Anda di halaman 1dari 14

KEHAMILAN

EKTOPIK
TERGANGGU
(KET)
Definisi KET
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana ovum yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak
normal.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan
kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala akut
abdomen, dengan trias gambaran klasik yaitu amenore,
nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam.
Lokasi :
Tuba fallopi (yg
tersering)
pars ampularis 80%
pars ismika 12%
fimbriae 5%
kornual 2%
Ovarium
Rongga perut
Kanalis servikalis uteri
Etiologi KET

Gangguan Etiologi yg
Kelainan
transportasi hasil masih
hormonal
konsepsi diperdebatkan
Radang panggul
Induksi ovulasi Endometriosis
Adanya alat In vitro
kontrasepsi dalam Cacat bawaan
fertilization Perokok berat
rahim (AKDR)
(IVF)
Penyempitan Ovulasi yang
lumen tuba akibat terlambat
tumor Transmigrasi
ovum
Tindakan operasi
pada tuba pasca
bedah mikro
Abortus
Patofisiologi KET

Fertilisasi ovum & Implantasi di lokasi


sperma abnormal

Vaskularisasi kurang,
Hasil konsepsi
Desidua basalis tidak
makin besar sempurna
Lokasi implantasi Vili korialis
tidak dapat lagi menembus otot
menampung hasil tuba&merusak
konsepsi jaringan dan
pembuluh darah

Ruptur KET
Manifestasi Klinis KET

Trias klasik KET:


Amenore, nyeri perut mendadak serta perdarahan
pervaginam

1.Nyeri perut : bila ruptur tuba nyeri bisa dirasakan


tiba-tiba dan sangat hebat
2.Perdarahan pervaginam
3.Amenore
4.Hipotensi, takikardi, nadi lemah
5.Perubahan uterus : uterus bisa membesar, dan
dapat terdorong ke salah satu sisi oleh massa
ektopik tersebut
6.Tumor dalam rongga panggul (massa pelvis) :
akibat akumulasi darah di lokasi ruptur
Diagnosis

Bila Belum Terganggu

Temuan adanya kantong kehamilan diluar


uterus dengan USG
Massa adneksa yang disertai amenore
Uji kehamilan yang positif tanpa disertai
kantong gestasi intrauterin
Reaksi Arias Stella dari spesimen
endometrium yang terlepas keluar
Diagnosis KET

Riwayat menstruasi, HPHT, riwayat penyakit, riwayat


operasi, riwayat obstetri, riwayat kontrasepsi, riwayat
Anamnesis ginekologi, ditanyakan adakah gejala trias KET

Tanda-tanda syok: gg hemodinamik yg tidak sesuai


dg jumlah perdarahan
Gejala akut abdomen
Pemeriksaan ginekologi: servik teraba lunak, nyeri
P.Fisik tekan&nyeri goyang, korpus uteri normal atau
sedikit membesar,
Kavum Douglas menonjol oleh karena terisi darah.
DL, BT/CT
Tes kehamilan
USG
Penunjang Kuldosintesis : darah kehitaman, cair dan disertai
bekuan daerah dari hasil kuldosentesis
Kadar progesteron
Kuldosentesis
Penatalaksanaan
Kehamilan Ektopik
Bila kondisi hemodinamik stabil, besar massa < 4cm
dan tidak terdapat perdarahan intraabdominal
50mg Methotrexate (tingkat keberhasilan 80%)
Observasi penurunan kadar hCG pada hari ketiga
pasca-injeksi
Bila setelah 7 hari tak terlihat pengisutan kantong
gestasi dan terdeteksi pulsasi internal berikan
dosis kedua
Terapi dianggap gagal bila kantong gestasi membesar
atau -hCG meningkat > 2 kali dalam 3 hari
Penatalaksanaan KET

Medis Bedah Emergensi


Metotreksat (MTX)
Indikasi
Untuk menghancurkan Dilakukan pada
trofoblas yang sedang Apabila pasien
pasien dengan
berproliferasi memiliki
TTV tidak
kontraindikasi
Indikasi stabilresusita
terhadap tata
si cairan
KE yang tidak ruptur, laksana medis
laparotomitr
kecil (kantung
gestasi<3,5 cm), dan ansfusi Hb <
Laparotomi:
asimtomatis 8g%
salfingotomi
Kontraindikasi *sistol >90,
nadi> 120x/mnt
TTV tidak stabil, ada Laparoskopi
penyakit ginjal dan hati,
nyeri panggul, ulkus
peptikum
Terima Kasih
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas
jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan konservativ medik dilakukan dengan
pemberian methotrexate. Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering
digunakan untuk terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada
penyakit trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila
diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat
merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut.
Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis
tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis
multipel yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari
pertama, ke-3, 5, dan hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin
ditambahkan ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg
(intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate
dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba
dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat
pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil
konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling
ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu.
Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki syarat-syarat
berikut ini: 1) keadaan hemodinamik yang stabil dan tidak ada tanda robekan dari
tuba, 2) tidak ada aktivitas jantung janin, 3) diagnosis ditegakkan tanpa
memerlukan laparaskopi, 4) diameter massa ektopik < 3,5 cm, 5) kadar tertinggi
-hCG < 15.000mIU/ ml, 6) harus ada informed consent dan mampu mengikuti
follow up, serta 7) tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian
methotrexate..
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan
kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah
terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu,
pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.
i. Salpingostomi
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil
konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di
sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear
sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di
perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera
terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan
yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan
elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali)
untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan
laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini
menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu.
ii. Salpingotomi
Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali
bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal
prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif antara
salpingostomi dan salpingotomi.
iii. Salpingektomi
Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini: 1) kehamilan
ektopik mengalami ruptur (terganggu), 2) pasien tidak menginginkan
fertilitas pascaoperatif, 3) terjadi kegagalan sterilisasi, 4) telah dilakukan
rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya, 5) pasien meminta dilakukan
sterilisasi, 6) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi, 7) kehamilan tuba
berulang, 8) kehamilan heterotopik, dan 9) massa gestasi berdiameter lebih
dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-
kadang dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu.
Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat
menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang
sebenarnya sudah sempit. Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali
dilakukan pula histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang
terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil
konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan
jahitan ligasi. Arteria tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika
dipertahankan. Tuba yang direseksi dipisahkan dari mesosalping.
iv. Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari
fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di
bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi
dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila
massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat
diekspulsi dengan cairan bertekanan (Chalik, 2004).

Anda mungkin juga menyukai