Anda di halaman 1dari 17

GAMBARAN STRATEGI KOPING STRESS SISWA SMA N 4 PAYAKUMBUH

DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI


COVID-19
“Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pratikuum Metodologi Penelitian”

Disusun Oleh :
Annisa Mulia 1811312008

Dosen Pengampu:

Dr.Yulastri Arif, M.Kes

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wabah virus covid-19 atau dikenal dengan corona virus melanda hampir
seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Corona virus merupakan keluarga besar
virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti common cold atau pilek
dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Untuk 2019-nCoV masih belum
jelas bagaimana penularannya, diduga dari hewan ke manusia karena kasus-kasus yang
muncul di Wuhan semuanya mempunyai riwayat kontak dengan pasar hewan
Huanan. Terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 Indonesia telah
mengeluarkan status darurat bencana (Aida, 2020). Langkah-langkah telah dilakukan
oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini antara lain dengan
gerakan social distancing, physical distancing, penerapan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar), work from home dan sekolah dari rumah bagi siswa sekolah. Adanya
kebijakan sekolah dari rumah bagi siswa baik siswa SD, SMP, maupun SMA dan
sederajad tentu mengharuskan siswa melakukan adaptasi terhadap proses belajar
mengajar yang dilaksanakan secara online atau berbasis daring. Adaptasi terhadap
proses belajar mengajar yang dimaksud untuk pencapaian kompetensi akademik dan
pencapaian kompetensi kognitif siswa sebagai wujud dari pencapaian tugas
perkembangan.

Walaupun era new normal sudah diberlakukan, masyarakat yang sudah tidak
melaksanakan WFH harus tetap patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan
protokol kesehatan, seperti menjaga jarak saat bersosialisasi, menggunakan masker, tidak
menyentuh wajah sembarangan, menjaga kebersihan tangan, ketika bersin harus
menutupinya dengan lengan bagian dalam, dan lain sebagainya. Sebagai upaya
pencegahan penularan virus corona, maka pada bidang pendidikan baik tingkat Taman
Kanak-Kanank (TK), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/Madrasah Stanawiyah, Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah
Aliyah, dan Perguruan Tinggi baik yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia maupun yang berada di bawah Kementerian Agama
Republik Indonesia dihimbau untuk melaksanakan kegiatan Pembelajaran Daring
(Online)

Adanya kebijakan belajar dari rumah berimplikasi terhadap metode pembelajaran,


semula dari tatap muka menjadi daring. Baik tenaga pengajar maupun pelajar beralih
memanfaatkan aplikasi seperti WhatsApp, Google Classroom, Zoom, dan fasilitas daring
lainnya. Hal tersebut turut menimbulkan kegoncangan pada kndisi psikologis siswa.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas, sebanyak 28,3% siswa
mengalami stres jika sistem ini berlangsung lama (Mediana, 2020). Lalu, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan bahwa 79,9% siswa tidak
senang belajar dari rumah karena 76,8% guru tidak melakukan interaksi selain
memberikan tugas (Fakhri, 2020). Melalui data tersebut dapat dilihat apabila sistem
belajar daring menyebabkan potensi stres pada siswa meningkat, terutama siswa sekolah
menengah tingkat akhir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Burzynska & Contreras (2020)
yang menyatakan bahwa akhir masa sekolah terukur sebagai potensi stres karena siswa
berada pada fase kegelisahan menentukan karier atau jurusan di perguruan tinggi. Serta
stres meningkat karena harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan
emosionalnya (Ferdiyanto & Muhid, 2020).

Penelitian Oktawirawan (2020) menemukan bahwa dalam mengikuti


pembelajaran jarak jauh pada kondisi pandemi ini, siswa mengalami tingkat
kecemasan cukup tinggi yang dipicu antara lain oleh kesulitan memahami materi,
kesulitan mengerjakan tugas-tugas, keterbatasan kondisi jaringan internet dan
bergam kendala teknis lainnya. Ini membuktikan bahwa secara psikologis,
pembelajaran jarak jauh yang diikuti siswa menyebabkan kekhawatiran dan
kecemasan yang dapat mengganggu kesehatan mental siswa.

