DISUSUN OLEH
FEBRIYANI R
C 11110291
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 PENDAHULUAN
Stroke adalah penyebab utama kedua kematian perempuan di Kanada dan
Amerika Serikat. Insiden lebih tinggi stroke terjadi pada wanita muda
dibandingkan pada pria antara usia 15 dan 30 tahun sampai 35 tahun. Stroke yang
berhubungan dengan kehamilan telah lama ada , stroke yang berhubungan dengan
kehamilan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di Amerika
penyakit serebrovaskular sebagai penyebab kelima kematian ibu selama 19801985
(1)
I.
ICH. Dan faktor risiko terjadinya stroke 8,1 per 100.000 kehamilan. (2)
3
EPIDEMIOLOGI
Risiko kejadian stroke iskemik pada kehamilan dan masa nifas
dipengeruhi oleh latar belakang etnis dan berdasarkan usia. Perempuan Amerika
Afrika memiliki risiko yang lebih tinggi. Data epidemiologi berkaitan dengan
wanita Asia. Selain itu, wanita di atas usia 35 tahun memiliki peningkatan risiko
kehamilan terkait srtoke. (3)
BAB II
PEMBAHASAN
II. A DEFINISI
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tandatanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (4)
II.B ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK
Otak memperoleh darah melalaui dua sistem, yakni sistem karotis (a.karotis
interna kanan dan kiri), dan sistem vertebral. A.karotis interna, setelah
memisahkan diri dari a.karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak
melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan
a.oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: a. Serebri
anterior dan a.serebri media. Untuk otak sistem ini memberi darah bagi lobus
frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus temporalis (5)
Sistem vertebral dibentuk oleh a.vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di
a.subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di kolumna
vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu
mempercabangkan masing-masing sepasang a.serebeli inferior. Pada batas medula
oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi a.basilaris, dan setelah
mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, a.basilaris
berakhir sebagai sepasang cabang: a.serebri posterior, yang melayani darah bagi
lobus oksipitalis, dan bagian medial lobus temporalis Ke tiga pasang arteri serebri
ini barcabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu
perfusi
otak/cerebralperfusion
pressure
(CPP)
dan
resistensi
kemampuan
darah
arterial
otak
untuk
mempertahankan aliran darah otak tetap meskipun terjadi perubahan pada tekanan
perfusi otak. Dalam keadaan fisiologis, tekanan arterial rata rata adalah 50 150
mmHg pada penderita normotensi. Pembuluh darah serebral akan berkontraksi
akibat peningkatan tekanan darah sistemik dan dilatasi bila terjadi penurunan (6)
Keadaan inilah yang mengakibatkan perfusi otak tetap konstan. Autoregulasi
masih dapat berfungsi baik, bila tekanan sistolik 60 200 mmHg dan
tekanandiastolik 60 120 mmHg. Dalam hal ini 60 mmHg merupakan ambang
iskemia, 200 mmHg merupakan batas sistolik dan 120 mmHg adalah batas atas
diastolik. Respon autoregulasi juga berlangsung melalui refleks miogenik intrinsik
dari dinding arteriol dan melalui peranan dari sistem saraf otonom
II.C.3 Metabolisme Otak
Otak dapat berfungsi dan bermetabolisme tergantung dengan pemasukan
oksigen. Pada individu yang sehat pemasukan oksigen sekitar 3,5 ml/100 gr/menit
dan aliran darah otak sekitar 50 ml/100 gram/menit. Glukosa merupakan sumber
energi yang dibutuhkan otak, bila dioksidasi maka akan dipecah menjadi CO2 dan
H2O. Secara fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara
komplit, 10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat (metabolisme
anaerob). Bila aliran darah otak turun menjadi 20 25 ml/100 gram otak/ menit
maka akan terjadi kompensasi berupa peningkatan ekstraksi ke jaringan otak
sehingga fungsi-fungsi neuron dapat dipertahankan (6)
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian
posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama oleh 3
faktor. Dua yang paling penting adalah, tekanan untuk memompakan darah dari
sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan tahanan (perifer) pembuluh darah otak.
