Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA PENYAKIT REMATIK”


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen : Oop Ropei, M. Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
Annisa Anggun 211120059
Fahmi Muhammad 211120069
Fatiya Nurul Izza 211120067
Silvy Nadia Utami 211120087
Susanti 211120096
Yashinta Rahmasari Putri 211120083

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak, yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA PENYAKIT REMATIK”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan

Cimahi, 29 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I .......................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

D. Manfaat ........................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................ 4

A. KONSEP REMATIK PADA LANSIA ........................................................................ 4

B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN REMATIK .................................. 10

SKENARIO ROLE PLAY ..................................................................................................... 26

A. Naskah Roleplay Lansia dengan Rematik ................................................................. 26

PENUTUP ................................................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit rematik yang sering disebut arthritis (radang sendi) dan dianggap
sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda.
Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan
persendian pada laki-laki maupun wanita dengan segala usia (Kisworo, 2008) dalam
Febriana (2015).
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung, jaringan penyambung yang biasanya
mengalami kerusakan pertama kali adalah membran synovial yang melapisi sendi
(Corwin, 2009). Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan salah satu kelainan multisistem
yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarakteristikkan dengan destruksi
sinovitis dimana faktor resiko penyebab RA sendiri diantaranya jenis kelamin, ada
riwayat keluarga yang menderita RA, usia lebih tua, paparan salsila, merokok dan
obesitas (Suarjana, 2009) dalam Utami, (2015)
Obesitas merupakan faktor resiko yang kontroversial untuk rheumatoid arthritis
(RA). Kenaikan berat badan memberikan tekanan yang abnormal pada sendi,
meningkatkan prevalensi nyeri sendi, terutama pada sendi yang menahan berat badan
(Pricillia, dkk., 2015)
Laporan Food and Agriculture Organization (FAO), World Health Organization
(WHO), dan United Nation University (UNU) tahun 1985 menyatakan bahwa batasan
berat badan normal orang dewasa ditemukan berdasarkan nilai Body Mass Indeks (BMI).
Di Indonesia istilah body mass indeks diterjemahkan menjadi indeks massa tubuh.
Indeks massa tubuh merupakan metode sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan maka
mempertahankan berat badan normal dengan nilai indeks massa tubuh 18,5- 25,0
memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan hidup lebih panjang (Anggraeni,
2012)
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita
gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong,

1
Malaysia, Singapura dan Taiwan (Rabea, 2009). Angka kejadian rematik yang
dilaporkan oleh WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, dimana 5-10% adalah
yang berusia diatas 60 tahun (Chintyawati, 2014). Menurut Handono angka kejadian
rheumatoid arthritis di Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar
0,1% hingga 0,3%. Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang.
Diperkirakan jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih
(dalam Tunggal, 2012). Selain itu, data dari dinas kesehatan Provinsi Gorontalo (2015),
angka kejadian rheumatoid arthritis pada tahun 2015 mencapai 11.693 jumlah kasus, di
Kabupaten Bone Bolango, angka kejadian rheumatoid arthritis tahun 2015 mencapai
2.163 kasus, di tahun 2016 meningkat menjadi 2.205 kasus.

B. Rumusan Masalah
Faktor dominan apa saja yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit
rematik.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengindentifikasi faktor dominan yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit
rematik
2. Tujuan Kusus
a. Mengidentifikasi indeks massa tubuh pasien rheumatoid arthritis RA
b. Mengidentifikasi pasien dengan rheumatoid arthritis RA
c. Menganalisis hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian rheumatoid
arthritis RA

D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Menambah informasi atau wawasan ilmu pengetahuan tentang keterkaitan
indeks massa tubuh dengan kejadian rheumatoid arthritis.
2. Bagi Pasien
Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan sehingga menimbulkan kesadaran
untuk mengontrol berat badan, sehingga dapat mengurangi pemicu kambuhnya

2
rheumatoid arthritis dan secara tidak langsung akan berefek terhadap penurunan
biaya pengobatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP REMATIK PADA LANSIA


1. Definisi Rematik
Reumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan
pada sendi. Dalam perhimpunan reumatologi Indonesia secara Reumatoid Arthritis
sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses
inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi-sendi tersebut (Hamijoyo,
2010). Sjamsuhidajat, dkk (2013) mendefinisikan reumatoid astritis sebagai kelainan sendi
kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada sendi,
matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua.
2. Etiologi Rematik
Berdasarkan etiopatogenesisnya RA dibagi menjadi dua, yaitu RA primer dan RA
sekunder. RA primer disebut juga RA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui
dan tidak ada hubungan dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal pada
sendi, sedangkan RA sekunder merupakan RA yang ditengarai oleh faktor-faktor seperti
penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera
sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. RA primer lebih banyak ditemukan daripada RA
sekunder (Davey, 2006).
3. Manifestasi Klinis Rematik
(RA) Reumatoid Arthritis dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi
(RA) Reumatoid Arthritis dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.
a. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang
dengan istirahat.
b. Kekakuan sendi, kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah
duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
c. Krepitasi sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan :
1) Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus
heberden karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP) atau nodus
Bouchard karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP).

