Anda di halaman 1dari 28

R. M.

Ridho Hidayatulloh

1102011215

Anatomi Makroskopis

Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel
epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel,
progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba
Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi.
Ovarium
terfiksasi
oleh
ligamentum
ovarii
proprium,
ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
Anatomi Mikroskopik

Fungsi ovarium :
Produksi sel germinal

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Biosintesis hormon steroid


Sel germinal terdapat pada folikel ovarium. Masing-masing folikel berada dalam
keadaan istirtahat dan mengandung oosit primordial (primitif) yang dikelilingi satu lapis sel
yaitu sel granulosa. Disekitar sel granulosa terdapat sekelompok sel yaitu sel teka.
Sel
teka
memproduksi androgen yang
oleh
sel
granulosa
di
konversi
menjadi estrogen. Hormon steroid dari ovarium bekerja dalam folikel untuk menujang
perkembangan oosit dan di luar ovarium, hormon steroid bekerja pada jaringan target.
Pada neonatus, ovarium manusia mengandung sekitar 2 juta oosit . pada saat
pubertas tersisa sekitar 100.000 oosit. Jumlah oosit semakin berkurang selama masa
reproduksi akibat proses mitosis oogonium primitif pada masa janin berhenti dan tidak
berlanjut. Saat proses mitosis berhenti, oosit yang baru terbentuk masuk ke tahap profase
dari pembelahan meiosis pertama. Oosit akan tetap berada pada tahap profase meiosis
sampai mereka di stimulasi dan menjadi matang untuk proses ovulasi atau mengalami
degerasi menjadifolikel atresia.

Folikel primer berada dibagian superfisial sehingga memungkinkan untuk terjadinya


ovulasi pada saat folikel sudah matang (folikel dgraaf) dimana terdapat area sekeliling oosit
yang disebut zona pellucid.

Lumen Tuba Falopii dilapisi epitel kolumnar dengan silia panjang pada permukaan
selnya. Silia bergerak konsisten ke arah uterus untuk memfasilitasi pergerakan zygote ke
dalam uterus agar mengadakan implantasi pada endometrium.
Sebagian besar dinding uterus terdiri dari otot polos yang dinamakanmiometrium.
Uterus harus mampu untuk membesar selama kehamilan. Pembesaran uterus terjadi akibat
hipertrofi sel otot polos miometrium (miosit) dan penambahan miosit baru dari stem sel
yang terdapat dalam jaringan ikat miometrium. Rongga uterus dilapisi oleh endometrium.
Endometrium merupakan organ target dan kelenjar endokrin. Dibawah pengaruh
produksi siklis hormon ovarium endometrium mengalami perubahan mikroskopik pada
struktur dan fungsi kelenjar.

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Selama fase pra ovulasi siklus menstruasi, sel epitel permukaan endometrium
mengadakan proliferasi di bawah pengaruh estrogen. Kelenjar endometrium mengalami
proliferasi dan masuk kedalam lapisan subepitelial atau stroma. Arteri muskular kecil (arteria
spiralis) tumbuh kedlam lapisan basal endometrium.
Setelah ovulasi, suasana hormonal uterus berubah dari dominan estrogen menjadi
dominan progesteron sehingga mitosis epitel kelenjar berhenti. Endometrium pasca ovulasi
disebut endometriumsekretorik. Pasca ovulasi, sel stroma endometrium membesar dan
tampak berbuih yang menadakan adanya peningkatan metabolisme. Sel-sel tersebut
menjadi eosinofilik dan disebut sebagai sel desidua.Desidualisasi endometrium diawali
sekitar arteri spiralis yang kemudian menyebar dibawah epitel permukaan dan kelenjar saat
10 hari pasca ovulasi.
Jika tidak terjadi kehamilan, produksi progesteron corpus luteum berhenti pada hari
ke 13 14 pasca ovulasi. Endometrium mengalami nekrosis iskemik dan meluruh sebagai
debris menstruasi. Bila terjadi kehamilan, masa hidup corpus luteum memanjang dan
memperpanjang produksi progesteron dan desidualisasi stroma berlanjut. Stroma
endometrium merupakan sumber penting sejumlah peptida kehamilan antara lain :
Prolaktin.
Faktor pertumbuhan yang mirip insulin (insulin like growth factor binding protein IGFBP-1)
Peptida yang terkait dengan hormon paratiroid (parathyroid hormone-related
peptide PTHrP)
Perubahan histologis dalam endometrium akibat pengaruh hormon dapat digunakan
untuk menentukan ovulasi.

Ovarium (indung telur)


ada 2, kanan dan kiri, dihubungkan dengan uterus oleh ligamen ovarii propium dan
dihubungkan dengan dinding panggul dengan perantara ligament infundibulo pelvicum,
disini terdapat pembuluh darah untuk ovarium.
Ukuran ovarium:2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0.9-1,5 cm dan beratnya 4-5 gram. Terletak
pada dinding lateral panggul dalam sebuah lekuk yang disebut fossa ovarica Waldeyeri.
Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medulla) Pada korteks
terdapat folikel-folikel primordial kira-kira 100.000 setiap bulan satu folikel akan matang dan
keluar, kadang keluar 2 sekaligus secara bersamaan, folikel primer ini akan menjadi folikel
de graaf. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf, dan pembuluh lympha. Fungsi
ovarium adalah :
1. mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron
2. mengeluarkan telur setiap bulan
Ovarium terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan terletak
di rongga panggul. Ovarium merupakan kelenjar yang memproduksi hormon estrogen dan
progresteron. Ukurannya 332 cm, tiap ovarium mengandung 150.000-200.000 folikel
primordial. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari
folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini disebut ovulasi.
Memahami dan Menjelaskan Sistem Hormon
Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;
1

Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin (GnRH),


yang sebelumnya juga disebut Hormon pelepas- hormon lutein.

R. M. Ridho Hidayatulloh
2

1102011215

Hormon hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan Hormon lutein
(LH),keduanya disekresi sebagai respon terhadap pelepasan hormon GnRH dari

hipotalamus.
Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium
sebagai respons terhadap kedua hormon dari kelenjar hipofisis anterior

Siklus Menstruasi
Siklus haid dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium. Siklus uterus berupa
pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus - endometrium. Pada akhir fase
menstruasi endometrium mulai tumbuh kembali dan memasuki fase proliferasi. Pasca
ovulasi, pertumbuhan endometrium berhenti sesaat dan kelenjar endometrium menjadi
lebih aktif fase sekresi.
Lama siklus haid rata-rata adalah 28 hari dan terdiri dari :
1
2
3

Fase folikuler
Ovulasi
Fase luteal (pasca ovulasi)

Bila siklus menjadi panjang, fase folikuler yang akan menjadi panjang dan fase luteal akan
tetap konstan berlangsung selama 14 hari.Agar siklus haid berlangsung secara normal
diperlukan :
1
2
3

Poros hipotalamus-hipofisis-ovarium yang baik


Didalam ovarium terdapat folikel yang responsif
Fungsi uterus berlangsung secara normal

Endokrologi Siklus Menstruasi


Pengendalian maturasi folikel dan proses ovulasi dilakukan oleh poros hipotalamushipofisis-ovarium. Hipotalamus mengendalikan siklus haid, namun organ ini sendiri dapat
pula dipengaruhi oleh pusat otak yang lebih tinggi, sehingga faktor kecemasan ataupun
gangguan kejiwaan lain dapat mengganggu pola haid yang normal.
Hipotalamus

mempengaruhi

hipofisis

melalui

pengeluaran

GnRH-Gonadotropin

Releasing Hormon. GnRH melalui sistem sirkulasi portal menuju hipofisis anterior dan
menyebabkan

gonadotrof

hipofisis

melakukan

sintesa

dan

pelepasan

FSH-foliclle

stimulating hormone dan LH-Luteinizing hormone. FSH akan menyebabkan proses maturasi
folikel selama fase folikuler dan LH berperan dalam proses ovulasi serta produksi
progesteron oleh corpus luteum. Aktivitas siklis dalam ovarium berlangsung melalui
mekanisme umpan balik diantara ovarium hipotalamus dan hipofisis.

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Siklus Ovarium

Fase folikuler (hari ke 1 10)


Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan hormon ini akan merangsang
pertumbuhan 10 20 folikel namun hanya 1 folikel yang dominan yang menjadi matang
dan sisanya akan mengalami atresia. Kadar FSH dan LH yang relatif tinggi dipicu oleh
penurunan

kadar

estrogen

dan

progesteron

pada

akhir

fase

sebelumnya.

Selama dan segera setelah haid, kadar estrogen relatif rendah namun dengan pertumbuhan
folikel kadarnya akan segera meningkat.

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Hari Ke 10 - 14
Dengan bertambahnya ukuran folikel, terjadi akumulasi cairan diantara sel granulosa
dan menyebabkan terbentuknya anthrum, sehingga folikel primer berubah bentuk menjadi
folikel dgraaf, disini oosit menempati posisi excenteric dan dikelilingi oleh 2 3 lapisan sel
granulosa dan disebut sebagai cumulus oophorus Dengan semakin matangnya folikel, kadar
estrogen menjadi semakin bertambah (terutama dari jenis estradiol) dan mencapai
puncaknya 18 jam sebelum ovulasi. Dengan semakin meningkatnya kadar estrogen,
produksi FSH dan LH menurun ( umpan balik negatif ) untuk mencegah hiperstimulasi
ovarium dan maturasi folikel lainnya.

