Anda di halaman 1dari 22

FISIOLOGI PLASENTA

M O N I K A H E RT I K U R N I A S A R I
P0 5140320079
A. IMPLANTASI PLASENTA

Implantasi merupakan saat yang paling kritis untuk


mendapatkan kehamilan. Proses ini membutuhkan
perkembangan yang sinkron antara hasil konsepsi, uterus,
transformasi endometrium menjadi desidua dan akhirnya
pembentukan plasenta yang definitif. Blastosis berada dalam
kavum uteri selama lebih kurang 2 hari sebelum terjadi
implantasi. Selama waktu ini makanan diambil dari hasil sekresi
kelenjar endometrium. Proses implantasi terjadi kemudian,
meliputi beberapa proses yaitu : penghancuran zona pelusida,
aposisi dengan endometrium dan perkembangan dini tropoblas.
1. Perkembangan plasenta
Pada hari ke 10-13 pasca ovulasi vakuola kecul muncul dalam lapisan sinsitiotrophoblas,
dan merupakan awallacunar stage. Vakuola tumbuh dengan cepat dan bergabung membentuk
satu lakuna, yang merupakan prekursor pembentukan ruang intervillosa. Lakuna dipisahkan oleh
pita trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya villi berkembang. Pembentukan lakuna
membagi triphoblas kedalam 3 lapisan yaitu primary chorionic plate (sebelah dalam), sistim
lakuna bersama trabekula dan trophoblastic shell (sebelah luar). Aktifitas invasif lapisan
sinsitiotrophoblas menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium (kapiler, arteriole dan
arteria spiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah – pembuluh darah ini
dilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu.
Pada perkembangan selanjutnya lakuna yang baru terbentuk bergabung dengan lakuna yang telah
ada dan dengan demikian terjadi sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai
terbentuknya “hemochorial” placenta, dimana darah ibu secara langsung meliputi trophoblas.
Peningkatan proliferasi sinsitiotrophoblas diikuti dengan fusi sinsitium, akibatnya trabekula yang
tumbuh dan cabang-cabang sinsitium menonjol ke dalam lakuna membentukvilli primer. Selain
terjadi peningkatan dalam hal panjang dan diameter, primary villi juga diinvasi oleh
sitotrophoblas. Kedua proses ini menandai mulainya villous stage dari perkembangan plasenta.
Dengan proliferasi lebih lanjut terbentuk percabangan primary villi, yang merupakan awal
pembentukan villous tree primitif; dan pada saat yang bersamaan sistim lakuna berubah menjadi
ruang intervillus.
2. Fungsi plasenta
Fungsi utama plasenta adalah transfer nutrien dan zat sisa antara
ibu dan janin (meliputi fungsi respirasi, ekskresi dan nutritif),
menghasilkan hormon dan enzim yang dibutuhkan untuk
memelihara kehamilan, sebagai barier dan imunologis. Fungsi
transfer tergantung kepada sifat fisik zat yang mengalami
transfer dalam darah ibu maupun janin, integritas fungsi
membrana plasenta (exchange membrane) dan kecepatan aliran
darah pada kedua sisi exchang membrane (ibu dan janin).
B. ENDOKRINOLOGI PLASENTA

Sebagai kelanjutan dari proses fertilisasi dan implantasi/nidasi adalah


terbentuknya plasenta. Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan
merupakan organ endokrin terbesar pada manusia yang menghasilkan
berbagai macam hormon steroid, peptida, faktor-faktor pertumbuhan dan
sitokin. Pada trimeseter I plasenta berkembang sangat cepat akibat dari
multiplikasi sel-sel sitotrofoblas. Villi korialis primer terususun oleh sel-sel
sitotrofoblas yang proliferatif di lapisan dalam dan sel-sel sinsiotrofoblas di
lapisan luar. Sel-sel mesenkim yang berasal dari mesenkim ekstraembrional
akan menginvasi villi korialis primer sehingga terbentuk viili koriales
sekunder, sedangkan villi koriales tersier terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya pembuluh darah-pembuluh darah janin. Sinsiotrofoblas
umumnya berperanan dalam pembentukan hormon steroid,
neurohormon/neuropeptida, sitokin, faktor pertumbuhan dan pitiutary-like
hormones, sedangkan sitotrofoblas lebih berperanan dalam sekresi faktor-
faktor pertumbuhan.
1. Sintesis Hormone Steroid
Plasenta mensintesis sejumlah besar hormon steroid selama kehamilan.
Dua hormon steroid utama adalah progesteron yang berfungsi untuk
mempertahankan (maintenance) kehamilan dan estrogen yang berguna
untuk pertumbuhan organ-organ reproduksi. Keduanya juga diperlukan
untuk perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama kehamilan.
Dalam sintesis hormon steroid, plasenta bukanlah organ yang autonom
tetapi memerlukan prekursor-prekursor untuk sekresi estrogen maupun
progesteron. Prekursor tersebut berasal dari adrenal janin dan maternal
untuk sekresi estrogen serta kolesterol maternal untuk sekresi progesteron.
Berdasarkan hal ini muncul terminologi unit maternal fetoplasental dan
unit fetoplasental. Unit ini mengendalikan sebagian besar aktifitas
endokrinologi selama kehamilan. Didalam sintesis hormone steroid ini
hormon yang paling berperan adalah hormon estrogen dan progesterone.
2. Sintesis Hormone Polipeptida
Hormon-hormon polipeptida plasenta mempunyai karakteristik yang mirip dengan
hormon yang dihasilkan organ endokrin lain. Human chorionic gonadotropin (hCG)
mempunyai aktifitas biologik yang sama dengan luteinizing hormone (LH), demikian
juga terdapat kesamaan antara human placental lactogen (hPL) dengan prolaktin
(PRL) dan growth hormon (GH). Walaupun mempunyai kesamaan, baik hCG maupun
hPL mempunyai determinan antigenik yang berbeda dengan hormon-hormon yang
dihasilkan hipofisis sehingga karena adanya perbedaan ini kadar keduanya dapat
diukur secara radioimmunoassay. Hormon-hormon peptida lain seperti gonadotropin-
releasing hormone (GnRH), somatostatin, thyrotropin-releasing hormone (TRH),
gastrin, vasoactive intestinal polypetida (VIP) dan nerve growth factor (NGF) juga
ditemukan pada plasenta bersamasama dengan pituitary-like polypeptides seperti
adrenocorticotropic hormone (ACTH), thyroid-stimulating hormone (TSH) dan
follicle stimulating hormone (FSH). Hormon yang paling berperan disini yaitu Human
chorionic gonadotropin (hCG) dan Human placental lactogen (hPL)
3. Hormon-Hormon Plasenta Lain

a. hormone-hormone protein
1. Chorionoic adrenocorticotropin (CACTH)
2. Chorionic thyrotropin (CT)
3. Relaxin
4. Parathyroid hormone-related protein (PTH-rP)
5. Growth hormone-variant (hGH-V)

b. hormone-hormoe peptida
6. Neuropeptide-Y (NPY)
7. Inhibin dan Activin

c. Hypothalamic-Like Releasing Hormone


8. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
9. Corticotropin releasing hormone (CRH)
10. Thyrotropin-releasing hormone (cTRH) dan Growth hormone- releasing hormone
(GHRH)
C. NUTRISI JANIN DAN TRANSFER PLASENTA

Dalam 2 bulan pertama kehamilan, mudigah mengandung


terutama air. Karena kandungan yolk sac sedikit, maka
pertumbuhannya tergantung pada pasokan ibu. Pada awalnya
setelah implantasi blastokis mendapat pasokan dari cairan
interstitial endometrium dan jaringan ibu sekitarnya. Minggu
berikutnya terbentuk lakuna yang berisi darah dan pada minggu
ketiga terbentuk pembuluh darah janin tampak di villi khoriales.
Pada minggu ke 4 sistem kardiovaskuler janin terbentuk dan oleh
karena itu terdapat hubungan sirkulasi antara mudigah dan villi
khorales. Pada dasarnya ibu merupakan sumber nutrisi bagi janin,
namun apa yang dimakan akan disimpan, sehingga akan dipakai
secara kontinu manakala diperlukan dalam hal energi, perbaikan
jaringan dan pertumbuhan baru.
• Ada 3 depot makanan – hati, otot, dan lemak, dan hormon insulin
yang berperan dalam metabolisme nutrisi yang diserap oleh usus
ibu. Pada pokoknya cadangan glukosa sebagai glikogen disimpan di
hati dan otot, menyimpan protein untuk asam amino, dan lemak.
Cadangan lemak terakumulasi pada trimeser dua dan cadangan ini
menyusut pada saat janin membutuhkannya pada akhir kehamilan
(Pipe dkk, 1979). Dalam kondisi puasa, dibuat glukosa dari
glikogen, namun cadangan glikogen tidaklah banyak serta tak akan
mampu memenuhi glukosa yang dibutuhkan untuk energi dan
pertumbuhan. Pemecahan triacyl glycerols, tersimpan dalam
jaringan adiposa, sebagai cadangan energi dalam bentuk asam
lemak. Proses lipolisis dipacu oleh sejumlah hormon langsung
maupun tidak, termasuk glukagon, norepinephrin, hPL,
glukokortisteroid, dan thiroxin.
Unsur-unsur Nutrisi janin dan transfer plasenta meliputi
1. Glukosa
2. Asam Lemak dan Trigliserida
3. Asam amino
4. Protein dan Molekul besar
5. Ion dan mineral
6. Kalsium
7. Vitamin
D. DINAMIKA CAIRAN AMNION

Cairan amnion diproduksi oleh sel amnion, difusi tali pusat, kulit janin yaitu
pada awal kehamilan dan kemudian setelah janin berkembang akan
dihasilkan dari urin dan cairan paru. Amnion tidak mempunyai vaskularisasi
dan berfungsi sebagai tameng terhadap trauma. Amnion juga resisten
terhadap penetrasi lekosit, mikroorganisme, dan sel neoplasma. Didalam
cairan amnion terdapat prostaglandin, endothelin-1, disamping: prolaktin,
EGF, PTH-rp, IL-6, IL-8. Platelet Activation Factor (PAF) terdapat di dalam
amnion dan meningkat pada waktu partus, sebagaimana diketahui PAF
merupakan uterotonin dan meningkatkan Ca pada miometrium.
PAF sendiri di produksi oleh PMN. Pada akhir kehamilan dimana kepala
menurun, ruang amnion terbagi dua: kantong depan (didepan presentasi) dan
ruang atas. Di dalam kantong depan di hasilkan banyak prostaglandin.
Agaknya rangsang peradangan pada kantong depan penting dalam mulainya
partus.
Cairan amnion mempunyai peran:
memungkinkan janin bergerak dan perkembangan
system otot-rangka, membantu perkembangan traktus
digestivus, cairan dan makanan janin, memberikan
tekanan sehingga mencegah kehilangan cairan paru
yang penting untuk perkembangan paru, melindungi
janin dari trauma, mencegah kompresi tali pusat,
menjaga suhu janin, dan sebagai bakteriostatik
mencegah infeksi.
Regulasi
Pada aterm jumlah cairan yang diambil oleh janin ialah :
a. diminum oleh janin = 500-1000 ml
b. masuk ke dalam paru = 170 ml
c. dari tali pusat dan amnion = 200-500 ml

Sedangkan jumlah cairan yang dikeluarkan oleh janin ke rongga amnion ialah :
a. sekresi oral = 25 ml
b. sekresi dari traktus respiratorius = 170 ml
c. urin = 800-1200 ml
d. transmembran dari amnion = 10 ml
Dengan demikian tampak bahwa urin janin menjadi dominan dalam produksi
cairan amnion.
Jumlah cairan amnion
Brace dan Wolf (1989) menelaah laporan/artikel sebanyak 705
buah yaitu pengukuran cairan amnion antara 8 sampai 43
minggu kehamilan baik secara pewarnaan maupun pada saat
histerotomi.2 Rata rata jumlah cairan amnion antara 22-39
minggu ialah 777 ml (302-901 ml); sementara pada usia
kehamilan 12 minggu jumlah cairan amnion hanyalah 50 ml,
meningkat menjadi 400 ml pada 20 minggu. Secara singkat
dapat dikatakan bila ada gangguan pada produksi urin maka
akan terjadi oligohidramnion, sebaliknya gangguan pada
menelan akan mengakibatkan polihidramnion.
Aplikasi klinik
Dengan adanya data jumlah cairan amnion normal, maka dapat dibuat batasan dari jumlah yang
abnormal. Disebut sebagai polyhidramnios bila jumlah melebihi 2000 ml. Dengan teknik
ultrasonografi dapat diperkirakan kantong amnion yang terbesar, secara subyektif (Goldstein dan Filly,
1988). Namun pengukuran kantong amnion 2 cm ternyata mempunyai sensitifitas rendah, sehingga
dianjurkan pengukuran Indeks cairan amnion, dimana diukur kantong terbesar pada 4 kuadran uterus
(Phelan dkk, 1987). Dianggap olihydramnion bila AFI <5 cm.
Penyebab oligohydramnion ialah :
1. Pertumbuhan janin terhambat
2. Postterm
3. Ketuban pecah
4. Anomali janin – aneuploidi
5. iatrojenik
Setelah 41 minggu indeks cairan amnion akan berkurang 25%/minggu. Flack dkk, (1995) melakukan
intervensi hidrasi cepat 2L/2 jam pada kasus dengan olihidramnion (ICA < 5cm) ternyata mampu
meningkatkan indeks dengan 3.2 cm dan indeks pulsatilitas a.umbilikal, sementara tak ada pengaruh
pada kelompok yang normal. Penggunaan obat penghambat (inhibitor) prostaglandin sintase dapat
menghambat arus darah ginjal. Sementara itu jumlah cairan amnion yang berlebihan (>26 cm) disebut
sebagai polihidramnion. Penyebabnya umumnya tak diketahui, namun sebagian kecil ditemukan
berkaitan dengan diabetes, atau berkaitan dengan kelainan/obstruksi gastrointestinal.
E. SIRKULASI UTERO PLASENTA