4
Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan
pergerakan sendi yang progresif.
2) Deformitas sendi pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahanlahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey,
2013).
4. Pemeriksaan Penunjang Rematik
Untuk menentukan diagnostik (RA), Reumatoid Arthritis selain melalui pemeriksaan
fisik juga diperlukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan
laboratorium.
Foto polos dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosis (RA) walaupun
sensivitasnya rendah terutama pada (RA) tahap Reumatoid Arthritis awal. USG juga
menjadi pilihan untuk menegakkan diagnosis (RA) karena selain murah, mudah diakses
serta lebih aman dibanding sinar-X, CT-scan atau MRI (Amoako dan Pujalte, 2014).
Radiologi setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena, seperti panggul,
lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang belakang juga sering terkena.
Gambaran radiologi (RA) Reumatoid Arthritis sebagai berikut, pembentukan osteofit
pertumbuhan tulang baru (semacam taji) yang terbentuk di tepi sendi. Penyempitan rongga
sendi hilangnya kartilago akan menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama.
Badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya kartilago dengan osteofit.
Kistasubkondral dan sklerosis peningkatan densitas tulang di sekitar sendi yang terkena
dengan pembentukan kista degenerative bagian yang sering terkena RA lutut dan sering
terjadi hilangnya kompartemen femorotibial kompartemen bagian medial merupakan
penyangga tubuh yang utama, tekanannya lebih besar sehingga hampir selalu menunjukkan
terjadi penyempitan rongga diskus.
Badan sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial kompartemen bagian medial
merupakan penyangga tubuh yang utama, tekanannya lebih besar sehingga hampir selalu
menunjukkan penyempitan paling dini.
Tulang belakang terjadi penyempitan rongga diskus. Pembentukan tulang baru
(spuring/ pembentukan taji) antara vertebra yang berdekatan sehingga dapat menyebabkan
keterlibatan pada akar syaraf atau kompresi medula spinalis pada sklerosis dan osteofit
pada sendi-sendi apofiseal invertebrata.
Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan yang terlalu berat,
sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan asetabular. sklerosis dan pembentukan

5
kista subkondral. penggantian total sendi panggul menunjukkan ( RA) Rheumatoid
Arthritis panggul yang sudah berat yaitu :
a. Biasanya mengenai bagian basal metakarpal pertama.
b. Sendi-sendi interfalang proksimal ( Nodus Bouchard ).
c. Sendi-sendi interfalang distal ( Nodus Heberden Patel, 2007). d. Klasifikasi Menurut
Kellgren dan Lawrence (RA) Reumatoid Arthritis dalam pemeriksaan radiologis.
5. Penatalaksanaan Rematik
Tujuan penatalaksanan Reumatoid Arthritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
a. Pemberian terapi Pengobatan pada Rheumatoid Arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
b. Pengaturan aktivitas dan istirahat Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur
merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit.
c. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat
membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan
sendi.
d. Kompres panas dan dingin Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan
efek analgesik dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif dari pada
kompres dingin.
e. Diet Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
f. Terapi konservatif kepada pasien, pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk
obesitas harus mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan
olaraga yang ringan seperti bersepeda, berenang).
g. Fisioterapi Fisioterapi untuk pasien (RA) Reumatoid Arthritis termasuk traksi,
stretching, akupuntur, transverse friction (teknik pemijatan khusus untuk penderita
(RA), latihan stimulasi otot, elektroterapi. g) Pertolongan ortopedi. Pertolongan
ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang bagian dalam dan luar
di desain khusus pasien (RA), Rheumatoid Arthritis juga digunakan untuk mengurangi
nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al, 2010).
6
h. Analgesik anti-inflammatory agents. Memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan
dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak menyebabkan
toksisitas. Contoh: Ibuprofen : untuk efek anti inflamasi dibutuhkan dosis 1200-2400
mg sehari. Naproksen : dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2 x 250 - 375 mg sehari.
Bila perlu diberikan 2 x 500 mg sehari.
i. Glucocorticoids Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan perfusi
sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi
hexacetonide 10 mg atau 40 mg.
j. Pembedahan makoterapi Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan
menyebabkan rata infeksi yang rendah (di bawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam
kelompok 1 debridemen artroskopi, yang signifikan khondroplasti: menghilangkan
fragmen kartilago. Prosedur digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada
kerusakan meniskus.
k. Celecoxib adalah obat yang lebih spesefik dan memiliki efek samping yang lebih kecil
terhadap lambung.
l. Golongan obat (Kortikosteroid) digunakan sebagai obat anti peradangan. Obat ini dapat
menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik berkurang.
m. Senam Rematik Senam rematik merupakan metode senam yang dapat membantu
mengurangi resiko timbulnya rematik dan berfungsi sebagai terapi tambahan bagi
penderita rematik dalam fase tenang. Tetapi senam ini adalah program olaraga ringan
yang terdiri dari beberapa tahapan seperti pemanasan, latihan inti satu ( low impact
untuk menguatkan kerja jantung dan paruparu). Latihan inti dua ( dasar pencegahan
dan terapi rematik). Dan pendinginan dengan melakukan latihan ini secara teratur,
diharapkan dapat mengurangi gejala kekakuan sendi dan nyeri pada rematik ( Smart,
2010).
n. Terapi Pemijatan Terapi ini sering dipilih oleh sebagian besar orang untuk
menghilangkan rasa dan linu yang juga dapat melancarkan peredaran darah.
Sebenarnya manfaat pemijatan bukan hanya itu. Pemijatan juga berfungsi untuk
mengobati rematik. Jenis pemijatan yang dapat digunakan untuk mengobati rematik
adalah jenis chiropractic. Jenis pemijatan ini menggunakan teknik terapi jasmani yaitu
yaitu perpaduan antara gerakan pijat spesifik, massage, dan jenis gerakan pijat yang
dapat mengatasi masalah tulang syaraf ( Smart, 2010).
o. Untuk membantu meredakan nyeri pada sendi, anda bisa menggunakan obat oles
berbentuk krim ke bagian yang sedang sakit. Salah satu obat yang bisa digunakan
7
adalah Voltaren. Voltaren aman digunakan oleh dewasa dan anakanak di atas umur 12
tahun karena mengandung zat non-steroid dan anti peradangan (NSAID). Selain itu,
krim ini juga mengandung diklofenak yang dapat membantu meredakan rasa nyeri,
melawan peradangan serta mempercepat proses penyembuhan.
6. Komplikasi Rematik
RA Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying anti rheumatoid drugs,
(DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis reumatoid.
a. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat
menyebabkan trombosis dan infark.
b. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru,
mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glaukoma dapat
terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada
mata.
c. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari , depresi, dan stres
keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009). a. Osteoporosis. b.
Nekrosis sendi panggul. c. Deformitaas sendi. d. Kontraktur jaringan lunak. e. Sindrom
Sjogren (Bilotta, 2011)
7. Faktor Resiko Rematik
Menurut pendapat berbagai ahli Walgito 2010 tentang faktor resiko terjadi kekambuhan
Penyakit Rematik Pada lansia.
a. Perbedaan Ras Perbedaan ras menunjukkan distribusi sendi (RA) Rheumatoid Arthritis
yang terkena, misalnya rata-rata wanita dengan Ras Afrika- Amerika terkena (RA) lutut
lebih tinggi dari pada wanita beras Kaukasia. Ras Afrika hitam, China, dan Asia-Hindia
menunjukkan prevalensi RA panggul dari pada ras Eropa Kaukasia.
b. Usia Gejala dan tanda pada radiologi (RA) Reumatoid Arthritis lutut sangat banyak
dideteksi sebelum usia 40 tahun. Bertambahnya usia, insiden (RA) Reumatoid Arthritis
juga semakin meningkat. Insiden meningkat tajam pada usia sekitar 55 tahun.
c. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan faktor penting. Anak perempuan dengan ibu
yang memiliki (RA) Reumatoid Arthritis berisiko lebih tinggi dari pada anak laki-laki
8
karena (RA) diwariskan kepada anak perempuan secara dominan sedangkan pada laki-
laki diwariskan secara resesif. Selain itu genetik menyumbang terjadinya (RA) pada
tangan sebanyak 65%, RA panggul sebanyak 50%, RA lutut sebanyak 45%, dan 70%
RA pada cervical dan spina lumbar. Obesitas merupakan faktor penting terkait
perkembangan RA pada lutut tetapi hubungan ini lebih kuat pada wanita. Risiko
terjadinya (RA) Reumatoid astritis dua kali lebih besar pada orang dengan berat badan
berlebih dari pada kelompok orang dengan berat badan normal. Selain itu dilihat dari
perubahan radiologis, obesitas merupakan prediktor ketidakmampuan yang progresif.
Tetapi hubungan ini tidak jelas pada (RA) panggul dan (RA).
d. Faktor Yang Mempengarui Kekambuhan Rematik Menurut pendapat berbagai ahli
dalam faktor dominan yang mempengaruhi kekambuhan penyakit rematik (Syam, S
2010). Sebagai berikut :
1) Pola makan Pola makan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya
kekambuhan. Di mana pola makan yang sehat sebaiknya dimulai dengan
mengadakan perubahan-perubahan kecil pada makanan yang kita pilih, juga
mengurangi makanan dapat mempengaruhi kekambuhan Penyakit rematik seperti,
produk kacang-kacangan seperti susu kacang, kacang buncis, organ dalam hewan
seperti; usus, hati, limpa, paru, otak, dan jantung, makanan kaleng seperti, sarden,
kornet sapi, makanan yang dimasak menggunakan santan kelapa, beberapa jenis
buah-buahan seperti durian, air kelapa muda, minuman seperti alkohol dan sayur
seperti kangkung dan bayam (Putri, 2012).
2) Pola Aktivitas Rematik sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang
berlebihan dan melakukan pekerjaan yang banyak dalam jangka waktu yang lama
dengan posisi jalan maupun berdiri dengan rentan yang lama karena terjadi
penekanan yang berlebihan pada sendi lutut, semakin berat aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari sering dapat mengakibatkan
kekambuhan rematik pada saat lansia (Adaniar 2010).
3) Mandi pada malam hari Penyebab salah satunya yang sering terjadi rematik inilah
alasan mengapa mandi malam dilarang tetapi sematamata bukan karena mandi
malam. Karena air dan udara yang dingin memicu pengaruh terhadap kapsul sendi
sehingga membuat persendian semakin nyeri. Itulah alasannya sehingga malam
tidak di anjurkan mandi air dingin tetapi yang dianjurkan adalah air angat.
4) Mengkonsumsi Alkohol Alkohol tidak ada manfaatnya sama sekali untuk
dikonsumsi, kandungan alkohol bisa menyebabkan kadar asam urat menjadi lebih
9
tinggi, alkohol dapat mempengaruhi kesehatan pada saat lansia yang akan
mengalami kekambuhan rematik (Heliovera et all 2010).
5) Luka Berat Luka berat merupakan salah satu penyebab utama munculnya rematik
pada saat lansia. Berdasarkan open Access reumatologi luka berat bisa memicu
munculnya radang yang menyebabkan terjadinya rematik yaitu, tulang patah / retak,
sendi terlepas serta kerusakan ligamen yang dapat memicu rentan terjadinya
rematik.
6) Infeksi Infeksi adalah bakteri (Aggretibacter acttinomy cetemitas) tersebut
meningkatkan produksi protein penyebab rematik. Akan tetapi bakteri ini bukan
salah satu-satunya penyebab rematik oleh karena virus kemudian di anggap turut
munculnya rematik. Penderita rematik pada umumnya memiliki kadar antibodi.
Pangkal virus epstein barr penyebab munokleosis demam kelenjar yang lebih tinggi
dapat memicu terjadinya rematik.
7) Keturunan/ Genetik Menurut (Mansjoer, 2011) Genetik merupakan faktor
keturunan yang terdapat (HLA) atau antigen limfosit manusia yang tinggi. (HLA)
terdapat rematik yang menunjukan adanya hubungan aloagen sel B yang lebih
dikenal anti bodi monoklonal dengan status rematik atau rentan terkena rematik
yang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetik.

B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN REMATIK


1. Pengkajian
a. Biodata
Data dasar pengkajian: nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan,
penanggung jawab. Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
2) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
10
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
d) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
e) Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang
f) Ukur kekuatan otot
g) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
h) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
d. Aktivitas/Istirahat
1) Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan dan
keletihan
2) Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/kelainan pada sendi
e. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
f. Integritas Ego
a. Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis (mis: finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan).
b. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
c. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (mis: ketergantungan pada
orang lain).
g. Makanan/Cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ meng konsumsi makanan / cairan
adekuat : mual, anoreksia.
Kesulitan untuk mengunyah
b. Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
h. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
(ketergantungan)
11
i. Neurosensori
a. Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
b. Tanda : Pembengkakan sendi simteris
j. Nyeri/Keamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi).
k. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan ringan
dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap,
kekeringan pada mata dan membran mukosa.
l. Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
m. Riwayat Psikososial
Pasien dengan Rematik mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan aktual, potensial, dan proses kehidupan. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit rematik:
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. (D.0077)
b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan Nyeri
saat begerak, sendi kaku, kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun. (D.0054)
c. Gangguan citra tubuh berhubungan berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh ditandai dengan fungsi/struktur tubuh berubah/hilang. (D.0083)
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai dengan
tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri.
(D.0190)

12
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan metode pemberian perawatan secara langsung
kepada pasien.
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri

13
Intervensi Rasional

Manajemen Nyeri

Observasi Observasi

a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). a. Untuk mengetahui dimana lokasi, karakteristik seperti apa, durasi
b. Catat faktor-faktor yang memperberat dan memperingan selama berapa lama, frekuensi berapa banyak, kualitas dan intensitas
nyeri nyeri seperti apa yang dialami klien
c. Identifikasi respons nyeri non verbal b. Untuk mengetahui skala nyeri yang dialami klien apakah berat atau
d. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup ringan
e. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah c. Untuk mengetahui respon non verbal serta menjadi banding atas
diberikan nyeri yang dialami klien
d. Untuk mengetahui pengaruh nyeri pada kualitas hidup klien
Terapeutik
e. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan terapi yang telah
diberikan
a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri Terapeutik
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur a. Untuk membantu klien agar mengurangi rasa nyeri dengan
menggunakan teknik nonfarmakologis
b. Untuk mencegah rasa nyeri pada klien