Ovulasi Hari Ke 14
Ovulasi terjadi dengan pembesaran folikel yang cepat dan diikuti protrusi permukaan
kortek ovarium dan pecahnya folikel menyebabkan keluarnya oosit dan cumulus oophorus
yang melekat dengannya.
Pada sejumlah wanita Kadang-kadang proses ovulasi ini menimbulkan rasa sakit
sekitar fossa iliaka yang dikenal dengan nama mittelschmerz. Peningkatan kadar estradiol
pada akhir mid-cycle diperkirakan akibat LH surge dan penurunan kadar FSH akan
menyebabkan

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

peristiwa umpan balik positif. Sesaat sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol
secara tiba-tiba dan peningkatan produksi progesteron.
Fase Luteal Hari 15 28
Sisa folikel yang telah ruptur berada didalam ovarium. Sel granulosa mengalami
luteinisasi dan membentuk corpus luteum. Corpus luteum merupakan sumber utama dari
hormon steroid seksual, estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh ovarium pada fase
pasca ovulasi (fase luteal)

terbentuknya corpus luteum akan menyebabkan sekresi progesteron terus meningkat dan
terjadi pula kenaikan kadar estradiol berikutnya.

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Selama fase luteal, kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi regresi corpus luteum
pada hari ke 26 28.
Bila terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum tidak akan mengalami regresi oleh
karena keberadaanya dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh trofoblas.
Namun, bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum akan mengalami regresi
dan siklus haid akan mulai berlangsung kembali. Akibat penurunan kadar hormon steroid,
terjadi peningkatan kadar gonadotropin dan siklus haid akan berlangsung kembali.
Siklus Endometrium
Endometrium memberikan respon secara khas terhadap progestin, androgen dan
estrogen. Inilah sebabnya mengapa endometrium dapat mengalami proses haid dan
memungkinkan terjadinya proses implantasi hasil konsepsi saat terjadi proses kehamilan
Secara fungsional, endometrium dibagi menjadi 2 zona :
1

Bagian luar ( stratum fungsionalis ) yang mengalami perubahan morfologik dan


fungsional secara siklis

R. M. Ridho Hidayatulloh
2

1102011215

Bagian dalam ( stratum basalis ) yang secara relatif tidak mengalami perubahan dan
berperan penting dalam proses penggantian sel endometrium yang terkelupas saat haid.
Arteri basalis berada dalam stratum basalis dan arteri spiralis khususnya terbentuk
dalam stratum fungsionalis.

Perubahan siklis endometrium secara histofisiologi dibagia menjadi 3 stadium : fase


menstruasi, fase proliferasi (estrogenik) dan fase sekresi (progestasional)

Fase Proliferasi
Selama fase folikuler, endometrium terpapar dengan sekresi estrogen. Pada akhir haid,
regenerasi endometrium berlangsung dengan cepat.
Pada stadium ini Fase Proliferasi , pola kelenjar endometrium adalah regular dan tubuler,
sejajar satu sama lain dan mengandung sedikit cairan sekresi.
Fase Sekresi
Pasca ovulasi, produksi progesteron memicu terjadi perubahan sekresi pada kelenjar
endometrium. Terlihat adanya vakuola yang berisi cairan sekresi pada epitel kelenjar.
Kelenjar endometrium menjadi semakin berliku-liku.
Fase Menstruasi
Secara normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada saat-saat akhir corpus luteum,
terjadi penurunan produksi estrogen dan progesteron. Penurunan ini diikuti dengan kontraksi
spasmodik dari arteri spiralis sehingga terjadi ischemik dan nekrosis lapisan superfisial
endometrium sehingga terjadi perdarahan. Vasospasme nampaknya merupakan akibat
adanya produksi prostaglandin lokal. Prostaglandin juga menyebabkan kontraksi uterus saat

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

haid. Darah haid tidak mengalami pembekuan oleh karena adanya aktivitas fibrinolitik
dalam pembuluh darah endometrium yang mencapai puncaknya saat menstruasi.
Lendir Servik
Pada wanita terdapat hubungan langsung antara traktus genitalis bagian bawah dengan
cavum peritoneal. Hubungan langsung ini memungkinkan spermatosoa mencapai ovum,
meskipun ferttilisasi umumnya terjadi di dalam tuba falopii. Hubungan langsung ini pula
yang memudahkan wanita mengalami infeksi genitalia interna. Namun keberadaan lendir
servik dapat mencegah hal itu terjadi.
a

Pada fase folikuler dini, konsistensi lendir servik kental dan impermeable ( seperti
putih telur )

Pada fase folikuler lanjut, meningkatnya kadar estrogen menyebabkan lendir yang
menjadi lebih encer dan relatif semipermeabel dan relatif mudah ditembus oleh
spermatozoa. Perubahan lendiri servik yang menjadi lebih encer ini disebut sebagai
spinnbarkheit

Pasca ovulasi, progesteron yang dihasilkan corpus luteum menetralisir efek estrogen
sehingga lendir servik menjadi kental kembali dan impermeabel.

