Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN HASIL DISKUSI”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas LMI Mata Kuliah Keperawatan Keluarga.

Dosen: Oop Ropei, M.Kep., Ns, Sp Kep. Kom

Disusun Oleh

Kelompok 9

Fatiya Nurul Izza 211120067 (Absen 17)

Ferdy Septian 211120068 (Absen 18)

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena hidayah-Nya, tugas
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Dengan waktu yang telah ditentukan kelompok
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan terimakasih kepada orang tua kami yang telah
memfasilitasi kebutuhan dalam tugas ini.

Tugas ini dipersiapkan unruk memenuhi kriteria penilaian dari mata kuliah Keperawatan
Keluarga, dan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran dalam mata kuliah ini. Tugas makalah ini
menjelaskan hasil diskusi kelompok tentang “Konsep Keperawatan Komunitas” dalam bentuk teori
penjelasan. Dalam melaksanakan tugas makalah ini, kami menggunakan beberapa media diantaranya
internet, buku dan dapat diambil dari sumber lain.

Melalui tugas makalah ini diharapkan para mahasiswa dan mahasiswi mampu mempelajarilebih
baik dan mengamati keadaan sekitar untuk berfikir kritis menyelesaikan masalah terutama dalam
bidang klesehatan dan dapat diambil hikmahnya, sebagai mana tugas ini telah dibuat.

Semoga tugas kelompok ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembaca, karena
kelompok kami masih dalam tahap pembelajaran. Dan jika terdapat kesalahan dalam pengetikan atau
lainnya mohon untuk dimaklumi dan dimaafkan.

Cimahi, 26 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Keperawatan Komunitas .................................................................................. 3


B. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas ...................................................................... 4
C. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA ..... 4
D. Sejarah Perkembangan Keperawatan komunitas di Indonesia ........................................... 5
E. Filosofi Keperawatan Komunitas........................................................................................ 7
F. Prinsip Keperawatan Komunitas ....................................................................................... 8
G. Falsafah Keperawatan Komunitas ...................................................................................... 9
H. Paradigma Keperawatan Komunitas ................................................................................. 10
I. Tujuan Keperawatan Komunitas ....................................................................................... 12
J. Fungsi Keperawatan Komunitas ....................................................................................... 13
K. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas ......................................................................... 13
L. Sasaran Keperawatan Komunitas...................................................................................... 14
M. Strategi Keperawatan Komunitas...................................................................................... 15
N. Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas ............................................................................ 16
O. Peran Keperawatan Komunitas ......................................................................................... 17
P. Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas ........................................................................... 20
Q. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas ...................................................................... 24
R. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan Komunitas ................................................... 25

ii
BAB III HASIL DISKUSI

A. Kesimpulan Yang didapatkan ........................................................................................... 29


B. Saran ................................................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat, maka perl adanya perawat kesehatan komunitas yang
dapat melayani masyarakat dalam hal pencegahan, pemeliharaan, promosi kesehatan dan
pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan
masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan komunitas (Mubarak, 2009).
Komunitas adalah sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menepati suatu walayah nyata
dan beriteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu
komunitas (Deden Dermawan, 2012, hal. 2)
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai suatu proses di mana individu, keluraga,
dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dengan berperan sebagai pelaku
kegiatan upaya peningkatan kesehatan berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian.
Bantuan diberikan oleh perawat komunitas karena ketidak mampuan, ketidak tahuan, dan
ketidak mauan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan serta dengan menggunakan
potensi lingkungan berusaha memandirikan masyarakat. Namun pada kenyataannya belum
semua tenaga keperawatan komunitas mampu memerikan pelayanan sesuai dengan konsep. Hal
ini dapat disebabkan oleh pemahaman perawat komunitas yang belum sama mengenai konsep
dasar keperawatan komunitas dan peranannya dalam keperawatan komunitas (Mubarak, 2011).

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Keperawatan Komunitas?
2. Bagaimana Sejarah dari keperawatan komunitas?
3. Bagaimana paradigm dari keperawatan komunitas?
4. Apa tujuan dari keperawatan komunitas?
5. Apa prinsip keperawatan komunitas?
6. Bagaimana falsafah keperawatan komunitas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi Keperawatan Komunikasi
b. Untuk mengetahui dan memahami sejarah, paradigm, falsafah keperawatan
komunitas
c. Untuk mengatahui dna memahami tujuan dan prinsip dari keperawatan
komunitas

D. Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan
masyarakat umum tentang keperawatan komunitas.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Keperawatan Komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun et. al, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat
dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok
masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing
process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai
subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan

3
4

masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan


masyarakat (Mubarak, 2005).

B. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan,
kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar
(2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau
tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati
tubuh manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam
sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem
tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk
menunjang kehidupan sehari-hari.

C. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut


ANA (American Nurses Association)
1. Asumsi Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
b. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
c. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
d. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
5

f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang


lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

D. Sejarah Perkembangan Keperawatan komunitas di Indonesia


Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, yaitu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun
1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia
melalui singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah
kolera tersebut pemerintah belanda melakukan upaya upaya kesehatan masyarakat.
Gubernur jendral deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi
dalam praktik persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat kematian bayi yang tinggi.
Namun, upaya ini tidak bertahan lama akibat kangkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru
kemudian ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi
sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa
oleh dokter bosch dan dokter bleeker kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer
Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA atau sekolah pendidikan dokter
pribumi. Pada tahun 1913, didirikan sekolah dokter kedua di Surabaya dengan nama
NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
1. Periode Pertama (1882)
Dimulainya usaha kesehatn oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Dienst
(MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan untuk
melancarkan pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja
perkebunan terjangkit penyakit. Kemudian berkembang melayani para pekerja
perkebunan tersebut. Selanjutnya melayani masyarakat umum (saat berdiri
Rockefeller Foundation).
2. Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)
Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks Genzonhei
(DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha di bidang preventif
6

dan kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan masing-masing berjalan
sendiri.
3. Periode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana
kesehatan masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif.
Pelaksanaannya diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh
dr. H. A. Patah. Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat,
yang kemudian berkembang menjadi konsep Puskesmas.

Th 1997, World Health Assembly ( Sidang Kesehatan Dunia)

Kesepalatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun
2000” atau “Health For All By The Year 2000”

Th 1978 (konferensi Alma Ata di Uni Sovyet Rusia)


“Primary Health Care” atau PHC sebaga strategi global untuk mencapai kesehatan
bagi semua di tahun 2010 ( Indonesia mengikuti persetujuan )

Salah satu bentuk operasional dari PHC di Indonesia adalah PKMD, Posyandu

Di luar Indonesia dikenal dengan Growth monitoring, Oral rehydration, Brest


feeding, Immunization, Female education, Family planning, Food supplementation
(GOBIFFF)

Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Indonesia


1. Pasca Perang Kemerdekaan
Pelayanan prefentif mulai dipikirkan guna melengkapi upaya (pelayanan) kuratif,
serta lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio dari konsep Puskesmas.
2. Tahun 1960
Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
“tiap-tiap warga Negara berak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
7

dan wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah”.


3. Pelita I
Dimulai Pelayanan kesehatan melalui puskesmas
4. Pelita II
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasinal dari primary heatlh carea
(PHC). Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Pelita III
Lahir SKN tahun 1982, menekankan pada:
a. Pendekatan kesistem
b. Pendekatan kemasyarakat
c. Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KS)
d. Peran serta masyarakat
e. Menekankan pada pendekatan promotive & preventive
6. Pelita IV
PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi,
anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan menyelanggarakan posyandu
ditiap desa
7. Pelita V
Digalangkan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca
Krida, Posyandu serta Sapta Krida Posyandu
8. Menjenlang tahun 2000 (tahun 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yng semua menganut
paradigm sakit menjadi paradigm a sehat. Visi pembangunan kesehatan dewasa ini
adalah “Indonesia Sehat 2010” dengan misi sebagai berikut
a. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
c. Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu, merata dan terjangkau
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan

E. Filosofi Keperawatan Komunitas


Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai berikut:
1. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang
8

2. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan


3. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu
meningkatkan kesehatannya
4. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi dirinya
5. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang
berbeda pada waktu yang berbeda
6. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar
belakang budaya, agama dan sosial klien
7. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada
waktu yang berbeda
8. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang
internal dan eksternal
9. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan
10. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya
11. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang
berbeda
12. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien bergerak
kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka
teori dan pendekatan sistematik
13. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan
merubah kebutuhan kesehatan

F. Prinsip Keperawatan Komunitas


Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam
asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang
panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien
dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus
memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan
kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi
dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
9

beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada. Prinsip
dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat.
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses
keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di
rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup
sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi kehidupan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang
sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang
baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai
unit pelayanan.

G. Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat
dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan
komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
10

pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-


kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.

H. Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai
sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
11

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi,
sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga
diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan
salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya
sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita
salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga
tersebut.
3. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat
mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif
dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan
fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah,
iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit
kulit akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri
manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor
12

tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga,
dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses
keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif
yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma keperawatan
berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi
status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis,
sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

I. Tujuan Keperawatan Komunitas


1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki.
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upayaupaya sebagai berikut :
13

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,


keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
2. Tujuan Khusus
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau
keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
f. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan.
g. Mendorong dan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan atau keperawatan.
h. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri.
i. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

J. Fungsi Keperawatan Komunitas


1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan
atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat
dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
14

K. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


1. Upaya Promotif
Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dengan jalan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur
e. Rekreasi
f. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu,
keluaga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi masal terhadap bayi dan balita
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun
kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di
rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui
3. Upaya Kuratif
Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok yang
menderita penyakit ataupun masalah kesehatan melalui:
a. Perawatn orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatn orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari puskesmas dan
Rumah Sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.
a. Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang, kelainan bawaan
15

b. Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, seperti


TBC, pelatihan nafas dan batuk, penderita struk melalui fisioterafi
5. Upaya Resosialitatif
Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok khusus kedalam
pergaulan masyarakat.

L. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan
ibu hamil. Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga
tingkat yaitu:
1. Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai
masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di
poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan
dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh
mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan
kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difo¬kuskan pada
keluarga rawan yaitu:
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan:
ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh
dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak
bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak
menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%)
ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko
16

tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan


BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo
atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

M. Strategi Keperawatan Komunitas


Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas perlu digunakan strategi
sebagai berikut:
1. Locality Development: yang menekankan pada peran serta masyarakat dan
masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi
2. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan menggunakan
birokrasi
3. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada masyarakat atau
program yang dibuat oleh pemerintah untuk perubahan yang mendasar. Sedangkan
dalam melaksanakan program pelayanan keperawatan kesehatan komunitas perlu
juga diberi strategi:
a. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola perawatan
kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas melalui kegiatan
penataran.
b. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector, melalui kegiatan
temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun puskesmas.
c. Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan melalui
pendidikan kesehatan pada keluarga, memberikan bimbingan teknis dalam
bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
d. Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.
e. Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh 4 faktor:
1) lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling keluarga
dimana ia tumbuh dan berkembang. Factor ini mencakup lingkungan.
Fisik, social budaya, dan biologi.
17

2) Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil dalam


masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota keluarga tersebut.
3) Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik
sebagai upaya professional maupun sebagai upaya pelayanan swadaya
masyarakat dan atau keluarga sendiri.
4) Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada
keluarga

N. Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat
dan kerugian (Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak,
2005).

O. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah:
18

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)


Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran
dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah
pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa
yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
19

pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien,
harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi,
dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien
Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planne)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien.
Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari
banyak profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
20

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif


merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau
pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,
ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak,
2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider
And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian
atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari
peran perawat komunitas.

P. Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


21

1. Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :


a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan/Implementasi
e. Evaluasi.

2. Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat


a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan
kebutuhannya, mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan
dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas
dan di luar komunitas. Pendekatan yang digunakan menggunakan prinsip,
landasan dan langkah dasar seperti tertera pada gambar

b. Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :


1) PERSIAPAN :
a) Pengenalan komunitas
➢ Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung
jawab pada wilayah komunitas dengan cara ;
- Pengajuan proposal dan perijinan\
- Penjelasan tujuan dan program
→ hasil : surat ijin/persetujuan

➢ Pendekatan Jalur Informal


22

Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari


birokrasi dengan melakukan pendekatan kepada :
- Tokoh-tokoh masyarakat
- Ketua RW, RT
- Kader kesehatan
→ Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta
dukungan dan partisipasi serta kontrak kerjasama.

b) Pengenalan Masalah
Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh
yang benar-benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.
Tahap pengenalan masalah :
➢ Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data
- Diawali dengan survey awal pada komunitas yang
menjadi sasaran, meliputi :
✓ Survey wilayah
✓ Survey populasi
✓ Survey masalah utama dan faktor penyebab
✓ Survey kebijakan program dan frasilitas layanan
kesehatan.
✓ Survey potensi-potensi, sumber pendukung di
komunitas.
- Membuat instrument pengumpulan data.
➢ Tabulasi Data:
- Membuat table tabulasi data
- Menghitung frekuensi distribusi
- Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
➢ Analisa Data
- Analisa Deskriptif : Membuat gambaran suatu
keadaan dari obyek yang diteliti.
- Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih
subvariabel yang diteliti dengan menggunkan perhitungan statistik.
➢ Perumusan Masalah
23

- Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada


komunitas yang dikaji dengan berdasarkan hasil
analisa data.
- Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
- Formulasi :
✓ Problem
✓ Etiologi
✓ Data yang menyokong.

c) Penyadaran komunitas
➢ Tujuan :
- Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang
dihadapi oleh komunitas
- Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan
masalah
- Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat
aktif menjadi tenaga potensial dalam kegiatan
pemecahan masalah.

2) KEGIATAN :
a) Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya
mini, dengan langkah :
➢ Penyajian data hasil survey
➢ Diskusi kelompok :
- Perumusan masalah dan faktor penyebab
- Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk
masalah, waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)
- Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes)
dari anggota komunitas yang merupakan calon kader
kesehatan yang bertanggung jawabterhadap kegiatan
yang direncanakan.
➢ Penyajian hasil diskusi kelompok
➢ Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal,
puskesmas.
24

b) Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah
direncanankan dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah
terbentuk melalui kerja sama dengan aparat desa/kelurahan,
puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :
➢ Pelatihan Kader
➢ Penyuluhan kesehatan
➢ Pelayanan kesehatan langsung
➢ Home care
➢ Rujukan

Gambar : Perawat Bekerja Bersama Masyarakat (Kader Kesehatan).

3) EVALUASI
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
b) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
c) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
d) Rencana tindak lanjut.

Q. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah
25

kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan:
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah
dan kesehatan utama.
c. Penyusunan instrumen data.
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader
kesehatan setempat.
g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan,
menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah
dan menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis
besar rencana kegiatan
3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
dari instansi terkait.

2. Tahap Pelaksanaan:
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok
kerja kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
1) Pelatihan kader kesehatan
26

2) Penyuluhan kesehatan
3) Simulasi/demonstrasi
4) Pembuatan model/percontohan
5) Kunjungan rumah (home health care)
6) Kerja bakti, daan lain-lain.
c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.

3. Tahap Evaluasi:
a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal
kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.
b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan
masalah.

R. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan Komunitas


1. Definisi Terapi Komplementer
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional
yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai
Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun
2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan
non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-
konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai
menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media.

2. Jenis – Jenis Terapi Komplementer


27

a. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.


b. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
c. Homeopati atau jamu-jamuan.
d. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
e. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
f. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

3. Fokus Terapi Komplementer


a. Pasien dengan penyakit jantung.
b. Pasien dengan autis dan hiperaktif
c. Pasien kanker

4. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer


a. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan
praktisi terapi.
b. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya
secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan,
kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien.

5. Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
a. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga
sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi
berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah
satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak
berperan pada sistem tubuh.
b. Terapi hiperbarik,
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar
28

daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan


oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau
makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara
c. Terapi herbal medik,
Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian
maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui
uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya


untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu
dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri
– sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien
dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh.
Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan
nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue
(kelelahan) dan neuropati.

6. Persyaratan Dalam Terapi Komplementer


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.
c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat
izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan
pemantauan terus – menerus
BAB III
HASIL DISKUSI

Setelah membaca isi dari pembahasan makalah diatas maka kami menarik suatu kesimpulan :

1. Keperawatan komunitas adalah suatu bidang perawatan khusus yangmerupakan gabungan


keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatanmasyarakat dan merupakan bantuan
sosial, sebagai bagian dariprogram kesehatan masyarakat secara keseluruhan
dalammeningkatkan dedrajat kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit danbahaya yang lebih besar,
dan ditujukan kepada individu, keluarga,yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakatsecara keseluruhan.
2. Sejarah Perkembangan Keperawatan komunitas di Indonesia dibagi menjadi beberapa
periode yaitu periode sebelum 1963, periode pada tahun 1963-1983, periode tahun 1983-
2013, dan periode 2013 sampai sekarang.
3. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risikotinggi, antara lain:
orang yang tinggal di daerah terpencil, daerahrawan, daerah kumuh, dll.B

Saran

1. Institusi PendidikanSemoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi yang
mempelajari ilmu keperawatan
2. Bagi MahasiswaSemoga dengan makalah ini agar bisa memahami dan mempelajari lebih
dalamlagi tentang keperawatan komunitas.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and practice in
nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts and
practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health nursing,
Standford, Connecticut: Appleton & Lange
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed.
Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :
Jakarta.
Mary A. nies, McEWEN Melanie. 2017. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga.
Jakarta : Elsevier
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv
Sagung Seto : Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai