I.
PENDAHULUAN
Pendarahan uterus abnormal
adalah
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinisnya dapat berupa pendarahan dalam jumlah yang banyak atau
sedikit, dan haid yang memanjang atau tidak beraturan.1
Pendarahan uterus abnormal dapat ditangani dengan cepat dan tepat, bila
diketahui etiologi/penyebab pasti yang dapat berupa kelainan struktur dan
kelainan non struktur. Kelainan struktur yang paling sering adalah mioma uterus
terutama mioma submukosum, endometriosis, polip, kanker endometrium,
hiperplasia endometrium dan adneksitis. Kelainan non struktur seperti yang telah
diklasifikasikan oleh Federation international obstetric dan gynecology (FIGO)
dalam singkatan PALM COEIN.2
Federasi international obstetri dan ginekologi telah menyetujui sistem
kalsifikasi baru (PALM COEIN) pada penyebab terjadinya perdarahan uterus
abnormal pada perempuantidak hamil pada usia reproduksi. Dari Sembilan
kategori pada sistem klasifikasi baru (PALM-COEIN) oleh FIGO,empat pertama
didefinisikan sebagai kriteria struktural yang objektif secara visual seperti
(PALM,: Polyp, Adenomyosis, Leiomyoma dan Hyperplasia Malignancy. Empat
kedua
tidak
berhubungan
dengan
struktural
yang
abnormal
(COEI
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed di Lady Willingdon
Hospital, Lahore, dari Agustus 2010 sampai Juli 2011 didapatkan sebanyak
2.109 perempuanatau sekitar 19,6% dari total 10.712 wanita yang mengunjungi
klinik pasien rawat jalan ginekologi yang didiagnosis menderita perdarahan uterus
abnormal. Kategorisasi PALM-COEIN dilakukan pada 991 (47%) kasus yang
menunjukkan 30 (3%) menderita polip, 15 (15%) adenomiosis, 250 (25%)
Leiomioma, 66 (6,6%) keganasan dan hiperplasia, 3 (0.3%) koagulopati , 236
diikuti dengan haid. Ovulasi yang terjadi teratur setiap bulan akan
menghasilkan siklus haid yang teratur pula disebut siklus ovulasi (ovulatory
cycle), sedangkan siklus anovulasi adalah siklus haid tanpa ovulasi
sebelumnya. Prevalensi siklus anovulasi paling sering didapatkan pada
perempuanusia dibawah 20 tahun dan diatas usia 40 tahun. 4
Lamanya siklus haid yang normal atau yang dianggap sebagai siklus
haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2-3 hari. Siklus ini dapat
berbeda-beda pada wanita yang normal dan sehat. 4
Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut: 4
a.
b.
Masa haid selama 3-7 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas,
sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah.
Masa proliferasi sampai hari ke 14. Pada waktu itu endometrium
tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi.
Antara hari ke 12 dan 14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium
c.
pada tahap antral yang sedang tumbuh. Pada folikel didapatkan 2 macam
sel yaitu sel theka dan sel granulose yang melingkari sel telur, oosit. Pada
awal fase folikuler reseptor LH hanya dijumpai pada sel theka, sedangkan
reseptor FSH hanya ada di sel granulose. LH memicu sel theka untuk
menghasilkan
hormone
androgen,
selanjutnya
hormone
androgen
endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat
dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung
pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. 4
III.2.c. Fase Sekresi
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan tertentu dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah
dan sekresi kelenjar. 4
Pasca ovarium memasuki fase luteal dan korpus luteum yang
terbentuk
menghasilkan
steroid
seks
diantaranya
estrogen
dan
b.
c.
Amenore (tidak haid) jika haid tidak terjadi selama 3 bln berturut
turut
b.
b.
Premenstrual spotting
b.
