Kelompok Skill: 7
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
KEGAWATDARURATAN OBSTETRI
Kegawatdaruratan obstetri merupakan kondisi klinik yang terjadi dalam kehamilan atau
selama dan sesudah kelahiran yang apabila tidak segera tertangani dapat mengancam nyawa
ibu dan janin.
A. RETENSIO PLASENTA
Retensio plasenta merupakan kondisi dimana plasenta belum lahir dalam setengah jam
setelah kelahiran janin. Normalnya, beberapa menit setelah janin lahir akan dimulai proses
pelepasan plasenta yang disertai dengan sedikit perdarahan. Retensio plasenta dibagi
menjadi 3 berdasarkan etiologinya, yaitu :
1. Plasenta Adhesiva, yaitu plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim
oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta. Selain karena
kontraksi rahim yang lemah, pada kondisi ini plasenta juga susah terlepas dikarenakan
letaknya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis),
dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
2. Plasenta akreta, yaitu plasenta yang belum lahir dab masih melekat di dinding rahim
oleh karena vili korialisnya menembus desidua sampai miometrium.
3. Plasenta Inkaserata, yaitu plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum
lahir karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah rahim.
Selain 3 gejala tersebut, terdapat gejala lain yang mungkin bisa terdapat pada retensio
plasenta, antara lain :
Tatalaksana pada kasus retensio plasenta sama halnya dengan kasus kegawatdaruratan
lainnya, yaitu dengan melakukan stabilisasi hemodinamik, terutama pada pasien yang
disertai dengan perdarahan hebat.
a. Tatalaksana Awal
Penanganan awal pada kasus retensio plasenta adalah melakukan stabilisasi
hemodinamik secara cepat, dengan melakukan resusitasi cairan dan pemasangan dua
jalur intravena dan dapat diberikan transfusi darah apabila memang diperlukan.
c. Manual Plasenta
Manual plasenta adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual
(menggunakan sarung tangan panjang) dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri. Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain :
Langkah-langkah:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta berikan penjelasan kepada
ibu (informed concent)
2. Cuci tangan dengan air mengalir
3. Memasang infus
4. Berikan sedatif dan analgetik melalui karet infus serta anti biotik dosis
tunggal
B. DISTOSIA BAHU
Distosia bahu merupakan keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior
tidak dapat lewat di bawah simfisis pubis, dengan kata lain adalah kondisi tersangkutnya
bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin lahir. Kejadian distosia bahu ini
bisa disebabkan antara lain pada bayi makrosonia (>4000gr), diabetes gestasional, riwayat
distosia bahu sebelumnya, serta pada kehamilan post term.
Gejala yang bisa timbul pada kondisi distosia bahu antara lain :
1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat lahir
2. Kepala bayi sudah lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
3. Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau bahkan tertarik kembali (turtle sign)
4. Kala II memanjang
Alat dan bahan yang diperlukan pada tatalaksana kasus distosia bahu antara lain :
C. ATONIA UTERI
Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan pada kasus atonia uteri antara lain :
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2. Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir, dengan ciri-ciri yaitu perdarahan sangat
banyak dan darah tidak merembes dan seringkali disertai dengan gumpalan.
3. Syok (Nadi cepat dan lemah , tekanan darah yang rendah, pucat, keringat/kulit terasa
dingin dan lembab, pernapasan cepat, gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran,
urin yang sedikit)
Alat dan bahan yang diperlukan pada tatalaksana kasus atonia uteri antara lain :
Langkah-langkah tindakan yang dapat dilakukan pada kasus atonia uteri adalah sebagai
berikut :
8. Jika merasa uterus sudah mulai berkontraksi, maka dengan perlahan tariklah
tangan keluar.
9. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, lakukan kompresi bimanual
eksternal: