Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS REUMATOID ARTHRITIS DI RT. 01
SEKEMIRUNG KALER KOTA BANDUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Asuhan Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu:
Nandang Jamiat, S.Kp., M.Kep,Ns.,Sp.Kep.Kom
.

Disusun oleh :
Dewin Sri Rahayu 402019012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Ny. E Dengan Diagnosa Medis
Reumatoid Arthritis di Rt. 01 Sekemirung Kaler Kota Bandung yang merupakan
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Gerontik.

Dalam penulisan laporan ini kami menyadari walaupun sudah berusaha


semaksimal mungkin tapi masih terdapat kesalahan dan kekurangan karena dengan
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki kami.

Akhir kata saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang
membacanya. Dan kami sangat mengaharapkan kritik dan saran agar dalam
pembuatan makalah kedepannya bisa lebih baik.

Bandung, Juli 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
1.3. Metode dan Sistematika Penulisan ................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ............................................................................... 6
2.1. Konsep Penyakit ............................................................................................. 6
2.2. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Rheumatoid Arthritis ................. 10
2.3. Analisis Jurnal .............................................................................................. 15
BAB III. TINJAUAN KASUS .................................................................................. 26
3.1. Pengkajian Keperawatan .............................................................................. 26
3.2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 42
3.3. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 43
3.4. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 44
3.5. Evaluasi ........................................................................................................ 48
BAB IV. PEMBAHASAN ......................................................................................... 54
4.1. Tahap Pengkajian ........................................................................................ 54
4.2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 56
4.3. Intervensi Keperawatan ............................................................................... 57
4.4. Implementasi ............................................................................................... 58
4.5. Evaluasi ....................................................................................................... 59
BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 60
5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 60
5.2. Saran ............................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 61
LAMPIRAN ............................................................................................................... 63
ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri,
kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi.
Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan
dan kaki cenderung paling sering terlibat. Penyakit rheumatoid arthritis biasanya
terjadi kekakuan sendi pada pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam
atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan sendi pada pagi hari dengan waktu yang lama
merupakan salah satu petunjuk bahwa seseorang memiliki riwayat rheumatoid
arthritis, karena tidak semua penyakit arthritis mempunyai tanda dan gejala yang
sama. Misalnya, penyakit osteoarthritis tidak menyebabkan kekakuan sendi pada
pagi hari yang berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012).
Prevalensi rheumatoid arthritis sekitar 0,3-1% pada wanita di dunia dan terjadi
di Negara berkembang. Prevalensi meningkat dengan dengan bertambahnya usia,
hamper 5% pada wanita dengan usia diatas 55 tahun (WHO, 2018). angka kejadian
penyakit rheumatoid arthritis ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 % dari total populasi di
Indonesia. Prevalensi penyakit artritis rheumatoid berdasarkan diagnosis tertinggi di
Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1%. Dan dibandung jumlah lansia
yang mengalami rheumathoid artritis sebanyak 7,2% (Riskesdas, 2013).
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien.
Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan
kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi
secara menetap. Penyakit rematik merupakan suatu istilah terhadap sekelompok
penyakit (gabungan untuk lebih dari satu penyakit) dengan manifestasi klinis berupa

1
nyeri menahun pada sistem muskuloskeletal, kekakuan sendi, serta pembengkakan
jaringan

2
3

sekitar sendi dan tendon. Masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari
juga mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra
diri, serta gangguan tidur (Helmi, 2012).
Penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri sendi pada rheumatoid arthritis yaitu
antara lain dengan latihan gerak, dengan pola latihan gerak sendi dan latihan fisik
seperti berjalan di alam terbuka, bersepeda. Latihan gerak aktif merupakan salah satu
bagian dari terapi non farmakologi. Pamungkas (2010) meneliti tentang pengaruh
latihan gerak kaki (stretching) pada lansia terhadap penurunan nyeri sendi ekstremitas
bawah pada lansia. Hasil sebelum dilakukan intervensi, 50% responden mengalami
nyeri sendi sedang, sedangkan setelah dilakukan intervensi sebanyak 57,14%
mengalami nyeri ringan. Penelitian ini hanya berfokus pada ekstremitas bawah dan
tidak diterapkan untuk semua persendian. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
meneliti tentang pengaruh latihan gerak atif terhadap intensitas nyeri rematik pada
lansia.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal diakibatkan oleh Rheumathoid Artritis langsung dan
komprehensif melalui aspek biopsikososial dan spiritual dengan pendekatan proses
keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis dalam kesempatan ini adalah
penulis mampu :
1. Melakukan pengakajian pada klien dengan Rheumathoid Artritis.
2. Menyusun diagnosa pada klien dengan Rheumathoid Artritis.
3. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Rheumathoid
Artritis.
4

4. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada


klien dengan Rheumathoid Artritis.
5. Mengeimplementasikan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
klien dengan Rheumathoid Artritis.
6. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
dengan Rheumathoid Artritis.
1.3. Metode dan Sistematika Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan ini adalah analisis
deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui proses keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
Adapun teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah :
1.3.1 Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan langsung tentang informasi yang
diperlukan pada klien dan keluarga serta tenaga kesehatan.
1.3.2. Studi Dokumentasi
Pengumpulan dengan melihat dari laporan status klien untuk dijadikan salah
satu dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
1.3.3. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik guna menemukan masalah kesehatan dan
keperawatan yang klien alami meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Sistematika penulisan pada penyusunan laporan ini adalah :
BAB I. Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan
Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II. Tinjauan Teoritis yang terdiri dari Konsep Penyakit, Asuhan
Keprawatan Pada Pasien Rheumatoid Artritis dan Analisis Jurnal.
BAB III. Tinjauan Kasus yaitu Asuhan Keperawatan Ny. E Dengan Diagnosa
Medis Reumatoid Arthritis di Rt. 01 Sekemirung Kaler Kota Bandung terdiri dari
Pengkajian Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
5

BAB IV. Pembahasan dari kasus Asuhan Keperawatan Ny. E Dengan


Diagnosa Medis Reumatoid Arthritis di Rt. 01 Sekemirung Kaler Kota Bandung.
BAB V. Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran dari kasus Asuhan
Keperawatan Ny. E Dengan Diagnosa Medis Reumatoid Arthritis di Rt. 01
Sekemirung Kaler Kota Bandung.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Penyakit


2.1.1. Definisi
Reumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun menyebabkan
inflamasi kronik yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang
mengenai jaringan persendian ataupun organ tubuh lainnya (Daud, 2004). Penyakit
autoimun yang terjadi jika sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Reumatoid
arthritis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun yang terjadi
di jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi
sehingga kolagen terpecah dan terjadi edema. Poliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang (Brunner & Suddarth, 2001).
2.1.2. Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid atritis, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
5. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan
Pada saat ini, rheumatoid atritis diduga oleh faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor injeksi mungkin disebabkan
oleh virus dan organisme mikroplasma atau grup diftrioid yang menghasilkan antigen
kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.

6
7

2.1.3. Tanda dan Gejala


Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.
Otot dan kekakuan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga
manifestasi klinis reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan
gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rumatoid arthritis
adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long,
1996).
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon.
3. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan secara menetap.
2.1.4. Patofisiologi
Pada reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzi-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecahkan kolagen sehingga terjadi edema,
poliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan permukaan sendi yang akan menganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskuler, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
8

Pannus masuk ketulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler, kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian
kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadinya vaskulitis yang difus (Long, 1996).
2.1.5. Komplikasi
1. Peradangan pada otot jantung
2. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari hari dpresi
3. Stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit (Corwin,2009).
4. Osteoporosis
5. Nekrosis sendi panggul
6. Deformitas sendi
7. Kontraksi jaringan lunak
8. Sindrom sjogren (bilotta, 2011)
2.1.6. Penatalaksanaa Pada penyakit Rematik
1. Terapi Non Farmakologik
a. Terapi Puasa
Suplementasi asam lemak esensial, terapi spa, dan latihan, menunjukan hasil
yang baik. Pemberian suplemen minyak ikan (cod liver oil) bisa digunakan sebagai
sparing agents pada penderita reumatoid atritis. Membrikan edukasi dan pendekatan
multi disiplin dalam perawatan penderita, bisa memberikan perawatan jangka pendek.
9

b. Pendidikan
Meliputi tentang patofisiologi, penyebab, tanda, dan gejala semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen.
c. Istirahat
Pasien membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas
diikuti oleh masa istirahat.
d. Latihan fisik dan termoterapi
Latihan dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi sedikitnya 2 kali sehari.
e. Kompres
Kompres hangat pada daerah sendi dan sakit, dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.
f. Diet seimbang
Karbohidrat, protein, lemak. Makanan yang tidak boleh dimakan seperti
jeroan, kembang kol, bayam, emping, daun singkong, makanan yang boleh dimakan
seperti tempe, tahu, daging sapi, daging ayam, sayur kangkung, buah-buahan, nasi
dan susu.
2. Terapi Farmakologik
Terapi pengobatan adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan, obat-obat yang di pakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan mengubah perjalanan penyakit.
a. OAINS (obat anti inflamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi
nyeri akibat inflamasi. OAINS yang dapat diberikan: Aspirin mulai dosis 3-4
x/hari. Ibuprofen, nafroxen, poriksikam, diklofenak dan sebagainya.
b. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) gunanya untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis
rheumatoid, jenis-jenis yang digunakan adalah:
Klorokuin fosfat 250 mg/hari
Sulfasalazin dalam dosis 1x500 mg/hari
10

D-oenisilamin dosisnya 250-300 mg/hari


c. Glukokortikoid
Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednison kurang dari 10mg perhari
cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan sendi.
(ACRSRA, Ilmu Penyakit Dalam jilid 3, hal : 3142).
2.2. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Rheumatoid Arthritis
2.2.1. Pengkajian
Menurut (Istianah, 2017) Pengkajian dapat dijabarkan seperti berikut :
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
2. Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan atau
kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan merasakan
adanya perubahan sendi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan,
pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).
b. Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi
keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
c. Ukur kekuatan otot
d. Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
4. Riwayat psikososial
a. Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami
deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
5. Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan
pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
11

6. Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
7. Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan
bentuk badan.
8. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat : mual,
anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti : kacang-kacangan, daun
singkong, jeroan. Menghindari minum kopi.
9. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri. Ketergantungan pada orang lain
10. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari tangan,
pembengkakan sendi simetris.
11. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada
sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
12. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga, kekeringan pada mata dan membran mukosa. Interaksi sosial Kerusakan
interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit
Rheumatoid Arthritis adalah sebagai berikut.
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi.
12

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman, deformitas
skeletal, penurunan kekuatan otot
3. Risiko jatuh b.d kelemahan otot
4. Gangguan pola tidur b.d nyeri, fibrosistis
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan aktivitas
sehari-hari, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas
2.2.3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses Kontrol nyeri (247) Manajemen nyeri
inflamasi akumulasi kriteria hasil: a. Lakukan pengkajian nyeri
cairan, destruksi sendi. a. Mengenali kapan secara komprehensif
nyeri terjadi meliputi : lokasi,
b. Menggambarkan karakteristik, durasi,
faktor penyebab frekuensi, kualitas, dan
c. Menggunakan teknik intensitas
pengurangan (nyeri), b. Berikan informasi
tanpa analgesic mengenai nyeri, seperti
d. Mengenali apa yang penyebab nyeri, berapa
terkait dengan gejala lama nyeri dirasakan.
nyeri c. Kurangi faktorfaktor yang
dapat meningkatkan nyeri
d. Ajarkan teknik
nonfarmakologi (seperti
teknik relaksasi dan
kompres hangat daerah
yang merasa nyeri)
e. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
2. Gangguan mobilitas Pergerakan tidak ada Peningkatan mekanika tubuh
fisik b.d nyeri atau rasa hambatan dengan Kriteria :
tidak nyaman, hasil : a. Kaji komitmen pasien
deformitas skeletal, a. Keseimbangan untuk belajar dan
penurunan kekuatan b. Dapat berjalan menggunakan postur
otot, sulit c. Dapat bergerak tubuh yang benar.
13

menggerakkan dengan mudah b. Instruksikan untuk


ekstremitas, kekuatan d. Cara berjalan menghindari tidur dengan
otot menurun, rentang e. Gerakan sendi posisi telungkup
gerak menurun, c. Bantu untuk menghindari
gerakan terbatas. duduk dalam posisi yang
sama dalamjangka waktu
yang lama.
d. Intruksikan pasien untuk
menggerakkan kaki
terlebih dahulu kemudian
badan ketika memulai
berjalan dari posisi berdiri
e. Bantu pasien melakukan
latihan fleksi untuk
memfasilitasi mobilisasi
punggung
3. Risiko jatuh b.d Kejadian jatuh tidak Pencegahan jatuh
kelemahan otot terjadi dengan Kriteria a. Identifikasi perilaku dan
hasil : faktor yang
a. Tidak jatuh saat mempengaruhi risiko
berjalan jatuh
b. Tidak jatuh saat b. Kaji riwayat jatuh
berdiri bersama pasien dan
c. Tidak jatuh saat keluarga
duduk dan berpindah c. Sediakan pencahayaan
d. Keselamatan fisik yang cukup dalam rangka
klien terjaga meningkatkan pandangan
d. Sarankan menggunakan
alas kaki yang aman
e. Anjurkan modifikasi
rumah untuk
meningkatkan keamanan.
4. Gangguan pola tidur Tidur berkualitas dengan Peningkatan tidur
b.d nyeri, sulit tidur, Kriteria hasil : a. Tentukan pola tidur/
merasa a. Jam tidur normal akivitas pasien
tidak puas tidur, b. Kualitas tidur b. Monitor/catat pola tidur
istirahat tidak cukup. c. Perasaan segar setelah pasien dan jumlah jam
tidur tidur
d. Tidak kesulitan c. Sesuaikan lingkungan
memulai tidur (misalnya
14

e. Buang air kecil di kebisingan,cahaya, suhu).


malam hari d. Anjurkan pasien untuk
menghindari makanan
sebelum tidur dan
minuman yang
mengganggu tidur
e. Ajarkan pasien
bagaimana melakukan
relaksasi otot atau bentuk
non farmakologi untuk
memancing tidur.
5. Gangguan citra tubuh Citra tubuh tidak ada Peningkatan citra tubuh
b.d perubahan gangguan dengan Kriteria a. Dorong pasien
kemampuan hasil: mengungkapkan harapan
melaksanakan aktivitas a. Kepuasaan dengan citra diri.
sehari-hari, fungsi tubuh b. Tentukan perubahan fisik
peningkatan b. Penyesuaian terhadap saat ini apakah
penggunaan energy perubahan tampilan berkontribusi pada citra
atau fisik diri pasien
ketidakseimbangan c. Penyesuaian terhadap c. Identifikasi dampak dari
mobilitas perubahan fungsi budaya, agama,ras,jenis
mengungkapkan tubuh kelamin pasien terkait
perasaan negative d. Kepuasaan dengan citra diri
tentang perubahan penampilan tubuh d. Bantu pasien
tubuh, mengungkapkan mendiskusikan perubahan
kecacatan. perubahan bagian tubuh
disebabkan adanya
penyakit atau
pembedahan, dengan cara
yang tepat
15

2.3. Analisis Jurnal


2.3.1 Rumusan Masalah

P (Patient/Problem) : Mengurangi nyeri pada pasien rematik


: Pengaruh ROM aktif dan relaksasi bonson serta kompres
I (Intervention) hangat terhadap penurunan intesitas nyeri pada pasien
rematik.
: Lebih efektif mana ROM aktif dan relaksasi bonson serta
C (Comparisson) kompres hangat terhadap penurunan intesitas nyeri pada
pasien rematik.
: Hasil yang diharapkan yaitu dapat menurunkan intensitas
O (Outcome)
nyeri pada penderita rematik

2.3.2 Metode/Strategi Penelusuran Bukti


Metode penelusuran jurnal ini berasal dari google scholar yang diakses pada
tanggal 23-24 Juni 2020. Penulis mencari intervensi, rematik, nyeri, ROM,
nonfarmakologi, relaksasi bonson, dan kompres hangat dan terdapat 120 jurnal.
Kemudian di kriteria nya diambil dari tahun 2015 -2020.
Nama Sumber Strategi
tempat pencarian (Kata Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
pencarian Kunci)
kata intervensi, tahun 2015 –
rematik, nyeri, 2020, eksperimen
ROM, intervensi,
rematik, nyeri, Berbayar,
Google Scholars ROM, Eksperimen pada
nonfarmakologi, hewan
relaksasi bonson,
dan kompres
hangat
16

3 Strategi Penelusuran Bukti


Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4)
Judul Pengaruh Latihan Gerak Nonpharmacological Perbedaan Efektifitas Efektifitas Relaksasi Benson
Aktif Terhadap Intensitas Management On Reducing Relaksasi Benson Dan Dan Kompres Hangat
Nyeri Rematik Pada Lansia Rheumatoid Arthritis Pain In Kompres Hangat Dalam Terhadap Nyeri Arthritis
The Elderly: Studies In Social Menurunkan Nyeri Sendi Rheumatoid Pada Lansia Di
Rehabilitation Services Unit Of Lanjut Usia Rumah Perlindungan Sosial
Elderly In Garut West Java Tresna Werdha Karawang
Nama Penulis Adi Antoni, Nurhabibah Neng Husna Saida, Setiawan, Agus Hariyanto, Lilik Oop Ropei, Suharjiman, Ismi
Lubis Iwan Shalahuddin Ma’rifatul Azizah Dara
Tahun 2018 2019 2016 2018
Keyword Active range of motion Non-Pharmacological Benson relaxation, Warm Arthritis rheumatoid, relaksasi
exercises, rheumatic pain, Treatment, Pain, Rheumatoid compress, joint pain intensity, benson, kompres hangat
elderly Arthritis, elderly elderly
Kriteria Inklusi Lansia RA dengan intensitas Tidak dijelaskan adanya kriteria Tidak dijelaskan adanya Tidak dijelaskan adanya
nyeri ringan sampai sedang. inklusi kriteria inklusi kriteria inklusi
Kriteria Tidak dijelaskan adanya Tidak dijelaskan adanya kriteria Tidak dijelaskan adanya Tidak dijelaskan adanya
Eksklusi kriteria eksklusi eksklusi kriteria eksklusi kriteria eksklusi
Jumlah 16 responden 30 responden 19 responden 30 responden
Responden
Metodelogi Desain penelitian kuantitatif Descriptive quantitative Quasi Experiment, dengan Penelitian ini menggunakan
kuasi eksperimen dengan rancangan yang dipakai adalah jenis penelitian Quasi
rancangan one group pre-test pre test post test control group Experiment dengan desain pre
and posttest only design design. test post test designs
Alat Ukur Numeric Rating Scale (NRS) Kuesioner dan NRS (Numeric Tidak dijelaskan Instrumen yang digunakan
Rating Scale) yaitu lembar observasi standar
operasional prosedur untuk
17

perlakuan kepada klien dan


alat ukur Numerical Rating
Scale yang dikembangkan oleh
McCaffery
Lama Tidak dijelaskan lama Tidak dijelaskan lama Protap Teknik Relaksasi Relaksasi benson dilakukan 2
pemberian pemberian intervensinya pemberian intervensinya Benson dilakukan 2x sehari hari sekali dengan durasi
intervensi dengan durasi waktu 10-20 waktu 10-20 menit selama 2
menit selama 2 minggu. minggu. Sedangkan kompres
Protap Kompres Hangat yaitu hangat dilakukan satu kali
Kompres air hangat pada sehari dengan durasi 20-30
tempat buli-buli di bagian menit dalam 2 minggu.
nyeri, Suhu air 43°C - 46°C,
Selama 20 – 30 menit.
Hasil Latihan gerak aktif dapat Perlakuan terhadap skala nyeri, Tidak ada perbedaan antara Tidak terdapat perbedaan
menurunkan intensitas nyeri lansia dengan skala nyeri ringan pengaruh pemberian teknik penurunan nyeri arthritis
pada lansia, dimana terjadi 1-4 dapat mengurangi rasa sakit relaksasi Benson dengan rheumatoid antara relaksasi
penurunan itensitas nyeri benson dan kompres hangat
dengan Distraksi dan Aktivitas pemberian kompres hangat
dengan rerata pre test 4.88 dengan nilai statistik p value =
dan posttest 3.38, nilai Fisik sebanyak (11,1%). Lansia terhadap perubahan intensitas 0,765 (p>α=0,05) dan nilai
p<0.001. dengan skala nyeri sedang 5-6 nyeri sendi pada lansia dengan Thitung 0,303 (Thitung ≤
lebih banyak menggunakan p (0,176) > α (0,05). Ttabel =
pemijatan dan kompres untuk 2,074).
mengurangi rasa sakit (66,7%),
dan lansia dengan nyeri berat 7-
10 lebih banyak menggunakan
distraksi (55,6%)
Level of evidence II b II a II b II b
18

4 Hasil Penelusuran Bukti


Jurnal V (Validity) I (Important) A (Applicability)
Pengaruh Latihan Gerak V1 (Validitas Seleksi) Pemberian latihan rentang gerak Jurnal pengaruh latihan gerak
Aktif Terhadap Intensitas Desain penelitian kuantitatif yang digunakan dapat menyebabkan rileks sehingga aktif terhadap intensitas nyeri
Nyeri Rematik Pada dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen akan mengaktifkan sistem limbik rematik pada lansia sangat
Lansia dengan rancangan one group pre-test and dalam tubuh bertujuan untuk berpengaruh terhadap penilitian
posttest only design. Metode pengambilan memproduksi hormone endorfrin. selanjutnya. Dengan
Penulis : sampel yang digunakan dengan cara Selanjutnya hormon endorfrin ditentukannya kriteria eksklusi,
Adi Antoni, Nurhabibah purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak dilepaskan untuk memblok transmisi teknik pemberian intervensi, dan
Lubis 16 responden. Kriteria inklusinya adalah stimulus nyeri. Stimulus kutaneus berapa lama durasi dilakukannya
lansia RA dengan intensitas nyeri ringan seperti latihan rentang gerak latihan rentang gerak serta apa
Penerbit : sampai sedang. mengaktifkan transmisi serabut A- saja gerakan yang harus
Jurnal Kesehatan Ilmiah beta yang lebih besar dan lebih cepat, dilakukan agar lebih jelas dan
Indonesia (Indonesian V2 (Validitas Informasi) : implus ini akan menghambat implus mendapatkan hasil yang lebih
Health Scientific Journal) Pengumpulan data menggunakan instrument dari serabut berdiameter kecil baik, sehingga dapat di
2018 berupa Numeric Rating Scale (NRS). sehingga sensasi atau nyeri yang aplikasikan dengan benar oleh
dibawa oleh serabut kecil akan pembaca.
V3 (validitas pengontrolan perancu) : berkurang atau bahkan tidak
Pada penelitian ini tidak ada kriteria eksklusi, dihantarkan ke otak (Potter, Perry &
tidak dijelaskan mengenai teknik pemberian Stockert, 2013).
intervensi, dan berapa lama durasi
dilakukannya pemberian intervensi

V4 (validitas analisis) :
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon.
Rerata pre test 4.88 dan posttest 3.38, nilai
p<0.001
19

V5 (validitas eksterna) :
Pamungkas (2010) meneliti tentang pengaruh
latihan gerak kaki (stretching) pada lansia
terhadap penurunan nyeri sendi ekstremitas
bawah pada lansia. Hasil sebelum dilakukan
intervensi, 50% responden mengalami nyeri
sendi sedang, sedangkan setelah dilakukan
intervensi sebanyak 57,14% mengalami nyeri
ringan. Penelitian ini hanya berfokus pada
ekstremitas bawah dan tidak diterapkan untuk
semua persendian.
Nonpharmacological V1 (Validitas Seleksi) Distraksi dapat mengurangi Jurnal nonfarmakologi terhadap
Management On Reducing Metode dari penelitian ini menggunakan persepsi nyeri dengan menstimulasi penurunan nyeri pada rheumatoid
Rheumatoid Arthritis Pain deskriptif kuantitatif. Jumlah responden pada descending system menghasilkan arthritis berpengaruh untuk
transmisi rangasangan nyeri ke otak penelitian selanjutnya dengan
In The Elderly: Studies In penelitian ini sebanyak 30 lansia.
(Zakiyah A, 2015). ditentukannya kriteria inklusi dan
Social Rehabilitation Menggunakan teknik total sampling. Teknik relaksasi napas dalam eksklusi, teknik pemberian
Services Unit Of Elderly dapat menenangkan pikiran dan intervensi, dan berapa lama durasi
In Garut West Java V2 (Validitas Informasi) : tubuh dan melemaskan otot yang dilakukannya latihan
Pada penelitian ini, instrument yang keseimbangan yang lebih jelas
mengalami nyeri akibat rematoid
Penulis : digunakan adalah lembar kuesioner yang agar mendapatkan hasil yang
atritis tanpa menggunakan obat lebih baik. Sehingga dapat
Neng Husna Saida, terdiri dari data demografi meliputi : penghilang nyeri. (Dyas AP, 2018). diterapkan dan lebih jelas
Setiawan, Iwan nama/inisial, umur, pendidikan, keadaan, usia, Memelihara dan meningkatkan dilakukan oleh peembaca dan
Shalahuddin dan skala nyeri menggunakan NRS (Numeric status fungsional pada lansia bisa bagi peneliti yang akan
Rating Scale) menjadi upaya preventif dan promotif melanjutkan penelitiannya.
Penerbit : dalam bentuk latihan fisik untuk Dengan terapi nonfarmakologi
Jurnal Aisyah : Jurnal V3 (validitas pengontrolan perancu) : mengurangi obat-obatan yang
meningkatkan kebugaran, lansia
Ilmu Kesehatan Volume 4, Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria dikonsumsi.
dengan rematik ditingkatkan
Nomor 2, December 2019 inklusi dan eksklusi, teknik pemberian
20

intervensi, dan berapa lama durasi fungsionalnya dengan cara


dilakukannya pemberian intervensi. mengurangi rasa nyeri sikap seperti
senam rematik (Saifudin DM, 2017).
V4 (validitas analisis) : Kompres hangat, energy panas
Pada instrumen penelitian ini dilakukan test yang hilang atau berpindah ke dalam
validitas pada 30 responden dengan 18 tubuh melalui kulit dalam 4 cara yaitu
konduksi, radiasi, konveksi,
pertanyaan mmenggunakan Skala Guttman.
evaporrasi dapat mengurangi rasa
Hasil dari test validitas dengan nilai terendah nyeri karena kompres hangat akan
0.403 dan tertinggi 0.817. Nilai r hitung mempercepat sirkulasi darah dan
adalah 0.361 dengan tingkat kesalahan 5%. mengurangi ketegangan otot dan itu
Hasil test reliabel menggunakan Cronbach akan mengurangi nyeri (Nauli
alpha 0.756. Analisis data menggunakan Rahmawati, Intan, 2018).
analisi univariate untuk menggambarkan
keberhasilan penanangan pada lansia.

V5 (validitas eksterna) :
Hasil dari studi lain menyatakan bahwa
yang mendengarkan music mengalami
pengurangan rasa nyeri dibandingkan dengan
yang tidak mendengarkan musik. (R
McCaffrey et al, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan
bahwa latihan dan partisipasi aktivitas fisik
biasa secara umum disarankan lansia dengan
penyakit rematik dan nyeri anggota gerak.
The American College of Rheumatology and
the American Pain Society menyarankan
latihan fisik untuk mngurangi nyeri
21

(Sembiring RI, 2017).


Dari data tersebut menunjukan bahwa
sesudah kompres hangat selesai responden
penurunan skala nyeri. Andriani (2016),
sebelim melakukan kompres hangat,
kebanyakan lansia yang mengalami nyeri
rematoid atritis dengan skala 4-6 intensitas
nyeri berkurang sebanyak 85% dan setelah
kompres hangat nilai rata-rata intensitas nyeri
menjadi 2.95 (nyeri ringan) dan lansia
menyatakan lebih dan merasakan nyeri pada
interval 1-3 (ringan), dari hal tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa setelah kompres
hangat lansia mengalami nyeri ringan
dibandingkan nyeri sedang.
Perbedaan Efektifitas V1 (Validitas Seleksi) Relaksasi Benson merupakan Jurnal perbedaan efektifitas
Relaksasi Benson Dan Desain penelitian Quasi Experiment, dengan pengembangan metode respons relaksasi banson dan kompres
Kompres Hangat Dalam rancangan yang dipakai adalah pre test post relaksasi dengan melibatkan faktor hangat menurunkan nyeri sendiri
berpengaruh pada penelitian
Menurunkan Nyeri Sendi test control group design. Populasinya adalah keyakinan pasien. Relaksasi Benson
selanjutnya dengan ditentukannya
Lanjut Usia semua lansia yang menderita penyakit berfokus pada kata atau kalimat dan diperjelasnya tentang kriteria
rheumatoid arthritis yang mampu tertentu yang diucapkan berulang kali inklusi dan eksklusi, melampirkan
Penulis : berkomunikasi dengan baik sejumlah 19 dengan ritme yang teratur disertai lembar penelitian / observasi /
Agus Hariyanto, Lilik orang, dengan teknik simple random sampling sikap pasrah kepada Tuhan sesuai kuesioner agar peneliti
Ma’rifatul Azizah memilih sampel penelitian. dengan keyakinan pasien. Teknik ini selanjutnya dapat menambahkan
dapat dilakukan dengan cara apa saja yang belum terdapat pada
penelitian tersebut. Penelitian ini
Penerbit : memusatkan pikiran (konsentrasi),
sangat berguna untuk mengurangi
Jurnal Kesehatan 2016 pengaturan napas, dan mengucapkan kondisi seseorang yang dengan
V2 (Validitas Informasi) : zikir (bagi muslim) yang ternyata ketergantungan farmakologi.
22

