Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA KEPALA”

Dosen pembimbing: Erni Buston, S.ST., M.Kes

Disusun oleh :
Nama Kelompok: 8
Dela Janiarti
Hanisyah Herti Dwisari
Mahpida maskadeta Damayana

Kelas: 3A DIII Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan gawat darurat

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini selesai sesuai dengan waktunya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya
dari dosen mata kuliah Keperawatan gawat darurat sangat penyusun harapkan, guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang ingin
menambah wawasan ilmu pengetahuan. Penyusun juga mengharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ilmu
pengetahuan kita semua.

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan...................................................................................................
C. Manfaat.................................................................................................

BAB II Tinjauan Teori

A. Konsep Dasar Cidera Kepala..............................................................


B. Asuhan Keperawaatan Cidera Kepala................................................

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu aspek yang dimasa sekarang ini semakin maju dan

semakin memudahkan masyarakat untuk berpergian, terutama transportasi darat. Tetapi

semakin majunya kendaraan darat juga berpengaruh pada banyaknya angka kecelakaan lalu

lintas yang terjadi.

World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta

orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas

(WHO, 2011). Menurut Korps Lalu Lintas Polisi RI (KORLANTAS POLRI, 2018) dalam

grafik kecelakaan yang dilaporkan ke polisi lalu lintas ditampilkan per triwulan (kuartal).

Grafik dihasilkan secara online dari database kecelakaan Automatic Identification System

(AIS). Dalam grafik tersebut didapatkan data kecelakaan pada tahun 2018 sebanyak 28,784

orang dengan 6,262 korban meninggal. Kecelakaan ini didominasi oleh pengendara sepeda

motor.

Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan seseorang mengalami kecacatan bahkan

kematian. Selain itu kecelakaan dapat menyebabkan seseorang mengalami trauma atau

cedera kepala.

Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia dalam rentang 2010-2014 mengalami

kenaikan rata-rata 9,59% per tahun dengan diikuti kenaikan persentase korban meninggal

dengan ratarata 9,24% per tahun (Badan Pusat Statistik/BPS, 2016). Proporsi pasien trauma

yang dirawat di rumah sakit mayoritas akibat kecelakaan darat (59,6%) dengan sebagian

besar (47,5%) mengalami cedera kepala (Riyadina et al., 2011).


Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena jatuh atau juga

karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai tidak

sadarkan diri.

Ristanto et al, (2016) menjelaskan cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama

kematian dan kecacatan akibat trauma yang membutuhkan tindakan cepat dan efisien untuk

mencegah perburukan kondisi pasien. Sedangkan menurut Awaloei et al, (2016) pada cedera

kepala ditemukan fraktur basis krani, cedera otak difus, hematoma intraserebral, dan

hematoma subdural. Prevelensi tertinggi didapatkan pada jenis kelamin laki-laki, usia 20-40

tahun, diagnosis sebab kematian fraktur basis krani, dengan etiologi kekerasan.

Variabel GCS, SBP dan RR memiliki kolerasi negatif terhadap mortality pasien cedera

kepala dalam 7 hari perawatan. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin turun nilai GCS,

SBP dan RR maka akan semakin meningkatkan kemungkinan mortality dalam 7 hari

perawatan (Ristanto, et al 2016). Sedangkan Martono et al, (2016) menjelaskan nilai mean

artery pressure mampu mendeteksi tingkat kesadaran pasien cedera kepala sebesar 77,8%.

Tekanan arteri rerata (mean artery pressure/MAP) merupakan mekanisme kompensasi

kompensasi dalam mempertahankkan tekanan perfusi serebral yaitu dengan meningkatkan

tekanan arteri rerata. Kecukupan rata-rata aliran darah ke otak merupakan bahan kajian yang

penting dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan cidera kepala.

Dibutuhkannya kesiapan dan kewaspadaan tim perawatan khususnya di IGD agar dapat

kondisi mencegah terburuk yang dapat terjadi pada klien cedera kepala. Kesiapan dan

kewaspadaan itu dapat dibangun dan dimulai dari mengantisipasi setiap perubahan data dari

kejadian kasus cedera kepala (Ristanto, 2017)


Oleh karena latar belakang tersebut, kelompok kami membuat makalah dengan judul

"Asuhan Keperawatan Pemenuhan Pada Pasien dengan Cedera Kepala".