Perkembangan Sistim Komunikasi


Tidak diragukan lagi bahwa ovulasi tergantung pada interaksi otak–
kelenjar hipofise–indung telur; tetapi sesudah pembuahan, pemantapan
dan pemeliharaan kehamilan sangat bergantung kepada peran blastosis,
sel trofoblas, embrio dan janin. Suatu sistim komunikasi biomolekuler
ditata antara zigot/ blastosis/ embrio/ janin dan ibu yang telah bekerja
sebelum nidasi, dan berlangsung terus sampai persalinan dan mungkin
sesudahnya. Memang, dengan menyusui, komunikasi berlangsung
setelah persalinan, dan melalui ikatan ibu anak, satu sistim komunikasi,
dalam bentuk lain, terjalin seumur hidup. Sistim komunikasi janin ibu ini
diperlukan untuk keberhasilan implantasi blastosis, pengenalan maternal
terhadap kehamilan, penerimaan imunologis, peran janin untuk
perawatan kehamilan, adaptasi ibu terhadap kehamilan, nutrisi janin dan
mungkin peran janin dalam memulai persalinan.
Proses–proses fisiologis ini berasal terutama dari respons ibu yang
modifikasinya dikendalikan oleh janin. Sebelumnya, dianggap bahwa sistim
komunikasi ini terjadi terutama untuk menyediakan nutrisi dari ibu untuk
janin. Melalui sistim komunikasi ini, dianggap bahwa ibu menyediakan
nutrien yang secara efektif diserap trofoblas janin dan ditranfer ke embrio
dan janin.
Saat ini peran janin pada sistim komunikasi ini sangatlah besar; blastosis
merupakan satuan dinamis[ dynamic force] dari kehamilan dimulai saat
implantasi, seluruh kehamilan, persalinan dan sesudahnya termasuk
terlibatnya janin- neonatus dalam menciptakan lingkungan hormonal yang
berpuncak pada laktasi. 101 Terdapat dua lengan utama sistim komunikasi
ini, yaitu lengan plasenta yang menjalankan fungsi nutrisi, endokrin dan
imunologis dan lengan parakrin untuk fungsi pemeliharaan, penerimaan
imunologis, homeostasis jumlah cairan ketuban, perlindungan fisis janin dan
mungkin persalinan.
Lengan plasenta ini terdiri dari supply darah ibu melalui aspiralis untuk
ruang intervilus yang secara langsung membasahi sinsitiotrofoblas dan
darah janin yang berada dalam kapiler vilus janin. Lengan parakrin
terdiri dari kontak langsung antar sel dan lalu lintas biomolekuler antara
selaput janin ( choiron laeve) dan desidua parietalis ibu.
Selaput ketuban yang merupakan bagian avaskuler terdalam janin
berhubungan langsung dengan chorion laeve dan dibasahi oleh cairan
ketuban pada sisi lain. Dan cairan ketuban, yang kaya dengan ekskresi
janin ( ginjal) dan sekresi janin (paru, kulit) menyediakan jalur khusus
langsung antara janin dan ibu. Bahan bahan dalam cairan ketuban yang
berasal dari ekskresi dan sekresi janin bisa beraksi melalui selaput
janin; dan bahan bahan cairan ketuban yang berasal dari ibu masuk ke
janin karena cairan ketuban dalam jumlah besar diisap paru dan ditelan
janin.
Organisasi Sistim Komunikasi
a. Lengan plasenta sistim komunikasi ibu janin
Plasenta menjadi tempat utama transfer bahan makanan antara
ibu dan janin dan jaringan utama kehamilan meskipun sangat
tergantung prekursor lain yang berasal dari janin. Akhirnya,
secara anatomis bagian proximal sistimo komunikasi lengan
plasenta adalah darah janin, sinsitium dan darah ibu. 102
Plasenta manusia merupakan jenis hemochorioendothelial yang
berarti darah janin terpisah dari sinsitiotrofoblas oleh dinding
kapiler janin , mesenchym ruang intervilus dan synsitiotrofoblas
atau darah janin tidak pernah berhubungan langsung dengan
darah ibu.
b. Lengan parakrin sistim
komunikasi ibu janin Disebut sebagai lengan parakrin karena selaput janin merupakan bagian yang
avaskuler dan adanya interaksi antar sel diantara selaput janin dan desidua ibu yang terdiri dari cairan
ketuban, selaput ketuban, chorion laeve dan desidua parietalis. Komunikasi yang terjadi bisa melalui
beberpa cara misalnya kencing janin yang merupakan bahan utama cairan ketuban setelah 16 minggu
dan sekresi paru janin yang memasuki cairan ketuban sehingga cairan ketuban berfungsi sebagai
saluran untuk transmisi sinyal dari janin ke ibu. Sebaliknya produk desidua dan beberapa bahan dari
darah ibu memasuki cairan ketuban dan memasuki janin melalui proses menelan dan paru. Sebagai
contoh prolaktin yang dihasilkan desidua hampir seluruhnya diserap janin dan juga beberapa peptida
dan faktor pertumbuhan ( growth factors).
Menurut Edwards dan brody bahan bahan yang potensial bertindak sebagai sinyal antara ibu janin
sebelum implantasi adalah sebagai berikut, Embryo-derived platelet activating factor ( EDPAF), Early
pregnancy factor (EPF), Estrogen dan progesteron, Protease, Interferon, Pregnancy –asspciated
plasma protein C, Histamin –releasing factor, Prostaglandin, Alpha inhibin, TGF-alpha dan IGF-2,
Chorionic gonadotropin.
Pemahaman bagaimana sistim komunikasi ini bekerja telah menyebabkan lebih diterimanya
pandangan bahwa janin mempunyai peran dinamis dalam kehamilan ( dynamic role in pregnancy) dan
janin yang menentukan arahnya (dirigen in the orchestration ) of pregnancy and its own destiny) serta
janin merupakan tumor ganas yang tidak bermetastase tetapi cepat sekali tumbuhnya (non metastizing
but repidly growing malignant tumor).
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai