Oleh :
dr. Wahyuridistia Marhenriyanto
PPDS Obstetri dan Ginekologi
Pembimbing :
dr. Dedy Hendry, Sp.OG (K)
LEMBAR PENGESAHAN
Diketahui
Ketua Program Studi
Keterangan :
R : Referat
LP : Laporan Kasus
PK : Presentasi Kasus
JR : Journal Reading
Sub. Bag : Onko, Endo, Feto, Uro, Sito, Obsos,Rep.Man
Sar.Pus : Sari Pustaka
Prop. Pen : Proposal Penelitian
TA : Tulisan Akhir
Ans : Anesthesi
PA : Patologi Anatomi
B.I : Bahasa Inggris
KM : Kasus Kematian
JK : Joint Confrence
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
Siklus menstruasi normal merupakan proses fisiologis yang elegan, komplek
dan simultan. Untuk menatalaksana pasien obstetrik dengan benar dan kompeten,
seorang dokter harus memahami siklus mentruasi yang normal. Dokter tidak dapat
memahami abnormalitas fisiologi ataupun keadaan patologi jika ia tidak mengerti
bagaimana normalnya. Gangguan pada siklus haid biasanya mengganggu pasien dan
membuat mereka mencari bantuan dokter.
Lama siklus menstruasi ideal seorang wanita adalah 28 hari dari sejak awal
perdarahan hingga terjadinya perdarahan siklus berikutnya. Namun pada
kenyataannya hanya 14% wanita yang mempunyai siklus 28 hari. Banyak terdapat
variasi rentang siklus menstruasi ini namun interval antara 24-35 hari masih dianggap
normal. Jumlah perdarahan dan lama hari menstruasi pun beragam. Lama hari
menstruasi adalah 2-8 hari, dengan rentang tersering 4-6 hari. Rata-rata kehilangan
darah selama menstruasi adalah 30cc dengan rentang normal 25-60cc. kehilangan
darah >80cc termasuk berlebihan dan dapat membuat wanita mengalami anemia
defisiensi besi. Perdarahan sedikit selama menstruasi juga dapat menyebabkan
anemia jika tidak diimbangi asupan besi yang adekuat.
Saat sel germ primordial mencapai area gonadal ridge dan diselimuti
oleh 1 lapisan sel granulosa, sel ini disebut folikel primordial atau germinal
vesicle. Folikel primordial terdiri dari :
1) Oocyte
2) Banyak lapisan sel granulosa
Folikel preantral tidak akan bisa berkembang lebih lanjut menjadi
folikel sekunder atau folikel antral tanpa FSH.
Oocyte juga ikut membesar dan dibungkus oleh lapisan membrane zona
pellucida. Seiring dengan bertambahnya jumlah sel granulosa, terjadi juga
peningkatan jumlah estradiol, reseptor FSH juga mulai muncul pertama kali pada
sel granulosa. FSH dan estradiol mempunyai peran penting dalam peningkatan
reseptor FSH dan jumlah sel granulosa. FSH juga meningkatkan sekresi dari
aromatase, yang nantinya juga meningkatkan produksi estrogen. Aromatase
diproduksi oleh sel granulosa dan androgen aromatizes diproduksi oleh lapisan
sel theca untuk memaksimalkan estrogen follicular milieu.
b. Perubahan Endometrium
Peningkatan kadar estrogen menstimulasi proliferasi kelenjar
endometrium dan stroma serta penebalan dari startum fungsionale.
Aktivitas stroma dan mitosis kelenjar meningkat bertahap dan
psudostratifikasi dari kelenjar nuclei dapat terlihat. Growth factor juga
memiliki peran dalam perkembangan endometrium, dengan VEGF
mendorong aktifitas mitosis endometrium. VEGF diinduksi oleh TNF, TGF-
dan IGF-I. pada pemeriksaan USG, gambaran endometrium trilaminar dapat
ditemukan. Ketebalan endometrium meningkat dari 1-2 mm setelah
menstruasi menjadi rata-rata 6 mm pada hari ke-7 siklus menstruasi.
b. Perubahan Endometrium
Gambaran endometrium trilaminar berlanjut menebal dan sering
terukur >8 mm pada pemeriksaan USG segera sebelum ovulasi. Rata-rata
ketebalan endometrium pada pemeriksaan USG adalah 12 mm. Wanita
biasanya menyadari perubahan peningkatan produksi lendir cervix dan
peningkatan kekentalan “stringiness” (spinnbarkheit) dari lender cervix.
Perubahan lender cervix ini penting bagi wanita yang menggunakan KB
natural untuk mengatur reproduksinya. Secara histologis, kelenjar
endometrium menjadi tidak rata, stroma dan gambaran kelenjar mitosis
mencapai puncaknya. Pseudostratifikasi dari sel kelenjar epitelium juga
mencapai puncaknya.
5. Ovulasi
Saat LH surge dimulai, ovulasi akan terjadi 34-36 setelah terjadi LH surge
dan estradiol mencapai kadar puncaknya. Ovulasi terjadi kira-kira 12 jam setelah
LH mencapai puncaknya. LH surge berlangsung selama 48 jam dan harus
dipertahankan minimal 14-27 jam agar proses pematangan oocyte selesai.