Responden diberi pre test untuk mengetahui dapat memberikan efek seluruh tubuh
keadaan awal kedua kelompok dan post test di menjadi relaks (Sukmono, 2011).
akhir perlakuan. Menggunakan 0 – 10 skala Kompres hangat sama-sama
intensitas nyeri Bourbonais. Protap Teknik mempunyai pengaruh terhadap
Relaksasi Benson dilakukan 2x sehari dengan penurunan intensitas nyeri, baik nyeri
durasi waktu 10-20 menit selama 2 minggu. yang bersifat akut seperti nyeri
Protap Kompres Hangat yaitu Kompres air gastritis maupun nyeri yang bersifat
hangat pada tempat buli-buli di bagian nyeri, kronis seperti nyeri sendi akibat
Suhu air 43°C - 46°C, Selama 20 – 30 menit. rheumatoid arthritis. Hal tersebut
dikarenakan kompres hangat tersebut
V3 (validitas pengontrolan perancu) : merupakan salah satu teknik
Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria manajemen nyeri non farmakologis
inklusi dan eksklusi. baik akut maupun

V4 (validitas analisis) :
Pada instrumen penelitian ini dilakukan test
validitas pada 30 responden dengan 18
pertanyaan mmenggunakan Skala Guttman.
Hasil dari test validitas dengan nilai terendah
0.403 dan tertinggi 0.817. Nilai r hitung
adalah 0.361 dengan tingkat kesalahan 5%.
Hasil test reliabel menggunakan Cronbach
alpha 0.756. Analisis data menggunakan
analisi univariate untuk menggambarkan
keberhasilan penanangan pada lansia.

V5 (validitas eksterna) :
23

Salah satu tindakan non-farmakologis yang


dipakai adalah teknik relaksasi. Prasetyo
(2010), menjelaskan bahwa relaksasi adalah
suatu tindakan untuk “membebaskan” mental
dan fisik dari ketegangan dan stres, sehingga
dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Berbagai metode digunakan untuk
menurunkan kecemasan dan ketegangan otot
sehingga didapatkan penurunan denyut
jantung, penurunan respirasi serta penurunan
ketegangan otot.
Efektifitas Relaksasi V1 (Validitas Seleksi) Relaksasi benson merupakan terapi Jurnal perbedaan efektifitas
Benson Dan Kompres Penelitian ini menggunakan jenis penelitian komplementer untuk mengurangi relaksasi banson dan kompres
Hangat Terhadap Nyeri Quasi Experiment dengan desain pre test post nyeri. Konsep terapi relaksasi benson hangat menurunkan nyeri sendiri
Arthritis Rheumatoid Pada berpengaruh pada penelitian
test designs. Populasi penelitian ini adalah merupakan bagian dari teori self care
Lansia Di Rumah selanjutnya dengan ditentukannya
Perlindungan Sosial seluruh lanjut usia yang menderita penyakit yang dikemukakan oleh Orem. Teori dan diperjelasnya tentang kriteria
Tresna Werdha Karawang arthritis rheumatoid sebanyak 30 orang lanjutself care menjelaskan bahwa merawat inklusi dan eksklusi, menjelaskan
usia. Teknik pengambilan sampel penelitian diri adalah suatu perilaku yang isi apa saja yang terdapt pada
Penulis : ini dipelajari setiap individu untuk lembar observasi agar peneliti
Oop Ropei, Suharjiman, adalah non probability sampling dengan mempertahankan hidup, kesehatan selanjutnya dapat menambahkan
metode consecutive sampling. dan kehidupan maupun kehidupan apa saja yang belum terdapat pada
Ismi Dara
penelitian tersebut. Penelitian ini
agar lebih baik (Tommey & Aliigoog,
sangat berguna untuk mengurangi
Penerbit : V2 (Validitas Informasi) : 2006 dalam Datak, 2008). kondisi seseorang yang dengan
PINLITAMAS 1, 2018 Instrumen yang digunakan yaitu lembar Pemberian kompres hangat dapat ketergantungan farmakologi.
observasi standar operasional prosedur untuk menyebabkan terjadinya dilatasi
perlakuan kepada klien dan alat ukur pembuluh darah yang akan
Numerical Rating Scale. Relaksasi benson mengakibatkan sirkulasi darah
dilakukan 2 hari sekali dengan durasi waktu meningkat. Secara fisilogis tubuh
24

10-20 menit selama 2 minggu. Sedangkan akan merespon terhadap panas yaitu
kompres hangat dilakukan satu kali sehari dengan pelebaran pembuluh darah,
dengan durasi 20-30 menit dalam 2 minggu. menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot,
V3 (validitas pengontrolan perancu) : meningkatkan metabolisme jaringan
Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria dan meningkatkan permeabilitas
inklusi dan eksklusi. kapiler. Respon panas inilah yang
dipergunakan untuk keperluan terapi
V4 (validitas analisis) : pada berbagai kondisi dan keadaan
Uji statistik yang dilakukan untuk mengukur yang terjadi dalam tubuh dalam hal
kemaknaan efektivitas relaksasi benson dan ini dapat dipergunakan untuk
kompres hangat dengan menggunakan uji t- mengurangi nyeri dan kekakuan pada
test independen. Perbedaan rata-rata persendian (Kozier et all, 2010).
kelompok (X1 - X2) = 2,7 – 2,25 dan standar
deviasi untuk keseluruhan Sp 0,3, zα dua arah
dengan tingkat kesalahan 5% yaitu zα =
1,960, zβ dua arah dengan tingkat kesalahn
10% yaitu zβ = 1,645.

V5 (validitas eksterna) :
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian Hamranani (2015) dengan sampel
yang ditemukan 22 responden di dapatkan ρ
value 0,008 dimana ρ ≤ α 0,05, maka H0
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pemberian relaksasi
benson terhadap penurunan nyeri sendi pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Abisoyo
25

Yogyakarta.
Selain relaksasi benson terdapat pula kompres
hangat hangat yang dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian Wurangian (2014) dengan
besar sampel 30 responden dengan hasil ρ
value 0,000 dimana ρ ≤ α 0,05 maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang
signifikan
pemberian kompres hangat terhadap
penurunan skala nyeri sendi pada penderita
gout arthritis di wilayah kerja Puskesmas
Bahu Manado.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian Keperawatan


1. Identitas Diri Klien

Nama Lengkap : Ny. E Pendidikan Terakhir : SD

Tempat/tgl Lahir : Ciamis/24-04-42 Diagnosa Medis : Rematik

Jenis Kelamin : Perempuan (Bila Ada)

Status Perkawinan : Janda Alamat : Sekemirung Kaler

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

2. Keluarga atau Orang Lain yang Penting/Dekat yang Dapat Dihubungi

 Nama : Tn. D

 Alamat : Sekemirung Kaler

 No. Telepon : 0813 2266 4551

 Hubungan dengan Klien : Anak

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

 Pekerjaan saat ini : IRT

 Pekerjaan sebelumnya : IRT

 Sumber pendapatan : Pensiunan

 Kecukupan pendapatan : Cukup

4. Aktivitas Rekreasi

 Hobi : Jalan santai

 Bepergian/wisata :-

 Keanggotaan organisasi : Ibu-ibu pengajian

 Lain-lain : Menonton TV

26
27

5. Riwayat Keluarga

a. Saudara Kandung

Keterangan
Keadaan Saat ini
Nama Masih Hidup/
Sehat atau Sakit
Sudah Meninggal
1. Ny. M Sudah meninggal
2. Ny. S Sehat Masih hidup
3. Tn. H Sudah meninggal
b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)

 Nama :-

 Umur :-

 Penyebab Kematian :-

c. Kunjungan Keluarga : Saudara kadang-kadang datang


bersilahturahmi, anak tinggal bersama

A. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

 Frekuensi makan :3x /hari

 Nafsu makan : Baik, 1 porsi makan habis

 Jenis makanan : Nasi, lauk pauk dan sayuran

 Kebiasaan sebelum makan : Baca do’a terlebih dahulu dan meminum


promagh

 Makanan yang tidak disukai : Ikan

 Alergi terhadap makanan : Tidak ada

 Pantangan makan : Kacang-kacangan

 Keluhan yang berhubungan dengan makan : Penyakit maag

2. Eliminasi

a. BAK

 Frekuensi dan waktu : 6 – 7x/hari

 Kebiasaan BAK pada malam hari : Sering


28

 Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada

b. BAB

 Frekuensi dan waktu : 1x/hari

 Konsistensi : Padat dan lembek

 Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada

 Pengalaman memakai Laxatif/Pencahar : Tidak pernah

3. Personal Higiene

a. Mandi

 Frekuennsi dan waktu mandi : 2x/hari

 Pemakaian sabun (ya/tidak) : Ya

b. Oral Higiene

 Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2 x/hari

Menggunakan pasta gigi : Ya

c. Cuci Rambut

 Frekuensi : 1x/minggu

 Penggunaan shampo (ya/tidak) : Ya

d. Kuku dan Tangan

 Frekuensi gunting kuku : 1x/minggu

 Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun : Ya

4. Istirahat dan Tidur

 Lama tidur malam : 5-6 jam

 Tidur siang : Jarang

 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Terbangun untuk BAK pada


malam hari

5. Kebiasaan mengisi waktu luang

a. Olahraga : Ya

b. Nonton TV : Ya
29

c. Berkebun/memasak : Ya, memasak

d. Lain-lain : Tadarusan

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:

(Jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai)

a. Merokok (ya/tidak) : Tidak

b. Minuman keras (ya/tidak) : Tidak

c. Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : Tidak

7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Lama Waktu untuk Setiap


No Jenis Kegiatan
Kegiatan

1. Bangun tidur Pukul 03.00


2. Menunggu sholat subuh 30 menit
3. Sholat subuh 15 menit
4. Jalan-jalan pagi 1 - 2 jam
5. Mandi 15 menit
6. Sarapan pagi 15 - 30 menit
7. Sholat dhuha 15 – 30 menit
8. Menonton TV 2 – 3 jam
9. Sholat dzuhur 15 menit
10. Makan siang 15 – 30 menit
11. Pengajian 1 – 2 jam
12. Sholat ashar 15 menit
13. Mandi 15 menit
13. Pengajian 1 – 2 jam
14. Sholat magrib 15 menit
15. Makan malam 15 menit
16. Menunggu sholat isya 30 menit
17. Menonton TV 1 – 2 jam
18. Tidur 5 jam
Status Kesehatan

