Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT LANSIA

Dosen Pembimbing:
Cau Kim Jiu, SKM., M.Kep., P.Hd

Disusun oleh:
Agung Prabowo
Andri Muzayyin
Fatmawati
Reny Anggriani Ariga
Ika Yusniarti
Angelia Fortuna Putri
Nyemas Jumiati
Iriana Haryati
Sapril
Sukapti

PRODI SI KEPERAWATAN REGULER B KHUSUS


INSTITUT TEKOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat beriring salam tercurahkan pada junjungan kita yaitu
Nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini berjudul “Asuham Keperawata
Agregat Komunitas Lansia “ yang bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas.
Terima kasih kami ucapkan kepada Cau Kim Jiu, SKM., M.Kep.,P.Hd
selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas, yang telah membimbing
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, serta pada teman-teman yang
telah memberi dorongan dan partisipasinya kepada penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan, maka untuk itu penulis mengharapkan kepada
pembaca yang telah membaca makalah ini kiranya dapat memberikan kritikan dan
saran demi kebaikan makalah ini.

Kubu Raya, 26 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
1. Tujuan Umum............................................................................................3
2. Tujuan Khusus...........................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................4
1. Bagi Instuti Pendidikan.............................................................................4
2. Bagi peneliti..............................................................................................4
3. Bagi Partisipan..........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
KONSEP TEORI.....................................................................................................5
A. Lansia............................................................................................................5
1. Definisi......................................................................................................5
2. Tugas Perkembangan Lansia...................................................................13
3. Permasalahan Yang Timbul Pada Lansia................................................14
4. Sikap Perawat Terhadap Lansia..............................................................15
B. Konsep Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia
17
1. Pengkajian...............................................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................21
3. Rencana Tindakan...................................................................................21
4. Implementasi...........................................................................................23

ii
5. Evaluasi...................................................................................................23
BAB III..................................................................................................................24
PENGKAJIAN AGREGAT LANSIA..................................................................24
A. Pengkajian Berdasakan Jenis Kelamin.......................................................24
B. Pengkajian Penyakit Pada Lansia Bulan Desember 2022...........................24
C. Pengkajian Data Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Tanggal 18 Desember
2022....................................................................................................................24
D. Analisa Masalah..........................................................................................25
E. Diagnosa......................................................................................................28
F. Skoring........................................................................................................28
G. Prioritas Diagnosa Keperawatan.................................................................29
H. Intervensi Keperawatan...............................................................................30
BAB IV..................................................................................................................34
PENUTUP..............................................................................................................34
A. Kesimpulan.................................................................................................34
B. Saran............................................................................................................34
1. Bagi Perawat............................................................................................34
2. Bagi Pasien dan Keluarga........................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang
terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga,
ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia
yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang
berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan
barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat
dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat
yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,

1
2

keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat


secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973)
adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu
bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan
komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan
sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika
sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan
bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah
yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih
besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan
kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
3

Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang


kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi
lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung
oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan
pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada
usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi
dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari- hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan
menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak
semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari
populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas.
Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65
tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lansia ?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia ?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia ?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh informasi dan gambaran tentang Askep Agregat dalam
Komunitas Kesehatan Lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada
4

c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok


khusus lansia
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatn pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
f. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas pada kelomopok khusus lansia yang bermasalah

4. Manfaat
1. Bagi Instuti Pendidikan
Hasil makalah ini diterapkan dapat memberikan manfaat berarti bagi
mahasiswa dan Instuti Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah
Kalimantan Barat. Serta menjadi sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan dan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca dalam memahami konsep asuhan keperawatan
komunitas agregat lansia.
2. Bagi peneliti
Hasil makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman serta mengaplikasikan semua ilmu yang telah di dapat selama
makalah ini dengan keperawatan dan dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca dalam memahami konsep asuhan keperawatan komunitas agregat
lansia.
3. Bagi Partisipan
Hasil penyusun makalah ini di harapkan dapat memberikan informasi
seacara umum pada mahasiswa mengetahui keperawatan dan dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca dalam memahami konsep asuhan
keperawatan komunitas agregat lansia.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Lansia

2. Definisi
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai dengan
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stress fisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang yang
telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017)
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah
seseorang yang telah berusia >60 tahun mengalami penurunan
kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seorang diri.
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam
Nugroho (2012) yaitu Young Old (usia 60-69 tahun), Middle age old
(usia 70-79 tahun), Old-old (usia 80-89 tahun) dan Very old-old (usia 90
tahun keatas)
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia
bervariasi pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan
anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang
telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau

5
6

merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan
kebutuhan mereka.

