E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS REUMATOID ARTHRITIS DI RT. 01
SEKEMIRUNG KALER KOTA BANDUNG
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Asuhan Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu:
Nandang Jamiat, S.Kp., M.Kep,Ns.,Sp.Kep.Kom
.
Disusun oleh :
Dewin Sri Rahayu 402019012
Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Ny. E Dengan Diagnosa Medis
Reumatoid Arthritis di Rt. 01 Sekemirung Kaler Kota Bandung yang merupakan
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Gerontik.
Akhir kata saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang
membacanya. Dan kami sangat mengaharapkan kritik dan saran agar dalam
pembuatan makalah kedepannya bisa lebih baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1
nyeri menahun pada sistem muskuloskeletal, kekakuan sendi, serta pembengkakan
jaringan
2
3
sekitar sendi dan tendon. Masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari
juga mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra
diri, serta gangguan tidur (Helmi, 2012).
Penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri sendi pada rheumatoid arthritis yaitu
antara lain dengan latihan gerak, dengan pola latihan gerak sendi dan latihan fisik
seperti berjalan di alam terbuka, bersepeda. Latihan gerak aktif merupakan salah satu
bagian dari terapi non farmakologi. Pamungkas (2010) meneliti tentang pengaruh
latihan gerak kaki (stretching) pada lansia terhadap penurunan nyeri sendi ekstremitas
bawah pada lansia. Hasil sebelum dilakukan intervensi, 50% responden mengalami
nyeri sendi sedang, sedangkan setelah dilakukan intervensi sebanyak 57,14%
mengalami nyeri ringan. Penelitian ini hanya berfokus pada ekstremitas bawah dan
tidak diterapkan untuk semua persendian. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
meneliti tentang pengaruh latihan gerak atif terhadap intensitas nyeri rematik pada
lansia.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal diakibatkan oleh Rheumathoid Artritis langsung dan
komprehensif melalui aspek biopsikososial dan spiritual dengan pendekatan proses
keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis dalam kesempatan ini adalah
penulis mampu :
1. Melakukan pengakajian pada klien dengan Rheumathoid Artritis.
2. Menyusun diagnosa pada klien dengan Rheumathoid Artritis.
3. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Rheumathoid
Artritis.
4
TINJAUAN TEORITIS
6
7
Pannus masuk ketulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler, kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian
kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadinya vaskulitis yang difus (Long, 1996).
2.1.5. Komplikasi
1. Peradangan pada otot jantung
2. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari hari dpresi
3. Stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit (Corwin,2009).
4. Osteoporosis
5. Nekrosis sendi panggul
6. Deformitas sendi
7. Kontraksi jaringan lunak
8. Sindrom sjogren (bilotta, 2011)
2.1.6. Penatalaksanaa Pada penyakit Rematik
1. Terapi Non Farmakologik
a. Terapi Puasa
Suplementasi asam lemak esensial, terapi spa, dan latihan, menunjukan hasil
yang baik. Pemberian suplemen minyak ikan (cod liver oil) bisa digunakan sebagai
sparing agents pada penderita reumatoid atritis. Membrikan edukasi dan pendekatan
multi disiplin dalam perawatan penderita, bisa memberikan perawatan jangka pendek.
9
b. Pendidikan
Meliputi tentang patofisiologi, penyebab, tanda, dan gejala semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen.
c. Istirahat
Pasien membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas
diikuti oleh masa istirahat.
d. Latihan fisik dan termoterapi
Latihan dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi sedikitnya 2 kali sehari.
e. Kompres
Kompres hangat pada daerah sendi dan sakit, dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.
f. Diet seimbang
Karbohidrat, protein, lemak. Makanan yang tidak boleh dimakan seperti
jeroan, kembang kol, bayam, emping, daun singkong, makanan yang boleh dimakan
seperti tempe, tahu, daging sapi, daging ayam, sayur kangkung, buah-buahan, nasi
dan susu.
