Anda di halaman 1dari 48

KEPERAWATAN MATERNITAS

CA OVARIUM (KANKER INDUNG TELUR)

Disusun Oleh:
1. Godentius R (1811011)
2. Karlina Ardi (1811017)
3. Ulfatul Kusna (1811030)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PARALEL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin,
kuasa dan perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “CA OVARIUM (Kanker Indung Telur)”. Penulisan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Maternitas yang
diberikan kepada kami. Agar kami dapat mengetahui serta memahami cara
menyusun makalah dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah
kami peroleh.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan makalah ini .

Surabaya, 10 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
1.3. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 Definisi............................................................................................................................5
2.2 Etiologi............................................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis...........................................................................................................6
2.4 Pathway...........................................................................................................................6
2.5 Komplikasi......................................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................7
2.7 Penatalaksana Medis.......................................................................................................9
2.8 Pencegahan....................................................................................................................10
2.9 Discharge Planning........................................................................................................11
2.10Asuhan Keperawatan.....................................................................................................13
2.11 Diagnosa........................................................................................................................16
2.12Intervensi.......................................................................................................................17
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................26
3.2 Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kanker ovarium merupakan kanker alat genital perempuan yang dapat
menyebabkan kematian tertinggi. Pada diagnosis penyakit kanker ovarium di
USA, jumlah kasus baru didapatkan sekitar 22.220 kasus setiap tahunnya dan
sekitar 16.210 kematian akibat penyakit ini.Terdapat 6% kanker ovarium dari total
kanker pada perempuan dan terdapat 1 dari 68 perempuan yang menderita kanker
ovarium (Prawirohardjo & Kampono, 2013). Pada pasien kanker ovarium, banyak
kasus kanker yang ditemukan sudah pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan
karena kanker tidak menunjukkan tanda dan gejala penyakit yang khas. Angka
kejadian penyakit ini banyak ditemukan pada usia di atas 40 tahun dengan makin
meningkatnya usia maka makin tinggi pula kasus yang ditemukan. Pada usia 40-
44 tahun sekitar 15-16 per 100.000 orang dan usia 70-74 tahun sekitar 57 per
100.000 ditemukan pasien dengan kanker ovarium. Sementara usia median saat
diagnosis adalah usia 63 tahun (Prawirohardjo, 2010). Tuan (2008) mengatakan
kanker ovarium disebabkan oleh oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi tumor
primer, dimana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan terjadi
implantasi. Implantasi merupakan ciri khas dari tumor ganas ovarium. Gejala
yang terjadi pada kanker ovarium adalah gejala samar dan asites. Pada stadium
awal dapat timbul asites (kelebihan volume cairan di rongga perut) dengan cepat
kanker tumbuh melampaui kavum pelvis, sehingga teraba massa, menstruasi tidak
teratur, dan dapat timbul perdarahan pervaginal. Timbulnya perdarahan ini
menyebabkan penurunan eritrosit yang mengakibatkan penderita dengan Ca
ovarium akan mengeluh pusing, letih, dan lesu yang biasa disebut anemia (Nanda,
2015). Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker
ginekologi di Amerika Serikat, dengan puncak insidensi terjadi di awal 1980-an.
Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium sering kali
sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh di dalam pelvis (Brunner, 2015).
Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok yaitu tumor jinak, bordeline (kanker
diferensiasi sedang), dan tumor ganas.

1
Kanker ovarium diperkirakan 30 % terjadi dari seluruh kanker pada sistem
genitalia wanita (Arania & Windarti, 2015). Menurut American Cancer Society
tahun 2016, kanker ovarium menduduki peringkat kelima dari seluruh kanker
yang ditemukan pada wanita. Sekitar 22.280 kasus baru kanker ovarium
terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggal karena kanker ovarium di Amerika
Serikat. Angka kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar 46,2 %. Berdasarkan
laporan International Agency for Research on Cancer ( IARC ) tahun 2012, angka
kejadian kanker ovarium pada tingkat global adalah 3,6/100.000 penduduk.
Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada stadium I, II, III, dan IV
yaitu masing-masingnya sekitar 90 %, 70 %, 39 %, dan 17 %.
Data Globocan tahun 2012, insiden dan mortalitas kanker ovarium di Asia
menempati urutan kesembilan dari penyakit-penyakit kanker yang menyerang
pada saluran genitalia wanita. Insiden kanker ovarium di Asia Tenggara sebanyak
47.689 kasus atau 5,2 % dari seluruh usia pada wanita ( IARC tahun 2012 ).
Penduduk Indonesia yang menderita kanker ovarium menduduki urutan ke enam
terbanyak setelah karsinoma servik, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma.
Insidens kanker ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2 % dengan
angka mortalitas 7.031 kasus. Data kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Tahun 2010-2013 pada penyakit kanker ovarium tahun 2010 pada kasus baru
terdapat 113 dan kasus kematian terdapat 22, tahun 2011 terdapat kasus baru 146
dan kasus kematian 31, tahun 2012 terdapat kasus baru 144 dan kasus kematian
27 dan pada tahun 2013 kasus baru terdapat 134 dan kasus kematin 46
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Menurut data dari prevalensi
dan estimasi jumlah penderita penyakit kanker pada penduduk semua umur tahun
2013 di provinsi Sumatera Barat di diagnosis dokter terdapat 1,7 % dengan
estimasi jumlah absolut 8.560 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2015).
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh seorang perawat adalah
pertama dengan mengkaji riwayat kesehatan pasien baik yang dialami sekarang
maupun dimasa lampau. Pemerikssaan fisik juga dilakukan untuk mengetahui
tanda-tanda pada Ca Ovarium. Setelah melakukan pemeriksaan fisik, barulah
dapat dilakukan suatu pengobatan. N., Richard (2006) menyebutkan salah satu

2
pengobatan kanker ovarium yaitu dengan cara kemoterapi. Klien yang sudah
melakukan kemoterapi akan mulai mengalami mual, nafsu makan menurun,
stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik sebelum dan
sesudah tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga efek dari terapi
tersebut dapat diminimalkan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil
adalah “bagaimana asuhan keperawatan dengan diagnose medis kanker
ovarium?”.

1.3. TUJUAN UMUM


Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis kanker ovarium.