3. Kebutuhan Hidup Orang Usia Lanjut


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga
memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera.
Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan
bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang
sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan
sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia,
sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk
kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar
dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow
menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik
(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan,
sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety
needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik
lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua,
kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social
needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan
manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga,
kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs)
adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan
(5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan
untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing- masing, bersemangat untuk hidup, dan
berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut
setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000).
Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa
nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
7

ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang


lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan
orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi,
2004).

4. Teori-Teori Proses Menua


Sebenarnya secara individual
1) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2) Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3) Tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses menua
Sebenarnya secara
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1) Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam
genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini
akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal.
Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini cara
menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
2) Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
3) Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori
akumulasi dari produk sisa”.
8

5) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.


6) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7) Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.
8) “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9) Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan
tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel
tubuh lelah terpakai.
10) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –
sel tidak dapat regenerasi.
11) Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
12) Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah
setelah sel- sel mati.

5. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut


1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya
9

b) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan


intramuskuler
c) Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e) Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2) Sistem Pernafasan
a) Cepat menurunnya persarafan
b) Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya
dengan stres.
c) Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
d) Kurangnya sensitif pada sentuhan
3) Sistem Pendengaran
a) Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkanya kreatin
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
4) Sistem Penglihatan
a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b) Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau
kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan
10

c) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap


kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya
gelap
d) Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,
menurunnya membedakan warna biru atau hijau.
5) Sistem Kardiovaskuler
a) Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan
menjadi kaku.
b) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c) Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak).
d) Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg,
diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,
yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai
faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a) Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang
lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
a) Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
11

b) Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,


menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman bernafas menurun.
c) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada
arteri tidak berganti
e) Kemampuan untuk batuk berkurang
f) Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
8) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b) Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c) Lambung : rasa lapar menurun asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun
d) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e) Liver : makin mengecil dan menurunnyatempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah
f) Menciutnya ovari dan uterus
g) Atropi payudara
h) Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j) Selaut lendir menurun
9) Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a) Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun
sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat,
vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin.
12

b) Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 %


tahun
c) Atrofi vulva
10) Sistem Endokrin
a) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c) Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH
dan LH.
d) Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran
zat
e) Menurunnya produksi aldosteron
f) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen dan testosteron
11) Sistem Kulit
a) Kulit keriput atau mengkerut
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik
c) Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun.
d) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e) Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f) Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
g) Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
h) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12) Sistem Muskuloskeletal
a) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b) Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
13

c) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.


d) Persendian membesar dan kaku
e) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f) Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan
tremor.

6. Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka.
Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang
sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia
mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri
sebagai orangtua dan okupasi.
b. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia
mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang,
kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang
tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan
status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka
mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck
mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber
kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri
mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
c. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa
cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat
didefinisikan dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang
merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang
bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding
14

pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang


lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego
seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka,
anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan
persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman,lebih
bermakna,atau lebih bahagia bagi orang-orang yang
meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi,
”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa
yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya,
mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka
sendiri secara egosentris. (Stanley & Beare, 2006).

7. Permasalahan Yang Timbul Pada Lansia


a. Permasalahan Umum
1) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase
kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan
dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49.
jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994
). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk
lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang
tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
2) Jumlah lansia miskin makin banyak
3) Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin
individualistik
4) Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani
lansia
5) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
6) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi
dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
b. Permasalahan Khusus
15

1) Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia


Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan
medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti:
kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga
berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut
karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang
keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah,
elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah
menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak
efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama
ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat
terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
2) Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi
misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan
inkotenensia.

8. Sikap Perawat Terhadap Lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari
dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di
berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk
mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi
mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama
pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan.
Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga
kesehatan profesional.
16

Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan


asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk
memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan
meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang
bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan
managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan
karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk
memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif
terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa
nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut
dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas
perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien
ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin
masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa
hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia
untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan,
pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat
mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai
anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi
lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi
perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi
klien lansia.
a. Pendekatan fisik
1) Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian
yaitu Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain.
17

2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang
mengalami kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan
sosialisasi mereka.