B. Tujuan

1. ujuan

Untuk menjelaskan gambaran Asuhan Keperawatan Pemenuhan Pada Pasien dengan

Cedera Kepala

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Penddikan

Diharapkan memberikan referensi, serta menambah wawasan dan informasi kepada

institusi pendidikan terutama mahasiswa keperawatan untuk membekali mahasiswa

tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Pada Pasien dengan Cedera Kepala.

2. Bagi Penelitian

Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu penelitian keperawatan khususnya tentang

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Pada Pasien dengan Cedera Kepala.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan menambah informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Pada Pasien dengan Cedera Kepala.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Cedera Kepala

1. Pengertian Cedera Kepala

Brunner dan Suddarth (2001), menjelaskan cedera kepala adalah cedera yang

terjadi di kulit kepala, tengkorak dan otak.

Berdasarkan pengertian yang dijelaskan oleh pakar di atas bahwa pengertian

stroke adalah gangguan fungsi otak yang diakibatkan oleh berkurangnya atau

berhentinya suplai oksigen ke otak baik karena embolus maupun trombus sehingga

mengakibatkan kematian jaringan otak yang bisa mengakibatkan kelumpuhan maupun

kematian bagi penderitanya.

2. Klasifikasi Cedera Kepala

Menurut NANDA (2015): klasifikasi cedera kepala dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Berdasarkan Patologi

a) Cedera Kepala Primer

cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan

gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang

menyebabkan kematian sel.

b) Cedera Kepala sekunder

Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma

sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali,

seperti respon fisiologis cedera otak, edema serebral, perubahan biokimia,


perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan

infeksi lokal atau sistemik.

2) Berdasarkan jenis cedera

c) Cedera kepala terbuka

Cedera kepala terbuka adalah cedera yang menembus tengkorak dan jaringan

otak sehingga dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi

diameter.

d) Cedera kepala tertutup

Cedera kepala tertutup merupakan cedera gegar otak ringan dengan cedera

serebral yang luas.

3) Berdasarkan Glasgown Coma Scale

e) Cedera Kepala Ringan (Minor), dengan ciri-ciri:

 GCS 14-15

 Dapat terjadi kehilangan kesadaran dan amnesia <30 menit

 Tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusia serebral dan hematoma

f) Cedera Kepala Sedang, dengan ciri-ciri:

 GCS 9-13

 Kehilangan kesadaran dan dan amnesia >30 menit namun tidak lebih

dari 24 jam

 Dapat mengalami fraktur tengkorak, contusia serebral, laserasia dan

hematoma intrakranial

g) Cedera Kepala Berat, dengan ciri-ciri:

 GCS 3-8
 Kehilangan kesadaran, amnesia lebih dari 24 jam

 Mengalami kontusia serebral, laserasi atau hematoma intrakranial

3. Etiologi

Menurut Nanda (2015) mekanisme cedera kepala meliputi:

1) Cedera Akselerasi, yaitu ketika objek bergerak menghantam kepala

yang tidak bergerak

2) Cedera Deselerasi, yaitu ketika kepala yang bergerak membentur objek

yang diam

3) Cedera akselerasi-deselerasi, sering dijumpai dalam kasus kecelakaan

bermotor dan kekerasan fisik

4) Cedera Coup-countre coup, yaitu ketika kepala terbentur dan

menyebabkan otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat

mengenai area tulang tengkorak

5) Cedera Rotasional, yaitu benturan/pukulan yang menyebabkan otak

berputar dalam tengkorak, sehingga terjadi peregangan atau robeknya

neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang

memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.

Menurut Yasmara dkk (2006) Cidera kepala secara umum disebabkan oleh

beberapa faktor seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pukulan pada

kepala, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, luka tembak, atau cidera saat lahir.

