Anda di halaman 1dari 5

KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN

PRETERM
PRETERM PREMATURE RUPTURE OF THE
MEMBRANE (PPROM)
Ketuban Pecah Dini (Premature Rupture of the Membrane ) adalah teka-teki di
bidang obstetric yang belum dapat dijelaskan penyebabnya. Kesulitan dalam menegakkan
diagnosa berhubungan dengan keadaan ibu, faktor-faktor lain dari janin dan perawatan
selama kehamilan yang bermaasalah dan kotroversial. Ketuban pecah dini didefinisikan
sebagai pecahnya selaput ketuban pada fase laten sebelum fase aktif.

Angka terjadinya KPD adalah 10 % dari seluruh kehamilan, dengan sebagian


besar kasus terjadi setelah usia kehamilan mencapai 37 minggu. Jika ketuban pecah
sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Premature Rupture of the Membrane
( PPROM) . PPROM terjadi kira-kira pada 2 % dari seluruh kehamilan di Indonesia.

Pada kebanyakan kasus KPD terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas. KPD
bisasanya di ikuti dengan proses persalinan. Permulaan persalinan berhubungan langsung
dengan tuanya usia kehamilan. Menurut penelitian di UCLA (University of California in
Los Angeles ) , pada 81 % kasus KPD dengan berat bayi > 3500 gram, persalinan akan
terjadi 24 jam setelah selaput ketuban pecah.

Hal ini sangat berbeda pada KPD pada kehamilan preterm, pada kasus ini hanya
48 % pasien yang akan mengalami persalinan dalam waktu 3 hari selaput ketuban pecah.

KPD adalah masalah yang cukup menonjol di bidang obstetri. KPD merupakan
penyebab dari 30 % persalinan prematur dan penyebab penting dari mortalitas maternal.

ETIOLOGI dan PATOGENESIS

KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan dari kekuatan membran atau


meningkatnya tekanan intrauterin atau bahkan disebabkan keduanya. Tetapi penyebab
KPD yang paling sering adalah karena berkurangnya kekuatan membran. Membran
menjadi kurang kuat daya regangnya karena efek dari protease yang dihasilkan bakteri
dan produk-produk lain dari metabolisme bakteri atau karena peregangan berkurang oleh
karena kontraksi dari uterus. Karena hal-hal tersebut membran menjadi lemah dan
menjadi tidak tahan terhadap tekanan yang normal.

Menurut bukti-bukti yang ada infeksi menjadi penyebab utama melemahnya


membran .Pada umumnya infeksi terjadi terjadi di vagina atau di cervix. Mekanisme
terjadinya ”ascending infection” pada kasus ini belum jelas. Normalnya selaput ketuban
terpisah dari flora vagina oleh cervix dan endocervical mucus. Ascending infection ini
dapat terjadi karena aktivitas uterus yang menyebabkan perubahan pada cervix sehingga
mudah terjadi infeksi. Faktor-faktor lain yang memudahkan terjadinya infeksi antara lain:
cervix inkompeten koitus dan pemeriksaan dalam / VT yang terlalu sering. Bentuk infeksi
tersebut dapat berupa Bacterial Vaginosis, Trichomonas dan Candida Vaginitis,
Chlamydia trachomatis.

Penyebab persalinan preterm pada usia kehamilan 23 s/d 36 minggu antara lain :
 PAP 50 %
 Amnionic fluid infection 38 %
 Imunological 30 %
 Cervical Incompetence 16 %
 Uterine Anomali !4 %
 Maternal : Predilence drug intocsiksi 10 %
 Trauma of Surgery 8%
 Fetal Anomali 6 %
 No Cause 4 %

Mekanisme terjadinya KPD pada Amnionic Fluid Infection :

Bacterial Product-------Decidua / Amnion

Diagnosis :

1. Dengan melihat langsung keluarnya air ketuban dari vagina.


Diagnosis KPD dapat dengan mudah ditegakkan dengan melihat langsung
keluarnya air ketuban dari vagina. Jika tidak ditemukan air ketuban keluar
dari vagina, pergerakan ringan pada uterus dan gerakan halus dari janin
dapat mencetuskan kebocoran air ketuban. Dapat juga dengna meminta
pasien untuk batuk dan jongkok. Cairan untuk pemeriksaan laboratorium
harus di tampung sebelum cairan tersebut kontak dengan dinding vagina.

2. Test Nitrazine.
PH vagina normalnya adlaah 4,5 – 5,5 , sedangkan PH air ketuban
biasanya antara 7-7,5 . Kertas Nitrazine/ Lakmus akan berubah menjadi
biru tua jika PH cairan vagina menjadi alkalis. Selaput ketuban mungkin
masih utuh jika warna kertas lakmus tetap berwarna kuning. Cairan
antiseptik, urine, darah dan infeksi vagina akan meningkatkan PH vagina
dan menyebabkan hasil pemeriksaan dengan kertas lakmus menjadi false
positif.

3. Fern test
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengeringkan garam-garam yang
terkandung dalam cairan ketuban. Air ketuban diletakkna di kaca preparat
dan dibiarkan mengering. Kemudian dilihat di bawah mikroskop. Akurasi
dari test ini dipengaruhi oleh darah atau mekoneum dalam air ketuban.
Test ini akan menjadi false positif jika cairan yang diperiksa berasal dari
cervix sehingga akan membingungkan. Diagnosa KPD akan mendekati
100 % jika cairan yang diperiksa memberikan hasil positif pada
pemeriksaan Nitrazine dan Fern.

4. Evaporation test
Untuk pemeriksaan ini sampel yang diambil dari encocervix dipanaskan
sampai air yang terkandung diuapkan . Jika setelah penguapan terdapat
sisa residu berwarna putih berarti terdapat air ketuban dan jika residu
berwarna coklat berarti membran/ selaput ketuban intact.

5. USG
USG seharusnya tidak digunakan dlaam mendiagnosa KPD . False positif
dapat / sering ditemukan pada pasien dengan oligohidramnion dan hasil
false negatif dapat terjadi pada pasien dengan kebocoran halus dari air
ketuban. Tetapi jika pada pemeriksaan USG ditemukan cairan ketuban
yang sedikit atau tidak ada sama sekali harus diduga terjadinya KPD.

6. Intra amniotic fluorescein


Dengan menyuntikkan zat kontras kantong amnion, cara ini jarang
digunakan dalam mendiagnosa KPD. Cara ini dapat digunakan jika
Diagnosa KPD tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan yang non
invacive.

7. Amnioscopy
Amnioscopy adalah pemeriksaan yang invacive, jarang digunakan pada D/
dan penatalaksanaan KPD. Pada pemeriksaan ini diperlukan melebarkan
cervix dengan menggunakan kerucut besi atau plastik untuk melihat
langsung membran dan carian amnion. Amnioscopy dapat mencetuskan
terjadinya KPD pada pasien yang selaput ketubannya masih labil dan
membawa kurang masuk ke dalam rongga amnion pada pasien KPD.

8. Diamine Oxidase test


Diamine Oxidase adalah enzim yang diproduksi oleh desidua, yang
terdapat dalam cairan amnion. Pemeriksaan enzim Diamine Oxidase
dengan menggunakan strip sangat akurat untuk mendiagnosa KPD.

9. Fetal Fibronectin
Fetal fibronectin adalah molekul glikoprotein yang besar yang terdapat
dalam jumlah yang banyak di dalam cairan ketuban. Molekul ini dapat
terdeteksi dalam cairan encocervix vagina pada pasien dengan KPD.

10. Alfa feto protein test


AFP terdapat dalam cairan amnion dalam konsentrasi yang besar, tetapi
tidak terdapat pada sekret vagina atau dalam urin. Ditemukannya AFP
dalam sekret vagina merupakan tes yang akurat untuk D/ KPD.
Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 98 % . dan spesifisitasnya 100 %. Tes
ini kurang dapat dipercaya pada kasus KPD yang sudah aterm karena
kadar AFP dalam cairan amnion akan menurun dan adanya darah dalam
cairan amnion akan menurunkan akurasi tes ini.

Masalah yang ditimbulkan akibat KPD :

1. Infeksi
2. Hyaline Membrane Disease
3. Pulmonary Hypoplacia
4. Abruption plasentae
5. Fetal Distress
6. Fetal Deformities
7. Congenital Abnormalities

Penatalaksanaan :

Langkah pertama dlaam penatalaksanaan KPD adalah mengidentifikasi pasien


yang meregang perlu segera melahirkan.
Pasien inpartu sebaiknya tidak dihentikan persalinannya dan menundanya apalagi
jika pasien sudah mengalami kontraksi kontraksi yang adekwat . Cervix sudah matang,
dan pembukaan sudah 4 atau lebih. Penggunaan tokolitik pada kasus ini tidak efektif dan
dapat menyebabkan oedema paru.
Pasien KPD dengan paru-paru janin yang sudah matang, dapat diketahui dari
pemeriksaan ratio Lecithin Sphingomyelin ( L/S), Phosphatidylglycerol (PG) dan ratio
Albumin Surfactan. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan cairan
ketuban yang diambil dengan cara amniocentesis.
Penatalaksanaan konservatif :

1. Bed rest
2. Antibiotika
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat sampai air ketuban tidak
keluar lagi
4. Bila sudah 36 minggu masa kehamilan dipertimbangkan terminasi.
5. Nilai tanda – tanda infeksi
6. Pada usia kehamilan 30-36 minggu diberi kortikosteroid 3 hari berturut-
turut untuk memacu kematangan paru janin.

Aktif :
1. Kehamilan >36 minggu, 24-48 jam setelah ketuban pecah tidak ada tanda-
tanda persalinan dilakukan induksi dengan oksitosin bila gagal
dilakukan SC.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi diberikan antibiotik dan terminasi kehamilan.
Bila skor pelvic <5 dilakukan pematangan cervix, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil lakukan SC. Bila skor pelvic > 5 induksi persalinan partus
secara pervaginam.

Penyulit :

Ibu : infeksi, emboli air ketuban

Janin : infeksi, prematuritas, kematian.

Anda mungkin juga menyukai