Mengurangi stres akademik pada masing- masing peserta didik di sekolah


merupakan tujuan utama dan sangat penting guna membantu peserta didik dalam
mengembangkan kekuatan dalam dirinya untuk menentukan dan mengarahkan hidupnya
sendiri, sehingga pada akhirnya peserta didik akan memperoleh banyak pengalaman
dan pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman hidupnya.
Tujuan diadakannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana
pelajar/siswa mengurangi rasa stress dalam melaksanakan kegiatan belajar, memudahkan
peserta didik dalam memahami pelajaran, dan diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi dalam membantu peserta didik untuk tetap semangat menjalani Pembelajaran
Daring ( Online ) selama pandemik covid-19.

1.2 Penetapan Masalah


a. Bagaimana strategi koping stress yang dilakukan pelajar dalam melaksanakan
Pembelajaran Daring selama pandemi Covid-19?
b. Bagaimana dampak yang timbul setelah pelajar melakukan coping stress pada saat
pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh

1.3 Tujuan Penelitian


1.1.1. Tujuan Umum :
a. Untuk menganalisis bagaimana strategi koping stress yang dilakukan pelajar
dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19
1.1.2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui dampak yang timbul setelah pelajar melakukan coping stress
pada saat pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh

1.4 Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai acuan/pedoman bagi para pelajar untuk melakukan coping
stress selama kuliah daring maupun saat kuliah biasa.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Koping Stress


2.1.1. Pengertian Coping Stres

Coping merupakan suatu proses yang dilakukan setiap waktu dalam lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, sekolah maupun masyarakat. Coping digunakan seseorang
untuk mengatasi stress dan hambatan–hambatan yang dialami.

Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2002 ; 112), coping behavior diartikan sebagai
sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah).

Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang yang mengalami


stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang
memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat
mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui
oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressful. Coping tersebut adalah merupakan
respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik.
(Rasmun, 2004 ; 29)

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha
individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan segala konflik yang muncul,
mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi baik yang
berasal dari individu maupun lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan
dalam menghadapi stress.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas coping stress merupakan suatu bentuk


upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan meminimalisasikan situasi yang
penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku.
2.1.2. Macam-Macam Coping Stress
a. Coping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres
psikologis tergantung pada dua faktor, yaitu:

1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya


seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap
stressor yang diterima.
2. Keefektifan strategi coping yang digunakan oleh individu; artinya
dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka
menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam
kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Coping psiko-sosial
Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang
diterima atau dihadapi oleh klien. Menurut Struat dan Sundeen
mengemukakan (dalan Rasmun ; 2004) bahwa terdapat 2 kategori coping
yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan:
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction).
Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah,
menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3
macam reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:
 Perilaku menyerang (fight)
Individu menggunakan energinya untuk melakukan
perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas
pribadinya
 Perilaku menarik diri (withdrawl)
Merupakan perilaku yang menunjukkan
pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain.
 Kompromi
Merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan
individu untuk menyelesaikan masalah melalui musyawarah
atau negosiasi.

2) Reaksi yang berorientasi pada Ego


Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam
menghadapi stres, atau ancaman, dan jika dilakukan dalam waktu
sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika
digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan
gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal
dan menurunkan produktifitas kerja. (Rasmun, 2004 ; 30-34)

2.1.1.3. Bentuk – Bentuk Coping

Lazarus dan Folkman secara umum membedakan bentuk dan fungsi coping dalam
dua klasifikasi yaitu sebagai berikut:

a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi


untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber masalah,
individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah, mencari sumber
masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress dan berusaha
menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang atau hilang
Untuk mengurangi stressor individu akan mengatasi dengan mempelajari
cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung
menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi karena
individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress. Strategi ini akan cenderung
digunakan seseorang jika dia merasa dalam menghadapi masalah dia mampu
mengontrol permasalahan itu.
b. Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah strategi
penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi stress dengan
cara emosional. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress.
Pengaturan ini melalui perilaku individu bagaimana meniadakan
fakta-fakta yang tidak menyenangkan. Bila individu tidak mampu mengubah
kondisi yang menekan individu akan cenderung untuk mengatur emosinya dalam
rangka penyesuaian diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi
atau situasi yang penuh tekanan. Individu akan cenderung menggunakan strategi
ini jika dia merasa tidak bisa mengontrol masalah yang ada.

