Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

Open Fracture

Oleh :

Widyawati Glentam 201810330311105

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur merupakan salah satu penyebab cacat diantaranya akibat kecelakaan.
Fraktur ekstremitas bawah sering terjadi terkait dengan morbiditas yang cukup
besar dan menyebabkan perawatan panjang di rumah sakit. Gangguan akibat
fraktur berdampak pada toleransi aktivitas sehingga mengurangi produktivitas.
Selama ini karakteristik penderita fraktur ektermitas bawah belum diketahui
sehingga tidak dapat diketahui pencegahan resiko fraktur.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
patah tulang terbuka mengenai definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis,
diagnosis, dan penatalaksanaannya

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai patah tulang terbuka beserta
patofisiologi dan penangananannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan
fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat
proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang
patologis.
Fraktur terbuka adalah subset fraktur yang unik karena paparan langsung
tulang terhadap kontaminasi dari lingkungan dan gangguan integritas jaringan
lunak, yang meningkatkan risiko infeksi, persatuan tertunda, nonunion, dan
bahkan amputasi.

2.2 Klasifikasi
Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III.
 Grade I adalah robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot.
 Grade II seperti grade 1 dengan memar kulit dan otot.
 Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, kulit
dan otot

2.3 Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma
tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang,
biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang
dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying
deases atau fraktur patologis.
2.4 Patofisiologi
Ketika cedera traumatis terjadi, tulang dan jaringan lunak menyerap energi
yang dipaksakan. Ketika ambang absorpsi terlampaui, komunikasi tulang terjadi
yang menyebabkan pengupasan periosteal dan kerusakan jaringan lunak.
Fragmen tulang yang kominutif seringkali tidak melekat pada struktur penahan
apapun yang memungkinkan mereka untuk berpindah tempat menyebabkan
kerusakan jaringan lunak dan struktur neurovaskular yang signifikan. Saat kulit
robek, itu menciptakan efek vakum yang kemudian menarik semua kotoran di
sekitarnya ke dalam luka. Bahan asing dan kotoran sering dapat disimpan ke
dalam korteks intramuskular dan tulang.

2.5 Manifestasi klinis


a. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang mnyertai fraktur merupakan bentuk bidai
b. Bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah
(gerakan luar biasa) setelah terjadinya fraktur.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas daan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lainnya sampai 2,5 – 5cm (1- 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
e. dinamakan krepitus yang teraba karena adanya gesekan antar fragmen satu
f. dengan yang lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
g. Edema dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang menyertai fraktur. Edema dan perubahan warna biasanya
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera terjadi

2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
- Riwayat trauma
- Tanda-tanda patah tulang
- Luka di daerah patah tulang
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu look, feel, move.
- Apakah terlihat deformitas dari ekstremitas tubuh, hematoma,
pembengkakan dan lain-lain.
- Palpasi dilakukan untuk menilai area rasa sakit, efusi, maupun krepitasi.
- Penilaian move dilakukan untuk mengetahui ROM (Range of Motion).
Pemeriksaan ekstrimitas juga harus melingkupi vaskularitas dari
ekstrimitas termasuk warna, suhu, perfusi, perabaan denyut nadi, capillary
return (normalnya < 3 detik) dan pulse oximetry.

c. Pemeriksaan Penunjang
Sebagai pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis digunakan
pemeriksaan radiologi/ X Ray. Dalam pemeriksaaan radiologi untuk cedera
dan fraktur diberlakukan rule of two, yaitu: dua sudut pandang, dua sendi, dua
ekstrimitas, dan dua waktu.

2.7 Tatalaksana
Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan 4R, yaitu :
1) Rekognisi, yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan
kemudian di rumah sakit.
2) Reduksi, yaitu usaha serta tindakan memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
3) Retensi, yaitu aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi diatas dan sendi dibawah
fraktur.
4) Rehabilitasi, yaitu pengobatan dan penyembuhan fraktur
Semua fraktur terbuka, meskipun kelihatannya sepele, harus tetap
diasumsikan telah terkontaminasi; penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Keempat hal penting dalam penatalaksaan pada open fracture adalah:
1) Pemberianantibiotik profilaksis, luka harus ditutup sampai pasien mencapai
ruang operasi. Antibiotik profilaksis pada fraktur terbuka merupakan
tambahan untuk debridemen luka yang teliti dan seharusnya tidak diharapkan
untuk mengatasi kegagalan dalam teknik aseptik atau debridemen. Antibiotik
profilaksis diberikan untukpencegahan terhadap mayoritas bakteri Gram-
positif dan Gram-negatif yang mungkin telah memasuki luka pada saat cedera.
2) Luka mendesak dan debridemen fraktur, operasi ini bertujuan untuk
membersihkan luka dari bahan asing dan jaringan mati (misalnya, fragmen
tulang avaskular), meninggalkan bidang bedah bersih dan jaringan dengan
suplai darah yang baik.
3) Penutupan luka definitif awal, luka kecil yang tidak terkontaminasi pada
fraktur tipe I atau II dapat dijahit (setelah debridemen), asalkan hal ini
dilakukan tanpa ketegangan.
4) Stabilisasi fraktur/ imobilisasi, menstabilkan fraktur penting dalam
mengurangi kemungkinan infeksi dan membantu pemulihan jaringan lunak.
BAB III
KESIMPULAN

Fraktur terbuka adalah subset fraktur yang unik karena paparan langsung tulang
terhadap kontaminasi dari lingkungan dan gangguan integritas jaringan lunak, yang
meningkatkan risiko infeksi, persatuan tertunda, nonunion, dan bahkan amputasi.
Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III. Grade I
adalah robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II seperti grade 1
dengan memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan
pembuluh darah, syaraf, kulit dan otot
DAFTAR PUSTAKA

1. Sop JL, Sop A. Open Fracture Management. [Updated 2021 Aug 14]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan
2. Elniel AR, Giannoudis PV. Open fractures of the lower extremity: Current
management and clinical outcomes. EFORT Open Rev. 2018 May 21;3(5):316-
325. doi: 10.1302/2058-5241.3.170072. PMID: 29951271; PMCID:
PMC5994617.

Anda mungkin juga menyukai