Perubahan Siklis Lain


Meskipun maksud dari perubahan hormon ovarium secara siklis adalah ditujukan
pada traktus genitalia, namun hormon-hormon tersebut juga dapat mempengaruhi sejumalh
organ tubuh lain.
1

Suhu badan basal


Terjadi kenaikan suhu badan basal kira-kira 1 0 F 0.50 C pada saat ovulasi dan
kenaikan suhu tersebut dipertahankan sampai menstruasi. Ini disebabkanb oleh efek
termogenik progesteron. Bila terjadi konsepsi, kenaikan suhu badan basal ini tetap
bertahan sampai selama kehamilan.

Perubahan pada payudara


Kelenjar mamma sangat sensitif terhadap estrogen dan progesteron. Pembengkakan
payudara seringkali merupakan tanda pubertas sebagai respon atas kenaikan estrogen
ovarium. Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergistik terhadap payudara dan
selama siklus haid, pembengkakan payu dara terjadi pada fase luteal dimana kadar

progesteron sedang tinggi.


Perubahan psikologi
Beberapa wanita mengalami perubahan mood terkait dengan siklus haid. Terjadi
instabilitas emosional pada fase luteal. Perubahan ini disebabkan oleh penurunan
progesteron. Tidak dapat dipastikan apakah perubahan mood tersebut disebabkan oleh
siklus haid atau merupakan sindroma premenstrual.

10

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

pre-menstrual syndrome
PMS merupakan kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan
siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang
pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah
selesai haid. PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan
dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan
menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid.
Tipe-tipe PMS:

PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf
tegang, perasaan labil.
PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut
kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat
badan sebelum haid.
PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula).
PMS tipe D (depression) murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu
tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.

ABNORMALITAS DALAM MENSTRUASI


a). Hipermenore (Menorraghia)
Definisi
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari),
kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Etiologi
1
2
3
4
5
6
7
8

Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi :


uterotonika
Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendungan pembuluh darah balik.
Hipertensi
Dekompensio cordis
Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili

Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormone
(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH).
Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada
pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah
kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan
mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi

11

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen
dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi
dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum
yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi
dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan
yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak
mengakibatkan pendarahan hebat.
Manifestasi Klinis
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering
merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.
b). Hypomenorhea (kriptomenorrhea)
Definisi
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya. Lama
perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7
hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.
Etiologi
1. Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
2. Kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal.
Patofisiologi
dapat diakibatkan oleh Ashermans syndrome, kekurangan lemak tubuh untuk membuat
hormon steroid, dan faktor psikogenik
Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa
spotting.
c).Polimenorea (Epimenoragia)
Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah
perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Manifestasi klinis

12

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).
d). Oligomenorrhea
Definisi
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari
Etiologi

Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi )
Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.

Manifestasi klinis
Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
Perdarahan haid biasanya berkurang
e).Amenorea
Definisi
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.
Klasifikasi
1. Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami
haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Etiologi
1. Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan vagina
2. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji estrogen dan
progesteron negatif.
3. penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas, stress berat.
4. kelainan kongenital
5. ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.
Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan
dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan
hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen
dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan
tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal
ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,
seperti adenoma pitiutari. Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer.
Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan
progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause

13

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda
dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad
menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda
seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya
berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosisovarium.
Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah
yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti
kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

f). Metroragia
Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Klasifikasi
1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.
Etiologi
1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;
2. carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis
(sepertikolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.
3. Perdarahan fungsional :
a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial
(tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut
maupun kronis.
b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan
endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan
ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak. Terapi : kuretase dan
hormonal.
g). Pra Menstruasi Syndrom
Definisi
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi
berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom
menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun. PMS
merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke- 2 sampai
hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi dimulai.
Disebabkan oleh :

Sekresi estrogen yang abnormal


Kelebihan atau defisiensi progesteron

14

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin


Kelebihan hormon anti diuresis
Kelebihan atau defisiensi prostaglandin

Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema.
hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi
progesteron.

mungkin faktor penting ialah


akibat retensi cairan dan natrium,
Dalam hubungan dengan kelainan
luteal dan pengurangan produksi

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang
akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin.
Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah
esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu
banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi
keduahormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar
prolactin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi
prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormone esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
Manifestasi klinis
Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. Nafsu makan
meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya
perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.
h).Dismenore
Definisi
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.
Klasifikasi
Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri
haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan.
Karakteristik dismenorea primer menurut Ali Badziad (2003):
1. Sering ditemukan pada usia muda.
2. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.