14
Kolaborasi c. Untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur klien

a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Edukasi

a. Untuk membantu klien mengetahui penyebab, periode serta pemicu


diare

Kolaborasi

a. Untuk membantu klien mengurangi rasa nyeri

15
b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan Nyeri
saat begerak, sendi kaku, kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun. (D.0054)
Kriteria Hasil :
1) Pergerakan ekstremitas meningkat
2) Kekuatan otot meningkat
3) Rentang gerak (ROM) meningkat
4) Nyeri menurun
5) Kaku sendi menurun

16
Intervensi Rasional

Dukungan ambulasi

Observasi Observasi

a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya a. Untuk mengetahui keluhan klien dibagian lain
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi b. Untuk mengetahui toleransi fisik yang dilakukan klien
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum c. Untuk mengetahui frekuensi jantung dan tekanan darah klien
memulai ambulasi normal atau tidak
d. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi d. Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau tidak

Terapeutik Terapeutik

a. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, a. Untuk mencegah cidera atau klien terjatuh
kruk) b. Untuk memenuhi mobilisasi klien
b. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu c. Untuk menambah pengetahuan keluarga klien
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
Edukasi
meningkatkan ambulasi

a. Agar klien mengetahui bagaimana cara ambulasi yang benar


Edukasi
b. Agar klien mampu melakukannya secara mandiri
a. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

17
b. Anjurkan melakukan ambulasi dini d. Agar klien terbiasa
c. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

18
c. Gangguan citra tubuh berhubungan berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh ditandai dengan fungsi/struktur tubuh berubah/hilang. (D.0083)
Kriteria Hasil :
1) Menyentuh bagian tubuh menurun
2) Melihat bagian tubuh menurun
3) Hubungan sosial membaik

19
Intervensi Rasional

Promosi Citra Tubuh

Observasi Observasi

a. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap a. Untuk mengetahui apa harapan citra tubuh klien
perkembangan b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap
b. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh klien
citra tubuh c. Untuk mengetahui bagian tubuh yang menjadi
c. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi permasalahan
sosial d. Untuk memantau kondisi psikis klien
d. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri e. Untuk memantau kemampuan klien dalam melihat bagian
e. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah tubuh yang berubah

Terapeutik Terapeutik

a. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya a. Agar klien memahami kondisi tubuhnya
b. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri b. Agar klien tetap memiliki harga diri yang sama dengan
c. Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan sebelumnya
d. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh c. Agar klien mengetahui keterkaitan perubahan dengan
e. Latih fungsi tubuh yang dimiliki usianya
f. Latih peningkatan penampilan diri d. Agar klien dapat mengelola stress yang terjadi terasingkan

20
g. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain e. Agar fungsi tubuh tetap bekerja dengan maksimal
maupun kelompok f. Agar klien tetap dapat merawat diri
g. Agar harga diri klien tetap terjaga

21
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai dengan
tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri.
(D.0190)
Kriteria Hasil :
1) Kemampuan mandi meningkat
2) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3) Minat melakukan perawatan diri meningkat

22
Intervensi Rasional

Dukungan Perawatan Diri

Observasi Observasi

a. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia a. Untuk mengetahui perawatan diri yang dilakukan klien
b. Monitor tingkat kemandirian b. Untuk memantau kemampuan kemandirian klien
c. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, c. Untuk mengetahui kebutuhan alat terpenuhi atau tidak
berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
Terapeutik
a. Untuk membuat klien merasa nyaman
a. Sediakan lingkungan yang terapeutik b. Untuk memudahkan pemakaian klien
b. Siapkan keperluan pribadi c. Untuk memantau perkembangan perawatan diri klien
c. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai d. Untuk memenuhi penerimaan ketergantungan klien
mandiri e. Untuk memenuhi kemandirian klien
d. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan f. Untuk membuat klien konsisten dalam merawat diri
e. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
f. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

23
Edukasi Edukasi

Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai a. Agar klien mampu melakukannya secara mandiri di kemudian hari
kemampuan

24
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana


tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
(Nursalam, 2008).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi tahap evaluasi ini terdiri dari dua
kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan
berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan
evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat,
A.A.A, 2008)

25
BAB III
SKENARIO ROLE PLAY

A. Naskah Roleplay Lansia dengan Rematik


Pemeran :
Annisa Anggun Rahmawati : Narator
Fahmi Muhamad Al Fikri : Pasien
Silvy Nadia Utami : Anak
Fatiya Nurul Izza : Perawat 1
Yashinta Rahmasari Putri : Perawat 2
Susanti : Perawat 3

Suatu hari di Rumah Sakit Hasan Sadikin sedang terjadi diskusi tentang penanganan
penyakit rematik dikarenakan ada data hasil kerja yang menunjukkan bahwa ada salah satu
anggota keluarga lansia yang terjangkit penyakit rematik di RW 08. Perawat pun langsung datang
ke rumah keluarga lansia tersebut dengan izin ketua RW disana.
Perawat 1, 2, 3 : Assalamualaikum
Anak : Waalaikumsalam. Silakan masuk sus.
Perawat 1, 2, 3 : Iya teh
Anak : Ada apa ya sus?
Perawat 1 : Begini teh, sebelumnya perkenalkan saya perawat Fatiya dan ini teman saya perawat
Yashinta dan perawat Susanti, kami dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan dengan Prodi
Keperawatan (D-3) UNJANI yang kebetulan sedang magang di Rumah Sakit Hasan Sadikin, dan dari
data hasil kerja kami di desa ini ada anggota keluarga yg sakit ya teh?
Anak : Iya benar sus, bapak yang sakit
Perawat 2 : Nah, maksud dari kedatangan kami kemari adalah untuk memeriksa keadaan bapak teh.
Perawat 3 : Sebelumnya maaf, kalau boleh tahu bapak teteh sakit apa ya?
Anak : Bapak saya sudah beberapa tahun ini menderita asam urat sus. Sebentar saya panggilkan bapak
ya sus.

Tidak lama kemudian Bapak Fahmi keluar kamar dipapah oleh anaknya.
Perawat 1 : Eh bapak Assalamualaikum pak, saya Fatiya dan ini teman saya perawat Yashinta dan
perawat Susanti, kami mahasiswa dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan dengan Prodi
Keperawatan (D-3) UNJANI.

26
Bapak Fahmi : Waalaikumsalam sus. Ada apa ya sus?
Perawat 2 : Maaf menganggu aktifitas bapak tapi boleh kami minta waktunya sebentar pak? Kurang
lebih 15 – 20 menit pak, apakah bapak bersedia?
Bapak Fahmi : Boleh sus, saya juga sudah tidak bekerja lagi jadi tidak sibuk.
Perawat 1 : Begini pak saya sudah mendengar dari anak bapak kalau bapak akhir-akhir ini sedang tidak
sehat, apa benar pak?
Bapak Fahmi : Benar sus, kaki saya sakit sus kalau digerakkan
Perawat 3 : Sudah berapa lama kaki bapak sakit pak?
Bapak Fahmi : Wah saya lupa sus.
Perawat 3 : Bapak tahu tidak awalnya kaki bapak seperti ini gara – gara apa?
Bapak Fahmi : Tidak tahu sus, karena awalnya mah saya teh lagi di sawah lagi ngenanam padi, tapi
lama – lama saya sering mengalami kesemutan dalam jangka panjang sampai akhirnya seperti ini.
Perawat 3 : Oh begitu pak, kalau boleh tahu yang dirasakan pada kaki bapak seperti apa ya pak?
Bapak Fahmi : Ini sus dengkul saya kalau digerakkan seperti ini sakit sekali sus.
Perawat 3 : Sakit nya di dengkul saja atau menyebar ke yang lain pak?
Bapak Fahmi : Kadang menyebar sampai ke telapak kaki sus.
Perawat 3 : Dari skala 1 – 10, sakit yang dirasakan nya berapa pak?
Bapak Fahmi : 7 sus.
Perawat 3 : Baik bapak, sakit nya hilang timbul, berangsur – angsur atau terus menerus ada ya pak?
Bapak Fahmi : Hilang timbul sus, biasanya sering sakit sekali pas tengah malam atau pas bangun tidur
di pagi hari.
Perawat 2 : Oh begitu pak, apa bapak sudah pernah berobat ke puskesmas atau rumah sakit?
Bapak Fahmi : Sudah pernah ke Rumah Sakit sus, katanya saya sakit rematik, saya juga sudah dikasih
obat sus.
Perawat 2 : Bapak rajin minum obatnya tidak pak?
Bapak Fahmi : Ya begitulah sus, kadang rajin kadang tidak.
Perawat 2 : Baik pak kalau begitu, kedatangan saya dan kawan saya kemari untuk mencoba membantu
bapak dan keluarga untuk mengatasi penyakit rematik yang bapak alami. Kira-kira berapa kali dalam
seminggu saya dapat kesini pak?
Bapak Fahmi : Terserah suster saja
Perawat 2 : Bagaimana kalau 2 kali dalam seminggu pak?
Bapak Fahmi : Boleh sus
Perawat 2 : Kira-kira saya bisa datang kerumah bapak jam berapa ya?