Arifin dkk (2013) menambahkan bahwa hipoksia dan hipoperfusi merupakan

faktor penyebab utama. Penyebab lainnya adalah eksititixisitas, kerusakan akibat radikal
bebas, gangguan regulasi ion, mediator inflamasi, tekanan tinggi intrakranial dan

hipertermia.

4. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan klinis biasanya memakai pemeriksaan GCS yang dikelompokkan

menjadi cedera kepala ringan, sedang dan berat.

Kondisi cedera kepala yang dapat terjadi yaitu:

a. Komosio serebri, yaitu kehilangan fungsi otak sesaat karna pingsan < 10 menit

atau amnesia pasca cedera kepala, namun tidak ada kerusakan jaringan otak.

b. Kontusio serebri, yaitu kerusakan jaringan otak dan fungsi otak karna pingsan >

10 menit dan terdapat lesi neurologik yang jelas. Kontusio serebri lebih sering

terjadi di lobus frontal dan lobus temporal dibandingkan bagian otak lain.

c. Laserasi serebri, yaitu kerusakan otak luas yang disertai robekan durameter dan

fraktur terbuka pada kranium.

d. Epidural hematom, yaitu hematom antara durameter dan tulang. Sumber

perdarahan berasal dari robeknya arteri meningea media. Epidural hematom

biasanya ditandai dengan penurunan kesadaran dengan ketidaksamaan

neurologis sisi kiri dan kanan. Jika perdarahan > 20 cc atau > 1 cm midline shift

> 5 mm akan dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan. Gambaran CT

scan didapatkan area hiperdens dengan bentuk bikonvek atau letikuler antara 2

sutura.

e. Subdural Hematom (SDH), yaitu terkumpulnya darah antara durameter dan

jaringan otak, dapat terjadi akut atau kronik. hematom dibawah lapisan

durameter dengan sumber perdarahan dari bridging vein, a/v cortical, sinus
venous. Gejala-gejalanya antara lain nyeri kepala, bingung, mengantuk, berpikir

lambat, kejang dan udem pupil. Secara klinis dapat dikenali dengan penurunan

kesadaran disertai dengan adanya laterasi yang paling sering berupa

hemiparese/plegi. Gambaran CT scan didapatkan hiperdens yang yang berupa

bulan sabit (cresent).

f. Subarachnoid Hematom (SAH), yaitu perdarahan fokal di daerah subarachnoid.

Gejala klinis hampir menyerupai kontusio serebri. Pada pemeriksaan CT scan

didapatkan lesi hiperdens yang mengikuti arah girus-girus serebri didaerah yang

berdekatan dengan hematom.

g. ICH (Intracerebral Hematom), yaitu perdarahan yang terjadi pada jaringan otak

nyang terjadi akibat robekan pembuluh darah yang ada pada jaringan otak. Pada

pemeriksaan CT scan terdapat lesi perdarahan antara neuron otak yang relatif

normal.

h. Fraktur basis kranii (misulis KE, head TC), yaitu fraktur dari dasar tengkorak

(temporal, oksipital, sphenoid dan etmoid). Terbagi menjadi 2 yaitu fraktur

anterior (melibatkan tulang etmoid dan sphenoid) dan fraktur posterior

(melibatkan tulang temporal, oksipital dan beberapa bagian tulang sphenoid).

Tanda-tanda dari fraktur basis kranii yaitu:

a) Ekimosis periorbital (racoon’s eyes)

b) Ekimosis mastoid (battle’s sign)

c) Keluar darah berserta cairan serebrospinal dari hidung atau telinga

(rinore atau otore)

d) Kelumpuhan nervus cranial


5. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto polos tengkorak (skull X-ray)

b. Angiografi serebral

c. Pemeriksaan MRI

d. CT scan: Indikasi muntah-muntah, penurunan GCS lebih dari 1 point, adanya

laterasi dan bradikardi (nadi<60x/menit), fraktur impresi dengan lateralisasi tidak

sesuai, tidak ada perubahan selama 3 hari perawatan dan luka tembus benda

tajam/peluru.

Pemeriksaan diagnostic

a. Laboratorium

 GDA untuk menentukan adanya masalah ventilasi atau oksigenasi dan

peningkatan tekanan intrakranial (TIK).

 Kimia/elektrolit serum dapat menunjukkan ketidakseimbangan yang

memperberat peningkatan TIK, sedangkan peningkatan laju dari metabolisme

dan diaforesis dapat menyebabkan hipernatremia.

b. Pencitraan

 CT scan diperlukan untuk mengidentifikasi adanya hematoma, hemoragi,

kontusia, fraktur tengkorak, pembengkakan atau pergeseran jaringan

otak.

 MRI untuk memeriksa defisit neurologis yang tidak terdeteksi oleh CT

scan.

c. Prosedur Diagnostik

 EEG diperlukan untuk mengidentifikasi adanya gelombang patologis.


B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cedera Kepala

1. Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala menurut Yasmara

dkk (2016) “Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional” adalah sebagai berikut :

a. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan utama pada pasien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat bila

sudah terjadi disfungsi neurologis, keluhan yang didapatkan meliputi

kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat

berkomunikasi, konvulsi, sakit kepala hebat, tingkat kesadaran menurun (GCS

<15), akral dingin dan ekspresi rasa takut.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada gangguan neurologis riwayat penyakit sekarang yang mungkin

didapatkan meliputi adanya riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat

pasien sedang melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal seperti mual

muntah bahkan kejang sampai tidak sadar di samping gejala kelumpuhan

separuh badan.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu diarahkan pada penyakit penyakit yang

dialami sebelumnya yang kemungkinan mempunyai hubungan dengan masalah

yang dialami klien sekarang seperti adakah riwayat penggunaan obat obat,

tekanan darah tinggi.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Pengkajian riwayat penyakit keluarga diarahkan pada penyakit penyakit yang

terjadi pada keluarga pasien secara garis keturunan maupun yang tinggal

serumah yang dapat mempengaruhi kesehatan pada pasien. Buat genogram

untuk mengetahui alur keturunan jika terdapat faktor penyakit keturunan.

5) Pola Metabolik

Kaji kesulitan menelan dan adanya mual muntah (yang berkaitan dengan

perdarahan).

6) Pola Eliminasi

Kaji adanya inkontinensia urin atau feses.

7) Pola Aktivitas

Kaji adanya kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiplegi).

8) Pola Persepsi

a) Kaji pasien apabila tidak memahami penjelasan dari apa yang telah terjadi

atau menanggapi pertanyaan.

b) Kaji pasien saat mengeluh pusing, mengantuk, sakit kepala, leher kaku,

dan merasakan nyeri atau sakit di kaki.

c) Kaji pola pikir pasien, emosi labil dan perubahan perilaku.

9) Pola Istirahat

Kaji gejala-gejala dari trombosis saat tiduratau saat bangun tidur.

10) Kardiovaskular

Kaji adanya hipertensi atau hipotensi.

11) Paru-paru

Kaji respirasi pasien apakah terjadi takipnea atau bradhipnea.


12) Neurologis

Kaji adanya kejang, perubahan tingkat kesadaran, kaku kuduk, gangguan

memori, kebingungan, perdarahan retina, hemiparalise, hemianopia (defisit

bidang visual pada satu atau kedua mata), apraxia (keridakmampuan untuk

melakukan tindakan terarah), afasia reseptif (ketidakmampuan untuk

memahami kata-kata) atau ekspresif (ketidakmampuan untuk mengucapkan

kata-kata), agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali obyek secara detail),

disorientasi, ukuran pupil yang abnormal, disfagia, dan defisit sensorik.