1. Status Kesehatan Saat Ini


30

a. Keluhan utama

Nyeri dan ngilu pada kedua lutut kaki (tambahkan PQRST nya)
b. Gejala yang dirasakan

Nyeri dan ngilu pada kedua lutut kaki


Terasa kebas pada bagian kaki
c. Faktor Pencetus

Jalan-jalan terlalu lama dan makan sayur kacang


d. Timbulnya Keluhan: ( ) Mendadak ( √ ) Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan

10 tahun yang lalu


f. Upaya mengatasi :
 Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktek

 Pergi ke Bidan/perawat

 Mengkonsumsi obat-obatan sendiri

 Mengkonsumsi obat-obatan tradisional

 Lain-lain :

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit yang pernah di derita : Hipertensi dan Maag

b. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu,dan lain-lain) : Tidak ada

c. Riwayat kecelakaan : Tertabrak motor

d. Riwayat dirawat di rumah sakit : Pernah selama 7 hari

e. Riwayat pemakaian obat : Obat antihipertensi dan obat maag

3. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik (Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi, dan

palpasi)

a. Keadaan umum (TTV) : TD : 164/83 mmHg, HR : 82 x/menit, RR : 20


x/menit, S : 36,70C

b. BB/TB : 38 kg / 140 cm
31

c. Sistem Pernafasan
Pada saat inspeksi klien tidak ada pernapasan cuping hidung, mukosa hidung
lembab, bentuk dada klien simetris tidak ada kelainan bentuk seperti pigeon,
turrel, atau barrel. Pada saat palpasi pengembangan dada kanan dan dada kiri klien
simetris, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus bergetar. Pada saat auskultasi
terdengar vesikuler.
d. Sistem Kardiovaskuler
Pada saat inspeksi konjungtiva klien merah muda, tidak terdapat cyanosis
didaerah hidung dan mulut dan tidak ada pulsasi didaerah batas jantung. Irama
nadi yang regular dan amplitude yang lemah, tidak ada peningkatan JVP. Pada
saat auskultasi bunyi jantung klien tidak terdapat S3, S4, murmur. Akral hangat,
CRT < 2 detik dan tidak terdapat clubbing finger.
e. Sistem Pencernaan
Pada saat diinspeksi keadaan sklera tidak ikterik, bibir klien kering, mukosa
mulut lembab, lidah klien merah muda, kebersihan gigi klien bersih, tidak terdapat
pembengkakan pada tonsil, tidak ada peradangan pada faring. Klien tidak terdapat
keluhan nyeri menelan. Pada saat diauskultasi bising usus 8x/menit. Tidak
terdapat nyeri tekan pada empat kuadran abdomen.
f. Sistem Integumen
Pada saat diinspeksi distribusi rambut merata, warna rambut beruban,
rambutnya bersih, kulit klien tampak keriput, warna kulit merata, tidak ada lesi,
sianosis ataupun edema dan tidak memar ataupun petekie. Turgor kulit elastis < 2
detik.
g. Sistem Perkemihan
Palpasi dalam pada daerah pinggang tidak terdapat nyeri tekan, ginjal tidak teraba,
dan tidak ada nyeri pada costovetebra angel pada saat perkusi
h. Sistem Indera
1) Penglihatan
Bentuk mata simetris. Klien tidak bisa melihat jarak jauh dan pandangan
terlihat buram. Klien memiliki diagnosa katarak pada mata sebelah kanan.
Pergerakkan bola mata klien dapat bergerak kesegala arah, lapang pandang klien
masih maksimum, saat dirangsang dengan cahaya pupil berkontriksi dengan baik,
refleks mengedip klien masih baik.
32

2) Pendengaran
Fungsi pendengaran klien kurang terdengar pada telinga sebelahkiri. Telinga
klien simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada lesi, dan kebersihan telinga
klien kurang bersih.
3) Penciuman
Bentuk hidung klien simetris, tidak ada deformitas, passage udara pada kedua
lubang hidung kuat, tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis dan maksilaris.
Fungsi penciuman masih berfungsi dengan baik klien mampu membedakan bau
bauan seperti bau kayu putih dan kopi.
4) Pengecapan
Bentuk lidah klien simetris. Dan fungsi pengecapan klien masih berfungsi
dengan baik, klien mampu mengenal rasa asin, asam, pahit, dan manis.
i. Sistem persyarafan
1) Kesadaran dan orientasi
Kesadaran klien Compos Mentis
2) Nilai GCS
Nilai GCS klien E = 4, M = 6, V = 5.
3) Memori
Kemampuan klien dalam mengingat masih berfungsi dengan baik.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe.
k. Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas Atas
Bentuk tangan klien simetris tidak ada lesi, tidak deformitas, tidak ada
kontraktur dan fraktur, kemampuan bergerak klien baik dengan ROM dapat
bergerak kesegala arah, kekuatan otot 5, 5.
2) Ekstremitas Bawah.
Bentuk kaki klien simetris tidak ada lesi, terdapat skoliosis, tidak ada
kontraktur dan fraktur, kemampuan bergerak klien baik dengan ROM dapat
bergerak kesegala arah, kekuatan otot 5, 5.
4. Pengkajian spiritual
a. Apakah teratur beribadah : Ya
b. Apakah tertatur mengikuti kegiatan keagamaan : Ya, pengajian
33

c. Bagaimana cara menyelesaikan masalah : apakah dengan berdoa? Ya


d. Apakah lansia sabar dan tawakal : Ya
e. Kebiasaan ibadah yang dilakukan? Sholat

6 Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)

1. Masalah Kesehatan Kronis : masalah kesehatan kronis sedang

2. Fungsi Kognitif : tidak ada gangguan

3. Status Fungsional : ketergantungan

4. Status Psikologis (skala depresi): normal

5. Resiko Jatuh : resiko sedang

7 Lingkungan Tempat Tinggal

1. Kebersihan dan Kerapihan Ruangan : Baik


2. Penerangan : Baik
3. Sirkulasi udara : Baik
4. Keadaan kamar mandi dan WC : Baik
5. Pembuangan air kotor : Baik
6. Sumber air minum : Jet Pump
7. Pembuangan sampah : Pengambilan sampah oleh petugas kebersihan
8. Sumber pencemaran : Tidak ada
9. Penataan halaman (kalau ada) : Rapi
10. Privasi : Baik
11. Risiko injury : Tidak ada
Pengkajian Khusus Lansia

1. MASALAH KESEHATAN KRONIS

Keluhan kesehatan atau gejala yang Serin Jaran


Selalu Tdk Pernah
No dirasakan klien dalam waktu 3 bulan g g
terakhir berkaitan dengan fungsi fungsi (3) (0)
(2) (1)
A. Fungsi Penglihatan 1

1. Penglihatan kabur
34

2. Mata berair √

3. Nyeri pada mata 1 √

B. Fungsi Pendengaran 3

4. Pendengaran berkurang

5. Telinga Berdenging √

C. Fungsi Paru (pernapasan) √


6. Batuk lama disertai keringat malam

7. Sesak napas √

8. Berdahak/sputum √

D. Fungsi Jantung 1

9. Jantung berdebar-debar

10. Cepat lelah 3 √

11. Nyeri dada 1 √

E. Fungsi pencernaan 0

12. Mual/muntah

13. Nyeri ulu hati √ 0

14. Makan dan minum banyak (berlebihan) 3 √

15. Perubahan kebiasaan buang air besar 1



(mencret atau sembelit)
F. Fungsi Pergerakan 3

16. Nyeri kaki saat berjalan

17. Nyeri pinggang atau tulang belakang 3 √

18. Nyeri persendian/bengkak √ 1

G. Fungsi Persyarafan √
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki /tangan

20. Kehilangan rasa √

21. Gemetar/tremor √

22. Nyeri/pegal pada daerah tengkuk √ 0

H. Fungsi saluran perkemihan √


23. Buang air kecil banyak

24. Sering buang air kecil pada malam hari √

25. Tidak mampu mengontrol pengeluaran √


35

air kemih (ngompol)

JUMLAH 3 12 4 19
Analisis Hasil
Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis
ringan
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor > 51 : masalah kesehatan kronis berat
2. FUNGSI KOGNITIF
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien

No Item Pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang? √
Jawab : 09.15
2 Tahun berapa sekarang? √
Jawab : 2020
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? √
Jawab : Sebelum kemerdekaan
4 Berapa umur bapak/ibu sekarang? √
Jawab : 78 tahun
5 Dimana alamat bapak/ibu sekarang? √
Jawab : Sekemirung
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama bpk/ibu? √
Jawab : Lima
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama bpk/ibu? √
Jawab :Tn. D, Ny. Y, Tn. Y, Nn. D, An. A
8 Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia? √
Jawab : 1945
9 Siapa nama presiden republik Indonesia sekarang? √
Jawab : Jokowi
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? √
Jawab : 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

JUMLAH BENAR 10
36

Analisis Hasil :

Skore benar : 8 - 10 : tidak ada gangguan


Skore benar : 0 - 7 : ada gangguan
3. STATUS FUNGSIONAL

Modifikasi indeks kemandirian KATZ

Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam menjalankan


aktivitas kehidupan sehari hari. Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan,
atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien dan
bukan pada kemampuan, artinya jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi,
dianggap sebagai tidak melakukan fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(Nilai 1) (0)
Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, dan 1
1
mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan mengenakannya. 1

3 Memakan makanan yang telah disiapkan. 1


Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri
4 (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, 1
mencukur kumis).
Buang air besar di WC (membersihkan dan 1
5
mengeringkan daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja). 1

Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan 1


7
mengeringkan daerah kemaluan).
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. 1

Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar 1


9
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan 1
10
yang dianut.
Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapihkan
11 tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan 1
membersihkan ruangan.
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan 1
12
keluarga.
37

Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan 1


13
uang sendiri).
Menggunakan sarana transfortasi umum untuk 1
14
bepergian.
Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 1
15
(takaran obat dan waktu minum obat tepat).
Merencanakan dan mengambil keputusan untuk
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang, 1
16
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan
17 keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga, dan menyalurkan 1
hobi).

