Ridho Hidayatulloh
1102011215
Anatomi Makroskopis
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel
epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel,
progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba
Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi.
Ovarium
terfiksasi
oleh
ligamentum
ovarii
proprium,
ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
Anatomi Mikroskopik
Fungsi ovarium :
Produksi sel germinal
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Lumen Tuba Falopii dilapisi epitel kolumnar dengan silia panjang pada permukaan
selnya. Silia bergerak konsisten ke arah uterus untuk memfasilitasi pergerakan zygote ke
dalam uterus agar mengadakan implantasi pada endometrium.
Sebagian besar dinding uterus terdiri dari otot polos yang dinamakanmiometrium.
Uterus harus mampu untuk membesar selama kehamilan. Pembesaran uterus terjadi akibat
hipertrofi sel otot polos miometrium (miosit) dan penambahan miosit baru dari stem sel
yang terdapat dalam jaringan ikat miometrium. Rongga uterus dilapisi oleh endometrium.
Endometrium merupakan organ target dan kelenjar endokrin. Dibawah pengaruh
produksi siklis hormon ovarium endometrium mengalami perubahan mikroskopik pada
struktur dan fungsi kelenjar.
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Selama fase pra ovulasi siklus menstruasi, sel epitel permukaan endometrium
mengadakan proliferasi di bawah pengaruh estrogen. Kelenjar endometrium mengalami
proliferasi dan masuk kedalam lapisan subepitelial atau stroma. Arteri muskular kecil (arteria
spiralis) tumbuh kedlam lapisan basal endometrium.
Setelah ovulasi, suasana hormonal uterus berubah dari dominan estrogen menjadi
dominan progesteron sehingga mitosis epitel kelenjar berhenti. Endometrium pasca ovulasi
disebut endometriumsekretorik. Pasca ovulasi, sel stroma endometrium membesar dan
tampak berbuih yang menadakan adanya peningkatan metabolisme. Sel-sel tersebut
menjadi eosinofilik dan disebut sebagai sel desidua.Desidualisasi endometrium diawali
sekitar arteri spiralis yang kemudian menyebar dibawah epitel permukaan dan kelenjar saat
10 hari pasca ovulasi.
Jika tidak terjadi kehamilan, produksi progesteron corpus luteum berhenti pada hari
ke 13 14 pasca ovulasi. Endometrium mengalami nekrosis iskemik dan meluruh sebagai
debris menstruasi. Bila terjadi kehamilan, masa hidup corpus luteum memanjang dan
memperpanjang produksi progesteron dan desidualisasi stroma berlanjut. Stroma
endometrium merupakan sumber penting sejumlah peptida kehamilan antara lain :
Prolaktin.
Faktor pertumbuhan yang mirip insulin (insulin like growth factor binding protein IGFBP-1)
Peptida yang terkait dengan hormon paratiroid (parathyroid hormone-related
peptide PTHrP)
Perubahan histologis dalam endometrium akibat pengaruh hormon dapat digunakan
untuk menentukan ovulasi.
R. M. Ridho Hidayatulloh
2
1102011215
Hormon hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan Hormon lutein
(LH),keduanya disekresi sebagai respon terhadap pelepasan hormon GnRH dari
hipotalamus.
Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium
sebagai respons terhadap kedua hormon dari kelenjar hipofisis anterior
Siklus Menstruasi
Siklus haid dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium. Siklus uterus berupa
pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus - endometrium. Pada akhir fase
menstruasi endometrium mulai tumbuh kembali dan memasuki fase proliferasi. Pasca
ovulasi, pertumbuhan endometrium berhenti sesaat dan kelenjar endometrium menjadi
lebih aktif fase sekresi.