13) Integumen

Kaji Cappilary Refill Time (CRT), turgor kulit dan adanya tanda sianosis.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa menurut SDKI (2016) adalah :

Konfusi Kronis berhubungan dengan cedera otak


3. Perencanaan Keperawatan

NAMA PASIEN : UMUR :


RUANGAN ; NO.REG :

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


N DIAGNOSA TUJUAN /KRITERIA INTERVENSI
RASIONAL
O KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)
1. Konfusi Kronis b/d cedera Setelah diberikan Intervensi SIKI : manajemen demensia Observasi
otak keperawatan selama 3 x 24 1. Untuk mengetahui
jam, diharapkan pasien Aktivitas-aktivitas: riwayat pasien
mampu menunjukkan: Observasi 2. Untuk mengetahui
DS: SLKI : Tingkat Konfusi 1. Identifikasi riwayat fisik, pola aktivitas
1. Kurang motivasi  Dipertahankan pada 2 sosial, psikologis, dan sehari-hari
untuk  Ditingkatkan pada 3 kebiasaan Terapeutik
memulai/menyelesaik  1= menurun 2. Identifikasi pola aktivitas
an perilaku  2= cukup menurun Terapeutik
berorientas tujuan 1. Sediakan lingkungan
 3= sedang
2. Kurang motivasi aman, nyaman,
 4= cukup meningkat
untuk konsisten, dan rendah
 5= meningkat
memulai/menyelesaik stimulus
an perilaku terarah 2. Orientasikan waktu,
3. Salah persepsi tempat, dan orang
Dengan kriteria hasil: 3. Gunakan distraksi untuk
DO:  Fungsi kognitif mengatasi masalah
1. Fungsi kognitif  Tingkat kesadaran perilaku
berubah progresif  Aktivitas psikomotorik 4. Libatkan keluarga dalam
2. Memori jangka  Motivasi merencanakan, dan
pendek dan atau/ memulai/menyelesaikan menyediakan, dan
jangka panjang perilaku terarah mengevaluasiperawatan
berubah  Memori jangka pendek 5. Fasilitasi dengan simbol-
3. Interpretasi berubah simbol
 Memori jangka panjang
4. Fungsi social Edukasi
terganggu 1. Anjurkan memperbanyak
5. Respon terhadap istirahat
stimulus berubah 2. Ajarkan keluarga cara
perawatan demensia
4. Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan tindak keperawatan yang telah

di tentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.

Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di

susun pada tahap perencanaan. Implementasi dilakukan sesuai prioritas masalah dan

kondisi pasien yang memungkinkan.

5. Evaluasi

Menurut Doenges (2000), evaluasi adalah tahapan yang menentukan apakah tujuan dari

intervensi tersebut tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan menggunakan metode SOAP.

Dan hasil yang diharapkan sebagai indikator evaluasi asuhan keperawatan pada

penderita stroke yang tertuang dalam tujuan pemulangan adalah :

a. Bersihan jalan nafas baik dan paten.

b. Perfusi jaringan otak efektif.

c. Pasien dapat melakukan mobilitas mandiri.

d. Fungsi neurologis pasien dapat meningkat secara bertahap, pasien dapat menelan.

e. Proses komunikasi pasien dapat berfungsi secara optimal.

f. Keluarga dan pasien dapat memahami proses dan prognosis penyakit dan

pengobatanya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena jatuh atau juga
karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai tidak
sadarkan diri.
Cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan gangguan
integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan kematian sel.
Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma sehingga dapat
menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali, seperti respon fisiologis cedera
otak, edema serebral, perubahan biokimia, perubahan hemodinamik serebral, iskemia
serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Awaloei, A. C., Mallo, N. T. S., & Tomuka, D. (2016). Gambaran cedera kepala yang

menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr . R . D .

Kandou, 4, 2–6.

Martono, Sudiro, & Satino. (2016). DETEKSI DINI DERAJAT KESADARAN

MENGGUNAKAN PENGUKURAN NILAI KRITIS MEAN ARTERY PRESSURE

( Detection of the Degree of Awareness Using the Measurement of Critical Value Mean

Artery Pressure on Nursing Care ) Martono *, Sudiro *, Satino * * Keperawatan Polit,

11(73–78).

Ristanto, R. (2015). Deskripsi klien cedera kepala yang mengalami trauma mayor, 31, 48–54.

Ristanto, R., Indra, M. R., Poeranto, S., & Setyorini, I. (2016). AKURASI REVISED TRAUMA

SCORE SEBAGAI PREDIKTOR MORTALITY PASIEN CEDERA KEPALA, 76–90.

Anda mungkin juga menyukai