M O N I K A H E RT I K U R N I A S A R I
P0 5140320079
A. IMPLANTASI PLASENTA
a. hormone-hormone protein
1. Chorionoic adrenocorticotropin (CACTH)
2. Chorionic thyrotropin (CT)
3. Relaxin
4. Parathyroid hormone-related protein (PTH-rP)
5. Growth hormone-variant (hGH-V)
b. hormone-hormoe peptida
6. Neuropeptide-Y (NPY)
7. Inhibin dan Activin
Cairan amnion diproduksi oleh sel amnion, difusi tali pusat, kulit janin yaitu
pada awal kehamilan dan kemudian setelah janin berkembang akan
dihasilkan dari urin dan cairan paru. Amnion tidak mempunyai vaskularisasi
dan berfungsi sebagai tameng terhadap trauma. Amnion juga resisten
terhadap penetrasi lekosit, mikroorganisme, dan sel neoplasma. Didalam
cairan amnion terdapat prostaglandin, endothelin-1, disamping: prolaktin,
EGF, PTH-rp, IL-6, IL-8. Platelet Activation Factor (PAF) terdapat di dalam
amnion dan meningkat pada waktu partus, sebagaimana diketahui PAF
merupakan uterotonin dan meningkatkan Ca pada miometrium.
PAF sendiri di produksi oleh PMN. Pada akhir kehamilan dimana kepala
menurun, ruang amnion terbagi dua: kantong depan (didepan presentasi) dan
ruang atas. Di dalam kantong depan di hasilkan banyak prostaglandin.
Agaknya rangsang peradangan pada kantong depan penting dalam mulainya
partus.
Cairan amnion mempunyai peran:
memungkinkan janin bergerak dan perkembangan
system otot-rangka, membantu perkembangan traktus
digestivus, cairan dan makanan janin, memberikan
tekanan sehingga mencegah kehilangan cairan paru
yang penting untuk perkembangan paru, melindungi
janin dari trauma, mencegah kompresi tali pusat,
menjaga suhu janin, dan sebagai bakteriostatik
mencegah infeksi.
Regulasi
Pada aterm jumlah cairan yang diambil oleh janin ialah :
a. diminum oleh janin = 500-1000 ml
b. masuk ke dalam paru = 170 ml
c. dari tali pusat dan amnion = 200-500 ml
Sedangkan jumlah cairan yang dikeluarkan oleh janin ke rongga amnion ialah :
a. sekresi oral = 25 ml
b. sekresi dari traktus respiratorius = 170 ml
c. urin = 800-1200 ml
d. transmembran dari amnion = 10 ml
Dengan demikian tampak bahwa urin janin menjadi dominan dalam produksi
cairan amnion.
Jumlah cairan amnion
Brace dan Wolf (1989) menelaah laporan/artikel sebanyak 705
buah yaitu pengukuran cairan amnion antara 8 sampai 43
minggu kehamilan baik secara pewarnaan maupun pada saat
histerotomi.2 Rata rata jumlah cairan amnion antara 22-39
minggu ialah 777 ml (302-901 ml); sementara pada usia
kehamilan 12 minggu jumlah cairan amnion hanyalah 50 ml,
meningkat menjadi 400 ml pada 20 minggu. Secara singkat
dapat dikatakan bila ada gangguan pada produksi urin maka
akan terjadi oligohidramnion, sebaliknya gangguan pada
menelan akan mengakibatkan polihidramnion.
Aplikasi klinik
Dengan adanya data jumlah cairan amnion normal, maka dapat dibuat batasan dari jumlah yang
abnormal. Disebut sebagai polyhidramnios bila jumlah melebihi 2000 ml. Dengan teknik
ultrasonografi dapat diperkirakan kantong amnion yang terbesar, secara subyektif (Goldstein dan Filly,
1988). Namun pengukuran kantong amnion 2 cm ternyata mempunyai sensitifitas rendah, sehingga
dianjurkan pengukuran Indeks cairan amnion, dimana diukur kantong terbesar pada 4 kuadran uterus
(Phelan dkk, 1987). Dianggap olihydramnion bila AFI <5 cm.
Penyebab oligohydramnion ialah :
1. Pertumbuhan janin terhambat
2. Postterm
3. Ketuban pecah
4. Anomali janin – aneuploidi
5. iatrojenik
Setelah 41 minggu indeks cairan amnion akan berkurang 25%/minggu. Flack dkk, (1995) melakukan
intervensi hidrasi cepat 2L/2 jam pada kasus dengan olihidramnion (ICA < 5cm) ternyata mampu
meningkatkan indeks dengan 3.2 cm dan indeks pulsatilitas a.umbilikal, sementara tak ada pengaruh
pada kelompok yang normal. Penggunaan obat penghambat (inhibitor) prostaglandin sintase dapat
menghambat arus darah ginjal. Sementara itu jumlah cairan amnion yang berlebihan (>26 cm) disebut
sebagai polihidramnion. Penyebabnya umumnya tak diketahui, namun sebagian kecil ditemukan
berkaitan dengan diabetes, atau berkaitan dengan kelainan/obstruksi gastrointestinal.
E. SIRKULASI UTERO PLASENTA