1.4. TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi kanker ovarium.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan factor resiko kanker ovarium.
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis kanker ovarium.
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi kanker ovarium.
5. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan kaker ovarium.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI FISIOLOGI


Ovarium merupakan organ berbentuk seperti buah badam (almond)
dengan ukuran sekitar 4 cm dan melekat pada uterus melalui ligamen ligamen
ovarii yang berjalan di dalam mesovarium. Ovarium memiliki 2 hubungan,
ligamen infundibulopelvikum (ligamentum suspensorium ovari) yang berjalan
melewati pembuluh-pembuluh darah ovarium dan limfatik dari dinding pelvis
dan ligamentum ovarii yang melalui kornu uterus (Ellis, 2006).
Vaskularisasi ovarium didapat dari aorta abdominalis yang turun
sepanjang dinding abdomen posterior .Arteri kemudian menyilang di pembuluh
darah arteri iliaca eksterna dan masuk ke ligamentum suspensorium. Cabang
ascendens arteri uterina yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna
berjalan sepanjang uterus lateral menuju daerah medial ovarium dan tuba.
Arteri ovarica dan arteri uterina ascendens kemudian merupakan cabang
perdarahan terakhir dan kemudian beranatomosis satu sama lainnya yang
memberikan sirkulasi kolateral dari sumber abdominal dan pelvis ke kedua
struktur (Moore & Dalley, 2013).
Inervasi ovarium berasal dari pleksus ovaricus dan sebagian dari pleksus
uterinus (pelvikus). Ovarium dan tuba uterina terletak intraperitoneal, sehingga
berada di atas garis nyeri pelvis. Oleh karena itu, serat nyeri aferen visceral
naik secara retrogard dengan serat simpatis desendens pleksus ovaricus dan
nervus splanchnicus lumbalis ke badan sel pada ganglia sensorik spinalis T11-
L11. Serat refleks aferen visceral mengikuti serat parasimpatis secara retrogard
melalui pleksus hypogastricus inferior dan uterinus (pelvikus) dan nervus
splanchnicus pelvicus ke badan sel pada ganglia sensorik spinalis S2-S4
(Moore & Dalley, 2013).

4
Gambar 1. Anatomi Ovarium (Saladin, 2008)

Histologi Ovarium
Ovarium melekat pada ligamentum latum uteri melalui mesovarium
(lipatan peritoneum) dan bagian lainnya melalui ligamentum ovarii propium
(dinding uterus). Permukaan ovarium dilapisi oleh satu lapisan sel, yaitu epitel
germinal dan dibawahnya terdapat jaringan ikat tunika albuginea. Lapisan
berikutnya terdapat korteks yang cukup tebal dan medulla yang banyak
terdapat pembuluh darah. Korteks dan medulla tidak memiliki batas yang jelas
dan kedua bagian ini tampak menyatu. Ovarium memiliki korpus luteum yang
berasal dari folikel yang mengalami ovulasi dan korpus albikans saat korpus
luteum berdegenerasi. Dalam tahap perkembangan (primordial, primer,
sekunder, dan matur), folikel ovarium mengalami proses degenerasi yang
disebut atresia dan sel degeneratif atretik ini kemudian akan dimakan oleh
makrofag. Atresia folikel terjadi sebelum lahir dan akan berlanjut ketika
seorang wanita memasuki masa subur (diFiore, 2010).

5
Gambar 2. Histologi Ovarium (diFiore, 2010)

Fisiologi Ovarium
Ovarium mempunyai dua fungsi utama sebagai organ penghasil ovum
dan mengeluarkan hormon seks wanita, estrogen dan progesteron. Hormon
estrogen dan progesteron berperan untuk mendorong fertilisasi ovum dan
mempersiapkan sistem reproduksi wanita untuk kehamilan. Estrogen berperan
untuk pematangan dan pemeliharaan sistem reproduksi wanita dan membentuk
karakteristik sekunder wanita. Sementara progesteron berperan dalam
mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk memelihara embrio dan
kemudian janin serta berperan dalam kemampuan payudara untuk
menghasilkan susu (Sherwood, 2013).

6
Gambar 3. Fisiologi Ovarium (Saladin, 2008)

2.2. DEFINISI
Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan
menjadi tiga tipe utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan
epithelial ovarian cancer (EOC). Mayoritas kanker ovarium yang sering
ditemukan adalah tipe EOC dan memiliki beberapa subtipe, antara lain:
mucinous, clear cell, endometroid, low-grade serous, dan high-grade serous
carcinoma (HGSC). Subtipe HGSC merupakan jenis kanker epitel yang paling
banyak dan juga paling agresif. Hal ini karena banyak wanita didiagnosis telah
memasuki stadium lanjut (stadium III atau IV) dengan nilai 5 tahun ketahanan
hidup (5 years survival rate) antara 20-40% (George et al., 2016).
Kanker ovarium atau kanker indung telur adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 -
70 tahun. Penyakit ini bisa menyebar kebagian lain, panggul, dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan
paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ini
merupakan awal dari banyak kanker primer (Nanda, 2015). Karena kanker
ovarium sering kali tidak menunjukkan gejala apapun pada stadium awalnya,

7
sehingga penemuan kanker terhambat dan pasien telah memasuki stadium
lanjut (Afiyanti, Y.,2016).

2.3. ETIOLOGI
Afiyanti, Y. (2016) mengatakan kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel
yang tidak normal. Pertumbuhan abnormal ini pada dasarnya terjadi akibat
adanya peristiwa mutasi genetik dalam sel. Terdapat beberapa hal yang dapat
menyebabkan terjadinya mutasi ini. Segala hal yang meningkatkan
kemungkinan seseorang menderita kanker ini disebut faktor resiko.
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak talk perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. Riwayat keluarga dengan kanker atau ovarium
7. Nulipara (tidak pernah melahirkan)
8. Infertilitas
9. Menstruasi dini (Nanda,2015)
Faktor resiko terjadinya kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai
berikut.
1) Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industri
2) Faktor reproduksi
a) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel
ovarium
b) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan
resiko dua sampai tiga kali
c) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi resiko
terjadinya kanker
d) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi selama
lima tahun atau lebih
e) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3) Faktor genetik
a) 5-10 % adalah herediter

8
b) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat
menjadi 7 % bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.

2.4. KLASIFIKASIKASI
Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada
keseragamannya, namun belum ada perbedaan sifat yang begitu berarti. Kanker
ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor yaitu
sebagai berikut.
1) Tumor-tumor Epiteliel
Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60 % dari semua neoplasma ovarium
yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas, dan ganas.
Keganasan epitel yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa
2) Tumor Stroma Gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan.
3) Tumor-tumor Sel Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan
sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal.