15

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

3. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering disertai mual,
muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala.
4. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
5. Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis.
6. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.
Etiologi : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit,
hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks,
kadar vasopresin tinggi).
Patofisiologi
Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan menghasilkan
asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin PGE2 dan PGF2
alfa. Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGF2 alfa di
dalam darahnya, yang merangsang kontraksi dan vasokonstriksi miometrium. Akibatnya
terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga terjadi penurunan aliran darah
ke uterus dan mengakibatkan iskemia dan menimbulkan abdominal cramp. Prostaglandin
sendiri dan leukotrine juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya meningkatkann ambang
rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia
(Sunaryo,1989).
Manifestasi klinis
Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain : perasaan malas
bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif,
mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga
kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa
nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai
gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.
Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore.
Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis,
retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.
Manifestasi klinis
Berikut ini merupakan manifestasi klinis dismenorea sekunder (Smith, 1993; Smith, 1997):
1. Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama),
yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital.
2. Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
3. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik: pertimbangkan
4. kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic adhesion (perlengketan
pelvis), dan adenomyosis.

16

R. M. Ridho Hidayatulloh

Kelompok Usia

1102011215

Penyebab

Prapubertas

Pubertas prekoks (kelainan hipotalamus, hipofisis,

Remaja
Usia subur

atau ovarium)
Siklus Anovulatorik
Penyulit Kehamilan (abortus, penyakit trofoblastik,

Perimenopause

kehamilan ektopik)
Siklus anovulatorik, pelepasan irregular endometrium,

Pascamenopause

lesi organik
Lesi organik, atrofi endometrium

Diagnosis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Perdarahan Uterus Disfungsional


Anamnesis

17

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu


dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :

Jumlah hari mestruasi


Jumlah pembalut yang digunakan per hari
Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang akibat

luka ringan
Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
Galaktorea
Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik ,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk :
o

Menilai
Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
Tanda-tanda Hiperandrogen
Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
Galaktorea
Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)

Menyingkirkan
Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
Servisitis, endometritis
Polip dan mioma uteri
Keganasan serviks dan uterus
Hiperplasia endometrium
Gangguan pembekuan darah

Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan
harus disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.
Primer
Laboratorium

USG

-Hb

Sekunder
-Darah lengkap

Tersier
-Prolaktin

-Tes kehamilan

hemostatis (BT-

-Tiroid (TSH,

-urin

CT, lainnya

FT4)

sesuai fasilitas)

-Hemostasis

-USG

(PT, aPTT,dll)
-USG

18

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215
transabdominal

Transabdominal

-USG

-USG

transvaginal

transvaginal

SIS

-SIS

Penilaian

-Mikrokuret

-Doppler
-Mikrokuret/

Endometrium

-D&K

D&K
-Histeroskopi

Pemeriksaan

-Endometrial

Penunjang
Penilaian
serviks bila ada

-IVA

-Pap smear

sampling
-Pap smear
-Kolposkopi

patologi

Langkah diagnostik PUD

19

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Disfungsional


Terapi
Tujuan terapi
o
o
o
o
o

mengontrol perdarahan
mencegah perdarahan berulang
mencegah komplikasi
mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari

ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen

20

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

estrogen tersebut efektif di dalam menghentikan episode perdarahan. Bagaimanapun


juga penyebab perdarahan harus dicari dan dihentikan. Apabila pasien memiliki
kontraindikasi untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi
yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan
kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang
menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan
kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan
untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan. Secara singkat langkah-langkah
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1

Perbaikan Keadaan Umum

Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada
perdarahan uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera
diatasi dengan transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan
anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan
anemia berat membutuhkan transfusi darah
2

Penghentian Pendarahan

Hormon Steroid Seks


o

Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan

karena

memiliki

berbagai

khasiat

yaitu

healing

effect,

pembentukan

mukopolisakarida pada dinding pembuluh darah, vasokonstriksi (karena merangsang


prostaglandin), meningkatkan pembentukan thrombin dan fibrin. Dosis pemberian
estrogen pada perdarahan uterus disfungsional adalah 25 mg IV setiap 4-6 jam untuk
24 jam diikuti dengan oral terapi yaitu 1 tablet perhari selama 5-7 hari (untuk semua
produk estrogen dengan kandungan 35 mg ethynil estradiol).
o Progestin
Berbagai

jenis

progestin

sintetik

telah

dilaporkan

dapat

menghentikan

perdarahan. Beberapa sedian tersebut antara lain noretisteron, MPA, megestrol


asetat,

dihidrogesteron

dan

linestrenol.