27
Bapak Fahmi : Jam 10 saja sus, nanti anak saya ikut disini ya sus. Takutnya saya tidak paham soalnya
saya sudah tua.
Perawat 2 : Baik pak, ini ada lembar persetujuan bahwa bapak sudah menyetujui kesepakatan tadi.
Apa bapak bersedia tanda tangan di lembar ini?
Bapak Fahmi : Baiklah sus saya bersedia.

Keesokan harinya 3 perawat datang kembali untuk mengkaji pasien.


Perawat 1 2 3 : Assalamualaikum
Anak : Waalaikumsalam eh teteh suster mangga lebet , bade marios bapa deui teh?
Perawat 1 : Muhun bapana aya?
Anak : Iya teh sebentar di panggil dulu ya teh , teteh duduk aja dulu di kursi

Beberapa menit kemudian.


Bapak Fahmi : Ehh suster kadieu deui nya, mangga atuh sus parios bapa meh enggal damang.
Perawat 3 : Hehe iya pak.

Kemudian perawat mengkaji Bapak Fahmi


Perawat 2 : Bapa gimana keluhan di kakinya pak, semalam bisa tidur nyenyak tidak pak?
Bapak Fahmi : Teu tiasa sus ieu nyeri sampean na
Perawat 2 : Muhun bapa kadieu ditinggal heula nya sampean na

CEK EKSTERMITAS BAWAH PENGKAJIAN (Perawat Yashinta)


1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Refleks Hamers
4. Tonus otot

Perawat 3 : Bapa untuk pemeriksaan selanjutnya kami akan memeriksa keseimbangan bapa,bapa boleh
di coba untuk bangun dari kursi pak
Bapa : (Bangun dengan memegang kursi)
Perawat 3: bapa coba duduk di kursi pak
Bapa : {Duduk langsung menjatuhkan diri}
Perawat : Bapa coba diambil pulpenya pa
Bapa : (Memegang sesuatu untuk meraih pulpen)
28
Perawat 3 : Bapa coba untuk membungkuk paa untuk mengambil pulpen paa
Bapa : (Bapa membungkuk untuk menggapai objek )

Kemudian perawat selanjutnya mengkaji komponen gaya berjalan


Perawat 1 : Bapa bisa di coba untuk berjalan kesebelah sini
Bapa : Aduh saya mah gabisa sakit neng , tapi sebentar saya coba dulu ya neng
Perawat 1 : Boleh dicoba dulu pa
Bapa : Melangkah dengan kaki diseret
Perawat 1 : Baik pa stop untuk melangkah di coba untuk berbalik apakah bisa pak ?
Bapa : Aduhh neng bapa kesulitan untuk berbalik

Untuk hasil pengkajian keseimbangan diperoleh nilai 13 yang berarti pasien memiliki resiko
jatuh tinggi

Lalu perawat menyampaikan informasi diagnosa medis yang dialami oleh bapak fahmi
Perawat 3 : Bapa tadi sudah di kaji bersama ternyata bapak mengalami rematik jenis gout pak
Bapak fahmi : Aduh sus gout itu apa ya saya mah ga ngerti, jelasin nya ke anak saya aja sus saya mah
suka lupa terus ya sus
Perawat 3 : Baik pa saya menjelaskan ke anak bapa ya
Anak : Jadi gimana teteh suster si bapa the kenapa?
Perawat 3 : Iya teh bapa itu mengalami rematik jenis gout ya teh
Anak : Aduh itu apa ya saya kurang mengerti hal hal seperti itu
Perawat 3 : Baik teh jadi jenis rematik gout itu adalah jenis rematik yang disebabkan oleh asam urat
ya teh, yang kadar asam urat nya itu tinggi , jadi keluhan rematik akan muncul jika meningkatnya
kadar asam urat di dalam tubuh
Anak : Jadi akibatnya itu apa ya teh?
Perawat 1 : Banyak teh faktor akibat nya itu bermacam - macam juga bisa dari riwayat keluarga atau
genetik, kegemukan, umur dan jenis makanan tertentu yang akan meningkatkan kadar asam urut di
dalam tubuh ya teh
Anak : Ohh baik teh
Perawat 1 : Iya teh, kalau mau ada yang di tanyain lagi boleh teh
Ana : Iya teh kalau gejalanya itu seperti apa ya?
Perawat 2 : Baik tehh kalau rematik gout itu biasanya menyerang pada ibu jari kaki ya teh, persendian
kaki yang lain seperti dengkul juga dapat terserang pula, keluhan sakit yang hebat biasanya memang
29
dirasakan dari tengah malam hingga pagi hari, sendi yang terserang biasanya berwarna merah
keunguan terasa sakit dan bengkak nah serangan nya itu bisa berulang dan hilang timbul ya teh
Anak : Oh baik teh paham
Perawat 3 : Baik teh sekarang saya akan menjelaskan untuk pengobatan nya ya teh, untuk terapi
pengobatan pencegahan nya dengan cara merubah pola hidup dan pemberian obat kalau untuk
pengobatan nyerinya di berikan obat secara oral melalui resep dokter ya teh, gimana teh paham?
Anak : Paham teteh suster makasih banyak ya, kalau untuk pantangan makanan nya bagaimana teh?
Perawat 2 : Baik tehh saya akan membantu menjelaskan ya teh karena asam urat dikeluarkan dari
tubuh sebagian besar melalui urin, maka cara yang paling sederhana adalah dengan banyak minum
dan menghindari makanan dengan kandungan purin yang tinggi. Makanan yang mengandung banyak
purin diantaranya : jerohan, daging (sapi, kambing, babi, ayam), ikan laut (kerang, udang, lobster,
sardin, mackerel, haremis), beer dan minuman keras lain, minuman dengan kadar fruktosa tinggi (soda,
beberapa juice, es krim dsb), sayuran (asparagus, bayam, kembang kol, buncis, jamur, kacang polong)
seperti itu teh bagaimana apa yang saya jelaskan sudah cukup jelas teh? Ada yang ingin ditanyakan
lagi?
Anak : Aduh makasih banyak ya teteh suster jelas banget, sudah cukup teh ga ada yang ditanyakan
lagi