Postmenstrual spotting
V. KLASIFIKASI
V.1. Klasifikasi perdarahan uterus abnormal berdasarkan jenis pendarahan.1
V.1.a. Pendarahan
pendarahan
uterus
abnormal
haid yang
banyak
akut
didefinisikan
sehingga
perlu
sebagai
dilakukan
uterus
abnormal
kronik
merupakan
lebih
dari
bulan.
Kondisi
tengah
(intermenstrual
bleeding)
merupakan
10
11
Pengembangan
sistem
klasifikasi
tersier
adalah
untuk
Leiomioma
endometrium,
Gambaran
dari
hiperplasi
endometrium
dapat
dikategorikan sebagai: hiperplasi endometrium simpleks non atipik dan atipik, dan
hiperplasia endometrium kompleks non atipik dan atipik.1
Walaupun relatif jarang terjadi pada wanita usia reproduksi, hiperplasia
atipikal dan keganasan adalah penyebab potensial yang penting terkait dengan
perdarahan uterus abnormal. Hiperplasia endometrium diklasifikasikan secara
sederhana atau kompleks dan dengan atau tanpa atipia sitologi. Tanpa
menghiraukan penggunaan terminologi untuk mendeskripsikan kedua lesi,
kuncinya adalah ada atau tidaknya atipia. Lesi tanpa atipia hanya menunjukkan
bentuk endometrium proliferatif persisten yang berukuran besar yang mengalami
regresi secara spontan, setelah kuretase, atau dengan terapi progestin, dan
berhubungan dengan sedikit risiko progresivitas adenokarsinoma. Kebalikannya,
penyakit endometrial yang termasuk atipia sitologi menunjukkan sikap yang
berbeda seluruhnya; abnormalitas tidak sering mengalami regresi dengan spontan,
namun dapat cukup resisten bahkan jika dilakukan kuretase berulang atau terapi
progestasional dosis tinggi dalam waktu lama, memiliki risiko tinggi terhadap
progresivitas adenokarsinoma jika tidak segera diterapi, dan akan berlanjut
sebagai lesi prakanker. Lesi atipikal dibedakan dari karsinoma invasif dengan
12
13
dan kemudian pada usia reproduksi yang lanjut mungkin timbul akibat terjadinya
keadaan ''luteal out-of-fase''(LOOP).2
Meskipun gangguan ovulasi paling sulit diketahui etiologinya secara pasti,
namun banyak kasus setelah diselusuri merupakan akibat endokrinopati
(misalnya, sindroma ovarium polikistik, hipotiroidisme, hiperprolaktinemia, stres
mental, obesitas, anoreksia, penurunan berat badan, atau olahraga ekstrim seperti
yang terkait dengan pelatihan atletik). Dalam beberapa kasus, gangguan mungkin
iatrogenik, disebabkan oleh steroid gonad atau obat yang mempengaruhi
metabolisme dopamin seperti fenotiazin dan antidepresan trisiklik.2
V.2.g. Endometrial.
Bila perdarahan uterus abnormal terjadi dalam konteks siklus haid yang
teratur, maka dapat diperkirakan jika terjadi ovulasi normal, dan tidak ditemukan
penyebab lain yang jelas, mekanisme ini kemungkinan disebabkan gangguan
primer di endometrium. Jika gejalanya berupa perdarahan haid yang berat, ada
mungkin terjadi gangguan utama yang mengatur mekanisme hemostasis lokal
endometrium itu sendiri, penurunan produksi vasokonstriktor seperti endotelin-1
dan prostaglandin F2a, dan atau lisis bekuan endometrium dipercepat karena
produksi berlebihan dari aktivator plasminogen dan meningkatnya produksi lokal
yang mempengaruhi vasodilatasi seperti prostaglandin E2 dan prostasiklin (I2).2
Mungkin ada kelainan endometrium primer yang tidak menimbulkan haid
yang banyak, tetapi mungkin, misalnya, menyebabkan perdarahan haid yang tidak
teratur, seperti peradangan endometrium atau infeksi, kelainan pada respon
inflamasi lokal, atau penyimpangan dalam vaskulogenesis endometrium. Pada
endometritis kronis, sel-sel radang melepaskan enzim proteolitik yang merusak
pleksus kapiler subepitelial dan epitel permukaan, menyebabkan kerapuhan dan
cenderung mengalami pemecahan dan mikroerosi. Protease juga mengganggu
proses-proses perbaikan dan pembentukan pembuluh darah baru. Leukosit dan
makrofag juga melepaskan platelet-activating factor dan prostaglandin, yang
merupakan vasodilator poten. Pada saat ini, tidak ada tes khusus yang tersedia
untuk gangguan ini, sehingga diagnosis ini harus ditentukan setelah kelainan lain
14
pada wanita usia reproduksi dapat disingkirkan dan memiliki fungsi ovulasi
normal.2
V.2.h. Iatrogenik.
