berkumpul pada sebuah titik tertentu yang akhirnya membentuk
suatu batu. Hal ini sangat berguna pada waktu memberikan penyuluhan
kesehatan tentang batu bahwa minum air yang banyak akan menurunkan
kepekatan urine dan menyebabkan pergerakan cairan (water mobility) dinamis,
13
sehingga sulit terbentuk partikel batu. ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata,
2014)
Corwin (2009, dalam ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014)
mengatakan bahwa penyebab terjadinya batu pada saluran kemih utamanya
ginjal banyak sekali sumbernya, antara lain :
a. Peningkatan pH urine
b. Penurunan pH urine
14
pada mukosa intestinal akan beredar dalam sirkulasi yang pastinya akan
melewati ginjal. Dari sinilah senyawa prekursor tersebut akan merangsang
pembentukan batu.
e. Obat-obatan
f. Stagnansi urine
g. Penyakit
h. Obesitas
3. Manifestasi Klinis
Brooker ( 2009, dalam Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014)
mengatakan bahwa gambaran klinis pada pasien dengan urolithiasis tergantung
pada letak batu, tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih. Hal
15
dikarenakan kondisi penyulit tersebut mengakibatkan menurunnya van urine
(urine flow), sehingga menyebabkan resistensi meningkat tan iritabilitas
meningkat. Berikut ini beberapa gambaran klinis dari pasien urolithiasis (Eko
Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014) :
Hal ini dikarenakan stagnansi batu pada saluran kemih, sehingga terjadi
resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar yang menyebabkan nyeri hebat.
Jika gesekan semakin kronis, maka akan menimbulkan inflamasi jaringan yang
akan memperparah kondisi dan meningkatkan kualitas nyeri. Nyeri pinggang
biasanya timbul secara mendadak, karena mengikuti perhentian batu dalam
sirkulasi urine. Nyeri menyebar ke paha, testis atau labia mayora. Nyeri
kostovertebral menjadi ciri khas dari urolithiasis, khususnya nefrolithiasis.
b. Hambatan miksi
d. Hematuria
16
e. Mual muntah
a.Radiologi
b. Laboratorium
17
urat) atau alkalin (meningkatkan mag- nesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat).
2. Urin (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksolat atau sistin
mungkin meningkat.
10. Foto rontgen: menunjukkan adanya kalkuli dan atau perubahan anatomik
pada daerah ginjal dan ureter.
18
13. CT scan: mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan masa lain;
ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
19
Tindakan ini bisa dilakukan jika batu berada pada sepertiga bawah dan
atas saluran ureter. Litotripsi pada batu sepertiga atas ureter dilakukan dengan
mendorongnya terlebih dahulu untuk masuk ke pelvis renalis sebelum
dilakukan litotripsi. Pada kondisi batu ureter pasca operasi, biasanya dilakukan
pemasangan DJ Stent. Hal ini untuk memperiancar irigasi urine untuk keluar
dikarenakan terjadinya inflamasi pada ureter viseral pasca iritasi batu. Stent
akan ditanamkan in situ dalam ureter dalam beberapa waktu sampai evaluasi
hidronephrosis dinyatakan sudah negatif.
e. Litolapaksi Endoskopik
20
7.WOC ( sumber ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014 hal 117). Penurunan
senyawa
\
Sedimentasi inhibitor batu
Kristal batu
Scaffolding
kristalisasi
kristalisasi Teori inhibisi
berkurang
21
Obat-obatan Stagnasi urine
A.
B.
Sedimentasi
C. matriks
a. Biodata
Secara anatomis, tidak ada faktor jenis kelamin dan usia yang signifikan
dalam proses pembentukan batu. Namun, angka kejadian urolithiasis di
lapangan seringkali terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini
dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas, dan kondisi geografis,
b. Keluhan Utama
22
timbul secara tiba-liba (mendadak) dengan pemicu yang beragam (aktifitas
rendah, input cairan rendah, pengaruh gravitasi yang tinggi, imobilitas). Dengan
serangan ini biasanya membuat pasien untuk segera mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kaji riwayat penyakit sebelumnya, ulamanya penyakit yang
meningkatkanresiko terbentuknyabatu, misalnya asamurat, hiperkolesterol,
hiperkalsemia, dan lain sebagainya. Urolithiasis bukan merupakan penyakit
menular dan genetik, sehingga tidak ada pengaruhnya terhadap keluarga yang
sebelumnya mengalami batu saluran kemih.
d. Pola pengkajian Gordon
1) Pola Psikososial
Anamnesa tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat.
Oliguria, disuria, gross hematuria menjadi cin khas dari urolithiasis. Kaji TTV,
biasanya tidak ada perubahan yang mencolok pada urolithiasis. Takikardia
akibat nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi
vesika (vesikolithiasis/ uretrolithiasis), teraba massa keras/ hatu
(uretrolithiasis).
Jika sudah terjadi infeksi, maka sering terjadi keluhan demam. hipertensi
dan vasodilatasi kutaneus. Pada palpasi bimanual. sering teraba masa pada
abdomen jika terjadi hidronefrosis.
f. Pemeriksaan Penunjang
23
1. Foto polos abdomen
2. Urografi Intravena
3. Pielografi Antegrad
4. Urinalisis
Sering ditemukan adanya hematuria pada urine. Hal ini jika terjadi lesi
pada mukosa saluran kemih karena iritasi dari batu.
