Disusun oleh :
Nama Kelompok: 8
Dela Janiarti
Hanisyah Herti Dwisari
Mahpida maskadeta Damayana
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan gawat darurat
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini selesai sesuai dengan waktunya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya
dari dosen mata kuliah Keperawatan gawat darurat sangat penyusun harapkan, guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang ingin
menambah wawasan ilmu pengetahuan. Penyusun juga mengharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ilmu
pengetahuan kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan...................................................................................................
C. Manfaat.................................................................................................
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi merupakan salah satu aspek yang dimasa sekarang ini semakin maju dan
semakin majunya kendaraan darat juga berpengaruh pada banyaknya angka kecelakaan lalu
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta
orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas
(WHO, 2011). Menurut Korps Lalu Lintas Polisi RI (KORLANTAS POLRI, 2018) dalam
grafik kecelakaan yang dilaporkan ke polisi lalu lintas ditampilkan per triwulan (kuartal).
Grafik dihasilkan secara online dari database kecelakaan Automatic Identification System
(AIS). Dalam grafik tersebut didapatkan data kecelakaan pada tahun 2018 sebanyak 28,784
orang dengan 6,262 korban meninggal. Kecelakaan ini didominasi oleh pengendara sepeda
motor.
kematian. Selain itu kecelakaan dapat menyebabkan seseorang mengalami trauma atau
cedera kepala.
kenaikan rata-rata 9,59% per tahun dengan diikuti kenaikan persentase korban meninggal
dengan ratarata 9,24% per tahun (Badan Pusat Statistik/BPS, 2016). Proporsi pasien trauma
yang dirawat di rumah sakit mayoritas akibat kecelakaan darat (59,6%) dengan sebagian
karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai tidak
sadarkan diri.
Ristanto et al, (2016) menjelaskan cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama
kematian dan kecacatan akibat trauma yang membutuhkan tindakan cepat dan efisien untuk
mencegah perburukan kondisi pasien. Sedangkan menurut Awaloei et al, (2016) pada cedera
kepala ditemukan fraktur basis krani, cedera otak difus, hematoma intraserebral, dan
hematoma subdural. Prevelensi tertinggi didapatkan pada jenis kelamin laki-laki, usia 20-40
tahun, diagnosis sebab kematian fraktur basis krani, dengan etiologi kekerasan.
Variabel GCS, SBP dan RR memiliki kolerasi negatif terhadap mortality pasien cedera
kepala dalam 7 hari perawatan. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin turun nilai GCS,
SBP dan RR maka akan semakin meningkatkan kemungkinan mortality dalam 7 hari
perawatan (Ristanto, et al 2016). Sedangkan Martono et al, (2016) menjelaskan nilai mean
artery pressure mampu mendeteksi tingkat kesadaran pasien cedera kepala sebesar 77,8%.
tekanan arteri rerata. Kecukupan rata-rata aliran darah ke otak merupakan bahan kajian yang
Dibutuhkannya kesiapan dan kewaspadaan tim perawatan khususnya di IGD agar dapat
kondisi mencegah terburuk yang dapat terjadi pada klien cedera kepala. Kesiapan dan
kewaspadaan itu dapat dibangun dan dimulai dari mengantisipasi setiap perubahan data dari
B. Tujuan
1. ujuan
Cedera Kepala
C. Manfaat
2. Bagi Penelitian
3. Bagi Masyarakat
TINJAUAN TEORI
Brunner dan Suddarth (2001), menjelaskan cedera kepala adalah cedera yang
stroke adalah gangguan fungsi otak yang diakibatkan oleh berkurangnya atau
berhentinya suplai oksigen ke otak baik karena embolus maupun trombus sehingga
1) Berdasarkan Patologi
gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang
sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali,
Cedera kepala terbuka adalah cedera yang menembus tengkorak dan jaringan
diameter.
Cedera kepala tertutup merupakan cedera gegar otak ringan dengan cedera
GCS 14-15
GCS 9-13
Kehilangan kesadaran dan dan amnesia >30 menit namun tidak lebih
dari 24 jam
hematoma intrakranial
GCS 3-8
Kehilangan kesadaran, amnesia lebih dari 24 jam
3. Etiologi
yang diam
Menurut Yasmara dkk (2006) Cidera kepala secara umum disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pukulan pada
kepala, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, luka tembak, atau cidera saat lahir.
faktor penyebab utama. Penyebab lainnya adalah eksititixisitas, kerusakan akibat radikal
bebas, gangguan regulasi ion, mediator inflamasi, tekanan tinggi intrakranial dan
hipertermia.
4. Manifestasi Klinis
a. Komosio serebri, yaitu kehilangan fungsi otak sesaat karna pingsan < 10 menit
atau amnesia pasca cedera kepala, namun tidak ada kerusakan jaringan otak.
b. Kontusio serebri, yaitu kerusakan jaringan otak dan fungsi otak karna pingsan >
10 menit dan terdapat lesi neurologik yang jelas. Kontusio serebri lebih sering
terjadi di lobus frontal dan lobus temporal dibandingkan bagian otak lain.
c. Laserasi serebri, yaitu kerusakan otak luas yang disertai robekan durameter dan
neurologis sisi kiri dan kanan. Jika perdarahan > 20 cc atau > 1 cm midline shift
scan didapatkan area hiperdens dengan bentuk bikonvek atau letikuler antara 2
sutura.
jaringan otak, dapat terjadi akut atau kronik. hematom dibawah lapisan
durameter dengan sumber perdarahan dari bridging vein, a/v cortical, sinus
venous. Gejala-gejalanya antara lain nyeri kepala, bingung, mengantuk, berpikir
lambat, kejang dan udem pupil. Secara klinis dapat dikenali dengan penurunan
didapatkan lesi hiperdens yang mengikuti arah girus-girus serebri didaerah yang
g. ICH (Intracerebral Hematom), yaitu perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
nyang terjadi akibat robekan pembuluh darah yang ada pada jaringan otak. Pada
pemeriksaan CT scan terdapat lesi perdarahan antara neuron otak yang relatif
normal.
h. Fraktur basis kranii (misulis KE, head TC), yaitu fraktur dari dasar tengkorak
b. Angiografi serebral
c. Pemeriksaan MRI
sesuai, tidak ada perubahan selama 3 hari perawatan dan luka tembus benda
tajam/peluru.
Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
b. Pencitraan
otak.
scan.
c. Prosedur Diagnostik
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala menurut Yasmara
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat bila
didapatkan meliputi adanya riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat
separuh badan.
yang dialami klien sekarang seperti adakah riwayat penggunaan obat obat,
terjadi pada keluarga pasien secara garis keturunan maupun yang tinggal
5) Pola Metabolik
Kaji kesulitan menelan dan adanya mual muntah (yang berkaitan dengan
perdarahan).
6) Pola Eliminasi
7) Pola Aktivitas
8) Pola Persepsi
a) Kaji pasien apabila tidak memahami penjelasan dari apa yang telah terjadi
b) Kaji pasien saat mengeluh pusing, mengantuk, sakit kepala, leher kaku,
9) Pola Istirahat
10) Kardiovaskular
11) Paru-paru
bidang visual pada satu atau kedua mata), apraxia (keridakmampuan untuk
13) Integumen
Kaji Cappilary Refill Time (CRT), turgor kulit dan adanya tanda sianosis.
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan tindak keperawatan yang telah
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di
susun pada tahap perencanaan. Implementasi dilakukan sesuai prioritas masalah dan
5. Evaluasi
Menurut Doenges (2000), evaluasi adalah tahapan yang menentukan apakah tujuan dari
intervensi tersebut tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan menggunakan metode SOAP.
Dan hasil yang diharapkan sebagai indikator evaluasi asuhan keperawatan pada
d. Fungsi neurologis pasien dapat meningkat secara bertahap, pasien dapat menelan.
f. Keluarga dan pasien dapat memahami proses dan prognosis penyakit dan
pengobatanya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena jatuh atau juga
karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai tidak
sadarkan diri.
Cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan gangguan
integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan kematian sel.
Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma sehingga dapat
menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali, seperti respon fisiologis cedera
otak, edema serebral, perubahan biokimia, perubahan hemodinamik serebral, iskemia
serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Awaloei, A. C., Mallo, N. T. S., & Tomuka, D. (2016). Gambaran cedera kepala yang
Kandou, 4, 2–6.
( Detection of the Degree of Awareness Using the Measurement of Critical Value Mean
11(73–78).
Ristanto, R. (2015). Deskripsi klien cedera kepala yang mengalami trauma mayor, 31, 48–54.
Ristanto, R., Indra, M. R., Poeranto, S., & Setyorini, I. (2016). AKURASI REVISED TRAUMA