2. Terapi Farmakologik
Terapi pengobatan adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan, obat-obat yang di pakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan mengubah perjalanan penyakit.
a. OAINS (obat anti inflamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi
nyeri akibat inflamasi. OAINS yang dapat diberikan: Aspirin mulai dosis 3-4
x/hari. Ibuprofen, nafroxen, poriksikam, diklofenak dan sebagainya.
b. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) gunanya untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis
rheumatoid, jenis-jenis yang digunakan adalah:
Klorokuin fosfat 250 mg/hari
Sulfasalazin dalam dosis 1x500 mg/hari
10
6. Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
7. Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan
bentuk badan.
8. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat : mual,
anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti : kacang-kacangan, daun
singkong, jeroan. Menghindari minum kopi.
9. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri. Ketergantungan pada orang lain
10. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari tangan,
pembengkakan sendi simetris.
11. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada
sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
12. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga, kekeringan pada mata dan membran mukosa. Interaksi sosial Kerusakan
interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit
Rheumatoid Arthritis adalah sebagai berikut.
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi.
12
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman, deformitas
skeletal, penurunan kekuatan otot
3. Risiko jatuh b.d kelemahan otot
4. Gangguan pola tidur b.d nyeri, fibrosistis
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan aktivitas
sehari-hari, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas
2.2.3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses Kontrol nyeri (247) Manajemen nyeri
inflamasi akumulasi kriteria hasil: a. Lakukan pengkajian nyeri
cairan, destruksi sendi. a. Mengenali kapan secara komprehensif
nyeri terjadi meliputi : lokasi,
b. Menggambarkan karakteristik, durasi,
faktor penyebab frekuensi, kualitas, dan
c. Menggunakan teknik intensitas
pengurangan (nyeri), b. Berikan informasi
tanpa analgesic mengenai nyeri, seperti
d. Mengenali apa yang penyebab nyeri, berapa
terkait dengan gejala lama nyeri dirasakan.
nyeri c. Kurangi faktorfaktor yang
dapat meningkatkan nyeri
d. Ajarkan teknik
nonfarmakologi (seperti
teknik relaksasi dan
kompres hangat daerah
yang merasa nyeri)
e. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
2. Gangguan mobilitas Pergerakan tidak ada Peningkatan mekanika tubuh
fisik b.d nyeri atau rasa hambatan dengan Kriteria :
tidak nyaman, hasil : a. Kaji komitmen pasien
deformitas skeletal, a. Keseimbangan untuk belajar dan
penurunan kekuatan b. Dapat berjalan menggunakan postur
otot, sulit c. Dapat bergerak tubuh yang benar.
13
V4 (validitas analisis) :
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon.
Rerata pre test 4.88 dan posttest 3.38, nilai
p<0.001
19
V5 (validitas eksterna) :
Pamungkas (2010) meneliti tentang pengaruh
latihan gerak kaki (stretching) pada lansia
terhadap penurunan nyeri sendi ekstremitas
bawah pada lansia. Hasil sebelum dilakukan
intervensi, 50% responden mengalami nyeri
sendi sedang, sedangkan setelah dilakukan
intervensi sebanyak 57,14% mengalami nyeri
ringan. Penelitian ini hanya berfokus pada
ekstremitas bawah dan tidak diterapkan untuk
semua persendian.
Nonpharmacological V1 (Validitas Seleksi) Distraksi dapat mengurangi Jurnal nonfarmakologi terhadap
Management On Reducing Metode dari penelitian ini menggunakan persepsi nyeri dengan menstimulasi penurunan nyeri pada rheumatoid
Rheumatoid Arthritis Pain deskriptif kuantitatif. Jumlah responden pada descending system menghasilkan arthritis berpengaruh untuk
transmisi rangasangan nyeri ke otak penelitian selanjutnya dengan
In The Elderly: Studies In penelitian ini sebanyak 30 lansia.
(Zakiyah A, 2015). ditentukannya kriteria inklusi dan
Social Rehabilitation Menggunakan teknik total sampling. Teknik relaksasi napas dalam eksklusi, teknik pemberian
Services Unit Of Elderly dapat menenangkan pikiran dan intervensi, dan berapa lama durasi
In Garut West Java V2 (Validitas Informasi) : tubuh dan melemaskan otot yang dilakukannya latihan
Pada penelitian ini, instrument yang keseimbangan yang lebih jelas
mengalami nyeri akibat rematoid
Penulis : digunakan adalah lembar kuesioner yang agar mendapatkan hasil yang
atritis tanpa menggunakan obat lebih baik. Sehingga dapat
Neng Husna Saida, terdiri dari data demografi meliputi : penghilang nyeri. (Dyas AP, 2018). diterapkan dan lebih jelas
Setiawan, Iwan nama/inisial, umur, pendidikan, keadaan, usia, Memelihara dan meningkatkan dilakukan oleh peembaca dan
Shalahuddin dan skala nyeri menggunakan NRS (Numeric status fungsional pada lansia bisa bagi peneliti yang akan
Rating Scale) menjadi upaya preventif dan promotif melanjutkan penelitiannya.