24
Perubahan pada nyeri yang terkontrol yang sesuai ketika
parameter fisiologis skala 4 ( sering lebih dari satu
Perubahan frekuensi menunjukkan ) diberikan
jantung Berikan analgesic
Perubahan frekuensi sesuai waktu
pernapasan paruhnya, terutama
Laporan isyarat pada nyeri berat
Diaforesis Susun harapan yang
Sikap melindungi area positif mengenai
nyeri Sumber : keefektifan analgesic
Indikasi nyeri yang untuk mengoptimalkan
dapat diamati ( Nursing Outcomes respon pasien
Perubahan posisi untuk Classification (NOC)
menghindari nyeri Edisi Kelima, Sue
Sikap tubuh melindungi Moorhead,PhD, RN,
Dilatasi pupil Marion Johnson,PhD, Sumber :
Melaporkan nyeri secara RN, Meridean ( Nursing Interventions
verbal L.Maas,PhD, RN, Classification (NIC)
Fokus pada diri sendiri FAAN, dan Elizabeth Edisi Keenam, Gloria M.
Gangguan tidur Swanson,PhD, RN, Bulechek, Howard
2016, Hal 247 ) K.Butcher, Joanne M.
Factor yang berhubungan Dochterman, Cheryl M.
Agen cedera (misalnya: Wagner , 2016, Hal 247 )
biologis, fisik, dan
psikologis)
Sumber :
( NANDA-I Diagnosis
Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020,
T.Heather
Herdman,PhD.RN,FNI
dan Shigemi Kamitsuru,
PhD, RN,FNI, 2018, Hal.
445 )
25
Sering berkemih Nyeri saat kencing terus menerus atau
akan berkurang skala berkala
Anyang-anyangan 4 ( ringan Obsevasi tindakan-
Rasa terbakar saat tindakan pencegahan
Inkontinensia
berkemih akan umum
Nokturia berkurang skala 4 Jelaskan tindakan yang
( ringan ) akan dilakukan pada
Retensi urin Frekuensi berkemih pasien
akan mengalami Monitor dan
Dorongan perubahan ke skala 4 ( pertahankan kecepatan
ringan ) aliran yang tepat
Faktor yang berhubungan Retensi urin akan
berkurang ke skala 4 (
Obstruksi anatomic
ringan )
Gangguan sensori
Sumber :
motoric
Infeksi saluran kemih
( Nursing Interventions
Classification (NIC)
Sumber :
Edisi Keenam, Gloria M.
Bulechek, Howard
( NANDA-I Diagnosis
K.Butcher, Joanne M.
Keperawatan Definisi dan
Dochterman, Cheryl M.
Klasifikasi 2018-2020,
Sumber : Wagner , 2016, Hal 122 )
T.Heather
Herdman,PhD.RN,FNI
( Nursing Outcomes
dan Shigemi Kamitsuru,
Classification (NOC)
PhD, RN,FNI, 2018, Hal.
Edisi Kelima, Sue
187 )
Moorhead,PhD, RN,
Marion Johnson,PhD,
RN, Meridean
L.Maas,PhD, RN,
FAAN, dan Elizabeth
Swanson,PhD, RN,
2016, Hal 85 )
26
berlebih berkurang skala 4 kateter untuk
Residu urine ( ringan ) memeriksa ukuran dan
Sensasi kandung kemih Frekuensi berkemih kepatenan kateter
penuh akan mengalami Pertahankan teknik
`Berkemih sedikit perubahan ke skala 4 ( aseptic yang ketat
ringan ) Gunakan ukuran
Factor yang berhubungan Retensi urin akan kateter terkecil yang
: berkurang ke skala 4 ( sesuai
Sumbatan ringan ) Monitor intake dan
Tekanan ureter tinggi output
Lakukan atau ajarkan
Sumber : pasien untuk
membersihkan selang
( NANDA-I Diagnosis Sumber : kateter di waktu yang
Keperawatan Definisi dan tepat
Klasifikasi 2018-2020, ( Nursing Outcomes
T.Heather Classification (NOC) Sumber :
Herdman,PhD.RN,FNI Edisi Kelima, Sue
dan Shigemi Kamitsuru, Moorhead,PhD, RN, ( Nursing Interventions
PhD, RN,FNI, 2018, Hal. Marion Johnson,PhD, Classification (NIC)
194 ) RN, Meridean Edisi Keenam, Gloria M.
L.Maas,PhD, RN, Bulechek, Howard
FAAN, dan Elizabeth K.Butcher, Joanne M.
Swanson,PhD, RN, Dochterman, Cheryl M.
2016, Hal 85 ) Wagner , 2016, Hal 124 )
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Grace ( 2006, dalam Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata, 2014) mengatakan
bahwa Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat nada
saluran kencing yang terbentuk karena faktor presipitasi endapan dansenyawa
tertentu. Batu tersebut bisa terbentuk dari berbagaisenyawa, misalnya kalsium oksalat
(60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin (1%). Paradigma lampau bahwa batu
pada saluran kemih hanya berasal dari endapan mineral pada air, sehingga faktor
presipitasi lainnya sering dikesampingkan ( Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata,
2014).
B. Saran
Demikian sedikit informasi yang dapat kami sampaikan. Tentu masih banyak
sekali kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun masih sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
28
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo Eko & Pranata Eka Andi.2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan System
Perkemihan,Yogyakarta : Nuha Medika
29