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obatobatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-obat
antikoagulan) atau AKDR.1
Ada beberapa mekanisme dimana intervensi medis atau alat mungkin
menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk perdarahan uterus abnormal
iatrogenik. Perdarahan endometrium diluar jadwal yang terjadi selama
penggunaan terapi steroid gonad disebut perdarahan ''bercak'' (breakthrough
bleeding), yang merupakan komponen utama dari klasifikasi ini. Termasuk dalam
kategori ini adalah wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim yang
mengandung levonorgestrel, yang sering mengalami breakthrough bleeding dalam
6 bulan pertama penggunaan.2
Ketika perdarahan uterus abnormal dianggap sekunder akibat antikoagulan
seperti warfarin atau heparin, atau agen sistemik yang berkontribusi terhadap
gangguan ovulasi seperti yang mengganggu metabolisme dopamin, ini
dikategorikan sebagai perdarahan uterus abnormal akibat koagulopati atau
perdarahan uterus abnormal akibat gangguan ovulasi.2
V.2.i. Not yet classifield.
Terdapat sejumlah entitas yang dapat atau tidak mungkin menyebabkan
perdarahan uterus abnormal pada wanita yang diidentifikasi kurang baik baik
karena tidak cukup diuji, dan/atau pada keadaan yang sangat jarang terjadi.
Contoh dalam kategori ini mungkin termasuk malformasi arteriovenosa dan
hipertrofi miometrium. Selain itu, ada mungkin ada gangguan lainnya, yang
belum teridentifikasi, yang hanya akan diketahui dengan pemeriksaan biokimia
atau pengujian biologi molekular.2
Secara kolektif, keadaan-keadaan diatas telah ditempatkan dalam kategori
disebut N untuk tidak diklasifikasikan. Bila bukti lebih lanjut tersedia, mereka
15
Masalah
Abortus,
Nyeri pelvik
Mual, peningkatan frekuensi berkemih
Peningkatan berat badan, mudah
gangguan toleransi terhadap dingin
Penurunan berat badan, banyak
palpitasi
kehamilan
ektopik
Kehamilan
lelah,
Hipotiroid
keringat,
Hipertiroid
16
Iatrogenik / Koagulopati
Penyakit hati
nigricans, Sindrom
Ovarium
Polikistik (SPOK)
Displasia serviks, polip
Tumor Hipofisis
menapis koagulopati :5
1. Perdarahan haid banyak sejak menars
2. Terdapat minimal 1 (satu) keadaan dibawah ini
a. Perdarahan pasca persalinan.
b. Perdarahan yang berhubungan dengan operasi.
c. Perdarahan yang berhubungan dengan perawatan gigi.
3. Terdapat minimal 2 (dua) keadaan dibawah ini :
a.
Memar 1-2 x /bulan.
b.
Epistaksis 1-2 x/bulan.
c.
Perdarahan gusi yang sering.
d.
Riwayat keluarga dengan keluhan perdarahan.5
Cara menilai perdarahan uterus abnormal ini termasuk dalam perdarahan uterus
abnormal karena gangguan ovulasi :5
1.