Penerbit : dalam bentuk latihan fisik untuk Dengan terapi nonfarmakologi
Jurnal Aisyah : Jurnal V3 (validitas pengontrolan perancu) : mengurangi obat-obatan yang
meningkatkan kebugaran, lansia
Ilmu Kesehatan Volume 4, Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria dikonsumsi.
dengan rematik ditingkatkan
Nomor 2, December 2019 inklusi dan eksklusi, teknik pemberian
20
V5 (validitas eksterna) :
Hasil dari studi lain menyatakan bahwa
yang mendengarkan music mengalami
pengurangan rasa nyeri dibandingkan dengan
yang tidak mendengarkan musik. (R
McCaffrey et al, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan
bahwa latihan dan partisipasi aktivitas fisik
biasa secara umum disarankan lansia dengan
penyakit rematik dan nyeri anggota gerak.
The American College of Rheumatology and
the American Pain Society menyarankan
latihan fisik untuk mngurangi nyeri
21
Responden diberi pre test untuk mengetahui dapat memberikan efek seluruh tubuh
keadaan awal kedua kelompok dan post test di menjadi relaks (Sukmono, 2011).
akhir perlakuan. Menggunakan 0 – 10 skala Kompres hangat sama-sama
intensitas nyeri Bourbonais. Protap Teknik mempunyai pengaruh terhadap
Relaksasi Benson dilakukan 2x sehari dengan penurunan intensitas nyeri, baik nyeri
durasi waktu 10-20 menit selama 2 minggu. yang bersifat akut seperti nyeri
Protap Kompres Hangat yaitu Kompres air gastritis maupun nyeri yang bersifat
hangat pada tempat buli-buli di bagian nyeri, kronis seperti nyeri sendi akibat
Suhu air 43°C - 46°C, Selama 20 – 30 menit. rheumatoid arthritis. Hal tersebut
dikarenakan kompres hangat tersebut
V3 (validitas pengontrolan perancu) : merupakan salah satu teknik
Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria manajemen nyeri non farmakologis
inklusi dan eksklusi. baik akut maupun
V4 (validitas analisis) :
Pada instrumen penelitian ini dilakukan test
validitas pada 30 responden dengan 18
pertanyaan mmenggunakan Skala Guttman.
Hasil dari test validitas dengan nilai terendah
0.403 dan tertinggi 0.817. Nilai r hitung
adalah 0.361 dengan tingkat kesalahan 5%.
Hasil test reliabel menggunakan Cronbach
alpha 0.756. Analisis data menggunakan
analisi univariate untuk menggambarkan
keberhasilan penanangan pada lansia.
V5 (validitas eksterna) :
23
10-20 menit selama 2 minggu. Sedangkan akan merespon terhadap panas yaitu
kompres hangat dilakukan satu kali sehari dengan pelebaran pembuluh darah,
dengan durasi 20-30 menit dalam 2 minggu. menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot,
V3 (validitas pengontrolan perancu) : meningkatkan metabolisme jaringan
Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria dan meningkatkan permeabilitas
inklusi dan eksklusi. kapiler. Respon panas inilah yang
dipergunakan untuk keperluan terapi
V4 (validitas analisis) : pada berbagai kondisi dan keadaan
Uji statistik yang dilakukan untuk mengukur yang terjadi dalam tubuh dalam hal
kemaknaan efektivitas relaksasi benson dan ini dapat dipergunakan untuk
kompres hangat dengan menggunakan uji t- mengurangi nyeri dan kekakuan pada
test independen. Perbedaan rata-rata persendian (Kozier et all, 2010).
kelompok (X1 - X2) = 2,7 – 2,25 dan standar
deviasi untuk keseluruhan Sp 0,3, zα dua arah
dengan tingkat kesalahan 5% yaitu zα =
1,960, zβ dua arah dengan tingkat kesalahn
10% yaitu zβ = 1,645.