9. Konsep Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas Kesehatan


Lansia
1. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik,
fungsi tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada
pengkajian unutk etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari
kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan
keperawatan pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu
penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas,
perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang
dianut serta data-data tentang subsistem sebagai berikut :.
a. Data Inti ( Demografi, Karakteristik Umur dan Sex, Vital Statistik)
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah
penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital
stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas
b. Data Subsistem
18

1) Lingkungan Fisik
a) Kualitas Udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau
panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu
pernafasan warga atau tidak.
b) Kualitas Air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
c) Tingkat Kebisingan
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan
lansia, contohnya seperti pabrik.
d) Jarak antar rumah / kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling
berdempetan.
2) Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
warga.
3) Keamanan dan Transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling,
satpam atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan
stress atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan warga untuk
mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan
pribadi.
4) Politik dan Pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai
bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan Sosial dan Kesehatan
19

Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,


balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta
karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
6) Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk
mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja
atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
8) Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress.
c. Analisis Data
1) Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial
serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
20

2) Analisa Data
Data Problem Etiologi
Ds: Hiperglikemi Kebiasaan hidup
lansia yang
Kader posyandu
tidak terkontrol
mengatakan 35%
lansia menderita
diabetes namun
jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
Lansia menkonsumsi
makanan dengan
tidak terkontrol dan
hanya berada di
rumah setiap
harinya
Ds: Hipertensi Ketidakpatuhan
Bidan desa lansia dalam
mengikuti
mengatakan lansia
posyandu lansia
banyak yang
menderita hipertensi
dan lansia malas
mengikuti posyandu
lansia yang
diselengarakan setiap
bulannya.
Ds: Resikokerusakan Perubahan status
Banyak warga yang integritas kulit kesehatan

mengeluh gatal-gatal
21

pada tubuhnya.
Do:
Tubuh terlihat bintik-
bintik merah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hiperglikemi berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak
terkontrol.
b. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
posyandu lansia.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status
kesehatan.

3. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional
hasil)
Hiperglikemia Setelah dilakukan 1. Kaji faktor 1. untuk
berhubungan tindakan yang mengetahui
dengan keperawatan menjadi tanda gejala
kebiasaan hidup Selama 4 minggu, penyebab ketidakstabilan
lansia yang komunitas ketidakstabil glukosa
tidak terkontrol diharapkan dengan an glukosa 2. terjadi atau
ditandai dengan kriteria hasil : 2. Pantau keton tidak
35 % lansia 1. Lansia mampu urine komplikasi
menderita mengontrol 3. Gambarkan ketoadosis
diabetes asupan makanan mengenai diabetik
sehari harinya proses 3. memberikan
dan dapat perjalanan sebuah
melakukan penyakit gambaran
sedikit aktivitas. 4. Pantau tanda tetang masalah
2. Lansia rutin gejala yang dialami
setiap bulan nya terjadinya pasien
menghadiri hipoglikemi 4. upaya untuk
kegiatan dan mengontrol
posyandu lansia hiperglikemi kadar glukosa
yang diadakan. 5. Memberikan dalam darah
22

penyuluhan 5. merencanakan,
mengenai melakukan
penyakit program
ulkus penyuluhan,
diabetik, diit, pasin
obat melaksanakan
program diet,
dan menerima
obat resep
Hipertensi Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk
berhubungan tindakan 2. Jelaskan batas mengetahui
dengan keperawatan tekanan darah TTV pasien
ketidakpatuhan Selama 4 minggu, normal,
2. Memberikan
lansia dalam diharapkan tekanan darah
mengikuti masakah pasien tinggi dan pemahaman
posyandu dapat teratasi efeknya tentang
lansia. dengan kriteria 3. Jelaskan cara peningkatan
hasil : mencegah
1. Tekanan darah hipertensi tekanan darah
4. Anjurkan dan efeknya
dalam rentang
pasien untuk
normal ( 140/90 menghindari 3. Untuk
mmHg ) makanan yang mengetahui
mengandung
garam cara mencegah
berlebih hipertensi
5. Kolaborasi
dengan tim 4. Untuk
medis lainnya menghindari
peningkatan
tekanan darah
pasien
5. Kolaborasi
dengan tim
medis lainnya

Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk


kerusakan tindakan keadaan kulit mengetahui
integritas kulit keperawatan pasien
keadaan kulit
23

berhubungan Selama 4 minggu, 2. Memberikan


pasien
dengan diharapkan masalah pemahaman
penurunan pasien dapat resiko infeksi 2. Memberikan
status dengan kriteria 3. Anjurkan pemahaman
kesehatan. hasil : pasien untuk tentang
Intergritas kulit tidak
membaik dan memakai mencegah
tidak terjadi pakaian yang adanya infeksi
perluasan ketat 3. Untuk
kerusakan 4. Ubah posisi mencegah
tiap 2 jam jika adanya
tirah baring kerusakan kulit
pasien
4. Untuk
mencegah
kerusakan kulit
pasien

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
BAB III

PENGKAJIAN AGREGAT LANSIA

A. Pengkajian Berdasakan Jenis Kelamin


Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jumlah lansia di Kampung
Dalam, Kecamatan Pontianak Timur jenis kelamin laki-laki sebanyak 181
orang dengan persentase 46,3% dan perempuan sebanyak 210 orang dengan
persentase 53,7%

2. Pengkajian Penyakit Pada Lansia Bulan Desember 2022


 Berdasarkan data Posyandu Lansia Kartini Madu , Kampung Dalam
bulan Desember 2022 yang menderita hipertensi sebanyak 21 orang dengan
persentase 42,8%, yang menderita diabetes mellitus sebanyak 16 orang
dengan persentase 32,7%, yang menderita asam urat sebanyak 5 orang
dengan persentase 10,2%, yang menderita kolesterol sebanyak 2 orang
dengan persentase 4,1%, yang menderita gangguan mata sebanyak 3 orang
dengan persentase 6,1% dan yang menderita gangguan THT sebanyak 2
orang dengan persentase 4,1%

3. Pengkajian Data Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Tanggal 18


Desember 2022
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan :
1. Bidan Desa mengatakan sebagian lansia melakukan pemeriksaan asam urat
secara rutin dan hanya periksa jika menunjukkan gejala
2. Bidan Desa mengatakan beberapa lansia masih sering mengkonsumsi
tempe, tahu dan jeroan
3. Bidan Desa dan Kader mengatakan belum ada pelatihan mengenai skrining
asam urat
4. Kader mengatakan beberapa lansia jarang melakukan kunjungan ke
posyandu salah satu penyebabnya karena kesulitan berjalan
5. Lansia mengatakan sering mengkonsumsi jeroan, tahu, tempe

24
25

6. Lansia mengatakan tidak mengetahui makanan apa saja yang perlu


dihindari dan boleh dikonsumsi jika asam urat nya tinggi
7. Lansia mengatakan sering merasa pegal-pegal, nyeri pada sendi kaki dan
tidak mengetahui bagaimana cara mengurangi rasa nyerinya.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan :
1. Beberapa lansia sudah tidak bekerja dan saat masih muda bekerja sebagai
buruh tani
2. Sebagian besar lansia yang datang di posyandu adalah perempuan.

4. Analisa Masalah
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Perilaku kesehatan Pemilihan gaya
 Bidan desa mengatakan cenderung hidup tidak sehat
sebagian lansia jarang beresiko
melakukan
pemeriksaan tekanan
darah secara rutin dan
hanya periksa jika
menunjukkan gejala
 Bidan desa mengatakan
sebagian lansia yang
menderita hipertensi
tidak rutin
mengkonsumsi obat
hipertensi
 Bidan desa dan kader
mengatakan belum ada
pelatihan mengenai
skrining hipertensi
 Kader mengatakan
beberapa lansia jarang
melakukan kunjungan
ke posyandu salah satu
penyebabnya karena
kesulitan berjalan
 Lansia mengatakan
masih sering
26

mengkonsumsi
makanan asin
 Lasian mengatakan
kadang berolahraga
ringan dipagi hari
seperi jalan santai
DO :
 Sebagian besar lansia
tidak merokok namun
dalam anggota
keluarganya terdapat
yang merokok
 Sebagian besar lansia
yang datang
diposyandu adalah
perempuan
 Berdasarkan Data
posyandu bulan
Desember 2022, lansia
yang menderita
hipertensi sebayak 21
orang dengan
persentase 42,8%