Lama siklus haid rata-rata adalah 28 hari dan terdiri dari :
1
2
3
Fase folikuler
Ovulasi
Fase luteal (pasca ovulasi)
Bila siklus menjadi panjang, fase folikuler yang akan menjadi panjang dan fase luteal akan
tetap konstan berlangsung selama 14 hari.Agar siklus haid berlangsung secara normal
diperlukan :
1
2
3
mempengaruhi
hipofisis
melalui
pengeluaran
GnRH-Gonadotropin
Releasing Hormon. GnRH melalui sistem sirkulasi portal menuju hipofisis anterior dan
menyebabkan
gonadotrof
hipofisis
melakukan
sintesa
dan
pelepasan
FSH-foliclle
stimulating hormone dan LH-Luteinizing hormone. FSH akan menyebabkan proses maturasi
folikel selama fase folikuler dan LH berperan dalam proses ovulasi serta produksi
progesteron oleh corpus luteum. Aktivitas siklis dalam ovarium berlangsung melalui
mekanisme umpan balik diantara ovarium hipotalamus dan hipofisis.
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Siklus Ovarium
kadar
estrogen
dan
progesteron
pada
akhir
fase
sebelumnya.
Selama dan segera setelah haid, kadar estrogen relatif rendah namun dengan pertumbuhan
folikel kadarnya akan segera meningkat.
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Hari Ke 10 - 14
Dengan bertambahnya ukuran folikel, terjadi akumulasi cairan diantara sel granulosa
dan menyebabkan terbentuknya anthrum, sehingga folikel primer berubah bentuk menjadi
folikel dgraaf, disini oosit menempati posisi excenteric dan dikelilingi oleh 2 3 lapisan sel
granulosa dan disebut sebagai cumulus oophorus Dengan semakin matangnya folikel, kadar
estrogen menjadi semakin bertambah (terutama dari jenis estradiol) dan mencapai
puncaknya 18 jam sebelum ovulasi. Dengan semakin meningkatnya kadar estrogen,
produksi FSH dan LH menurun ( umpan balik negatif ) untuk mencegah hiperstimulasi
ovarium dan maturasi folikel lainnya.
Ovulasi Hari Ke 14
Ovulasi terjadi dengan pembesaran folikel yang cepat dan diikuti protrusi permukaan
kortek ovarium dan pecahnya folikel menyebabkan keluarnya oosit dan cumulus oophorus
yang melekat dengannya.
Pada sejumlah wanita Kadang-kadang proses ovulasi ini menimbulkan rasa sakit
sekitar fossa iliaka yang dikenal dengan nama mittelschmerz. Peningkatan kadar estradiol
pada akhir mid-cycle diperkirakan akibat LH surge dan penurunan kadar FSH akan
menyebabkan
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
peristiwa umpan balik positif. Sesaat sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol
secara tiba-tiba dan peningkatan produksi progesteron.
Fase Luteal Hari 15 28
Sisa folikel yang telah ruptur berada didalam ovarium. Sel granulosa mengalami
luteinisasi dan membentuk corpus luteum. Corpus luteum merupakan sumber utama dari
hormon steroid seksual, estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh ovarium pada fase
pasca ovulasi (fase luteal)
terbentuknya corpus luteum akan menyebabkan sekresi progesteron terus meningkat dan
terjadi pula kenaikan kadar estradiol berikutnya.
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Selama fase luteal, kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi regresi corpus luteum
pada hari ke 26 28.
Bila terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum tidak akan mengalami regresi oleh
karena keberadaanya dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh trofoblas.
Namun, bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum akan mengalami regresi
dan siklus haid akan mulai berlangsung kembali. Akibat penurunan kadar hormon steroid,
terjadi peningkatan kadar gonadotropin dan siklus haid akan berlangsung kembali.
Siklus Endometrium
Endometrium memberikan respon secara khas terhadap progestin, androgen dan
estrogen. Inilah sebabnya mengapa endometrium dapat mengalami proses haid dan
memungkinkan terjadinya proses implantasi hasil konsepsi saat terjadi proses kehamilan
Secara fungsional, endometrium dibagi menjadi 2 zona :
1
R. M. Ridho Hidayatulloh
2
1102011215
Bagian dalam ( stratum basalis ) yang secara relatif tidak mengalami perubahan dan
berperan penting dalam proses penggantian sel endometrium yang terkelupas saat haid.
Arteri basalis berada dalam stratum basalis dan arteri spiralis khususnya terbentuk
dalam stratum fungsionalis.
Fase Proliferasi
Selama fase folikuler, endometrium terpapar dengan sekresi estrogen. Pada akhir haid,
regenerasi endometrium berlangsung dengan cepat.