Faktor ketiga, adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas darah dan
koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku)
Dari faktor pertama, yang terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor
jantung, darah, pembuluh darah dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh
darah otak (arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan
berdilatasi bila tekanan darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol
otak ini disebut daya otoregulasi pembuluh darah otak (yang berfungsi normal
bila tekanan sistolik antara 50-150 mmHg)
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga diantaranya
seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol.
Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta suasana jaringan yang
asam (pH rendah), menyebabkan vasodilatasi, sebaliknya bila tekanan parsial CO 2
turun, PO2 naik, atau suasana pH tinggi, maka terjadi vasokontriksi.
Viskositas/ kekentalan datah yang tinggi mengurangi ADO, sedangkan
koagulobilitas yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis, dan aliran
darah lambat, akibat ADO yang menurun (6)
II.D PATOFISIOLOGI STROK
II.D.1 Patofisiologi Stroke akibat trombus
Trombosis pembuluh darah besar dengan aliran lambat adalah subtipe kedua
stroke iskemik. Sebahagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien
relatif mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Gejala dan tanda
yang terjadi akibat stroke ini bergantung pada lokasi sumbatan dan tingkat aliran
kolateral di jaringan otak yang terkena. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi
aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan atau stenosis di arteri karotis
interna, yang lebih jarang dipangkal arteri serebri media atau di taut arteria
vertebralis dan basilaris. Trombosis pembuluh darah otak cenderung memiliki
awitan bertahap, bahkan berkembang dalam beberapa hari. Pola ini menyebabkan
timbulnya istilah stroke-in-evolution (7)
Mekanisme lain pelannya aliran pada arteri yang mengalami trombosis parsial
adalah defisit perfusi yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau
tekanan darah sistemik. Agar dapat melewati lesi stenotik intraarteri, aliran darah
mungkin bergantung pada tekanan intravaskular yang tinggi. Penurunan
mendadak tekanan tersebut dapat meyebabkan penurunan generalisata CBF,
iskemia otak, dan stroke. Dengan demikian, hipertensi non simtomatik, harus
diterapi secara hari-hati dan cermat karena penurunan mendadak tekanan darah
dapat memicu stroke atau iskemia arteri koronaria atau keduanya.
II.D. 2 Patofisiologi Stroke akibat Emboli
Stroke emboli diklasifikasikan berdasarkan arteri yang yang terlibat
(misalnya, stroke arteria vertebralis) atau asal embolus. Trombus mural jantung
merupakan sumber tersering infark miokardium, fibrilasi atrium, penyakit katup
jantung,katup jantung buatan, dan kardiomiopati iskemik. (7)
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang
dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan
tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna. Perdarahan yang terjadi
langsung kedalam ventrikel otak jarang dijumpai. Yang lebih sering adalah
perdarahan di dalam parenkim otak yang menembus ke dalam sistem ventrikel,
sehingga bukti asal perdarahan menjadi kabur. Dengan demikian, gangguan
lapang pandang terjadi pada perdarahan oksipitaslis, dan kelemahan atau paralisis
pada kerusakan korteks motorik di lobus frontalis. (7)
II.D 4. Patofisiologi Stoke perdarahan Subarachnoid
PSA memiliki dua kausa utama: ruptur suatu anurisma vaskular dan trauma
kepala. Karena perdarahan dapat masif dan ekstravasasi darah ke dalam ruang
subarahnoid lapisan meningen dapat berlangsung cepat, maka angka kematian
sangat tinggi sekitar 50% pada bulan pertama setelah perdarahan. Penyebab
tingginya angka kematian ini adalah bahwa empat peyulit utama dapat
menyebabkan iskemia otak serta morbiditas dan mortalitas tipe lambat yang
dapat terjadi setelah perdarahan terkendali. Penyulit-penyulit tersebut adalah (1)
vasospasme reaktif disertai infark, (2) ruptur ulang, (3) hiponatremia, dan (4)
hiodrosefalus. Pada MAV, pembuluh melebar sehingga darah mengalir di antara
arteri bertekanan tinggi dan sistem vena bertekanan rendah. Akhirnya, dinding
venula melemah dan darah dapat keluar dengan cepat ke jaringan otak. Pada
sebagian besar pasien, perdarahan terutama terjadi di intraparenkim dengan
perembesan ke dalam ruang subaraknoid. Perdarahan mungkin massif, yang
menyebabkan kematian, atau kecil dengan garis tengah 1 cm. (7)
II.E. FAKTOR RISIKO
Kondisi medis yang dikenal sangat terkait dengan stroke pada kehamilan
termasuk hipertensi, diabetes, penyakit sel sabit, trombofilia, merokok dan
jantung. Faktor risiko lain adalah alkohol dan penyalahgunaan narkoba khususnya
kokain. Pre-elamsia dan eklamsia merupakan faktor risiko independen,
komplikasi kehamilan seperti pre-eklamsia, eklamsia, hiperemesis dan gangguan
elektrolit dan keseimbangan cairan merupakan faktor risiko yang signifikan untuk
stroke pada masa kehamilan. (8)
II.F STROKE DAN KEHAMILAN
dan
banyak
eritrosit
dalam
liquor
serebrospinalis.
