Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

KETUBAN PECAH DINI

Oleh :

Widyawati Glentam 201810330311105

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban pecah dini (KPD) merupakan kondisi pecahnya ketuban sebelum
persalinan dimulai sebelum usia kehamilan 37 minggu. Kejadian ketuban pecah
dini (KPD) terjadi pada 10-12% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm 2-5%. Insiden KPD di
seluruh dunia bervariasi antara 5-10% dan hampir 80% terjadi pada usia
kehamilan aterm dan diperkirakan sebesar 3-8% pada KPD preterm.
Ketuban pecah dini preterm dikaitkan dengan 30-40% kelahiran prematur
dan merupakan penyebab utama kelahiran prematur. Ketuban pecah dini preterm
yang terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu kejadiannya kurang dari 1%
kehamilan dan berhubungan dengan komplikasi yang berat pada ibu ataupun
janin. Kasus dengan ketuban pecah dini akan mengalami persalinan hampir 95%
dalam waktu 24 jam. Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir
sebelum umur kehamilan aterm terjadi dalam satu minggu setelah selaput
ketuban pecah.
1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui lebih jaun mengenai
Ketuban Pecah Dini mulai definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis,
diagnosis, hingga penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Ketuban Pecah Dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan kondisi pecahnya ketuban sebelum
persalinan dimulai sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD ditandai dengan
keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah
usia kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu
kehamilan yang sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil
aterm akan mengalami KPD. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan.

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan usia kehamilan, apabila KPD terjadi pada usia kehamilan ≥ 37
minggu disebut premature rupture of membrane (PROM), sedangkan jika usia
kehamilan < 37 minggu disebut dengan preterm premature rupture of membrane
(PPROM).

2.3 Etiologi
Ada beragam mekanisme yang menyebabkan ketuban pecah sebelum
persalinan. Pada kehamilan aterm, kelemahan dari membran janin merupakan
salah satu penyebab terjadinya pecahnya selaput ketuban. Prosedur pemerikaan
invasif yang dilakukan selama persalinan (amniosintesis, chorionic villus
sampling, fetoskopi, dan sirklase) dapat merusak membran ketuban, dan
menyebabkan pecahnya selaput ketuban, namun hal ini sangat jarang dilakukan.
Faktor risiko utama KPD termasuk riwayat KPD, faktor usia, paritas,
panjang serviks pendek, perdarahan vagina pada trimester kedua atau ketiga,
overdistensi uterus, defisiensi zat besi dan asam askorbat, gangguan pada
jaringan ikat, indeks massa tubuh rendah, status sosial ekonomi rendah, merokok,
dan penggunaan obat-obatan terlarang. Namun seringkali tidak ada penyebab
yang jelas yang dapat diidentifikasi pada pasien KPD.

2.4 Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah
tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada
amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan
retikuler atau trofoblas.
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.

2.5 Manifestasi klinis


Tanda pecahnya ketuban adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna
pucat dan tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda terjadinya infeksi.

2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Berdasarkan Anamnesis pasien merasakan basah pada vagina, atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan
berbau khas dan perlu diperhatikan warnanya. Menentukan usia kehamilan
dari hari pertama menstruasi terakhir (HPHT) atau dari USG kemudian dari
Inspeksi didapatkan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban
keluar dari vagina. Pemeriksaan dengan speculum dilakukan untuk
mengkonfirmasi keluarnya cairan ketuban dari vagina, Pemeriksaan dengan
spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari Orifisium Uteri
Eksternum (OUE), jika belum tampak keluar, tekan fundus uteri dan minta
pasien untuk batuk, mengejan, atau bagian terendah digoyangkan maka akan
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornix anterior
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Pemeriksaan Vaginal Toucher (VT) perlu
dipertimbangkan, terutama pada kehamilan yang kurang bulan yang belum
dalam persalinan sangat dibatasi dilakukan pemeriksaan dalam (VT), karena
pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa
dengan cepat menjadi pathogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
pada kasus KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi
persalinan.
c. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan Laboratorium dan
pemeriksaan ultrasonografi) dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya
infeksi, kriteria laboratorium yang digunakan adalah adanya Leukositosis
maternal (WBC yang lebih dari 16.000/uL), adanya peningkatan C-reactive
protein cairan ketuban dan gas-liquid chromatography, serta Amniosentesis
untuk mendapatkan bukti yang kuat (misalnya cairan ketuban yang
mengandung leukosit yang banyak atau bakteri pada pengecatan gram
maupun pada kultur aerob maupun anaerob). Tes lakmus (tes Nitrazin)
digunakan, yaitu jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (Alkalis). Normalnya pH air ketuban berkisar antara 7-7,5.
Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
Mikroskopik (tes pakis), yaitu dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
Pada pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dimaksudkan untuk melihat
jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Dikatakan normal bila masih ada
bagian janin yang menempel pada dinding uterus, dan bagian lain cukup terisi
cairan ketuban. Bila sedikit, maka sebagian besar tubuh janin akan melekat
pada dinding uterus, sedangkan bila hidramnion, maka tidak ada bagian janin
yang menempel padadinding uterus.
Pengukuran volume cairan ketuban dapat menggunakan indeks cairan
amnion (ICA)/amnion fluid index (AFI). Pada pengukuran ini, abdomen ibu
dibagi atas empat kuadran. Garis yang dibuat melalui umbilikus vertikal ke
bawah dan transversal. Kemudian transduser ditempatkan secara vertikal
tegak lurus lantai dan cari diameter terbesar dari kantong ketuban, tidak boleh
ada bagian janin atau umbilikus didalam kantong tersebut. Setelah diperoleh
empat pengukuran, kemudian dijumlahkan dan hasilnya ditulis dalam
millimeter atau sentimeter.