JUMLAH POIN MANDIRI 17

Analisis hasil :
Point : 13 - 17 : mandiri
Point : 0 - 12 : ketergantungan
4. STATUS PSIKOLOGIS (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)

No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir : Ya Tidak

1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? Ya

2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? Tidak

3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? Tidak


4 Sering merasa bosan? Tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? Ya

6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Ya

7 Diganggu oleh pikiran pikiran yang tidak dapat diungkapkan? Tidak

8 Merasa bahagia di sebagian besar waktu? Ya


9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? Tidak

10 Sering kali merasa tidak berdaya? Tidak

11 Sering merasa gelisah dan gugup? Tidak

Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu


12 Tidak
yang bermanfaat?

13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? Ya Tidak


38

Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat


14 Tidak
dibandingkan orang lain?

15 Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? Ya

16 Sering kali merasa merana? Tidak

17 Merasa kurang bahagia? Tidak

18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? Tidak

19 Merasakan bahwa hidup ini sangat manggairahkan? Ya

20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? Tidak


21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? Ya

22 Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak

23 Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Tidak

24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? Tidak


25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak

26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Tidak

27 Menikmati tidur? Ya

28 Memilih menghindar dari perkumpulan social? Tidak


29 Mudah mengambil keputusan? Ya

30. Mempunyai pemikiran yang jernih? Ya

JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 1

Analisa hasil :

Terganggu nilai 1

Normal nilai 0
Nilai : 6 - 15 : Depresi ringan sampai sedang
Nilai : 16 - 30 : Depresi berat
Nilai : 0 - 5 : Normal

5. PENGKAJIAN RESIKO JATUH


Alat pengkajian ini membantu anda mengevaluasi resiko jatuh. Nilai diatas 4
menunjukkan perlunya intervensi
39

Nilai
Aspek 4 3 2 1
Pasien

Usia >80 70-79 2

Status mental Konfusi Konfusi atau


Intermiten atau disorientasi 0
disorientasi setiap waktu

Eliminasi Mandiri dan Memerlukan Kateter


tidak bantuan menetap atau
menderita ostomi 4
inkontinensia

Riwayat Riwayat jatuh Telah jatuh 1


tiga kali atau sampai 2 x 0
lebih
Tingkat Tirah baring Turun dari Bisa ke
aktivitas tempat tidur kamar mandi 0
dgn bantuan
Gaya berjalan Berdiri atau Hipotensi Gaya berjalan
dan berjalan dgn ortostatik spastik atau
0
keseimbangan keseimbangan tertatih
yang buruk
Obat-obatan* Tiga jenis atau 2 Jenis obat- 1 Jenis obat-
lebih obat- obatan obatan 3
obatan
Jumlah Skor 9

Interpretasi :
0 sampai 4 = resiko rendah
5 sampai 10 = resiko sedang
11 sampai 24 = resiko tinggi
*Obat-obatan : yang dimaksud : antidiabetik, antihipertensi, katartik, diuretik,
narkotik, sedativ, antikonvulsan, hipnotik, benzodiazepin
Diadaptasi dari Abington Memorial Hospital of Hospital tahun 2003
6. THERAPI
a. Obat antihipertensi 1x1 PO
b. Obat maag 3 x 1 PO
40
41

ANALISA KASUS

a. ANALISA DATA

TTD & NAMA


NO TGL DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
TERANG
1 23/6/2020 DS : Nyeri akut
Reaksi Faktor Rheumatoid
Klien mengleuh nyeri pada daerah lutut dan
dengan antibody, faktor
terasa kebas metabolik, infeksi dengan
kecenderunan virus.
DO :
- Skala nyeri 3 (0-10)
Reaksi peradangan
- Kekuatan otot ekstremitas atas bawah (5 :
Dewin SR
normal)
Kekakuan sendi

Nyeri Akut

2. 23/6/2020 DS ; Resiko Jatuh Reaksi Faktor Rheumatoid


Klien mengleuh nyeri pada daerah lutut dan dengan antibody, faktor
terasa kebas. Klien mengatakan mempunyai metabolik, infeksi dengan
penyakit katarak kecenderunan virus.

DO : Reaksi peradangan
- Kekuatan otot ekstremitas atas bawah (5 :
Dewin SR
normal)
Kekakuan sendi
- Pandangan mata klien kabur dan kurang
jelas saat membaca tulisan
Resiko Jatuh
- Klien mempunyai bentuk badan scoliosis
42

3.2. Diagnosa Keperawatan


NO DX. DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL DITEMUKAN TGL TERATASI TTD & NAMA TERANG
I Nyeri akut 23/6/2020

Dewin SR

II Resiko jatuh 23/6/2020

Dewin SR
43

3.3. Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Sesuaikan dengan SDKI
:
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :

1. Nyeri akut Setelah dilakukan1. Kaji nyeri, catat lokasi 1. Membantu dalam
tindakan dan intensitas (skala 0- menentukan kebutuhan
keperawatan selama 10). manajemen nyeri.
3x24 jam diharapkan 2. Meningkatkan relaksasi
nyeri akut dapat 2. Dorong penggunaan dan rasa nyaman.
berkurang dengan teknik manajemen 3. Rasa dingin dapat
Kriteria hasil : stres, misalnya menghilangkan nyeri
1. Menunjukkan relaksasi progresif dan dan bengkak. Dan
nyeri hilang/ pengendalian napas. hangat untuk
terkontrol. 3. Berikan kompres mevasodilatasi
2. Terlihat rileks, dingin/hangat jika pembuluh darah untuk
dapat dibutuhkan menghilangkan nyeri.
tidur/beristirahat
4. Edukasi tentang
dan penyakit 4. Agar pasien mengetahui
berpartisipasi segala penyebab dan
dalam aktivitas akibat dari penyakit
sesuai tersebut dan mampu
kemampuan. untuk menjaga dan
mencegah penyakit itu
5. Tingkatkan aktivitas/ muncul kembali
latihan tergantung dari 5. Untuk mecegah
perkembangan inflamasi sistemik akut.
/resolusi dari proses Dan mengurangi
inflamasi: intensitas nyeri
a. Latihan Rentang
Gerak Sendi (ROM)
6. Observasi TTV
6. Mengetahui keadaan
umum klien
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat jatuh 1. Mengetahui apa
Jatuh tindakan bersama pasien dan penyebab yang dapat
keperawatan selama keluarga menyebabkan pasien
44

3x24 jam diharapkan sebelumnya untuk


kejadian jatuh tidak mengantisipasi kejadian
terjadi dengan jatuh kembali
Kriteria hasil : 2. Identifikasi tingkat 2. Mengetahui tingkat
e. Tidak jatuh saat kemampuan pasien kerentanan terhadap
berjalan dalam melakukan jatuh
f. Tidak jatuh saat mobilisasi fisik
berdiri 3. Sediakan pencahayaan
g. Tidak jatuh saat yang cukup dalam 3. Memabantu pasien
duduk dan rangka meningkatkan mengenali sesuatu yang
berpindah pandangan dapat menyebabkan
h. Keselamatan jatuh.
fisik klien terjaga

3.4. Implementasi Keperawatan


TTD &
TGL DAN NO.
NO TINDAKAN DAN RESPON NAMA
WAKTU DIAGNOSA
TERANG
1. 23/6/2020 - Melakukan pengakajian menyeluruh
R/ Klien sangat terbuka saat dilakukan
pengkajian dan menceritakan keluhannya
yaitu rematik dengan nyeri pada sendi Dewin SR
bagian kaki
TTV : TD : 164/83 mmHg, HR : 82 x/menit,
RR : 20 x/menit, S : 36,70C Skala nyeri 3
(0-10)
2. 24/6/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 158/83 mmHg, HR : 78x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas Dewin SR
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
II - Mengkaji riwayat jatuh bersama pasien
R/ Klien mengatakan pernah jatuh saat
jalan-jalan pagi dan pernah tertabrak motor
di jalan menurun
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
I - Mengedukasi tentang penyakit kepada klien
45

R/ Klien mampu memahami tentang apa


rematik, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatannya, dan apa saja makanan yang
harus dihindari serta dianjurkan. Media
menggunakan leaflet dan klien diberikan
lembar food record untuk menuliskan apa
saja yang dimakan setiap harinya.
3. 25/6/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 130/83 mmHg, HR : 81x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup Dewin SR
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Mendorong penggunaan teknik manajemen
stres, misalnya relaksasi progresif dan
pengendalian napas.
R/ Klien memahami tentang relaksasi nafas
dalam dan klien merasakan nyeri berkurang
I - Mengevaluasi hasil food record yang
dituliskan
R/ Pasien menuliskan hasil makannya
selama 1 hari
4. 26/6/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 138/78 mmHg, HR : 81x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup Dewin SR
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Mengajarkan Latihan Rentang Gerak Sendi
(ROM)
R/ Pasien mampu mengikuti gerakan yang
diajarkan, tetapi pada bagian memutar
tangan sebelah kiri klien merasakan
kesakitan, dan tidak kuat berdiri lama
46

sehingga melakukan rentang gerak dengan


keadaan duduk dikursi
5. 27/6/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 135/78 mmHg, HR : 78x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas Dewin SR
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Mendorong penggunaan teknik manajemen
stres, misalnya relaksasi progresif dan
pengendalian napas
R/ Mengajarkan tentang relaksasi benson
dengan mendengarkan murotal karena yang
disukai oleh pasien adalah mengaji
I - Mengevaluasi hasil food record yang
dituliskan
R/ Pasien menuliskan hasil makannya
selama 1 hari
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
6. 29/6/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 140/76 mmHg, HR : 85x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas Dewin SR
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Mengevaluasi hasil ROM dan Mereview
edukasi yang telah diberikan tentang nutrisi
pada pasien
R/ Pasien ingat sedikit-sedikit tentang ROM
dan nutrisi yang harus di jaga dan
I dikonsumsi
- Mengevaluasi hasil food record yang
dituliskan
R/ Pasien menuliskan hasil makannya
selama 1 hari
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
47