Tingkatan stadium pada Ca Ovarium (Nanda, 2015)


Stadium Tahapan
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada oravirum
Stadium Ia Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asites
yang berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar,
kapsul utuh.
Stadium Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asites,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul
intik.
Stadium Ic Tumor dengan stadium Ia dan Ib tetapi ada pertumbuhan
tumr dipermukaan luar atau kedua varium atau kapsul pecah
atau dengan asites berisi sel ganas, atau dengan bilasan
peritonium positif.
Stadium II Pertumbuhan pada suatu atau kedua ovarium dengan

9
perluasan ke panggul.
Stadium IIa Perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba fallopi.
Stadium IIb Perluasan jaringan pelvis lainnya.
Stadium IIc Tumor stadium IIa dan IIb tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau dua ovarium, kapsul pecah atau dengan
asites yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritonium positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan implant di
peritonium di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif.
Tumor terbatas pada pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti
meluas ke usus besar atau omentum.
Stadium IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) di
permukaan peritonium abdominal.
Stadium IIIb Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan implant di
permukaan peritonium dan terbukti secara mikroskopi,
diameter melebihi 2cm, dan kelenjar getah bening negatif.
Stadium IIIc Implant di abdomen dengan diameterr lebih dari 2 cm, dan
atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal
positif.
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis jauh.

2.5. MANIFESTASI KLINIS


Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium
sebagai berikut.
1. Perut membesar/merasa adanya tekanan
2. Dispareunia
3. Berat badan meningkat karena adanya massa/asites
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium yaitu :
1. Peningkatan lingkar abdomen
2. Tekanan panggul

10
3. Kembung
4. Nyeri punggung
5. Konstipasi
6. Nyeri abdomen
7. Urgensi kemih
8. Dispepsia
9. Perdarahan abnormal
10. Flatulens
11. Peningkatan ukuran pinggang
12. Nyeri tungkai
13. Nyeri panggul

2.6. PATOFISIOLOGIS
Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral. Resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan faktor lingkungan, reproduksi
dan genetik. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium
epiteliel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi
di industri barat. Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, tidak hamil dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua
itu di anggap mungkin menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau
lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen-gen
supresor tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan
penting pada beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan
autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang
terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang menderita kanker ovarium, seorang
perempuan memiliki 50 % kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker ovarium
dikelompokkan dalam tiga kategori besar ; (1) tumor-tumor epiteliel ; (2) tumor
stroma gonad ;dan (3) tumor-tumor sel germinal. Keganasan epiteliel yang paling
sering adalah adenomakarsinoma serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai
berkembang dari permukaan epitelium, atau serosa ovarium.

11
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami
cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya
dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau
tanda spesifik.
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal, seperti
rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada
beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat
hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor
menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut
pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor,
ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama
pemeriksaan pelvis rutin.
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang teraba
bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista
fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada
perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa berukuran berapapun,
disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah.
Walaupun laparatomi adalah prosedur primer yang digunakan untuk menentukan
diagnosis, cara-cara kurang invasif (misal CT-Scan, sonografi abdomen dan
pelvis) sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran.
Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad ;
2% dari jumlah ini menjadi keganasan ovarium. WHO (World Health
Organization), mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis
dengan subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 % hingga 33
% tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari bagian kista
dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua tumor ovarium,
dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas.

12
Respon Tubuh terhadap Fisiologis
1) Sistem gastrointestinal
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut
menginvasi ke organ lambung atau pembesaran massa yang disertai asites akan
menekan lambung sehingga menimbulkan gejala gastrointestinal seperti nyeri ulu
hati, kembung, anoreksia, dan intoleransi terhadap makanan
2) Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain salah
satunya ke saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi penekanan pada pelvis
sehingga terjadi gangguan pada perkemihan seperti susah buang air kecil atau
urgensi kemih
3) Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh massa
yang semakin membesar. Awalnya terjadi gangguan metabolisme di hati,
netralisir racun di hati terjadi penurunan, terjadi penumpukan toksik atau racun di
tubuh sehingga sistem imun tubuh menurun sehingga menimbulkan gejala
kelelahan.
(Reeder, dkk. 2013)

13
2.7. WOC
Faktor pencetus

Faktor genetik Faktor lingkungan Faktor reproduksi

Gangguan pembelahan DNA Terpajan inhalasi/ hematogen Ganngguan hormon pengaturan haid
(BRCA 1) pada ovarium
Zat karsinogen bermetastase ke ovarium
Gangguan siklus ovulasi
Sel-sel berdiferensiasi
abnormal Terjadi pengendapan di lapisan endotel
Sel telur gagal berevolusi
Proses hiperplasia, Merusak pembelahan sel
Menghasilkan hormon hipofisis abnormal
displasia dan aplasia
Penimbunan folikel
Tumor/ kista Kanker Ovarium
Prognosis memburuk Pematangan sel telur gagal

Koping individu tidak efektif


Kurang terpajan informasi mengenai penyakit

MK : MK : Defisiensi
Ansietas Pengetahuan

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV

14
Menyerang satu atau dua ovarium Menyebar ke jaringan sekitar panggul Menyebar ke peritonium Menyebar ke organ lain

Penekanan di pelvis Asites Mendesak ke paru-paru Medesak ke hati


Gangguan pembuahan sel telur
Urgensi a. Kembung Beban paru-paru ↑ Gangguan
a. Gangguan siklus haid
b. Flatus metabolisme di hati
b. keputihan MK: gangguan Gangguan ventilasi
c. Nyeri tungkai
eliminasi urin Netralisir racun
MK: Disfungsi seksual d. Nyeri punggung MK: menurun
ketidakefektifan
MK: Nyeri akut MK: Hambatan pola nafas Penumpukan toksik
mobilitas fisik di tubuh
Menekan saluran cerna
Perut terasa penuh Sistem imun tubuh
menurun
Gerakan peristaltik
Anoreksia
usus menurun
MK: Resiko infeksi
MK:
Susah Ketidakseimbangan
BAB nutrisi kurang dari
MK: Konstipasi kebutuhan tubuh

Sumber : Prawirohardjo (2014), Williams & Wilkins (2014), Digiulio (2014), dan Price & Wilson (2012)

15
2.8. KOMPLIKASI
Tuan (2008) menyebutkan akibat komplikasi sebagai berikut:
1. Perdarahan pada Tumor
Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak dalam jumlah banyak akan terjadi
distensi atau nyeri perut.
1. Torsi
Torsi atau putaran tungkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infudibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
1. Infeksi pada Tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti apendicitis, divertikaliti, atau salpingitis akut.