Noretisteron

dapat

menghentikan

perdarahan setelah 24-48 jam dengan dosis 20-30 mg/hari, medroksiprogesteron


asetat dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, megestrol asetat dengan
didrogesteron dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, serta linestrenol dengan
dosis 15 mg/hari selama 10 hari.
o

Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan

progesteron. Sediaan yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan

21

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

metil testosteron (danazol merupakan suatu turunan 17--etinil-testosteron). Dosis


yang diberikan adalah 200 mg/hari selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa
pemakaian jangka panjang sediaan androgen akan berakibat maskulinisasi.
Penghambat sintesis prostaglandin.
Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi
endometrium. Dalam hal ini PgE2 dan PgF2 meningkat secara bermakna. Dengan dasar itu,
penghambat sintesis prostaglandin atau obat anti inflamasi non steroid telah dipakai untuk
pengobatan perdarahan uterus disfungsional, terutama perdarahan uterus disfungsional
anovulatorik. Untuk itu asam mefenamat dan naproksen seringkali dipakai dosis 3 x 500
mg/hari selama 3-5 hari atau ethamsylate 500 mg 4 kali sehari terbukti mampu mengurangi
perdarahan.
Antifibrinolitik
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus
disfungsional. Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja
enzimatik. Proses ini berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi
penumpukan fibrin. Unsur utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang bila
diaktifkan akan mengeluarkan protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat aktivasi
palsminogen menjadi plasmin, sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan terhambat pula.
Sediaan yang ada untuk keperluan ini adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan
adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari)
Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi.
Dilatasi dan kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada
perdarahan uterus disfungsional. Tujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus
disfungsional adalah untuk diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau
perimenopause. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada usia
tersebut. Tindakan ini dapat menghentikan perdarahan karena menghilangkan daerah
nekrotik pada endometrium. Ternyata dengan cara tersebut perdarahan akut berhasil
dihentikan pada 40-60% kasus. Namun demikian tindakan kuretase pada perdarahan uterus
disfungsional masih diperdebatkan, karena yang diselesaikan hanyalah masalah pada organ
sasaran tanpa menghilangkan kausa. Oleh karena itu kemungkinan kambuhnya cukup tinggi
(30-40%) sehingga acapkali diperlukan kuretase berulang. Beberapa ahli bahkan tidak
menganjurkan kuretase sebagai pilihan utama untuk menghentikan perdarahan pada
perdarahan uterus disfungsional, kecuali jika pengobatan hormonal gagal menghentikan
perdarahan.

22

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan
cara vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga
penderita akan mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk penderita
yang punya kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai pilihan lain dari
histerektomi, tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan

histerektomi

pada

penderita

perdarahan

uterus

disfungsional

harus

memperhatikan usia dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan
pilihan terakhir. Sebaliknya pada penderita perimenopause atau menopause, histerektomi
harus dipertimbangkan bagi semua kasus perdarahan yang menetap atau berulang. Selain
itu histerektomi juga dilakukan untuk perdarahan uterus disfungsional dengan gambaran
histologis endometrium hiperplasia atipik dan kegagalan pengobatan hormonal maupun
dilatasi dan kuretase. Histerektomi mempunyai tingkat mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu
penelitian menemukan bahwa histerektomi berhubungan dengan tingkat morbiditas dan
membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dibanding ablasi endometrium.
Beberapa

studi

sebelumnya

menemukan

bahwa fungsi

seksual

meningkat

setelah

histerektomi dimana terdapat peningkatan aktifitas seksual. Histerektomi merupakan


metode popular untuk mengatasi perdarahan uterus disfungsional, terutama di negaranegara industri
3

Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi

Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan
untuk pemicuan ovulasi.
o

Siklus ovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea,

oligomenorea, menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan bercak prahaid


atau pasca haid. Perdarahan pertengahan siklus diatasi dengan estrogen konjugasi 0,6251,25 mg/hari atau etinilestradiol 50 mikrogram/ hari dari hari ke 10 hingga hari ke 15.
Perdarahan bercak prahaid diobati dengan progesteron (medroksi progestron asetat atau
didrogestron) dengan dosis 10 mg/hari dari hari ke 17 hingga hari ke 26. Beberapa penulis
menggunakan progesteron dan estrogen pada polimenorea dan menoragia dengan dosis
yang sesuai dengan kontrasepsi oral, mulai hari ke 5 hingga hari ke 25 siklus haid.8
o

Siklus anovulatorik

Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan


progesteron. Oleh karena itu pengobatan untuk mengembalikan fungsi hormon reproduksi
dilakukan dengan pemberian progesteron, seperti medroksi progesterone asetat dengan
dosis 10-20 mg/hari mulai hari ke 16-25 siklus haid. Dapat pula digunakan didrogesteron
dengan dosis 10-20 mg/hari dari hari 16-25 siklus haid, linestrenol dengan dosis 5-15

23

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

mg/hari selama 10 hari mulai hari hari ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini
diberikan untuk 3 siklus haid. Jika gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak
terjadi, dilakukan pemicuan ovulasi. Pada penderita yang tidak menginginkan anak keadaan
ini diatur dengan penambahan estrogen dosis 0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral
selama 10 hari, dari hari ke 5 sampai hari ke 25.8
Penanganan terapi berdasarkan usia
PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi ,
berlangsung sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak
teratur baik lama maupun jumlah darahnya.

Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi


nonsteroid

(NSAID),

atau

asam

traneksamat.

Pemberian

tablet

estrogen

progesteron kombinasi, atau tablet progesterone saja maupun analog GnRH (agonis
atau antagonis) hanya bila tidak ada perbaikan.

Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o

Dirawat dan diberikan transfusi darah.

Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :

Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17 estradiol 2x2 mg, atau

Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau

Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5


mg ;atau

Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan

normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari

Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan
pemberian tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone
(10mg/ hari) sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.
PUD pada Usia Reproduksi
Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak
berovulasi. Pada keadaan akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .

Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang hingga
akut. PUD yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak (spotting) pada
pertengahan siklus. Pengobatan dapat diberikan berupa :
o

17- estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau
estropipete 1x1,25 mg, dari hari ke 10-15 siklus haid

24

R. M. Ridho Hidayatulloh
o

Pada

1102011215

perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau

didrogesteron 1x10 mg, atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga
Normegestrol asetat 1x5 mg yang diberikan mulai hari 16-25 siklus.
o

Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17- estradiol 1x 2mg,


atau estrogen equin konjugasi 1x 1,25 mg, atau estropipete 1x 1,25 mg yang
diberikan mulai hari 2- 8 siklus haid.

PUD pada usia perimenopause


Perimenopause atau usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu
sekitar menopause (usia 40-50 tahun). PUD ini hampir 95% terjadi siklus yang tidak
berovulasi (folikel persisten). Sehingga setiap perdarahan atau gangguan haid yang terjadi
pada usia perimenopause harus dipikirkan adanaya keganasan pada endometrium.
Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C
(Dilatasi dan kuretase). Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat dengan USG. Bila
ditemukan ketebalan endometrium lebih dari 5 mm berarti telah terjadi hiperplasia
endometrium.
Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistikm
atau hiperplasia adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba pemberian progesteron
seperti MPA dengan dosis 3x10 mg / hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan depo
medroksiprogesterone asetat (DPMA)
Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan kombinasi
estrogen- progesteron, seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg , atau 17- estradiol 1x2
mg + MPA 1x10 mg yang dibekian secara berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak ada
perbaikan, maka perlu dilakukan tindakan D&C . dan pengobatan selanjutnya bergantung
pada hasil patologi anatomi yang diperoleh. Namun pasien dengan faktor risiko kanker
endometrium seperti kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap dilakukak D&C ,
meskipun ketebalan endometrium <5 mm.
Berdasarkan banyaknya perdarahan
Jika Perdarahan Uterus Disfungsional telah ditegakkan dan perdarahannya tidak banyak
serta tidak terdapat diskrasia perdarahan, dapat dilakukan observasi tanpa melakukan
intervensi terlebih dahulu.

Apabila pasien mengalami perdarahan sedang , pasien dapat diberikan :


o

Kontrasepsi Oral Estrogen dosis tinggi selama 3 minggu atau

Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu
kemudian diikuti dengan penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.

Apabila pasien mengalami perdarahan berat :


o

Pasien perlu dirawat di rumah sakit, tirah baring.

25

R. M. Ridho Hidayatulloh
o

1102011215

Diberikan suntikan

estradiol valerate (10mg) dan

hydroxyprogesterone

caproate (500 mg) intramuskular ; atau


o

Conjugated estrogens (25 mg) intravena atau intramuskular.

Berikan preparat besi untuk mencegah anemia

Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3
bulan

atau

dapat

dilakukan

induksi

mentruasi

setiap

2-3

bulan

dengan

10

mg

hydroxyprogesterone acetate oral, 1-2 kali per hari selama 10 hari .


Jika pemberian terapi hormon gagal mengontrol perdarahan uterus, perlu dilakukan
evaluasi dan pemeriksaan biopsi endometrium, histeroskopi, atau dilatasi dan kuretase
untuk diagnosis lebih lanjut dan terapi.

Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional


Perdarahan uterus disfungsional yang lama dan berat dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi pada 30% individu. Ketidakseimbangan hormonal yang berkelanjutan yang
mungkin menghambat ovulasi dapat menyebabkan infertilitas. Pada 1-2% individu dengan
ketidakseimbangan estrogen dan progesteron yang kronik, akan meningkatkan resiko
terjadinya kanker endometrium

Prognosis Perdarahan Uterus Disfungsional


Pada dasarnya keseimbangan hormonal akan dicapai dengan pengobatan yang tepat.
Meskipun terapi medikal digunakan pertama kali, lebih dari setengah wanita dengan
menoragia akan melakukan histerektomi dalam waktu 5 tahun di ginekologist. Beberapa
pasien yang menggunakan kontrasepsi transvaginal sebagai manajemen perdarahan uterus
disfungsional dapat mengalami 89-95% perbaikan. Jika kehamilan diinginkan, infertilitas
dapat diatasi dengan obat fertilitas. Sebaliknya, bila kehamilan tidak diinginkan dan
penatalaksanaan konserfatif tidak efektif, ablasi endometrial dapat mengurangi perdarahan
uterus yang berlebihan sampai 88%. Ablasi endometrial efektif untuk jangka pendek, dan 48
bulan setelah ablasi ,29% individu memerlukan prosedur lain.
Haid dalam presfetif Islam
DARAH WANITA

Haid : Keluar dalam keadaan sehat,


Nifas: Keluar setelah melahirkan
Istihadlah : Keluar tidak pada hari haid dan nifas; dalam keadaan sakit (darah
penyakit).

26

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Akibat Hukum Datangnya Haid


Seorang wanita dianggap telah balig, menjadi mukallaf, dianggap telah cukup cakap

bertindak hukum.
o

Pertanda wanita tersebut tidak hamil,

Dijadikan sebagai batas penghitungan masa iddah bagi wanita subur.

Menjadikannya wajib mandi saat haidnya berhenti.

Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda pendapat
tentang saksi (kaffarat) yang melanggarnya (wajib dan tidak wajib).

Datang atau Berhentinya Haid Saat Waktu Shalat atau Puasa

Jika haid datang pada waktu shalat dan dia belum shalat, dia berhutang shalat.

Jika berhenti haid, maka harus segera mandi dan shalat, jika tidak, maka termasuk
mengabaikan shalat.

DALAM KEADAAN HAID DAN NIFAS DIPERBOLEHKAN


1.
2.
3.
4.

Berdzikir, berdoa, dll.


Membaca Al-Quran dan memegang mushaf Al Quran (Khilafiah).
Bermesraan dengan suami, sepanjang tidak coitus.
Melakukan berbagai aktivitas yang baik, selain yang terlarang atas wanita yang dalam
keadaan haid /nifas

ISTIHADHAH
Darah yang mengalir dari kemaluan wanita bukan pada waktunya dan keluarnya dari
urat. (An-Nawawi).
Darah segar yang di luar kebiasaan seorang wanita disebabkan urat yang terputus
(Al- Qurthubi).
Darah yang terus menerus keluar dari seorang wanita dan tidak terputus selamanya
atau terputus sehari dua hari dalam sebulan (Al-Utsaimin)
Tidak wajib, hanya mesti wudhu (Jumhur ulama).
Mandi setiap shalat = sunnah (Empat Imam Mazhab)
Perbedaan antara Darah Istihadlah dengan Darah Haid
Warna
o

Haid umumnya hitam, sedangkan Istihadlah umumnya merah segar.

27

R. M. Ridho Hidayatulloh

1102011215

Kelunakan dan Kerasnya


o

Haid sifatnya keras dan Istihadlah lunak.

Kekentalan
o

Haid kental sedangkan Istihadlah sebaliknya.

Aroma
o

Haid beraroma tidak sedap atau busuk.

Batasan Shalat bagi penderita Istihadhah


Dalam Batasan Umum:
Salat wajib dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syarak, namun
dalam keadaan khusus, seperti tidak adanya kemampuan karena sakit dan lainnya,
misalnya, tidak mampu ditunaikan dengan berdiri, boleh dilakukan dengan berdiri sambil
bersandar, dan seterusnya sesuai dengan kadar kemampuannya.
Penggunaan Obat utk Mencegah Haid
o

Niat, untuk kesempurnaan ibadah haji = mubah.

Niat, puasa Ramadhan sebulan penuh = makruh, tetapi bagi wanita yang sulit
mengqadhanya pada hari lain = mubah.

Selain dua alasan di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan
yang menjurus pada pelanggaran hukum agama = Haram.

FATWA MUI TENTANG PENGGUNAAN PIL PENUNDA HAID

Penggunaan pil anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya mubah.

Pengunaan pil anti haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan
sebulan penuh, hukumnya makruh, tetapi bagi wanita yang sukar mengqadha
puasanya pada hari lain, hukumnya mubah.

Penggunaan pil anti haid selain dua hal di atas, hukumnya tergantung pada niatnya.
Bila untuk perbuatan yang menjurus pada pelanggaran hukum agama, hukumnya
haram

28

Anda mungkin juga menyukai