7. 30/6/2020 I - Mengobservasi TTV


R/ TD : 136/80 mmHg, HR : 80x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas Dewin SR
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Memberikan kompres dingin/hangat jika
dibutuhkan
R/ Pasien diberikan kompres jahe hangat
selama 20 menit dan pasien merasakan
lututnya membaik dan tidak terlalu nyeri
I - Mengevaluasi hasil food record yang
dituliskan
R/ Pasien menuliskan hasil makannya
selama 1 hari
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
8. 1/7/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 131/78 mmHg, HR : 76x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas Dewin SR
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Mengevaluasi hasil food record yang
dituliskan
R/ Pasien menuliskan hasil makannya
selama 1 hari
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
9. 2/7/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 134/73 mmHg, HR : 81x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas Dewin SR
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Mengevaluasi hasil food record yang
dituliskan
48

R/ Pasien menuliskan hasil makannya


selama 1 hari
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas
10. 3/7/2020 I - Mengobservasi TTV
R/ TD : 139/78 mmHg, HR : 86x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,70C
I - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas Dewin SR
R/ Klien mengeluh nyeri pada bagian sendi
di kaki dengan skala 2 dan nyeri dirasakan
sesekali
I - Mengevaluasi hasil food record yang
dituliskan
R/ Pasien menuliskan hasil makannya
selama 1 hari
II - Menyediakan pencahayaan yang cukup
dalam rangka meningkatkan pandangan
R/ Lampu rumah pasien dan kamar mandi
selalu dinyalakan ketika beraktivitas

3.5. Evaluasi
TTD &
TGL DAN NO.
NO EVALUASI NAMA
WAKTU DIAGNOSA
TERANG
1. 23/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki Dewin SR
O : Skala 3 (0-10). TD : 164/83 mmHg, HR : 82
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C
A : Masalah belum teratasi
II P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut No.
1, 2, 3, 4, 5 dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
O : Skala 3 (0-10). TD : 164/83 mmHg, HR : 82
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas
A : Masalah belum teratasi
49

P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh No


1, 2 dan 3
2. 24/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 158/83 mmHg, HR : Dewin SR
78x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
terlihat paham tentang apa rematik, penyebab,
tanda dan gejala, pengobatannya, dan apa saja
makanan yang harus dihindari serta dianjurkan.
Media menggunakan leaflet dan klien diberikan
lembar food record untuk menuliskan apa saja
yang dimakan setiap harinya.
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut 2, 3,
II 5, dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya. Klien mengatakan
pernah jatuh saat jalan-jalan pagi dan tertabrak
O : Skala 2 (0-10). TD : 158/83 mmHg, HR : 78
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas. Lampu rumah pasien dan
kamar mandi selalu dinyalakan ketika
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh no
3
3. 25/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 130/83 mmHg, HR : Dewin SR
81x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
terlihat paham tentang relaksasi nafas dalam dan
klien merasakan nyeri berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut No.
II 3, 5, dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
O : Skala 2 (0-10). TD : 130/83 mmHg, HR : 81
50

x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien


kurang melihat jelas. Lampu rumah pasien dan
kamar mandi selalu dinyalakan ketika
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh no
3
4. 26/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 138/78 mmHg, HR : Dewin SR
81x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7 0C. Pasien
mampu mengikuti gerakan yang diajarkan,
tetapi pada bagian memutar tangan sebelah kiri
klien merasakan kesakitan, dan tidak kuat
berdiri lama sehingga melakukan rentang gerak
dengan keadaan duduk dikursi.
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut 1, 2,
II 3 dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
O : Skala 2 (0-10). TD : 138/78 mmHg, HR : 81
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas.
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh no
3
5. 27/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 135/78 mmHg, HR : Dewin SR
78x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7 0C. Pasien
mendengarkan murotal sebagai relaksasi benson
yang dipakainya.
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut no 1,
II 4, 5 dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
51

O : Skala 2 (0-10). TD : 135/78 mmHg, HR : 78


x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas. Lampu rumah pasien dan
kamar mandi selalu dinyalakan ketika
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh no
3
6. 29/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 140/76 mmHg, HR : Dewin SR
85x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7 0C. Pasien
ingat sedikit-sedikit tentang ROM dan nutrisi
yang harus di jaga dan dikonsumsi
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut no 3
II dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
O : Skala 2 (0-10). TD : 140/76 mmHg, HR : 85
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas. Lampu rumah pasien dan
kamar mandi selalu dinyalakan ketika
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh no
3
7. 30/6/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 136/80 mmHg, HR : Dewin SR
80x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Pasien
diberikan kompres jahe hangat selama 20 menit
dan pasien merasakan lututnya membaik dan
tidak terlalu nyeri
A : Masalah belum teratasi
II P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut no. 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
52

O : Skala 2 (0-10). TD : 136/80 mmHg, HR : 80


x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas. Lampu rumah pasien dan
kamar mandi selalu dinyalakan ketika
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh no
3
8. 1/7/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 131/78 mmHg, HR : Dewin SR
76x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Food
record pasien terisi
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa nyeri akut no. 1
II dan 6
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
O : Skala 2 (0-10). TD : 131/78 mmHg, HR : 76
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas. Lampu rumah pasien dan
kamar mandi selalu dinyalakan ketika
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan intervensi diagnosa resiko jatuh
9. 2/7/2020 I DX I
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki
O : Skala 2 (0-10). TD : 139/78 mmHg, HR : Dewin SR
86x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Food
record pasien terisi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Berikan informasi untuk melakukan ROM
II dan kegiatan lain secara mandiri
DX II
S : Klien mengeluh nyeri pada kedua bagian
kaki, klien mengatakan memiliki penyakit
katarak pada mata kanannya
O : Skala 2 (0-10). TD : 139/78 mmHg, HR : 86
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,70C. Klien
kurang melihat jelas. Lampu rumah pasien dan
53

kamar mandi selalu dinyalakan ketika


beraktivitas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Berikan informasi untuk melakukan
kegiatan lain secara mandiri
Discharge Planning :
1. Olahrag teratur, istirahat cukup, dan ketahui
penyebab tanda gejala penyakit
2. Kompres hangat dapat mengatasi kekakuan,
kompres dingin dapat meredakan nyeri
3. Hindari makanan yang mengandung purin
4. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk
pengganti daging, memakan buah beri untuk
menurunkan kadar asam urat dan
mengurangi inflamasi
5. Banyak minum air putih untuk membantu
mengencerkan asam urat dalam darah.
6. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
pertahankan BB normal
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan kasus ini merupakan bagian dari penelaahan asuhan


keperawatan dilapangan selama ini dengan tujuan khusus penulis yang berupaya
dalam menerapkan asuhan keperawatan. Selain itu, penulis akan menguraikan
mengenai kesenjangan antara teori atau hasil penelitian dengan hasil temuan
selama praktek dilapangan dalam melakukan asuhan keperawatan, faktor
pendukung atau penghambat serta cara penyelesaiannya. Berikut ini akan dibahas
mengenai proses keperawatan yang telah dilakukan :
4.1. Tahap Pengkajian
Langkah pertama dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
rheumatoid artritis, penulis menggunakan metode pendekatan kepada pasien dan
keluarga untuk mendapatkan data subjektif yang dilakukan dengan cara
wawancara kepada pasien dan keluarga yang terdekat dengan pasien serta petugas
kesehatan lainnya yang berhubungan langsung dengan pasien, sedangkan untuk
mendapatkan data objektif penulis dapatkan dengan cara observasi dan
pemeriksaan fisik.
Pada tahap pengkajian, penulis menemukan data subjektif yang dapat
menyebabkan Ny. E mengalami rheumatoid artritis yaitu akibat proses autoimun
karena penuaan. Seperti yang dikatakan (Smeltzer & Bare, 2002) Pada reumatoid
arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzi-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecahkan kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran
sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
permukaan sendi yang akan menganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Sehingga terjadilah
rheumathoid artritis.
Keluhan yang pasien rasakan adalah nyeri saat terlalu lama berdiri atau
berjalan hal ini disebabkan karena nyeri merupakan tanda gejala yang sangat
54
sering dirasakan oleh pasien rheumatoid artritis. Nyeri pada penyakit artritis
reumatoid

55
56

terutama disebabkan oleh adanya inflamsi yang mengakibatkan dilepasnya


mediator-mediator kimiawi, kinin dan mediator kimiawi lainya dapat merangsang
timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan
memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan stimulus.
Nyeri pada artritis reumatoid bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang hilang
timbul. Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena memerlukan
energi fisik dan emosional yang ekstra untuk mengatasi nyeri tersebut (Smeltzer
& Bare, 2002).
Pada pengkajian juga ditemukan bahwa pasien memiliki resiko jatuh
sedang dengan skor hasil dari pengkajian yaitu 8 yaitu resiko sedang dimana usia
pasien yaitu 78 tahun mendapatkan skor 2, pasien merupakan pasien mandiri dan
tidak terdapat inkontinensia mendapatkan skor 4, dan pasien mengkonsumsi 2
obat yaitu obat antihipertensi dan obat maag mendapatkan skor 3. Sehingga pasien
mendaptkan skor seluruhnya 9 dengan resiko jatuh sedang. Dengan ditambahnya
data tambahan bahwa pasien mengalami katarak yang dapat menyebabkan resiko
jatuh bertambah.
4.2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan mendapatkan data-data, penulis
mengelompokan data, menganalisa, dan merumuskan diagnosa keperawatan pada
Ny. E pada pengambilan diagnosa keperawatan penulis merumuskan data
berdasarkan prioritas mengacu pada kaidah dalam menentukan diagnosa prioritas
diantaranya, berdasarkan tingkat kegawatan, bedasarkan kebutuhan maslow, yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan dicintai
dan mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan data hasil pengkajian, Penulis mengambil 2 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan yang
pertama yaitu Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi,
yang terjadi pada Ny. E.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Awitan yang dirasakan <
57

6 bulan. Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh nyeri pada kedua kaki dan
dirasakan hilang timbul. Dengan batasan karakteristik yang menunjang yaitu
diantaranya perubahan tekanan darah, perilaku distraksi (pasien selalu jalan-jalan
pagi), melaporkan nyeri secara verbal, dan adanya agen cedera yaitu inflamasi
pada persendian (PPNI, 2016).
Diagnosa ke dua yang diangkat adalah resiko jatuh. Dimana pasien
memiliki beberapa data yang menunjang dengan resiko jatuh yang bisa saja
terjadi. Resiko jatuh yaitu peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat
menyebabkan bahaya fisik. Dengan batasan karakteristik yang menunjang yaitu
usia pasien lebih dari 65 tahun, riwayat jatuh, tinggal sendiri, mengkonsumsi obat
antihipertensi, mengalami penyakit rematik, kesulitan melihat karena pasien
mengalami katarak pada mata sebelah kanan (PPNI, 2016).