2. DS : Defisit Kurang terpapar


 Bidan desa mengatakan pengetahuan informasi tentang
sebagian lansia jarang tentang asam urat asam urat
melakukan
pemeriksaan asam urat
secara rutin dan hanya
periksa jika
menunjukkan gejala
 Bidan desa mengatakan
beberapa lansia masih
sering mengkonsumsi
tempe, tahu dan jeroan
 Kader mengatakan
beberapa lansia
jarang ,elakukan
27

kunjungan ke posyandu
salah satu penyebabnya
adalah karena kesulitan
berjalan
 Lansia mengatakan
sering mengkonsumsi
jeroan, tahu, tempe
 Lansia mengatakan
tidak mengetahui
makanan apa saja yang
perlu dihindari dan
boleh dikonsumsi jika
asam uratnya tinggi
 Lansia mengatakan
sering merasa pegal-
pegal, nyeri pada sendi
kaki dan tidak
mengetahui bagaimana
cara mengurangi rasa
nyerinya.
DO :
 Beberapa lansia sudah
tidak beberja dan ssat
masih muda bekerja
sebagai buruh tani
 Sebagian besar lansia
yang datang
diposyandu adalah
perempuan
 Berdasarkan data
posyandu bulan
Desember 2022, lansia
yang menderita asam
urat sebanyak 5 orang
dengan persentase 10%
28

5. Diagnosa
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan pemilihan
gaya hidup tidak sehat
2. Defisit pengeahuan tentang asam urat berhubungan dengankurang terpapar
informasi tentang asam urat

6. Skoring
Diagnosa Kriteria
No Jumlah Keterangan
Keperawatan A B C D E F G H I J K L
1. Perilaku 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 43 Keterangan
kesehatan kriteria :
cenderung A. Sesuai
beresiko dengan peran
berhubungan perawat
dengan komunitas
pemilihan B. Risiko terjadi
gaya hidup C. Risiko parah
tidak sehat D. Potensi untuk
2. Defisit 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 42 pendidikan
pengetahuan kesehatan
tentang asam E. Interest untuk
urat komunitas
berhubungan F. Kemungkinan
dengan diatasi
kurang G. Relevan
terpapar dengan
informasi program
tentang asam H. Tersedianya
urat tempat
I. Tersedianya
waktu
J. Tersedianya
dana
K. Tersedianya
fasilitas
L. Tersedianya
sumber daya
Keterangan
pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
29

4. Tinggi
5. Sangat tinggi

7. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan pemilihan
gaya hidup tidak sehat
2. Defisit pengeahuan tentang asam urat berhubungan dengankurang terpapar
informasi tentang asam urat
8. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan NOC NIC
1 Domain 1: Berkurangnya perilaku Prevensi primer : Prevensi Primer :
Promosi Kesehatan beresiko pada lansia dan Domain IV : Pengetahuan Domain 3 : Perilaku
meningkatnya efektifitas kesehatan dan perilaku
Kelas 2 : pemeliharaan kesehatan Kelas S : Edukasi Klien
Manajemen Kesehatan pada lansia Kelas Q : Perilaku sehat  Pendidikan Kesehatan (5501)
 Kepatuhan perilaku  Targetkan sasaran pada
Perilaku kesehatan  Menanyakan pertanyaan kelompok beresiko tinggi dan
cenderung beresiko b.d terkait kesehatan sering rentang usia yang akan
pemilihan gaya hidup dilakukan mendapat manfaat besar dari
tidak sehat  Mencari nformasi pendidikan kesehatan
kesehatan dari berbagai  Identifikasi faktor internal
macam summber sering atau eksternal yang dapat
dilakukan meningkatkan atau
 Mempertimbangkan mengurangi motivasi untuk
risiko / keuntungan dari berperilaku sehat
perilaku sehat sering  Tentukan pengetahuan
dilakukan kesehatan dan gaya hidup
 Menggunakan strategi perilaku saat ini pada
untuk mengoptimalkan individu atau kelompok
kesehatan sering dilakukan sasaran
 Melakukan aktivitas hidup  Rumuskan tujuan dalam
harian sesuai dengan energi program pendidikan
dan toleransi sering kesehatan tersebut
dilakukan  Identifikasi sumber daya
 Melakukan monitor sendiri  Pertimbangkan kemudahan