Pada stadium ini Fase Proliferasi , pola kelenjar endometrium adalah regular dan tubuler,
sejajar satu sama lain dan mengandung sedikit cairan sekresi.
Fase Sekresi
Pasca ovulasi, produksi progesteron memicu terjadi perubahan sekresi pada kelenjar
endometrium. Terlihat adanya vakuola yang berisi cairan sekresi pada epitel kelenjar.
Kelenjar endometrium menjadi semakin berliku-liku.
Fase Menstruasi
Secara normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada saat-saat akhir corpus luteum,
terjadi penurunan produksi estrogen dan progesteron. Penurunan ini diikuti dengan kontraksi
spasmodik dari arteri spiralis sehingga terjadi ischemik dan nekrosis lapisan superfisial
endometrium sehingga terjadi perdarahan. Vasospasme nampaknya merupakan akibat
adanya produksi prostaglandin lokal. Prostaglandin juga menyebabkan kontraksi uterus saat
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
haid. Darah haid tidak mengalami pembekuan oleh karena adanya aktivitas fibrinolitik
dalam pembuluh darah endometrium yang mencapai puncaknya saat menstruasi.
Lendir Servik
Pada wanita terdapat hubungan langsung antara traktus genitalis bagian bawah dengan
cavum peritoneal. Hubungan langsung ini memungkinkan spermatosoa mencapai ovum,
meskipun ferttilisasi umumnya terjadi di dalam tuba falopii. Hubungan langsung ini pula
yang memudahkan wanita mengalami infeksi genitalia interna. Namun keberadaan lendir
servik dapat mencegah hal itu terjadi.
a
Pada fase folikuler dini, konsistensi lendir servik kental dan impermeable ( seperti
putih telur )
Pada fase folikuler lanjut, meningkatnya kadar estrogen menyebabkan lendir yang
menjadi lebih encer dan relatif semipermeabel dan relatif mudah ditembus oleh
spermatozoa. Perubahan lendiri servik yang menjadi lebih encer ini disebut sebagai
spinnbarkheit
Pasca ovulasi, progesteron yang dihasilkan corpus luteum menetralisir efek estrogen
sehingga lendir servik menjadi kental kembali dan impermeabel.
10
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
pre-menstrual syndrome
PMS merupakan kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan
siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang
pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah
selesai haid. PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan
dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan
menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid.
Tipe-tipe PMS:
PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf
tegang, perasaan labil.
PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut
kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat
badan sebelum haid.
PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula).
PMS tipe D (depression) murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu
tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.
Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormone
(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH).
Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada
pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah
kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan
mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi
11
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen
dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi
dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum
yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi
dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan
yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak
mengakibatkan pendarahan hebat.
Manifestasi Klinis
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering
merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.
b). Hypomenorhea (kriptomenorrhea)
Definisi
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya. Lama
perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7
hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.
Etiologi
1. Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
2. Kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal.
Patofisiologi
dapat diakibatkan oleh Ashermans syndrome, kekurangan lemak tubuh untuk membuat
hormon steroid, dan faktor psikogenik
Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa
spotting.
c).Polimenorea (Epimenoragia)
Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah
perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Manifestasi klinis
12
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).
d). Oligomenorrhea
Definisi
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari
Etiologi
Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi )
Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.
Manifestasi klinis
Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
Perdarahan haid biasanya berkurang
e).Amenorea
Definisi
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.
Klasifikasi
1. Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami
haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Etiologi
1. Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan vagina
2. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji estrogen dan
progesteron negatif.
3. penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas, stress berat.
4. kelainan kongenital
5. ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.
Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan
dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan
hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen
dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan
tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal
ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,
seperti adenoma pitiutari. Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer.
Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan
progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause
13
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda
dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad
menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda
seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya
berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosisovarium.
Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah
yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti
kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
f). Metroragia
Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Klasifikasi
1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.
Etiologi
1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;
2. carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis
(sepertikolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.
3. Perdarahan fungsional :
a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial
(tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut
maupun kronis.
b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan
endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan
ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak. Terapi : kuretase dan
hormonal.
g). Pra Menstruasi Syndrom
Definisi
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi
berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom
menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun. PMS
merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke- 2 sampai
hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi dimulai.