2.9. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Nanda (2015) mengatakan, tindakan pembedahan selain bertujuan untuk
diagnosis (jinak/ganas, jenis sel tumor), juga bertujuan untuk terapi yaitu
pengangkatan tumor dan juga penetapan stadium (surgical staging). Prosedur
pembedahan tumor ovarium (ganas) yaitu:
a. Insisimediana
b. Sitologi cairan peritoneum atau bilasan rongga peritonium
c. Eksplorasi rongga peritoneum, biopsi dareah yang mencurigakan
d. Salpingooovorektomi (potong beku)
e. Salpingooovorektomi kontralateral
f. Histerektomi totalis
g. Omentektomi infrakolika
h. Limfadenektomi pelvik kiri-kanan, dan para-aorta
i. Biopsi peritoneum (paravesikal, parakolika kiri-kanan, subdiafraghma,
kavum dauglas dan daerah perlengketan tumor)
j. Eksisi lesi tumor –tumor metastasis
1. Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi diperlukan untuk stadium Ic atau lebih dengan
kombinasi dasar cisplatin dan taxan sebagai kemoterapi primer. Radioterapi hanya
diberikan pada jenis disgerminoma dan penderita tidak lagi menginginkan anak.

2.10. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak

16
atau ganas (kanker ovarium). Pemeriksaan diagnostik menurut Brunner (2015),
sebagai berikut.
1) Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125 sangat
bermanfaat untuk wanita yang beresiko tinggi
2) Pemeriksaan praoperasi dapat mencakup enema barium atau kolonoskopi,
serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada, urografi IV, dan
pemindaian CT.Scan.

Nanda (2015) menyebutkan beberapa pemeriksaan yang dapat disebutkan,


diantaranya:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan kimia darah
3. Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7. Laparotomi
8. CT-scan atau MRI perut
9. Pemeriksaan panggul
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian
12. CA 125 tes darah, adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel
kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat.
2.11. PENCEGAHAN
Afiyanti, Y. (2016) menjelaskan macam-macam pencegahan yang dapat
dilakukan, seperti:
1. Pencegahan Primer
Tujuan utama dari pencegahan primer adalah menekan jumlah penderita
kanker agar tidak ada penderita baru.
a. Melakukan gaya hidup sehat meliputi:
1) Melakukan pola makan yang sehat, diet yang sehat tidak hanya
mempertimbangkan jenis makanan yang kita makan tetapi juga waktu
makan, porsi dan variasinya. Contoh bahan makanan untuk mencegah
kanker diantaranya kacang-kacangan terutama kacang merah dan kacang
kedelai, brokoli (dapat digantikan dengan sayuran cruciferus berwarna hijau
lainnya), tomat, wortel, jamur, buah-buahan, bawang putih, ikan tuna, dan
salmon.

17
2) Melakukan aktifitas fisik dan olahraga yang teratur, dimulai dari berjalan
cepat, bersepeda santai, bermain tenis atau badminton berpasangan
a. Melakukan deteksi dini sangat penting dalam pencegahan kanker. Kanker
yang ditemukan lebih awal melalui deteksi dini, dapat ditangani lebih baik
dengan tingkat kesembuhan 30% lebih tinggi.
1. Pencegahan Kanker dengan Kemo-Preventif
Merupakan tindakan pemberian terapi farmakologis (obat) dengan tujuan
untuk mencegah timbulnya suatu penyakit. Terapi kemo-preventif kanker
merupakan penggunaan zat-zat alami atau buatan yang digunakan untuk
mencegah, menekan atau membalikkan perkembangan karsinoma yang invasive.
Saat ini agen kemo-preventif masih terbatas ketersediaannya, dikarenakan hanya
terdapat beberapa agen kemo-preventif yang telah diuji aman untuk digunakan,
namun memiliki prospek yang baik dalam upaya pencegahan kanker.
1. Pemeriksaan Sekunder
Upaya deteksi dini kanker merupakan salah satu tindakan pencegahan
sekunder disamping upaya pengobatan sebelum tanda dan gejala kanker muncul.
Inti utamanya adalah pengobatan segera setelah ditemukan masalah dan untuk
mencegah tanda dan gejala kanker yang lebih berat. Beberapa tahap diantaranya
adalah pengkajian resiko, scrinning yang sesuai, follow-up diagnosis untuk hasil
scrinning yang abnormal, dan melakukan pengobatan dan pengawasan.

2.12. ASUHAN KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan
asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan. Tahapannya yaitu
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Proses pemecahan masalah
yang sistematik dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat
menghasilkan rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien
seperti yang tersebut diatas yaitu melalui empat tahapan keperawatan.

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Anamnesis
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.

18
Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche atau di
atas 45 tahun (Manuaba, 2010).
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada wanita
usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk stadium awal
(Hutahaean, 2009). Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran massa yang
disertai asites (Reeder, dkk. 2013).
b) Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2011) yaitu :
(1) Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau
merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan menetap
(2) Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis,
distensi abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada abdomen.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara
dan kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50 % (Reeder, dkk. 2013).
e) Riwayat haid/status ginekologi
Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi
gangguan siklus menstruasi (Hutahaean, 2009).
f) Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan sistem
hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia > 35 tahun (Padila,
2015).
g) Data keluarga berencana
Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral sementara
karena kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker ovarium yang ganas
(Reeder, dkk. 2013).
h) Data psikologis

19
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus
asa, menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013).
i) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas dan
istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.
j) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.
k) Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang
menekan pelvis.
l) Data makanan/cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen sehingga akan
mengalami gangguan gastrointestinal.
m) Data nyeri/kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.
n) Pemeriksaan fisik
(1) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien sadar,
tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan dyspnea.
(2) Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom
dan rambut tidak rontok.
(3) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada lesi.
(4) Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+,
pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi mukosa
tidak pucat dan tidak ada sariawan.
(5) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid.
(6) Thoraks

20
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
(7) Paru-paru
(a) Inspeksi
Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
(b) Palpasi
Fremitus kiri dan kanan sama.
(c) Perkusi
Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.
(d) Auskultasi
Vesikuler.
(8) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada
saat pemeriksaan di jantung
(a) Inspeksi
Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.
(b) Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
(c) Perkusi
Pekak.
(d) Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah penutupan
bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2 adalah penutupan
katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan.
(9) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
(10) Abdomen
(a) Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat adanya asites dan
perbesaran massa di abdomen
(b) Palpasi

21
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan terasa seperti karet
atau batu massa di abdomen
(c) Perkusi
Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites yang telah
bermetastase ke organ lain
(d) Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
(11) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat
hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stasium lanjut
akan dijumpai tidak ada haid lagi.
(12) Ekstremitas
Tidak ada udema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada stadium
lanjut akan ditandai dengan kaki udema. (Reeder, dkk. 2013).
o) Pemeriksaan penunjang
(1) Pemeriksaan laboratorium
Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada pasien kanker
ovarium yaitu :
(a) Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang abnormal
(b) Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium,
antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau menurun
yang mengarah ke komplikasi.
(2) Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor. Pada
stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah menyebar ke rongga
panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen, dan stadium IV sudah
menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru, dan gastrointestinal
(3) Prosedur diagnostik
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada stadium
III kanker ovarium cairan asites positif sel kanker.
(4) Pemeriksaan lain

22
Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi tumor,
dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium berapa kanker
ovarium tersebut.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker
ovarium menurut adalah sebagai berikut :
1. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan kompresi serabut saraf
2) Konstipasi berhubungan dengan tumor
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis
4) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan diafragma
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh
7) Kesiapan meningkatkan harapan berhubungan dengan keyakinan
8) Kesiapan meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan kesembuhan
9) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
10) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
2. Post operasi :
1) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit
3) Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
5) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
Herdman. H.T & Kamitsuru. S (2015)

23
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI
DIAGOSA KEPERAWATAN NOC NIC
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Nyeri
kompresi serabut saraf Defenisi : pasien mampu mengontrol nyeri dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri
pengalaman sensori dan emosional tidak kriteria hasil : komprehensif yang meliputi lokasi,
menyenangkan yang muncul akibat 1. Mengenali kapan nyeri terjadi karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan aktual atau potensial 2. Menggambarkan faktor penyebab kualitas, intensitas atau beratnya
atau yang digambarkan sebagai kerusakan. 3. Melaporkan perubahan terhadap nyeri dan faktor pencetus.
Batasan Karaktreristik : gejala nyeri pda profesional kesehatan 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
1. Bukti nyeri dengan menggunakan 4. Mengenali apa yang terkait dengan mengenai ketidaknyamanan terutama
standar periksa nyeri untuk pasien gejala nyeri pada mereka yang tidak dapat
yang tidak mengungkapkannya 5. Melaporkan nyeri yang terkontrol berkomunikasi secara efektif.
2. Fokus menyempit 3. Pastikan perawatan analgesik bagi
3. Fokus pada diri sendiri pasien dilakukan dengan pemantauan
4. Keluhan tentang intensitas yang ketat.
menggunakan standar skala nyeri 4. Gunakan strategi komunikasi
5. Laporan tentang perilaku nyeri/ terapeutik.
perubahan aktivitas 5. Kaji pengetahuan dan kepercayaan
6. Mengekspresikan perilaku (mis., pasien mengenai nyeri.

24
gelisah, merengek, menangis, 6. Kaji bersama pasien faktor-faktor
waspada) yang dapat menurunkan atau
7. Perubahan selera makan memperberat nyeri.
8. Putus asa 7. Berikan informasi mengenai nyeri
9. Sikap melindungi area nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
10. Sikap tubuh melindungiri/perubahan nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
aktivitas dari ketidaknyamanan akibat
prosedur.
8. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri.
9. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (terapi relaksasi).
10. Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat.
11. Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri yang dipakai selama
pengkajian nyeri dilakukan.
12. Dukung istirahat/tidur yang adekuat

25
untuk membantu penurunan nyeri.
Konstipasi berhubungan dengan tumor Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Saluran Cerna
Defenisi : penurunan frekuensi normal pasien tidak mengalami gangguan 1. Catat tanggal buang air besar terakhir.
defekasi yang disertai kesulitan atau eliminasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor BAB termasuk frekuensi,
pengeluaran feses tidak tuntas atau feses 1. Pola eliminasi teratur konsistensi, bentuk, volume dan
yang keras, kering, dan banyak. 2. Warna feses normal warna.
Batasan Karakteristik : 3. Kemudahan dalam BAB 3. Monitor bising usus.
1. Anoreksia 4. Pengeluaran feses tanpa bantuan 4. Catat masalah BAB yang sudah ada
2. Adanya feses lunak, seperti pesta di 5. Suara bising usus normal sebelumnya.
dalam rektum 5. Ajarkan pasien mengenai makanan-
3. Bising usus hiperaktif makanan tertentu.
4. Bising usus hipoaktif 6. Masukkan suppositoria rektal.
5. Darah merah pada feses 7. Intruksikan pasien mengenai makanan
6. Distensi abdomen tinggi serat.
7. Feses cair
8. Feses keras dan berbentuk
9. Keletihan umum
10. Massa abdomen yang dapat diraba
11. Mual

26
12. Muntah
13. Nyeri abdomen
14. Nyeri pada saat defekasi
15. Nyeri tekan abdomen dengan teraba
resistensi otot
Gangguan eliminasi urine berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Perawatan Retensi Urin
dengan penekanan pelvis pasien tidak mengalami gangguan 1. Lakukan pengkajian komprehensif
Defenisi : disfungsi eliminasi urin eliminasi urin dengan kriteria hasil : sistem perkemihan
Batasasan Karakteristik : 1. Pola eliminasi baik. 2. Monitor efek dari obat-obat yang
1. Anyang-anyangan 2. Bau urine, jumlah urine, warna urine, diresepkan
2. Disuria kejernihan urine normal. 3. Pasang kateter urin sesuai kebutuhan
3. Dorongan berkemih 3. Mengosongkan kantong kemih 4. Anjurkan pasien/keluarga untuk
4. Inkontinensia sepenuhnya. mencatat urin output, sesuai kebutuhan
5. Inkontinensia urin 4. Mengenali keinginan untuk berkemih. 5. Monitor intake dan output
6. Nokturia Monitor Cairan
7. Retensi urin 1. Tentukan jumlah dan jenis
8. Sering berkemih intake/asupan cairan serta kebiasaan
eliminasi
2. Tentuakn faktor-faktor resiko yang

27
mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
3. Tentukan apakah pasien mengalami
kehausan atau gejala perubahan cairan
4. Periksa turgor kulit
5. Monitor berat badan
6. Monitor asupan dan pengeluaran
7. Monitor membran mukosa, turgor
kulit, dan respon haus
8. Monitor warna, kuantitas, dan berat
jenis urin
9. Monitor tanda dan gejala asites
Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan penekanan status pernafasan pasien normal dengan 1. Posisikan pasien untuk
diafragma kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
Defenisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang 1. Frekuensi pernafasan normal 2. Motivasi pasien untuk bernafas pelan
tidak memberi ventilasi adekuat 2. Irama pernafasan normal 3. Monitor status pernafasan dan
Batasan Karakteristik : 3. Kedalaman inspirasi normal oksigenasi
1. Bradipnea 4. Suara auskultasi normal Manajemen Ventilasi Mekanik : Invasif