Funduskopi
2. Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (arteri serebri media)
dapat terjadi gejala-gejala berikut :
- Gangguan rasa didaerah muka/wajah sesisi atau disertai gangguan
-
(hemiparesis/hemiplegi)
Gangguan utuk berbicara baik berupa sulit untuk mengeluarkan
(prosopagnosia)
Pelo (disartri)
Merasa anggota badan sesisi tak ada.
Tak dapat membedakan antara kiri dan kanan (misalnya pakaian)
Sudah tampak tanda-tanda kelainan namun tak sadar kalau dirinya
c. Pada
menonjol
Gangguan mental (bila lesi di frontal)
Inkontinensia
Bisa kejang-kejang
Gangguan pengungkapan maksud
cabangnya yang menuju otak bagian belakang (arteri serebri
Rasa nyeri spontan atau hilangnya rasa nyeri dan rasa getar pada
sempoyongan
Kehilangan keseimbangan
Kedua kaki lemah/hipotoni, tak dapat berdiri (paraparesis inferior)
Vertigo atau dizziness
Nistagmus
Muntah
Gangguan menelan (disfagia)
Disartri
Tuli mendadak
thrombocytosis,
thrombocytopenia,
polycytopenia,
anemia
endap
darah
untuk
mendeteksi
adanya
peningkatan
yang
khususnya
antitrombin
ketika seberikan secara intravena atau intraarteri untuk pasien dengan strok
iskemik akut. rtPA diberikan dlam waktu 3 jam dari onset iskemik stroke, obat ini
mengurangi risiko kematian dan meningkatkan hasil 90 pasca stroke
dibandingkan dengan placebo. rtPA tidak melewati plasenta dan belum ada bukti
teratogenik pada hewan. (2)
Tidak ada pedoman yang jelas untuk managemen medis PSA dan PIS di pada
masa kehailan. Obat yang digunakan secara rutin pada pasien tidak ahamil, seperti
manitpl untuk peningkatan tekaanan intrakranial, antiepileptics untuk pencegahan
kejang dan nimodipin untuk vasospasme, harus dimanfaatkan hati-hati pada
wanita hamil. Manitol dapat mengakibatkan hipoksia janin dan pergeseran asambasa, obat antiepilepsi terkait risiko teratogenik, dan nimodipin telah dikaitkan
dengan teratogecidity di beberapa hewan percobaan, tetapi ada data minimal pada
manusia. (2)
II.L KESIMPULAN
Stroke merupakan penyebab signifikan morbidits dan mortalitas pada
kehamilan postpartum.pedoman yang tepat pengobatan dan pencegahan stroke
iskemik pada kehamilan dapat digunakan aspirin/ extended-release dipyridamole,
clopidogrel, dan rtPA. Manajemen stroke iskemik atau perdarahan selama
kehamilan memerlukan perawatan interdisipliner dari beda saraf , bagian saraf,
dan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cheryl Jaigobin et al. 2000. Stroke. American Heart Association.diunduh dari :
htttp://strokeahajournals.org
2. Jessica Tate et al. 2011. Pregnancy and stroke risk in women. USA