Produksi progesterone terus naik setelah ovulasi dan menjadi penyebab
berakhirnya LH surge. Selesainya metaphase I dan ekstrusi dari polar body
pertama terjadi setelah LH surge, bersamaan dengan ovulasi. Saat kadar LH
mencapai puncaknya, terdapat penurunan tajam dari kadar estradiol karena
produksi steroid berubah dari produksi estradiol menjadi produksi progesterone.
Penurunan drastis estrogen ini terkadang dapat menimbulkan gejala spotting
(bercak darah) pada pertengahan siklus, hal ini terjadi sebagai efek withdrawal
dari estrogen.
LH dan FSH surge saat midcycle juga menstimulasi produksi dari aktivator
plasminogen. Plasminogen dikonversi menjadi plasmin oleh aktivator
plasminogen. Plasmin membantu pelepasan dari comulus oophorus dari sel
granulosa. Asam hyalurinidase (hyaluronic acid) juga meningkat sebagai respon
dari FSH dan memfasilitasi pelepasan dari kompleks cumulus-oocyte dari sel
granulosa. Pada akhirnya massa sel comulus-oocyte akan terlepas dan terapung
dalam cairan follicular. Segera sebelum ovulasi, terjadi peningkatan volume dari
cairan follicular serta penipisan dinding follicular. FSH, LH dan progesteron
menstimulasi produksi faktor proteolitik seperti collagenase yang berfungsi
mendigesti dinding follicular. Plasmin juga meningkatkan produksi kolagenase
untuk memfasilitasi pecahnya dinding folikel dan pelepasan oocyte.
Gonadotropin surge saat midcycle juga menstimulasi produksi dari prostaglandin
(PGs), PGF2, PGE2 dan histamin. Produk ini berperan dalam pelepasan kompleks
cumulus-oocyte saat ovulasi. Growth factor seperti EGF dan interleukin-1 juga
mengatur sintesis enzim proteolitik. Progesteron beraksi langsung pada dinding
folikular dalam meningkatkan jaraknya sehingga dinding folikel menjadi tipis dan
teregang. Kadar PGs, enzim proteolitic dan histamin secara signifikan meningkat
sehingga mengakibatkan erosi dari matriks kolagen pada dinding folikular, yang
kemudian akan terjadi ruptur dan melepaskan oocyte. PGs juga membantu
pelepasan oocyte dengan menginduksi kontraksi dari otot polos ovarium. Secara
histologis, sel granulosa dan theca mengambil lipid dan pigmen lutein yang
membentuk suatu karakteristik warna kekuningan pada corpus luteum.
Gambar 5. Perkembangan folikel
b. Perubahan Endometrium
Peningkatan kadar progesteron secara bertahap menimbulkan perubahan
pada endometrium. Mitosis kelenjar berakhir dan vacuola subnuclear yang
kaya glikogen muncul pada dasar sel glandula. Vakuolisasi subnuclear
merupakan bukti awal efek progesteron, namun tidak berarti terjadi ovulasi.
Saat kadar progesteron meningkat pada fase early luteal, vacuola yang tinggi
glikogen berpindah ke lumen glandula. Saat pemeriksaan USG segera setelah
ovulasi, gambaran trilaminar yang muncul pada fase late follicular akan
menghilang, digantikan gambaran garis endometrium dengan echogenitas
yang meningkat. Pemeriksa USG mendeskripsikan hal ini sebagai
hyperechoic. Rataan ketebalan endometrium saat USG adalah 12 mm.
b. Perubahan Endometrium
Saat fase sekresi mid dan late, kelenjar endometrial menjadi semakin
berliku, stroma menjadi udem dan vaskularisasi meningkat. Jika implantasi
blastocyst ke endometrium tidak terjadi, hCG tidak ada, kelenjar akan pecah
dan kolaps pada fase late luteal. Neutrofil dan monocyte mulai menginfiltrasi
kelenjar endometrium dan stroma. Macrofag dan neutrofil memproduksi
protease inflamasi. Interleukin-8 sepertinya memiliki peran kunci untuk
mengumpulkan sel imunologis di endometrium. Degranulasi neutrofil akan
melepaskan banyak variasi sitokin dan protease yang memberikan kontribusi
pada degradasi matriks ekstraselular. Progesteron sepertinya menghambat
produksi dari interleukin-8. Penurunan progesteron membuat produksi
interleukin-8 bertambah yang pada akhirnya meningkatkan jumlah macrofag
dan neutrofil di endometrium. Matrix metallopeptidase seperti kolagenase
juga dihambat oleh progesteron lewat aksi progesteron pada TGF-.
Penurunan kadar dari progesteron ikut menurunkan kadar TGF-, yang
akhirnya akan meningkatkan produksi matrix metallopeptidase. Hasil akhir
dari pelepasan substansi enzim degenerasi adalah disrupsi dari vaskularisasi
endometrium dengan pelepasan PG, trombosis vaskular, penumpukan
platelet, ekstravasasi sel darah merah dan ujungnya nekrosis jaringan.