28
2. Dispnea 5. Kepatenan jalan nafas baik 1. Monitor kondisi yang mengindikasikan
3. Fase ekspirasi memanjang perlunya dukungan ventilasi
4. Ortopnea 2. Monitor apakah terdapat gagal nafas
5. Penggunaan otot bantu pernapasan 3. Mulai teknik relaksasi
6. Peningkatan diameter anterior Bantuan Ventilasi
posterior 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
7. Penurunan kapasitas vital 2. Posisikan pasien untuk mengurangi
8. Penurunan tekanan ekspirasi dyspnea
9. Penurunan tekanan inspirasi 3. Ajarkan teknik pernapasan dengan
10. Penurunan ventilasi semenit tepat
11. Pernapasan bibir 4. Monitor pernapasan
12. Pernapasan cuping hidung
13. Perubahan ekskursi dada
14. Pola nafas abnormal
15. Takipnea
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Gangguan Makan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan pasien baik dengan kriteria 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
faktor biologis hasil : untuk mengembangkan rencana
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk 1. Hasrat atau keinginan untuk makan perawatan dengan melibatkan klien

29
memenuhi kebutuhan metabolik ada dan orang-orang terdekatnya dengan
Batasan Karakteristik : 2. Pasien menyenangi makanan tepat
1. Berat badan 20 % atau lebih dari 3. Pasien merasakan makanan 2. Rundingkan dengan tim dan klien
bawah rentang berat badan ideal 4. Energi untuk makan ada untuk mengatur target pencapaian
2. Bising usus hiperaktif 5. Intake makanan teratur berat badan jika berat badan klien
3. Cepat kenyang setelah makan 6. Intake nutrisi teratur tidak berada dalam rentang normal
4. Diare 7. Intake cairan teratur 3. Rundingkan dengan ahli gizi dalam
5. Gangguan sensasi rasa 8. Rangsangan untuk makan ada menentukan asupan kalori harian
6. Kehilangan rambut berlebihan yang diperlukan

7. Kelemahan otot pengunyah 4. Dorong klien untuk mendiskusikan

8. Kelemahan otot untuk menelan makanan yang disukai bersama ahli

9. Kerapuhan kapiler gizi

10. Kesalahan informasi 5. Timbang berat badan klien

11. Kesalahan persepsi 6. Monitor intake/asupan dan asupan

12. Ketidakmampuan memakan makanan cairan secara tepat


7. Monitor asupan kalori makanan
13. Kram abdomen
harian
14. Kurang minat pada makanan
8. Batasi makanan sesuai dengan jadwal
9. Observasi klien selama dan setelah

30
pemberian makan/makanan ringan
untuk meyakinkan bahwa asupan
makanan yang cukup tercapai dan
dipertahankan
10. Beri dukungan misalnya terapi
relaksasi
11. Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan
12. Monitor berat badan klien sesuai
secara rutin
Intoleransi Aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Bantuan Perawatan Diri
dengan imobilitas, ketidakseimbangan daya tahan pasien meningkat dengan 1. Pertimbangkan usia pasien ketika
antara suplai dan kebutuhan oksigen, kriteria hasil : meningkatkan aktivitas
dan tirah baring 1. Pasien rutin melakukan aktivitas 2. Monitor kemampuan diri secara
Batasan karakteristik : 2. Aktivitas fisik tidak terganggu mandiri
1. Dispnea setelah beraktivitas 3. Konsentrasi pasien tidak terganggu 3. Monitor kebutuhan pasien terkait
2. Keletihan 4. Tidak terganggu pemulihan energi dengan alat-alat kebersihan
3. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas setelah aktivitas 4. Berikan lingkungan yang terapeutik
4. Perubahan elekrokardiogram (EKG) 5. Hemoglobin normal 5. Berikan peralatan kebersihan pribadi

31
5. Respons frekuensi jantung abnormal 6. Hematokrit normal 6. Berikan bantuan pasien sampai pasien
terhadap aktivitas mampu melakukan perawatan diri
6. Respons tekanan darah abnormal mandiri
terhadap aktivitas 7. Dorong pasien untuk melakukan
aktivitas normal sehari-hari
8. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan
diri
Ansietas berhubungan dengan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pengurangan Kecemasan
kesehatan menurun pasien mampu mengontrol kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Defenisi : perasaan tidak nyaman atau dengan kriteria hasil : meyakinkan
kekhawatiran yang samar disertai respons 1. Mengurangi penyebab kecemasan 2. Nyatakan dengan jelas harapan
otonom (sumber sering kali tidak spesifik 2. Menggunakan strategi koping yang terhadap perilaku klien
atau tidk diketahui oleh individu) perasaan efektif 3. Jelaskan semua prosedur termasuk
takut yang disebabkan oleh antisipasi 3. Menggunakan teknik relaksasi sensasi yang akan dirasakan yang
terhadap bahaya. Hal ini merupakan 4. Mempertahankan hubungan sosial mungkin dialami pasien selama
isyarat kewaspadaan yang 5. Mempertahankan tidur adekuat prosedur
6. Mengendalikan respon kecemasan
memperingatkan individu akan adanya 4. Berikan informasi faktual terkait
bahaya dan memampukan individu untuk diagnosis, perawatan, dan prognosis
tidak menghadapi ancaman 5. Dorong keluarga untuk mendampingi

32
Batasan Karakteristik : klien dengan cara yang tepat
1. Agitasi 6. Puji/kuatkan perilaku yang baik secara
2. Gelisah tepat
3. Gerakan ekstra 7. Bantu klien mengidentifikasikan situasi
4. Insomnia yang memicu kecemasan
5. Kontak mata buruk Terapi Relaksasi
6. Melihat sepintas 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
7. Mengekspresikan kekhawatiran relaksasi serta jenis relaksasi yang
karena perubahan dalam peristiwa tersedia
hidup 2. Tentukan apakah ada intervensi
8. Penurunan produktivitas relaksasi di masa lalu yang sudah
9. Perilaku mengintai memberikan manfaat
10. Tampak waspada 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tanpa distraksi
4. Dorong klien untuk mengambil posisi
yang nyaman
5. Minta klien untuk rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
6. Tunjukkan dan praktikkan teknik