Disebabkan oleh :
14
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema.
hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi
progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang
akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin.
Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah
esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu
banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi
keduahormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar
prolactin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi
prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormone esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
Manifestasi klinis
Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. Nafsu makan
meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya
perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.
h).Dismenore
Definisi
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.
Klasifikasi
Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri
haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan.
Karakteristik dismenorea primer menurut Ali Badziad (2003):
1. Sering ditemukan pada usia muda.
2. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.
15
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
3. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering disertai mual,
muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala.
4. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
5. Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis.
6. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.
Etiologi : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit,
hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks,
kadar vasopresin tinggi).
Patofisiologi
Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan menghasilkan
asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin PGE2 dan PGF2
alfa. Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGF2 alfa di
dalam darahnya, yang merangsang kontraksi dan vasokonstriksi miometrium. Akibatnya
terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga terjadi penurunan aliran darah
ke uterus dan mengakibatkan iskemia dan menimbulkan abdominal cramp. Prostaglandin
sendiri dan leukotrine juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya meningkatkann ambang
rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia
(Sunaryo,1989).
Manifestasi klinis
Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain : perasaan malas
bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif,
mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga
kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa
nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai
gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.
Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore.
Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis,
retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.
Manifestasi klinis
Berikut ini merupakan manifestasi klinis dismenorea sekunder (Smith, 1993; Smith, 1997):
1. Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama),
yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital.
2. Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
3. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik: pertimbangkan
4. kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic adhesion (perlengketan
pelvis), dan adenomyosis.
16
R. M. Ridho Hidayatulloh
Kelompok Usia
1102011215
Penyebab
Prapubertas
Remaja
Usia subur
atau ovarium)
Siklus Anovulatorik
Penyulit Kehamilan (abortus, penyakit trofoblastik,
Perimenopause
kehamilan ektopik)
Siklus anovulatorik, pelepasan irregular endometrium,
Pascamenopause
lesi organik
Lesi organik, atrofi endometrium
17
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
luka ringan
Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
Galaktorea
Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik ,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk :
o
Menilai
Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
Tanda-tanda Hiperandrogen
Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
Galaktorea
Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
Menyingkirkan
Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
Servisitis, endometritis
Polip dan mioma uteri
Keganasan serviks dan uterus
Hiperplasia endometrium
Gangguan pembekuan darah
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan
harus disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.
Primer
Laboratorium
USG
-Hb
Sekunder
-Darah lengkap
Tersier
-Prolaktin
-Tes kehamilan
hemostatis (BT-
-Tiroid (TSH,
-urin
CT, lainnya
FT4)
sesuai fasilitas)
-Hemostasis
-USG
(PT, aPTT,dll)
-USG
18
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
transabdominal
Transabdominal
-USG
-USG
transvaginal
transvaginal
SIS
-SIS
Penilaian
-Mikrokuret
-Doppler
-Mikrokuret/
Endometrium
-D&K
D&K
-Histeroskopi
Pemeriksaan
-Endometrial
Penunjang
Penilaian
serviks bila ada
-IVA
-Pap smear
sampling
-Pap smear
-Kolposkopi
patologi
19
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
mengontrol perdarahan
mencegah perdarahan berulang
mencegah komplikasi
mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari
ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen
20
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada
perdarahan uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera
diatasi dengan transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan
anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan
anemia berat membutuhkan transfusi darah
2
Penghentian Pendarahan
Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan
karena
memiliki
berbagai
khasiat
yaitu
healing
effect,
pembentukan
jenis
progestin
sintetik
telah
dilaporkan
dapat
menghentikan
dihidrogesteron
dan
linestrenol.