V5 (validitas eksterna) :
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian Hamranani (2015) dengan sampel
yang ditemukan 22 responden di dapatkan ρ
value 0,008 dimana ρ ≤ α 0,05, maka H0
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pemberian relaksasi
benson terhadap penurunan nyeri sendi pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Abisoyo
25
Yogyakarta.
Selain relaksasi benson terdapat pula kompres
hangat hangat yang dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian Wurangian (2014) dengan
besar sampel 30 responden dengan hasil ρ
value 0,000 dimana ρ ≤ α 0,05 maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang
signifikan
pemberian kompres hangat terhadap
penurunan skala nyeri sendi pada penderita
gout arthritis di wilayah kerja Puskesmas
Bahu Manado.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Agama : Islam
Nama : Tn. D
4. Aktivitas Rekreasi
Bepergian/wisata :-
Lain-lain : Menonton TV
26
27
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
Keterangan
Keadaan Saat ini
Nama Masih Hidup/
Sehat atau Sakit
Sudah Meninggal
1. Ny. M Sudah meninggal
2. Ny. S Sehat Masih hidup
3. Tn. H Sudah meninggal
b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
Nama :-
Umur :-
Penyebab Kematian :-
1. Nutrisi
2. Eliminasi
a. BAK
b. BAB
3. Personal Higiene
a. Mandi
b. Oral Higiene
c. Cuci Rambut
Frekuensi : 1x/minggu
a. Olahraga : Ya
b. Nonton TV : Ya
29
d. Lain-lain : Tadarusan
(Jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai)
a. Keluhan utama
Nyeri dan ngilu pada kedua lutut kaki (tambahkan PQRST nya)
b. Gejala yang dirasakan
Pergi ke Bidan/perawat
Lain-lain :
palpasi)
b. BB/TB : 38 kg / 140 cm
31
c. Sistem Pernafasan
Pada saat inspeksi klien tidak ada pernapasan cuping hidung, mukosa hidung
lembab, bentuk dada klien simetris tidak ada kelainan bentuk seperti pigeon,
turrel, atau barrel. Pada saat palpasi pengembangan dada kanan dan dada kiri klien
simetris, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus bergetar. Pada saat auskultasi
terdengar vesikuler.
d. Sistem Kardiovaskuler
Pada saat inspeksi konjungtiva klien merah muda, tidak terdapat cyanosis
didaerah hidung dan mulut dan tidak ada pulsasi didaerah batas jantung. Irama
nadi yang regular dan amplitude yang lemah, tidak ada peningkatan JVP. Pada
saat auskultasi bunyi jantung klien tidak terdapat S3, S4, murmur. Akral hangat,
CRT < 2 detik dan tidak terdapat clubbing finger.
e. Sistem Pencernaan
Pada saat diinspeksi keadaan sklera tidak ikterik, bibir klien kering, mukosa
mulut lembab, lidah klien merah muda, kebersihan gigi klien bersih, tidak terdapat
pembengkakan pada tonsil, tidak ada peradangan pada faring. Klien tidak terdapat
keluhan nyeri menelan. Pada saat diauskultasi bising usus 8x/menit. Tidak
terdapat nyeri tekan pada empat kuadran abdomen.
f. Sistem Integumen
Pada saat diinspeksi distribusi rambut merata, warna rambut beruban,
rambutnya bersih, kulit klien tampak keriput, warna kulit merata, tidak ada lesi,
sianosis ataupun edema dan tidak memar ataupun petekie. Turgor kulit elastis < 2
detik.
g. Sistem Perkemihan
Palpasi dalam pada daerah pinggang tidak terdapat nyeri tekan, ginjal tidak teraba,
dan tidak ada nyeri pada costovetebra angel pada saat perkusi
h. Sistem Indera
1) Penglihatan
Bentuk mata simetris. Klien tidak bisa melihat jarak jauh dan pandangan
terlihat buram. Klien memiliki diagnosa katarak pada mata sebelah kanan.