33
relaksasi pada klien
7. Dorong pengulangan teknik dan
praktik-praktik tertentu secara berkala
8. Berikan waktu yang tidak terganggu
Defisiensi pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pengajaran Proses Penyakit
dengan kurang informasi pasien mampu memanaemen kanker 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
Defenisi : ketiadaan atau defisiensi dengan kriteria hasil: dengan proses penyakit
informasi kognitif yang berkaitan dengan 1. Tanda dan gejala kanker 2. Review pengetahuan pasien mengenai
topik tertentu 2. Penyebab dan faktor-faktor yang kondisinya
Batasan Karakteristik : berkontribusi 3. Jelaskan proses penyakit
1. Ketidakakuratan melakukan tes 3. Menjelaskan perjalanan penyakit 4. Identifikasi kemungkinan penyebab
2. Ketidakakuratan mengikuti perintah biasanya sesuai kebutuhan
3. Kurang pengetahuan 4. Tahapan kanker 5. Identifikasi perubahan kondisi fisik
4. Perilaku tidak tepat (mis : histeria, 5. Tanda dan gejala kekambuhan pasien
bermusuhan, agitasi, dan apatis) 6. Pilihan pengobatan yang tersedia 6. Diskusikan pilihan/terapi penanganan
7. Pengobatan alternatif 7. Edukasi pasien mengenai tindakan
8. Efek lanjut obat untuk meminimalkan gejala
9. Masalah perawatan diri selama Pengajaran : Prosedur/perawatan
pemulihan 1. Kaji pengalaman pasien sebelumnya

34
10. Tingkat kelangsungan hidup dan tingkat pengetahuan
2. Jelaskan prosedur/penanganan
3. Beritahu pasien pentingnya
pengukuran tanda-tanda vital selama
tindakan
4. Informasikan pasien agar pasien ikut
terlibat dalam proses penyembuhannya
5. Kaji harapan pasien mengenai tindakan
yang dilakukan
6. Diskusikan pilihan-pilihan tindakan
yang memungkinkan

Kesiapan meningkatkan koping Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Dukungan Keluarga


keluarga berhubungan dengan diharapkan keluarga pasien mampu 1. Yakinkan keluarga bahwa pasien
penanganan keluarga terhadap merawat pasien, dengan kriteria hasil : sedang diberikan perawatan terbaik
pengobatan 1. Secara konsisten atau menunjukkan 2. Nilailah reaksi emosi keluarga terhadap
Batasan karakteristik : menetapkan fleksibilitas peran kondisi pasien
1. Menyatakan keinginan untuk memilih 2. Mampu menghadapi masalah keluarga 3. Dukung harapan yang realistis
pengalaman yang mengoptimalkan 3. Mampu mengelola masalah keluarga 4. Tingkatkan hubungan saling percaya

35
kesejahteraan 4. Melibatkan anggota keluarga lain dengan keluarga
2. Menyatakan keinginan unutk dalam pengambilan keputusan 5. Jawab semua pertanyaan dari keluarga
meningkatkan gaya hidup 5. Mengungkapkan perasaan dan emosi atau bantu untuk mendapatkan jawaban
3. Menyatakan keinginan untuk secara terbuka diantara anggota 6. Orientasikan keluarga terkait tatanan
meningkatkan hubungan dengan orang 6. keluarga pelayanan kesehatan seperti rumah
lain yang mengalami situasi yang sama 7. Memperoleh bantuan untuk keluarga sakit
4. Menyatakan keinginan untuk 7. Identifikasi sifat dukungan spritual
meningkatkan promosi kesehatan bagi keluarga
5. Menyatakan keinginan untuk 8. Dukung pengambilan keputusan
menjelaskan dampak krisis terhadap 9. Sediakan kesempatan untuk kunjungan
pertumbuhan keluarga

POST OPERASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Kontrol Infeksi
tindakan pembedahan pasien mampu mengontrol resiko proses 1. Bersihkan lingkungan dengan baik
Defenisi : rentan mengalami invasi dan infeksi dengan kriteria hasil : setelah dilakukan untuk setiap pasien
multiplikasi organisme patogenik yang 1. Mengidentifikasi faktor resiko infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung
dapat mengganggu kesehatan 2. Mengenali faktor resiko individu 3. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga
Batasan Karakteristik : terkait infeksi Kesehatan

36
1. Kurang pengetahuan untuk 3. Mengetahui perilaku yang 4. Anjurkan pasien mengenai teknik
menghindari pemajanan berhubungan dengan resiko infeksi mencuci tangan dengan tepat
2. Malnutrisi 4. Mengidentifikasi tanda dan gejala 5. Anjurkan pengunjung untuk mencuci
3. Gangguan integritas kulit infeksi tangan pada saat memasuki dan
4. Prosedur invasif 5. Memonitor perilaku diri yang meninggalkan ruangan pasien
5. Perubahan pH sekresi berhubungan dengan resiko infeksi 6. Gunakan sabun antimikroba
6. Memonitor faktor di lingkungan yang 7. Cuci tangan sebelum dan sesudah
berhubungan dengan resiko infeksi kegiatan perawatan pasien
7. Mencuci tangan 8. Lakukan tindakan-tindakan
8. Mempertahankan lingkungan yang pencegahan yang bersifat universal
bersih 9. Pakai sarung tangan steril dengan
tepat
10. Pastikan teknik perawatan luka yang
tepat
11. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
12. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
13. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai bagaimana menghindari

37
infeksi
Kerusakan integritas kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Perawatan Luka
dengan cedera kulit pasien mampu mempertahankan kondisi 1. Angkat balutan dan plester perekat
Defenisi : kerusakan pada epidermis dan kulit dengan kriteria hasil : 2. Ukur luas luka
atau dermis 1. Suhu kulit normal 3. Berikan rawatan insisi pada luka
Batasan Karakteristik : 2. Elastisitas dan kelembaban kulit dapat 4. Berikan balutan yang sesuai jenis
1. Benda asing menusuk permukaan kulit di pertahankan luka
2. Kerusakan integritas kulit 3. Perfusi jaringan baik 5. Ganti balutan sesuai dengan jumlah
4. Mampu melindungi kulit dan eksudat dan drainase
perawatan alami 6. Periksa luka setiap kali perubahan
balutan
7. Bandingkan dan catat setiap
perubahan luka
8. Anjurkan pasien dan anggota
keluarga untuk mengenal tanda dan
gejala infeksi
9. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran,
dan tampilan
Disfungsi seksual berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Obat
gangguan struktur tubuh status kesehatan baik dengan kriteria 1. Tentukan obat apa yang diperlukan,