4.3. Intervensi Keperawatan


Pada tahap ini penulis membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan
yang telah dibuat, kemudian merumuskan tujuan dan kriteria hasil dengan jelas,
dapat diukur, dapat dicapai, realistis dan ketentuan waktu yang sesuai dengan
tujuan sehingga memungkinkan dicapai. Penulis membuat intervensi dengan
landasan teoritis yang disesuaikan dengan kondisi dan penyakit klien. Pada tahap
perencanaan keperawatan, penulis menentukan nursing outcome pada masalah
nyeri akut adalah nyeri dapat berkurang.
Salah satu intervensi yang dilakukan diantaranya adalah kompres hangat
dimana kompres hangat efektif memperbaiki sirkulasi darah. Efek hangat dari
kompres mampu memblok reseptor nyeri sampai pada sel T, dengan cara
menstimulasi reseptor panas, sehingga reseptor nyeri dihambat sesuai dengan
teori. Air hangat mampu menyebabkan terjadinya vasodilatasi, sehingga sirkulasi
darah lancar dan oksigen ke jaringan terpenuhi menyebabkan vasodilatasi otot,
dan ketegangan otot menurun. Proses tersebut dapat menghambat jalannya respon
nyeri menuju sel T, sehingga terjadi penurunan produksi zat kimia bradikinin,
serotonin, dan enzim proteolitik. Hal ini mengakibatkan meningkatnya ambang
nyeri dan menurunkan ambang stimulus terhadap termosensitif (Dara, Ropei, &
Suharjiman, 2018).
58

Intervensi yang lainnya ada relaksasi benson dimana teknik relaksasi


benson yang merupakan gabungan antara teknik respons relaksasi dan sistem
keyakinan individu / faith factor (difokuskan pada ungkapan tertentu berupa
nama-nama Tuhan, atau kata yang memiliki makna menenangkan bagi pasien itu
sendiri) yang diucapkan berulang-ulang dengan ritme teratur disertai sikap pasrah
(Benson & Proctor, 2000 dalam Kosasih, 2015). Menurut Benson (2000),
menjelaskan formula-formula tertentu yang dibaca berulang-ulang dengan
melibatkan unsur keyakinan, keimanan terhadap agama, dan kepada Tuhan yang
diyakini akan menimbulkan respons relaksasi yang lebih kuat dibandingkan
dengan sekadar relaksasi tanpa melibat unsur keyakinan terhadap hal-hal tersebut.
Selain itu, efek penyembuhan menghilangkan rasa nyeri (Dara, Ropei, &
Suharjiman, 2018).
Intervensi yang selanjutnya untuk menurunkan intensitas nyeri ada ROM
aktif dimana pemberian latihan rentang gerak dapat menyebabkan rileks sehingga
akan mengaktifkan sistem limbik dalam tubuh bertujuan untuk memproduksi
hormone endorfrin. Selanjutnya hormon endorfrin dilepaskan untuk memblok
transmisi stimulus nyeri. Stimulus kutaneus seperti latihan rentang gerak
mengaktifkan transmisi serabut A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, implus
ini akan menghambat implus dari serabut berdiameter kecil sehingga sensasi atau
nyeri yang dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak
dihantarkan ke otak (Antoni & Lubis, 2018).
Kompres jahe hangat dapat menurunkan rasa nyeri juga karena kandungan
air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat
meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi
atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer. Senyawa gingerol telah terbukti
mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif anti inflamasi dan
analgesik (Syapitri, 2018).
4.4. Implementasi
Tahap ini, penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Disini perawat sebagai tim
keperawatan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan berlandaskan
59

teori secara mandiri sesuai dengan penyakit yang diderita klien dan kondisi klien
saat ini.
Dalam setiap pelaksanaan tindakan keperawatan penulis menemukan
sedikit hambatan yaitu menentukan jadwal karena pasien melakukan kegiatannya
dipagi hari serta tidak bisa melakukan pengecekan asam urat dikarenakan
keterbatasan alat dan kondisi dimasa pandemi ini. Dan yang mendukung adalah
pasien sangat kooperatif saat pengkajian dan melakukan intervensi yang
direncanakan.
4.5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah diberikan. Tahap ini merupakan pembandingan antara
kriteria hasil yang diharapkan dengan kondisi klinis yang ditampilkan oleh klien.
Kegiatan evaluasi meliputi evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil atau
sumatif.
Hasil dari perkembangan klien selama dilakukan asuhan keperawatan,
yang dilaksanakan selama sepuluh hari dimulai sejak tanggal 23 Juni s/d 2 Juli
2020 yaitu : Dari kedua diagnosa yang terdapat pada Ny. E, semua masalah masih
teratasi sebagian. Karena nyeri pada rematik itu bersifat persisten yaitu rasa nyeri
yang hilang timbul. Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena
memerlukan energi fisik dan emosional yang ekstra untuk mengatasi nyeri
tersebut. Dan untuk diagnosa resiko jatuh pasien juga mempunyai hal nyeri pada
sendi dan mengalami katarak pada bagian mata sebelah kanan yang masih
menunggu jadwal operasi karena klien melakukan operasi dengan bertahap
memulai dari mata yang sebelah kiri terlebih dahulu serta klien juga sudah
memasuki usia yang rentan mengalami resiko jatuh yaitu di usia 78 tahun.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dalam melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan
diagnosa medis Rheumathoid Artritis pada tahap pengkajian pasien ditemukan
mengalami tanda dan gejala rematik yaitu nyeri pada persendian dan terasa ngilu
serta kebas. Pada tahap diagnosa ditemukan diagnosa keperawatan sebanyak 2
diagnosa yaitu nyeri akut dan resiko jatuh. Pada tahap intervensi direncanakan untuk
penanggulangan rasa nyeri agar nyeri berkurang dan menurunkan resiko jatuh pada
pasien. Pada tahap implementasi pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan dan terdapat hambatan serta pendukung pengerjaan intervensi itu
sendiri. Pada tahap evaluasi kedua diagnosa yaitu nyeri akut dan resiko jatuh masih
teratasi sebagian.

5.2. Saran
Bagi masyarakat khususnya lansia melakukan ROM, kompres jahe hangat,
dan melakukan relaksasi benson secara mandiri dapat mengurangi intensits nyeri saat
terjadi kekambuhan pada penyakit rematik.
Petugas puskesmas diharapkan mampu melakukan kunjungan rutin secara
terjadwal untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan meningkatkan strategi
dengan menambah SDM perawat komunitas sebagai upaya untuk menemukan pasien
rematik dan melakukan pengobatan secara tepat.
Sebagai calon tenaga perawat profesional, hendaknya mahasiswa keperawatan
dapat mempergunakan wadah tempat mereka menimba ilmu dengan semaksimal
mungkin. Wujud kepedulian masyarakat ini dapat berupa usaha-usaha
yang diharapkan pula masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai
solusi dalam pemeliharaan kesehatannya.

60
DAFTAR PUSTAKA

Antoni, A., & Lubis, N. (2018). Pengaruh Latihan Gerak Aktif Terhadap Intensitas
Nyeri Rematik Pada Lansia. JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA,
18-21.
Brunner & Suddarth, (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC.
Dara, I., Ropei, O., & Suharjiman. (2018). EFEKTIFITAS RELAKSASI BENSON
DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI ARTHRITIS
RHEUMATOID PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL
TRESNA WERDHA KARAWANG. PINLITAMAS 1, 226-237.
Herdman, T. Heateher. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & Nanda NIC NOC.Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Kemenkes, RI. 2017. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. (http://www.Depkes. Go.id,
diakses pada tanggal 2 Juli 2020 pukul 12.27)
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2012). Fundamental of Nursing:
Concept, Process, and Practice. Editor Edisi Bahasa Indonesia: Widiarti, W.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7.
Vol. 1. Jakarta: EGC.
PPNI, D. &. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan
indikator diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
Sidik, A. B. (2018). PENGALAMAN LANSIA DALAM MENGATASI NYERI
ARTHRITIS RHEUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
SUMATERA SELATAN TAHUN 2017. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 153-163.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Syapitri, H. (2018). KOMPRES JAHE BERKHASIAT DALAM MENURUNKAN
INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA RHEUMATHOID ARTHRITIS.
Jurnal Mutiara Ners, 57-64.
61
World Health Organization (WHO). 2018. Chronic Rheumatic Condition. Diakses
dari https://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/

62
LAMPIRAN

63
64
65
66
67
68
LATIHAN RENTANG GERAK SENDI

1. LEHER
Arahkan kepala kekiri dan ke kanan secara bergantian selama
10 kali hitungan

2. BAHU DAN TANGAN


a. Atur posisi lengan dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.

69
3. JARI-JARI DAN TELAPAK TANGAN
Tekuk jari – jari kebawah, luruskan jari – jari kaki ke belakang
dan kembalikan ke posisi semula.

70
4. PERGELANGAN KAKI DAN TELAPAK KAKI
Gerakan kaki ke arah punggung kaki,
Gerakan jari jari kaki ke atas dan ke bawah

71
72
73
74
75

Anda mungkin juga menyukai