30
31

mengenai status kesehatan akses


secara mendiri sering
dilakukan Prevensi Sekunder
Domain 3 : Perilaku
Prevensi sekunder :
Domain IV : Pengetahuan Kelas O : Terapi perilaku
kesehatan dan perilaku  Modifikasi perilaku (4350)
 Tentukan motivasi pasien
Kelas T : Kontrol resiko dan terhadap perilaku
keamanan  Bantu pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan
Level 3 : Intervensi dirinya dan menguatkannya
 Kepatuhan resiko (1902)  Dukung untuk mengganti
 Mencari informasi terkait kebiasaan yang tidak
risiko kesehatan diinginkan dengan kebiasaan
 Identifikasi faktor resiko yang diinginkan
mengenali faktor risiko  Kenalkan pasien pada orang
individu yang telah berhasil melewati
 Mengenali kemampuan pengalaman yang sama
untuk mengubah perilaku  Berikan jaminan bahwa
 Monitor faktor resiko di intervensi diimplementasikan
lingkungan secara konsisten oleh semua
 Meonitor faktor resiko staf
individu
 Mengembangkan strategi
yang efektif dalam kontrol
32

resiko
 Menyesuaikan strategi
kontrol resiko
 Berkomitmen akan strategi
kontrol resiko
 Menjalankan strategi
kontrol resiko yang sudah
ditetapkan
 Memodifikasi gaya hidup
untuk mengurangi resiko
 Menghindari paparan
ancaman kesehatan
 Berpartisipasi dalam
skrining masalah kesehatan
 Melakukan imunisasi yang
direkomendasikan
 Menggunakan sistem
dukungan personal untuk
mengurangi resiko
 Mengenali perubahan
status kesehatan
 Monitor perubahan status
kesehatan

2 Defisit Pengetahuan Meningkatnya Prevensi Primer : Prevensi Primer


tentang asam urat b.d pengetahuan dan informasi Domain IV : Pengetahuan
33

kurang terpapar pada lansia tentang asam Kesehatan dan Perilaku Domain 3 : Perilaku kelas S :
pengetahuan tentang urat Kelas S : Pengetahuan Edukasi Klien
asam urat Kesehatan  Pendidikan kesehatan
 Pengetahuan Manajemen  Targetkan sasarn pada
 Pengetahuan banyak kelompok beresiko tinggi
tentang faktor-faktor  Rumuskan tujuan dalam
penyebab dan faktor yang program pendidikan
berkontribusi kesehatan
 Pengetahuan banyak  Berikan ceramah untuk
tentang tanda dan gejala menyampaikan informasi
awal penyakit dalam jumlah besar pada
 Pengetahuan tentang saat yang tepat
pengelolaan nyeri
Prevensi Primer Prevensi Sekunder
Domain IV : Pengetahuan Doomain 3 : Perilaku Kelas O :
Kesehatan dan Perilaku Terapi perilaku
Kelas Q : Perilaku Sehat Level 3 : Intervensi
 Kepatuhan Perilaku  Pengajaran Kelompok (5604)
 Menanyakan pertanyaan  Sediakan lingkungan yang
terkait kesehatan yang kondusif untuk belajar
sering dilakukan  Libatkan keluarga atau orang
 Mencari informasi terdekat pasien jika
kesehatan dari berbagai diperlukan
macam sumber sering  Tuliskan tujuan program
dilakukan
34
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia
65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
menigkat sampai abad selanjutnya.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat

2. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat yang menjalankan perawatan komunitas hendaknya sudah
memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab
terhadap tugasnya.

35
36

2. Bagi Pasien dan Keluarga


Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap perawat
lansia, mengikuti anjuran dari perawat, membantu dalam proses tindakan
keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam menerima informasi
dari perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan
Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid)
Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia
dengan Demensia
pada Home Care. Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar
Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC
Hidayat. 2005. Psikologi perkembangan anak. Jakarta : EGC

37
38

DOKUMENTASI
39
40

Anda mungkin juga menyukai