2.7 Tatalaksana
Prinsip penanganan Ketuban Pecah Dini adalah memperpanjang kehamilan
sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau terdiagnosis
khorioamnionitis.
a. KPD Dengan Kehamilan Aterm
1) Diberikan antibiotika prafilaksis, Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari
2) Dilakukan pemeriksaan "admision test" bila hasilnya patologis dilakukan
terminasi kehamilan
3) Observasi temperatur rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat lebih atau sama dengan 37,6°C, segera dilakukan terminasi
4) Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12 jam.
Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.
5) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi obstetric
6) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS):
- Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin
drip.
- Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan servik dengan
Misoprostol50 µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali pemberian

b. KPD Dengan Kehamilan Pre Term


1) Penanganan di rawat di RS
2) Diberikan antibiotika : Ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari.
3) Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk UK
kurang dari 35 minggu): Deksametason 5 mg setiap 6 jam.
4) Observasi di kamar bersalin:
- Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang obstetri.
- Dilakukan observasi temperatur rektal tiap 3 jam, bila ada
kecenderungan terjadi peningkatan temperatur rektal lebih atau sama
dengan 37,6° C, segera dilakukan terminasi.
5) Di ruang Obstetri:
- Temperatur rektal diperiksa setiap 6 jam.
- Dikerjakan pemeriksaan laboratorium: leukosit dan laju endap darah
(LED) setiap 3 hari.
6) Tata cara perawatan konservatif:
- Dilakukan sampai janin viable
- Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam
- Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk
menilai air ketuban:
 Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan.
 Bila air ketuban kurang (oligohidramnion), dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan.
- Pada perawatan konservatif, pasen dipulangkan pada hari ke-7 dengan
saran sebagai berikut:
 tidak boleh koitus.
 tidak boleh melakukan manipulasi vagina.
 segera kembali ke RS bila ada keluar air ketuban lagi
- Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan dengan
melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat leukositosis atau
peningkatan LED, lakukan terminasi. Beberapa peneliti menekankan
pada pentingnya usia kehamilan dalam penatalaksanaan KPD seperti
tampak dalam Bagan dibawah.

c. Terminasi Kehamilan:
- Induksi persalinan dengan drip oksitosin
- Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila drip
oksitosin gagal
- Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan
dengan Misoprostol 50 µ gr oral tiap 6 jam, maksimal 4 kali pemberian.
BAB III
KESIMPULAN

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan kondisi pecahnya ketuban sebelum


persalinan dimulai sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD ditandai dengan
keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan
dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Seringkali tidak ada penyebab yang jelas yang dapat diidentifikasi pada pasien KPD.
Tanda pecahnya ketuban adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat dan
tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang.
Pada pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi. Prinsip penanganan Ketuban Pecah Dini adalah memperpanjang
kehamilan sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau terdiagnosis
khorioamnionitis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Negara, I Ketut Surya Dr. dr. Sp.OG (K)-KFM. MARS. 2021. Matriks
Metalloproteinase pada Ketuban Pecah Dini. Yogyakarta : Penerbit Deepublish-
Budi Utama.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics 24th. New York: McGraw-Hill Companies Inc. 2015: 193-4.
3. Negara, Ketut Surya, dr. Sp.OG(K) MARS. 2017. Buku Ajar Ketuban Pecah Dini.
SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
4. Gahwagi, Milad M.M, dkk. 2015. Premature Rupture of Membranes
Characteristics, Determinants, and Outcomes of in Benghazi, Libya. Open Journal
of Obstetrics and Gynecology, 5, 494-504.
5. Medina, Tanya M. MD, dkk. 2006. Preterm Premature Rupture of Membranes:
Diagnosis and Management. American Family Physician, Vol. 73 No.4
6. Meller, Cesar H, dkk. 2018. Preterm Premature Rupture of Membranes. Arch
Argent Prdiatr 116(4).
7. Dayal, Shailja, dkk. 2022. Premature Rupture of Membranes. NCBI StatPearls :
National Library of Medicine.

Anda mungkin juga menyukai