Lalu perawat melakukan implementasi kepada pasien


Perawat 2 : baik paa saya disini akan memberikan resep dari dokter untuk mengurangi rasa nyeri yang
di alami oleh bapa, obat tersebut diberikan melalui injeksi ya pa, atau disuntikan paa bagaimana paa
sekarang masih ternyata nyeri paa?
Bapak fahmi : Iya sus masih terasa nyeri
Perawat 2 : Baik pa saya akan memasukan obatnya untuk mengurangi rasa nyerinya ya pak apakah
bapa bersedia ?
Bapak fahmi : bersedia sus

15 menit kemudian perawat melakukan evaluasi

Perawat 3 : bapa gimana ada reaksi yang dirasakan oleh bapak ? untuk nyerinya bagaimana apakah
sudah berkurang pak ?
Bapak Fahmi : Alhamdulillah suss sudah berkurang

30
Setelah selesai melakukan Asuhan keperawatan kepada keluarga pasien, perawat pun
berpamitan pulang.
Perawat 1 : Baik teh sebelum saya dan teman teman pamit apa ada yang akan ditanyakan teh?
Anak : Tidak ada teh sudah cukup
Perawat 1 : baik teh apabila tidak ada yang di tanyakan kami pamit untuk pulang terlebih dahulu ya
teh, saya dan teman teman izin pamit ke bapa teh
Anak ; Baik teh sebentar saya panggil dulu ya
Bapak Fahmi : Aduh sus meni rusuh, didieu heula calik atuh
Perawat 2 : Aduh bapa punten teu tiasa lami didieu soalnya mau lanjut ke pasien selanjutnya pak
Bapak Fahmi : Aduh sus hatur nuhun atuh ya, meni ngarepotkeun
Perawat 1, 2, 3 : Bapa, teteh saya izin pamit ya pak, assalamualaikum
Bapak Fahmi, anak : Waalaikumsalam

31
BAB IV
PENUTUP

Semoga makalah praktik asuhan keperawatan pada lansia dengan reumatik ini diharapkan
dapat menjadi bahan referensi mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
yang berkaitan dengan topic asuhan keperawatan lansia dengan rheumatoid arhritis bagi dosen
dan mahasiswa di lingkungan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Berdasarkan sumber yang telah kami baca mengenai reumatik , terdapat beberapa saran
yang ingin kami berikan, diantaranya:

1. Diharapkan pasien yang menderita penyakit rematik dapat melakukan olahraga secara
konsisten dan mengambil istrahat yang secukupnya untuk memperbaiki kondisi fungsi
fisik mereka.
2. Selain itu pasien rematik juga harus mengamalkan cara hidup yang sehat dengan
mengkonsumsi makanan dengan diet yang benar.
3. Diharapkan bahwa dokter dapat mengedukasi pasien menghindari makanan yang
mengandung protein khususnya kacang –kacangan dan menjelaskan halhal yang dapat
memperburukan kondisi fungsi fisik pasien.
4. Untuk para mahasiswa yang ingin melakukan praktek gerontik perlu meningkatkan
keaktivan dan memberikan pendidikan kesehatan pada lanjut usia dengan cara
memberikan informasi atau penyuluhan – penyuluhan kesehatan khususnya penyakit
Reumatik.
5. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dalam penelitian lebih lanjut dengan
pengembangan variabel penelitian dan jumlah populasi yang lebih banyak sehingga
akan lebih diperoleh hasil yang lebih baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/acer/Downloads/dlscrib.com-pdf-askep-rematik-pada-
lansiadl_9ba2e7a0b719380c6697c1be9bf3c0c7.pdf

33

Anda mungkin juga menyukai