Pergerakkan bola mata klien dapat bergerak kesegala arah, lapang pandang klien
masih maksimum, saat dirangsang dengan cahaya pupil berkontriksi dengan baik,
refleks mengedip klien masih baik.
32
2) Pendengaran
Fungsi pendengaran klien kurang terdengar pada telinga sebelahkiri. Telinga
klien simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada lesi, dan kebersihan telinga
klien kurang bersih.
3) Penciuman
Bentuk hidung klien simetris, tidak ada deformitas, passage udara pada kedua
lubang hidung kuat, tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis dan maksilaris.
Fungsi penciuman masih berfungsi dengan baik klien mampu membedakan bau
bauan seperti bau kayu putih dan kopi.
4) Pengecapan
Bentuk lidah klien simetris. Dan fungsi pengecapan klien masih berfungsi
dengan baik, klien mampu mengenal rasa asin, asam, pahit, dan manis.
i. Sistem persyarafan
1) Kesadaran dan orientasi
Kesadaran klien Compos Mentis
2) Nilai GCS
Nilai GCS klien E = 4, M = 6, V = 5.
3) Memori
Kemampuan klien dalam mengingat masih berfungsi dengan baik.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe.
k. Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas Atas
Bentuk tangan klien simetris tidak ada lesi, tidak deformitas, tidak ada
kontraktur dan fraktur, kemampuan bergerak klien baik dengan ROM dapat
bergerak kesegala arah, kekuatan otot 5, 5.
2) Ekstremitas Bawah.
Bentuk kaki klien simetris tidak ada lesi, terdapat skoliosis, tidak ada
kontraktur dan fraktur, kemampuan bergerak klien baik dengan ROM dapat
bergerak kesegala arah, kekuatan otot 5, 5.
4. Pengkajian spiritual
a. Apakah teratur beribadah : Ya
b. Apakah tertatur mengikuti kegiatan keagamaan : Ya, pengajian
33
2. Mata berair √
B. Fungsi Pendengaran 3
√
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga Berdenging √
7. Sesak napas √
8. Berdahak/sputum √
D. Fungsi Jantung 1
√
9. Jantung berdebar-debar
E. Fungsi pencernaan 0
√
12. Mual/muntah
G. Fungsi Persyarafan √
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki /tangan
21. Gemetar/tremor √
JUMLAH 3 12 4 19
Analisis Hasil
Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis
ringan
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor > 51 : masalah kesehatan kronis berat
2. FUNGSI KOGNITIF
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien
JUMLAH BENAR 10
36
Analisis Hasil :
Analisis hasil :
Point : 13 - 17 : mandiri
Point : 0 - 12 : ketergantungan
4. STATUS PSIKOLOGIS (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)
23 Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Tidak
27 Menikmati tidur? Ya
Analisa hasil :
Terganggu nilai 1
Normal nilai 0
Nilai : 6 - 15 : Depresi ringan sampai sedang
Nilai : 16 - 30 : Depresi berat
Nilai : 0 - 5 : Normal
Nilai
Aspek 4 3 2 1
Pasien
Interpretasi :
0 sampai 4 = resiko rendah
5 sampai 10 = resiko sedang
11 sampai 24 = resiko tinggi
*Obat-obatan : yang dimaksud : antidiabetik, antihipertensi, katartik, diuretik,
narkotik, sedativ, antikonvulsan, hipnotik, benzodiazepin
Diadaptasi dari Abington Memorial Hospital of Hospital tahun 2003
6. THERAPI
a. Obat antihipertensi 1x1 PO
b. Obat maag 3 x 1 PO
40
41
ANALISA KASUS
a. ANALISA DATA
Nyeri Akut
DO : Reaksi peradangan
- Kekuatan otot ekstremitas atas bawah (5 :
Dewin SR
normal)
Kekakuan sendi
- Pandangan mata klien kabur dan kurang
jelas saat membaca tulisan
Resiko Jatuh
- Klien mempunyai bentuk badan scoliosis
42
Dewin SR
Dewin SR
43
1. Nyeri akut Setelah dilakukan1. Kaji nyeri, catat lokasi 1. Membantu dalam
tindakan dan intensitas (skala 0- menentukan kebutuhan
keperawatan selama 10). manajemen nyeri.