38
Defenisi : suatu kondisi ketika individu hasil : dan kelola menurut resep
mengalami suatu perubahan fungsi seksual 1. Mengenali realita situasi kesehatan 2. Tentukan kemampuan pasien untuk
selama fase respons seksual berupa hasrat, 2. Melaporkan harga diri yang positif mengobati diri sendiri dengan cara
terangsang, dan atau orgasme, yang 3. Mempertahankan hubungan yang tepat
dipandang tidak memuaskan, tidak 4. Menyesuaikan perubahan dalam status 3. Monitor efektifitas cara pemberian
bermakna, atau tidak adekuat kesehatan obat yang sesuai
Batasan Karakteristik : 5. Mencari informasi tentang kesehatan 4. Monitor efek samping obat
1. Gangguan aktivitas seksual 6. Melaporkan perasaan berharga dalam 5. Peningkatan harga diri
2. Gangguan eksitasi seksual 7. hidup 6. Monitor pernyataan pasien mengenai
3. Gangguan kepuasan seksual harga diri
4. Merasakan keterbatasan seksual 7. Bantu pasien untuk penerimaan diri
5. Penurunan hasrat seksual 8. Jangan mengkritisi pasien secara
6. Perubahan minat terhadap diri sendiri negatif
7. Perubahan minat terhadap orang lain 9. Sampaikan/ungkapkan kepercayaan
8. Perubahan peran seksual diri pasien dalam mengatasi situasi
10. Berikan hadiah atau pujian
11. Fasilitas lingkungan dan aktivitas-
aktivitas yang akan meningkatkan
harga diri

39
12. Monitor tingkat harga diri dari waktu
ke waktu dengan tepat
Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Peningkatan Harga Diri
dengan program pengobatan pasien mampu beradaptasi terhadap 1. Monitor pernyataan pasien mengenai
Defenisi : konfunsi dalam gambaran disabilitas fisik dengan kriteria hasil : harga diri
mental lantang diri-fisik individu 1. Menyampaikan secara lisan 2. Tentukan kepercayaan diri pasien
Batasan Karakteristik : kemampuan untuk menyesuaikan dalam hal penilaian diri
1. Berfokus pada fungsi masa lalu terhadap disabilitas 3. Bantu pasien mengidentifikasi respon
2. Berfokus pada penampilan masa lalu 2. Menyampaikan secara lisan positif dari orang lain
3. Menekankan pencapaian penyesuaian terhadap disabilitas 4. Eksplorasi alasan-alasan untuk
4. Personalisasi bagian tubuh dengan 3. Beradaptasi terhadap keterbatasan mengkritik diri atau rasa bersalah
nama secara fungsional 5. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas
5. Personalisasi bagian tubuh yang 4. Mengidentifikasi cara-cara untuk aktivitas yang akan meningkatkan
menghilang beradaptasi dengan perubahan hidup harga diri
6. Menolak menerima perubahan 6. Sampaikan atau ungkapkan
7. Menghindari menyentuh tubuh kepercayaan diri pasien dalam
8. Menyembunyikan bagian tubuh mengatasi situasi
Gangguan rasa nyaman berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Teknik Menenangkan
dengan gejala terkait penyakit pasien mengalami status kenyamanan fisik 1. Pertahankan sikap yang tenang dan
Defenisi : merasa kurang nyaman, lega, yang baik dengan kriteria hasil : hati-hati

40
dan sempurna dalam dimensi fisik, 1. Kontrol terhadap gejala 2. Pertahankan kontak mata
psikospritual, lingkungan budaya, dan atau 2. Relaksasi otot 3. Berada disisi klien
sosial 3. Posisi yang nyaman 4. Identifikasi orang-orang terdekat
Batasan Karakteristik : 4. Baju yang nyaman klien yang bisa membantu klien
1. Ansietas 5. Tingkat energi Teknik Relaksasi
2. Berkeluh kesah 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
3. Gangguan pola tidur 2. Relaksasi
4. Gatal 3. Ciptakan lingkungan yang tenang
5. Gejala distress 4. Tunjuk dan praktikkan teknik relaksasi
6. Gelisah pada klien
7. Ketidakmampuan untuk rileks 5. Dorong pengulangan teknik
8. Kurang puas dengan praktikpraktik tertentu secra berkala
9. keadaan 6. Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi
10. Menangis dilakukan
11. Merasa dingin 7. Evaluasi dan dokumentasikan respon
12. Merasa kurang senang dengan situasi terhadap terapi relaksasi
13. Merasa lapar
14. Merasa tidak nyaman
Sumber : Diagnosis Keperawatan,2015-2017, Nursing Outcomes Classification(NOC) (2016) & Nursing Interventions classification
(NIC) (2016)

41
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien kanker ovarium
yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
pada pasien kanker ovarium. Tindakan keperawatan tersebut melipu tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan berdasarkan
kesimpulan perawat sendiri. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
bekerjasama dengan dokter, ahli gizi, dan lain-lain. Bekerjasama dengan dokter
misalnya tindakan medis apa yang akan dilakukan pada pasien kanker ovarium,
seperti pemberian obat dan tindakan pembedahan. Bekerjasama dengan ahli gizi
misalnya menentukan diet pasien kanker ovarium.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah dilakukan
tindakan keperawatan pada pasien kanker ovarium dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan memiliki pengetahuan dan kemampuan
memahami respon pasien serta menggambarkan kesimpulan tujuan yang dicapai
dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Ada 2 jenis
evaluasi yaitu :
1. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan tindakan
keperawatan dengan respon segera.
2. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasi dan analisis status pasien kanker ovarium
berdasarkan tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga sebagai alat ukur apakah
tujuan sudah tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
a. Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila pasien kanker ovarium menunjukkan
kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
keseluruhan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sehingga masih perlu dicapai.

42
c. Tujuan tidak tercapai
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan kemajuan ke arah kriteria
yang telah ditetapkan.

43
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kanker ovarium merupakan kanker alat genital perempuan yang dapat
menyebabkan kematian tertinggi. Kanker ovarium atau kanker indung telur adalah
tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada
wanita berusia 50 - 70 tahun. Penyakit ini bisa menyebar kebagian lain, panggul,
dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan
kemungkinan kanker ini merupakan awal dari banyak kanker primer

3.2. SARAN
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran kepada
beberapa pihak agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia semakin meningkat,
diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Ca ovarium serta mampu
menjaga mulai dari pola makan, sampai pola aktivitas sehingga anggota keluarga
lain terhindar dari penyakit ca ovarium.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan Asuhan
Keperawatan pasien dengan ca ovarium.

44
DAFTAR PUSTAKA

45

Anda mungkin juga menyukai