Siklus haid normal dan berovulasi biasanya berkisar antara 22-35 hari,
sementara perdarahan uterus abnormal karena gangguan ovulasi
2.
VI.2. Pemeriksaan
17
2.
3.
2.
2.
3.
transvaginal
menggambarkan
penebalan
endometrium
18
2.
3.
2.
3.
Pemeriksaan
adenomiosis
menggunakan
MRI
lebih
unggul
19
a.
b.
c.
2. Adenomiosis
a.
Kriteria
adenomiosis
ditentukan
berdasarkan
kedalaman
jaringan
Adenomiosis
dimasukkan
dalam
sistem
klasifikasi
berdasarkan
d.
3. Leiomioma
a. Mioma uteri umumnya tidak memberikan gejala dan biasanya bukan
penyebab tunggal perdarahan uterus abnormal.
b. Pertimbangan dalam membuat sistem klasifikasi mioma uteri yakni
hubungan mioma uteri dengan endometrium dan serosa lokasi, ukuran,
serta jumlah mioma uteri.
c. Berikut adalah klasifikasi mioma uteri :
1.
2.
3.
20
b.
5. Koagulopati
a.
b.
6. Gangguan ovulasi
a.
b.
c.
d.
7. Endometrial
a.
b.
c.
d.
Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau perdarahan yang
berlanjut akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
21
e.
8. Iatrogenik
a. Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis
seperti penggunaan estrogen, progestin, atau AKDR.
b. Perdarahan haid di luar jadwal yang terjadi akibat penggunaan estrogen
atau
progestin
dimasukkan
dalam
istilah
perdarahan
sela
atau
Kategori not yet classified dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau
sulit dimasukkan dalam klasifikasi.
b.
c.
VII. PENANGANAN
Penanganan pada pendarahan uterus abnormal adalah berbeda dan
berdasarkan faktor penyebabnya.2,5
VII.1. Polip:
Penanganan polip endometrium dapat dilakukan dengan
1.
22
2.
3.
Kuret hisap
Hasilnya dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi.5
VII.2. Adenomiosis:
Agonis GnRH dapat memberikan bantuan sementara dari gejala jika fokus
adenomiosis adalah estrogen dan progesteron-reseptor positif. Namun, gejala
kambuh setelah obat dihentikan.
b.
b.
c.
d.
Embolisasi fibroid uterus, oklusi emboli arteri uterus adalah sebuah alternatif
untuk operasi besar pada wanita premenopause tidak menginginkan
kesuburan tapi yang ingin mempertahankan rahim mereka atau menghindari
efek samping dari terapi medis.6
24
b.
25
d.
VII.5. Koagulopati:
26
perdarahan abnormal menurun pada wanita yang paling umum. Penyakit ini
b.
27
28
b.
c.
VII.7. Endometrial:
a.
b.
Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan bila terdapat gejala dan tanda hipotiroid
atau hipertiroid pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.
c.
d.
e.
Jika respon tidak adekuat nilai apakah terdapat kontraindikasi pemberian pil
KB kombinasi (30 g ethinyl estradiol)
f.
g.
h.
i.
29
j.
k.
levonogestrel-releasing
intrauterin
sistem,
GnRH
atau
histerektomi.
l.
Jika hasil normal atau terdapat kelainan tetapi tidak dapat dilakukan terapi
konservatif maka dilakukan evaluasi terhadap fungsi reproduksinya.
m.
endometrium
atau
histerektomi.
Jika
pasien
masih
ingin
30
VII.8. Iatrogenik:
32
terapi
sangat
individual
dan
tidak
mudah
diprediksi. Keberhasilan dari terapi tergantung pada kondisi fisik pasien dan
usia Beberapa wanita, khususnya usia remaja biasanya angka keberhasilan
penanganan dengan hormon cukup besar (terutama dengan oral kontrasepsi).
Tindakan terakhir melalui histerektomi, meskipun dapat mengatasi perdarahan
uterus abnormal namun mempunyai resiko dan komplikasi yang lebih besar.7,8
33