2.1.1.4. Fungsi Coping Stres

Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa‟adah, 2008 ; 65-66), coping yang berpusat
pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk meregulasi respon emosional
terhadap masalah. Coping ini sebagian besar terdiri dari proses-proses kognitif yang
ditujukan pada pengukuran tekanan emosional dan strategi yang termasuk di dalamnya
adalah :

a. Penghindaran, peminiman atau pembuatan jarak


b. Perhatian yang selektif
c. Memberikan penilaian yang positif pada kejadian yang negatif

Sedangkan coping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping)


berfungsi untuk mengatur dan merubah masalah penyebab stres. Strategi yang termasuk
di dalamnya adalah :
a. Mengidentifikasikan masalah
b. Mengumpulkan alternatif pemecahan masalah
c. Mempertimbangkan nilai dan keuntungan alternatif tersebut
d. Memilih alternatif terbaik
e. Mengambil tindakan
2.2 Pembelajaran Daring /Internet Learning

2.2.1. Pengertian Pembelajaran Daring

Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan“ yaitu suatu


kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan internet.
Menurut Bilfaqih & Qomarudin (2015, hlm. 1) “pembelajaran daring merupakan
program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau
kelompok target yang masif dan luas”. Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102)
“pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi
multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan
telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online”. Sementara
itu Rosenberg dalam Alimuddin, Tawany & Nadjib (2015, hlm. 338) menekankan
bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan.

Menurut Ghirardini dalam Kartika (2018, hlm. 27) “daring memberikan


metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik
terkait, menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi
pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan menggunakan simulasi dan
permainan”. Sementara itu menurut Permendikbud No. 109/2013 pendidikan jarak
jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui
penggunaan berbagai media komunikasi.

Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa


perubahan dan kemajuan diberbagai sektor terutama pada bidang pendidikan.
Peranan dari teknologi informasi dan komunikasi pada bidang pendidikan sangat
penting dan mampu memberikan kemudahan kepada guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran daring ini dapat diselenggarakan dengan cara masif
dan dengan peserta didik yang tidak terbatas. Selain itu penggunaan pembelajaran
daring dapat diakses kapanpun dan dimana pun sehingga tidak adanya batasan
waktu dalam penggunaan materi pembelajaran.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring


atau e-learning merupakan suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
dengan menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak
dilakukan dengan face to face tetapi menggunakan media elektronik yang mampu
memudahkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun.

2.2.2. Karakteristik/ciri-ciri Pembelajaran Daring


Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019,
hlm. 154) menyebutkan karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain:

a. Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen
multimedia
b. Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video
conferencing, chats rooms, atau discussion forums
c. Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya
d. Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk
meningkatkan komunikasi belajar
e. Materi ajar relatif mudah diperbaharui
f. Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator
g. Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal
h. Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet
Dari penejelasan tentang karakteristik/ciri dari pembelajaran daring maka
dapat disimpulkan bahwa karakteristik/ciri pembelajaran daring yaitu dengan
menggunakan media elektronik, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan
internet, pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta
pembelajaran daring bersifat terbuka.
.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring/E-Learning
1) Kelebihan Pembelajaran Daring/E-Learning
Kelebihan pembelajaran daring/e-learning menurut Hadisi dan Muna
(2015, hlm. 130) adalah:

a) Biaya, e-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Pendidikan dapat


menghemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk
peralatan kelas seperti penyediaan papan tulis, proyektor dan alat tulis.
b) Fleksibilitas waktu e-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan
waktu belajar, karena dapat mengakses pelajaran kapanpun sesuai
dengan waktu yang diinginkan.
c) Fleksibilitas tempat e-learning membuat pelajar dapat mengakses
materi pelajaran dimana saja, selama komputer terhubung dengan
jaringan Internet.
d) Fleksibilitas kecepatan pembelajaran e-learning dapat disesuaikan
dengankecepatan belajar masingmasing siswa.
e) Efektivitas pengajaran e-learning merupakan teknologi baru, oleh
karena itu pelajar dapat tertarik untuk mencobanya juga didesain
dengan instructional design mutahir membuat pelajar lebih mengerti isi
pelajaran.
f) Ketersediaan On-demand E-Learning dapat sewaktu-waktu diakses dari
berbagai tempat yang terjangkau internet, maka dapat dianggap sebagai
“buku saku” yang membantu menyelesaikan tugas atau pekerjaan setiap
saat.

Adapun kelebihan pembelajaran daring/e-learning menurut Seno &


Zainal (2019, hlm. 183) adalah:

a) Proses log-in yang sederhana memudahkan siswa dalam memulai


pembelajaran berbasis e-learning.
b) Materi yang ada di e-learning telah disediakan sehingga mudah diakses
oleh pengguna.

c) Proses pengumpulan tugas dan pengerjaan tugas dilakukan secara online


melalui google docs ataupun form sehingga efektif untuk dilakukan dan
dapat menghemat biaya.

d) Pembelajaran dilakukan dimana saja dan kapan saja.

2) Kekurangan Pembelajaran Daring/E-Learning

Kekurangan pembelajaran daring/e-learning menurut Hadisi danMuna


(2015, hlm. 131) antara lain:

a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu


sendiri yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam
proses belajar-mengajar.

b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan


sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada
pendidikan.

d) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung


gagal.

e) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer)

Dari penjelasan di atas maka kelebihan dan kekurangan dari


pembelajaran daring atau e-learning yaitu mempermudah proses
pembelajaran, pembelajaran dapat dilakukan dimana saja, mudahnya
mengakses materi, melatih pembelajar lebih mandiri, serta
pengumpulan tugas secara online. Tetapi ada juga kekurangan dari
pembelajaran daring/e-learning yaitu tidak adanya pengawasan karena
pembelajaran dilaksanakan secara face to face, jika peserta didik tidak
mampu belajar mandiri dan motivasi belajarnya rendah, maka ia akan
sulit mencapai tujuan pembelajaran serta kurangnya pemahaman
terhadap materi, serta pengumpulan tugas yang tidak terjadwalkan.
BAB III

KERANGKA KONSEP

Pembelajaran
Daring

Kekurangan :
a) Kurangnya interaksi antara guru dan
siswa
b) Kecenderungan mengabaikan aspek
akademik
c) Proses belajar dan mengajarnya
Stress cenderung ke arah pelatihan dari pada
pendidikan.
d) Siswa yang tidak mempunyai
motivasi belajar yang tinggi
Koping cenderung gagal.
Stress
e) Tuntutan tugas
f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas
internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik,
telepon, ataupun komputer)

Bentuk Koping :

1. Coping yang berfokus pada masalah


2. Coping yang berfokus pada emosi

Ket : = Variabel
1. Hipotesa

a. Ha 1 : Ada terdapat hubungan pembelajaran daring dengan strategi koping stress siswa
SMA N 4 Payakumbuh
b. Ha 2 :Tidak terdapat hubungan pembelajaran daring dengan strategi koping stress
siswa SMA N 4 Payakumbuh
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, A., Suradika, A., & Asmas, T. B. (2020, December). Strategi Mengurangi
Kejenuhan Anak Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui Aplikasi ICANDO pada
Siswa Kelas I SDN Pondok Pinang 08 Pagi. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian
LPPM UMJ (Vol. 1, No. 1).

Sari, I. D. A. (2020). Mereduksi Stres Dalam Belajar Dengan Menggunakan Strategi


Relaksasi. Nusantara of Research: Jurnal Hasil-hasil Penelitian Universitas Nusantara
PGRI Kediri, 7(2), 79-85.

Ritonga, A. N. (2020). Pelaksanaan konseling kelompok untuk mengatasi stres akademik


siswa MTsN 3 Medan Helvetia (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan).

Fitriasari, A., Septianingrum, Y., Budury, S., & Khamida, K. (2020). Online Learning
Stress Relates to Student Coping Strategies During the Covid-19 Pandemic. Jurnal
Keperawatan, 12(4), 985-992.

Saputri, A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Kesejahteraan Psikologis (Psycal-Well-


Being) Selama pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar Kabupaten Batang.

Sari, P., Bulantika, S. Z., Utami, F. P., & Kholidin, F. I. (2020). Pengaruh Manajemen
Stress dan Kelola Emosi Terhadap Tingkat Kecemasan Siswa di Masa New Normal.
Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 2(2), 62-67.

Masitoh, A. (2020). Strategi Koping Siswa dalam Menghadapi Stres Akademik di Era
Pandemi Covid-19. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 4(2), 185-198.

Anda mungkin juga menyukai