Noretisteron
dapat
menghentikan
Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan
progesteron. Sediaan yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan
21
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
22
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan
cara vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga
penderita akan mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk penderita
yang punya kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai pilihan lain dari
histerektomi, tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan
histerektomi
pada
penderita
perdarahan
uterus
disfungsional
harus
memperhatikan usia dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan
pilihan terakhir. Sebaliknya pada penderita perimenopause atau menopause, histerektomi
harus dipertimbangkan bagi semua kasus perdarahan yang menetap atau berulang. Selain
itu histerektomi juga dilakukan untuk perdarahan uterus disfungsional dengan gambaran
histologis endometrium hiperplasia atipik dan kegagalan pengobatan hormonal maupun
dilatasi dan kuretase. Histerektomi mempunyai tingkat mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu
penelitian menemukan bahwa histerektomi berhubungan dengan tingkat morbiditas dan
membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dibanding ablasi endometrium.
Beberapa
studi
sebelumnya
menemukan
bahwa fungsi
seksual
meningkat
setelah
Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan
untuk pemicuan ovulasi.
o
Siklus ovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea,
Siklus anovulatorik
23
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
mg/hari selama 10 hari mulai hari hari ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini
diberikan untuk 3 siklus haid. Jika gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak
terjadi, dilakukan pemicuan ovulasi. Pada penderita yang tidak menginginkan anak keadaan
ini diatur dengan penambahan estrogen dosis 0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral
selama 10 hari, dari hari ke 5 sampai hari ke 25.8
Penanganan terapi berdasarkan usia
PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi ,
berlangsung sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak
teratur baik lama maupun jumlah darahnya.
(NSAID),
atau
asam
traneksamat.
Pemberian
tablet
estrogen
progesteron kombinasi, atau tablet progesterone saja maupun analog GnRH (agonis
atau antagonis) hanya bila tidak ada perbaikan.
Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o
Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan
pemberian tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone
(10mg/ hari) sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.
PUD pada Usia Reproduksi
Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak
berovulasi. Pada keadaan akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .
Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang hingga
akut. PUD yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak (spotting) pada
pertengahan siklus. Pengobatan dapat diberikan berupa :
o
17- estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau
estropipete 1x1,25 mg, dari hari ke 10-15 siklus haid
24
R. M. Ridho Hidayatulloh
o
Pada
1102011215
didrogesteron 1x10 mg, atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga
Normegestrol asetat 1x5 mg yang diberikan mulai hari 16-25 siklus.
o
Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu
kemudian diikuti dengan penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.
25
R. M. Ridho Hidayatulloh
o
1102011215
Diberikan suntikan
hydroxyprogesterone
Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3
bulan
atau
dapat
dilakukan
induksi
mentruasi
setiap
2-3
bulan
dengan
10
mg
26
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
bertindak hukum.
o
Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda pendapat
tentang saksi (kaffarat) yang melanggarnya (wajib dan tidak wajib).
Jika haid datang pada waktu shalat dan dia belum shalat, dia berhutang shalat.
Jika berhenti haid, maka harus segera mandi dan shalat, jika tidak, maka termasuk
mengabaikan shalat.
ISTIHADHAH
Darah yang mengalir dari kemaluan wanita bukan pada waktunya dan keluarnya dari
urat. (An-Nawawi).
Darah segar yang di luar kebiasaan seorang wanita disebabkan urat yang terputus
(Al- Qurthubi).
Darah yang terus menerus keluar dari seorang wanita dan tidak terputus selamanya
atau terputus sehari dua hari dalam sebulan (Al-Utsaimin)
Tidak wajib, hanya mesti wudhu (Jumhur ulama).
Mandi setiap shalat = sunnah (Empat Imam Mazhab)
Perbedaan antara Darah Istihadlah dengan Darah Haid
Warna
o
27
R. M. Ridho Hidayatulloh
1102011215
Kekentalan
o
Aroma
o
Niat, puasa Ramadhan sebulan penuh = makruh, tetapi bagi wanita yang sulit
mengqadhanya pada hari lain = mubah.
Selain dua alasan di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan
yang menjurus pada pelanggaran hukum agama = Haram.
Penggunaan pil anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya mubah.
Pengunaan pil anti haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan
sebulan penuh, hukumnya makruh, tetapi bagi wanita yang sukar mengqadha
puasanya pada hari lain, hukumnya mubah.
Penggunaan pil anti haid selain dua hal di atas, hukumnya tergantung pada niatnya.
Bila untuk perbuatan yang menjurus pada pelanggaran hukum agama, hukumnya
haram
28