3x24 jam diharapkan 2. Meningkatkan relaksasi
nyeri akut dapat 2. Dorong penggunaan dan rasa nyaman.
berkurang dengan teknik manajemen 3. Rasa dingin dapat
Kriteria hasil : stres, misalnya menghilangkan nyeri
1. Menunjukkan relaksasi progresif dan dan bengkak. Dan
nyeri hilang/ pengendalian napas. hangat untuk
terkontrol. 3. Berikan kompres mevasodilatasi
2. Terlihat rileks, dingin/hangat jika pembuluh darah untuk
dapat dibutuhkan menghilangkan nyeri.
tidur/beristirahat
4. Edukasi tentang
dan penyakit 4. Agar pasien mengetahui
berpartisipasi segala penyebab dan
dalam aktivitas akibat dari penyakit
sesuai tersebut dan mampu
kemampuan. untuk menjaga dan
mencegah penyakit itu
5. Tingkatkan aktivitas/ muncul kembali
latihan tergantung dari 5. Untuk mecegah
perkembangan inflamasi sistemik akut.
/resolusi dari proses Dan mengurangi
inflamasi: intensitas nyeri
a. Latihan Rentang
Gerak Sendi (ROM)
6. Observasi TTV
6. Mengetahui keadaan
umum klien
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat jatuh 1. Mengetahui apa
Jatuh tindakan bersama pasien dan penyebab yang dapat
keperawatan selama keluarga menyebabkan pasien
44
3.5. Evaluasi
TTD &
TGL DAN NO.
NO EVALUASI NAMA
WAKTU DIAGNOSA
TERANG
1. 23/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki Dewin SR
O : Skala 3 (0-10). TD : 164/83 mmHg, HR : 82
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C
A : Masalah belum teratasi
II P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut No.
1, 2, 3, 4, 5 dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
O : Skala 3 (0-10). TD : 164/83 mmHg, HR : 82
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas
A : Masalah belum teratasi
49
PEMBAHASAN
55
56
6 bulan. Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh nyeri pada kedua kaki dan
dirasakan hilang timbul. Dengan batasan karakteristik yang menunjang yaitu
diantaranya perubahan tekanan darah, perilaku distraksi (pasien selalu jalan-jalan
pagi), melaporkan nyeri secara verbal, dan adanya agen cedera yaitu inflamasi
pada persendian (PPNI, 2016).
Diagnosa ke dua yang diangkat adalah resiko jatuh. Dimana pasien
memiliki beberapa data yang menunjang dengan resiko jatuh yang bisa saja
terjadi. Resiko jatuh yaitu peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat
menyebabkan bahaya fisik. Dengan batasan karakteristik yang menunjang yaitu
usia pasien lebih dari 65 tahun, riwayat jatuh, tinggal sendiri, mengkonsumsi obat
antihipertensi, mengalami penyakit rematik, kesulitan melihat karena pasien
mengalami katarak pada mata sebelah kanan (PPNI, 2016).
teori secara mandiri sesuai dengan penyakit yang diderita klien dan kondisi klien
saat ini.
Dalam setiap pelaksanaan tindakan keperawatan penulis menemukan
sedikit hambatan yaitu menentukan jadwal karena pasien melakukan kegiatannya
dipagi hari serta tidak bisa melakukan pengecekan asam urat dikarenakan
keterbatasan alat dan kondisi dimasa pandemi ini. Dan yang mendukung adalah
pasien sangat kooperatif saat pengkajian dan melakukan intervensi yang
direncanakan.
4.5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah diberikan. Tahap ini merupakan pembandingan antara
kriteria hasil yang diharapkan dengan kondisi klinis yang ditampilkan oleh klien.
Kegiatan evaluasi meliputi evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil atau
sumatif.
Hasil dari perkembangan klien selama dilakukan asuhan keperawatan,
yang dilaksanakan selama sepuluh hari dimulai sejak tanggal 23 Juni s/d 2 Juli
2020 yaitu : Dari kedua diagnosa yang terdapat pada Ny. E, semua masalah masih
teratasi sebagian. Karena nyeri pada rematik itu bersifat persisten yaitu rasa nyeri
yang hilang timbul. Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena
memerlukan energi fisik dan emosional yang ekstra untuk mengatasi nyeri
tersebut. Dan untuk diagnosa resiko jatuh pasien juga mempunyai hal nyeri pada
sendi dan mengalami katarak pada bagian mata sebelah kanan yang masih
menunggu jadwal operasi karena klien melakukan operasi dengan bertahap
memulai dari mata yang sebelah kiri terlebih dahulu serta klien juga sudah
memasuki usia yang rentan mengalami resiko jatuh yaitu di usia 78 tahun.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan
diagnosa medis Rheumathoid Artritis pada tahap pengkajian pasien ditemukan
mengalami tanda dan gejala rematik yaitu nyeri pada persendian dan terasa ngilu
serta kebas. Pada tahap diagnosa ditemukan diagnosa keperawatan sebanyak 2
diagnosa yaitu nyeri akut dan resiko jatuh. Pada tahap intervensi direncanakan untuk
penanggulangan rasa nyeri agar nyeri berkurang dan menurunkan resiko jatuh pada
pasien. Pada tahap implementasi pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan dan terdapat hambatan serta pendukung pengerjaan intervensi itu
sendiri. Pada tahap evaluasi kedua diagnosa yaitu nyeri akut dan resiko jatuh masih
teratasi sebagian.
5.2. Saran
Bagi masyarakat khususnya lansia melakukan ROM, kompres jahe hangat,
dan melakukan relaksasi benson secara mandiri dapat mengurangi intensits nyeri saat
terjadi kekambuhan pada penyakit rematik.
Petugas puskesmas diharapkan mampu melakukan kunjungan rutin secara
terjadwal untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan meningkatkan strategi
dengan menambah SDM perawat komunitas sebagai upaya untuk menemukan pasien
rematik dan melakukan pengobatan secara tepat.
Sebagai calon tenaga perawat profesional, hendaknya mahasiswa keperawatan
dapat mempergunakan wadah tempat mereka menimba ilmu dengan semaksimal
mungkin. Wujud kepedulian masyarakat ini dapat berupa usaha-usaha
yang diharapkan pula masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai
solusi dalam pemeliharaan kesehatannya.
60
DAFTAR PUSTAKA
Antoni, A., & Lubis, N. (2018). Pengaruh Latihan Gerak Aktif Terhadap Intensitas
Nyeri Rematik Pada Lansia. JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA,
18-21.
Brunner & Suddarth, (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC.
Dara, I., Ropei, O., & Suharjiman. (2018). EFEKTIFITAS RELAKSASI BENSON
DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI ARTHRITIS
RHEUMATOID PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL
TRESNA WERDHA KARAWANG. PINLITAMAS 1, 226-237.
Herdman, T. Heateher. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & Nanda NIC NOC.Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Kemenkes, RI. 2017. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. (http://www.Depkes. Go.id,
diakses pada tanggal 2 Juli 2020 pukul 12.27)
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2012). Fundamental of Nursing:
Concept, Process, and Practice. Editor Edisi Bahasa Indonesia: Widiarti, W.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7.
Vol. 1. Jakarta: EGC.
PPNI, D. &. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan
indikator diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
Sidik, A. B. (2018). PENGALAMAN LANSIA DALAM MENGATASI NYERI
ARTHRITIS RHEUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
SUMATERA SELATAN TAHUN 2017. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 153-163.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Syapitri, H. (2018). KOMPRES JAHE BERKHASIAT DALAM MENURUNKAN
INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA RHEUMATHOID ARTHRITIS.
Jurnal Mutiara Ners, 57-64.
61
World Health Organization (WHO). 2018. Chronic Rheumatic Condition. Diakses
dari https://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/
62
LAMPIRAN
63
64
65
66
67
68
LATIHAN RENTANG GERAK SENDI
1. LEHER
Arahkan kepala kekiri dan ke kanan secara bergantian selama
10 kali hitungan
69
3. JARI-JARI DAN TELAPAK TANGAN
Tekuk jari – jari kebawah, luruskan jari – jari kaki ke belakang
dan kembalikan ke posisi semula.
70
4. PERGELANGAN KAKI DAN TELAPAK KAKI
Gerakan kaki ke arah punggung kaki,
Gerakan jari jari kaki ke atas dan ke bawah
71
72
73
74
75