Anda di halaman 1dari 7

DISKURSUS MINORITAS DI INDONESIA

Disusun oleh :

Muhammad Adin Nugroho 201810330311117 2018


Widyawati Glentam 201810330311105 2018
Tsania Elfariza 201810330311111 2018
Kartika Dyah Pertiwi 201810330311112 2018
Nudiya Anisa Fathinah 201810330311119 2018
Rizki Akbar 201810330311126 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MALANG

2018
A. Pengertian Minoritas

Terdapat beberapa definisi dari minoritas, sebagai berikut:

a. Kelompok minoritas adalah entitas sosial yang tak dapat dinaϐikan keberadaannya.
Keminoritasan tersebut jamak dimaknai karena perbedaan dari mayoritas atas dasar
identitas, baik agama, bahasa, etnis, budaya atau jenis kelamin. Jumlahnya pun
tidak banyak apabila dibandingkan dengan penduduk di suatu negara dan berada
pada posisi yang tidak dominan. Kelompok minoritas rentan jadi korban
pelanggaran HAM, oleh karena itu perlindungan hukum diberikan. Dalam
perspektif HAM kelompok ini berada pada tingkat yang setara dengan individu
pemangku hak lain serta memiliki hak khusus. Hak khusus bukanlah hak istimewa,
tapi hak yang diberikan agar martabat kelompok minoritas dapat terangkat. (Rhona
K.M. Smith, et.al., 2008, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Pusham UII.)

b. Kelompok minoritas adalah golongan sosial yang jumlahnya jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan karena itu
didiskriminasikan oleh golongan lain itu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

c. Dalam kajian Kelompok Sosial, seorang ahli sosiologi bernama KINLOCH


menyatakan bahwa kelompok orang yang disebut Minoritas dalah orang yang tak
mempunyai kekuasaan atau power dan dianggap derajatnya lebih rendah. Ciri ciri
kelompok minoritas menurut Kinloch adalah cacat secara fisik juga mental yang
membuat mereka didiskriminasi dan juga kadang dieksploitasi. Konsep mayoritas
dan minoritas Kinloch tidak fokus pada jumlah tetapi pada dominasi kekuasaan.

d. Kata “minoritas” (al-Aqaliyyat) sebagai lawan dari “mayoritas (al-Akthariyat)


yang diistilahkan bagi agama-agama minoritas dan mayoritas adalah selundupan
pihak Barat ke dalam literatur modern kaum Muslimin, dan merupakan hasil dari
pengaruh Barat (westernization) atas ummat Islam. Istilah yang digunakan dalam
Al-Qur’an untuk ummat Yahudi, Nasrani dan beberapa lainnya yang juga
menganut agama-agama monoteis — termasuk kaum Muslim — adalah “Ahli
Kitab” (the people of scripture). Jadi Al-Qur’an tidak memandang apakah mereka
berada dalam posisi minoritas atau mayoritas.

e. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Minoritas atau Minority merujuk
kepada:
1) Politik

Pemerintahan minoritas, terbentuk ketika sebuah partai politik tidak memiliki


mayoritas kursi umum di parlemen.

Pemimpin minoritas, dalam politik Amerika, pemimpin lantai dari kaukus terbesar
kedua di sebuah badan legislatif.

2) Masyarakat

i. Minor (hukum), seseorang di bawah usia tertentu, biasanya usia


mayoritas

 Usia mayoritas, ambang masa dewasa sebagaimana diakui atau


dinyatakan dalam undang-undang.

 Usia hukum, usia dimana seseorang secara hukum terlibat dalam


aktivitas tertentu.

ii. Kelompok minoritas, kategori orang yang dibedakan dari mayoritas


sosial (misalnya etnis minoritas).

iii. Kelompok minoritas seksual, sebuah kelompok yang identitas seksual,


orientasi atau praktiknya berbeda dari mayoritas masyarakat.

B. Konflik-konflik minoritas di Indonesia

a. Tragedi Mei

Setiap tanggal 13-15 Mei, bangsa Indonesia kembali diingatkan pada sebuah
peristiwa yang menistakan kemanusiaan dan keadilan, yaitu Tragedi Mei. Tragedi
Mei adalah peristiwa kerusuhan massal yang terjadi pada 1998, yang
mengorbankan minoritas yaitu etnis Cina-Indonesia. Pada saat itu amukan massa
pecah di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya seperti Solo dan Medan yang
mengakibatkan kerusakan masif, dan diduga menelan ribuan korban.

Berdasarkan temuan TGPF, Tragedi Mei diduga mengakibatkan lebih dari


seribu orang meninggal akibat terjebak dalam bangunan yang dibakar, ratusan
orang luka-luka, penculikan terhadap beberapa orang, pemerkosaan atau pelecehan
seksual terhadap perempuan yang sebagian besar dari minoritas etnis tertentu
khususnya Cina, serta pembakaran ribuan bangunan.

Meskipun sudah berlalu selama sembilan belas tahun, Tragedi Mei masih
menyisakan misteri. Pengungkapan kebenaran dan keadilan atasnya belum
dituntaskan meskipun presiden telah berganti beberapa kali. Setiap pergantian
presiden tidak mengubah komitmen dan kebijakan pemerintah dalam menyikapi
kasus tersebut.

b. Tragedi Poso

Peristiwa ini terjadi di Ambon. Konflik ini melibatkan antara mayoritas


muslim dengan minoritas Kristen. Poso disebut sebagai konflik SARA yang
menakutkan. Kerusuhan berdarah diikuti dengan pemenggalan kepala manusia
cukup banyak dan belum diketahui jumlahnya sehingga danau dan sungai Poso
berubah menjadi warna merah darah manusia.

C. Upaya Penyelesaian

a) Pendekatan Berbasis Kepentingan

Dalam metode ini, pihak yang sedang bertikailah yang memiliki kewenangan
paling besar, karena mereka menentukan sendiri bagaimana metode penyelesaian
yang terbaik bagi mereka. Kepentingan yang dimaksud dalam metode ini bukan
hanyalah kepentingan dari pihak mayoritas, namun juga kepentingan dari pihak
minoritas.

b) Menanamkan Prinsip Kesetaraan dan non-Diskriminasi

Dalam prinsip ini, diharapkan adanya kesadaran dan pengakuan kesetaraan


antara orang yang satu dengan yang lain, atau kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain. Semuanya setara dalam hak dan bebas dalam menentukan
pilihan. Selain itu, terdapat Hak Khusus bagi kelompok minoritas. Hak khusus ini
bukanlah hak istimewa, namun hak ini hanya bertujuan agar kaum minoritas
mampu menjaga identitas, ciri-ciri dan tradisi khasnya.

c) Perlindungan Hukum atas Hak Asasi Kelompok Minoritas di Indonesia


Hal ini dijelaskan dalam Deklarasi mengenai Hak-Hak Penduduk yang
Termasuk Kelompok Minoritas berdasarkan Kewarganegaraan, Etnis, Agama dan
Bahasa yang disahkan dalam Resolusi PBB no.47/135 pada 18 Desember 1992,
yang berisikan :

1) Hak untuk menikmati kebudayaan mereka, hak untuk memeluk dan


menjalankan agama mereka sendiri dan hak untuk menggunakan bahasa
mereka sendiri (Pasal 2 ayat (1)).

2) Hak untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan budaya, agama, sosial,


ekonomi dan publik secara efektif (Pasal 2 ayat (2)).

3) Hak untuk berpartisipasi secara efektif dalam keputusan-keputusan pada


tingkat nasional dan regional (Pasal 2 ayat (3)).

4) Hak untuk mendirikan atau mempertahankan perkumpulan mereka sendiri


(Pasal 2 ayat (4)).

5) Hak untuk mendirikan dan memelihara hubungan bebas dan damai dengan
anggota lain dari kelompok mereka, dengan orang yang termasuk kaum
minoritas lainnya, dengan penduduk dari negara lain (Pasal 2 ayat (5)).

6) Kebebasan untuk melaksanakan hak mereka secara perorangan maupun


dalam komunikasi dengan anggota-anggota lain dari kelompok mereka tanpa
diskriminasi (Pasal (3)).

Sedangkan negara sebagai subyek pemangku kewajiban diberi kewajiban


untuk mengambil langkah-langkah:

1) Melindungi eksistensi dan identitas kebangsaan, suku bangsa, budaya,


agama, dan bahasa kaum minoritass dalam wilayahnya dan akan mendorong
kondisikondisi yang memajukan identitas tersebut (Pasal 1 ayat (1)).

2) Mengambil tindakan legislatif dan tindakan lain yang tepat untuk


mencapainya (Pasal 1 ayat (2)).

3) Untuk menjamin orang-orang yang termasuk kaum minoritas dapat


melaksanakan hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental mereka
dengan sepenuhnya dan efektif tanpa diskriminasi, dan dengan kesamaan
seutuhnya di hadapan hukum (Pasal 4 ayat (1)).

4) Upaya-upaya untuk menciptakan kondisi-kondisi yang menguntungkan agar


orang-orang yang termasuk kaum minoritas dapat mengekspresikan ciri khas
mereka dan mengembangkan budaya, bangsa, agama, tradisi, dan kebiasaan
mereka (Pasal 4 ayat (2)).

5) Agar kaum minoritas punya kesempatan yang cukup untuk mempelajari


bahasa ibu mereka atau menggunakan bahasa ibu mereka (Pasal 4 ayat (3)).

Perlindungan hak asasi kelompok minoritas juga dijelaskan dalam Undang-


undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM memang tidak terang
menyinggungnya. Hanya disebutkan pada Pasal 5 ayat (3):

Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak


memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.

Pada penjelasan pasal tersebut, yang dimaksud dengan kelompok masyarakat


rentan antara lain adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil
dan penyandang cacat. Kendati kelompok minoritas tidak tercatat, namun dalam
perkembangan wacana hukum hak asasi manusia kelompok minoritas diakui
sebagai kelompok utama subyek hukum hak asasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Rhona K.M. Smith, et.al., 2008, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Pusham UII.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada tanggal : 28 Oktober 2018
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/)

Ezzati, Abul Fazl, MA, PhD., 2009, Konsep Minoritas dan Mayoritas dalam Islam – Intelektual
Iran (ISLAM0-27). (https://jurnalparlemenonline.wordpress.com/2010/01/16/islam-27)

Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas, diakses pada tanggal : 28 Oktober 2018
(https://id.wikipedia.org/wiki/Minoritas)

Fahli, Yogi Zul. 2014. Kedudukan Kelompok Minoritas dalam Perspektif HAM dan
Perlindungan Hukumnya di Indonesia. Yogyakarta: Staf Departemen Advokasi LBH
Yogyakarta, diakses pada tanggal : 16 November 2018
(https://media.neliti.com/media/publications/107367-ID-kedudukan-kelompok-minoritas-
dalam-persp.pdf)

Anda mungkin juga menyukai