Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

ILEUS OBSTRUKSI

Oleh :

Widyawati Glentam 201810330311105

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data WHO 2008, ditemukan bahwa penyakit saluran cerna
merupakan 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia, dengan Case Fatality
Rate (CFR) sebesar 2,91% di Indonesia (Kemenkes RI, 2010). Salah satu
penyakit saluran cerna yang banyak terjadi adalah Ileus obstruktif.
Ileus obstruksi adalah suatu penyumbatan pada usus yang dapat mengganggu
jalannya isi usus. Ileus obstruktif merupakan salah satu kasus kegawatan pada
bidang bedah digestive. Sekitar 20% pasien datang ke rumah sakit dengan
keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada sistem digestive, dan 80% nya
terjadi pada usus halus (Smith DA, Nehring SM, 2018)..
Ileus obsturksi merupakan kasus pembedahan darurat yang apabila tidak
ditangani dapat mencapai tingkat kematian hingga 100%. Bila tatalaksana
pembedahan dilakukan dalam 24-48 jam, angka kematian dapat diturunkan
hingga kurang dari 10%. (Behman R, 2018: Mellor K, 2018).

1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui lebih jaun mengenai Ileus
Obstruktif mulai definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
hingga penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Ileus Obsturksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ileus obstruktif merupakan keadaan tersumbatnya lumen usus yang
mengakibatkan isi lumen saluran cerna tidak dapat disalurkan ke anus. Hal ini
dapat disebabkan karena adanya kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau
luar usus yang menekan atau dapat terjadi karena adanya kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan terjadinya nekrosis pada segmen
usus (Mansjoer, 2000).

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif dibedakan menjadi dua
yaitu Ileus obstruktif letak tinggi dan Ileus obstruktif letak rendah.
a. Ileus obstruksi letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (gaster hingga
ileum terminal)
b. Ileus obstruksi letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (ileum terminal
hingga rectum)

Berdasarkan tipe sumbatannya, Ileus obstruktif dibagi menjadi 2, yaitu :


a. Simple obstruction : penyumbatan mekanis di dalam lumen usus tanpa
gangguan pembuluh darah, seperti karena atresia usus dan neoplasma
b. Obstruksi strangulasi : penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah, seperti hernia strangulasi, intususespsi, adhesi dan volvulus.

Berdasarkan etiologinya, Ileus obstruktif dibagi menjadi 3, yaitu :


a. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal), yaitu disebabkan oleh adhesi (postoperative),
hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses
intraabdominal.
b. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma,
traumatik, dan intususepsi.
c. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu

Berdasarkan stadiumnya, Ileus obstruksi dibagi menjadi :


a. Obstruksi sebagian: obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan masih bisa
sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
b. Obstruksi sederhana: obstruksi / sumbatan yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
c. Obstruksi strangulasi: obstruksi disertai dengan terjepitnya pembuluh darah
sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangrene.

2.3 Etiologi
Hernia, adhesi, invaginasi, dan volvulus merupakan penyebab 80% ileus
obstruktif yang sering disertai strangulasi, sedangkan tumor dan infark
menyebabkan 10-15% dari ileus obstruktif. Berikut merupakan penjabaran
mengenai etiologi atau penyebab Ileus Obstruksi :
a. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya
aliran darah ke usus). Hernia yang tidak bergejala atau simptomatik pada
akhirnya dapat menyebabkan obstruksi karena usus halus menonjol melalui
defek pada dinding perut dan terperangkap didalamnya. Hernia yang tidak
teridentifikasi atau tidak dapat direduksi dapat berkembang menjadi obstruksi
usus dan dianggap sebagai kasus darurat bedah dengan usus yang tercekik
atau terperangkap dalam kantung hernia dan seiring waktu menjadi iskemik.
b. Non hernia inkarserata, antara lain :
1) Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal.
2) Askariasis
Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas
sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat
pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko
tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
3) Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan)
terganggu.
4) Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali
jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh
kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus.
5) Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.

2.4 Patofisiologi
Usus halus memiliki fungsi membantu pencernaan makanan dan
bertanggung jawabpada penyerapan nutrisi berupa sintesis vitamin, penyerapan
air, dan pemecahan bilirubin. Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi
oleh usus dan kebanyakan direabsorbsi. Pada Ileus obstruksi, proses mekanisme
fisiologis ini terganggu. Hal ini menyebabkan cairan dalam usus sebagian
tertahan dan sebagian dieliminasi melalui muntah dan mengakibatkan terjadinya
pengurangan besar volume darah dan sirkulasi.

Adanya obstruksi ileus mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan


penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen
usus terganggu sehingga terjadi pengumpulan isi lumen usus berupa gas dan
cairan pada bagian proximal tempat penyumbatan. Hal ini menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi) di bagian proximal dari sumbatan sehingga
merangsang terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan dan akumulasi cairan
dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya
pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh usus di bagian
proximal sumbatan. Kondisi ini yang mengakibatkan terjadinya hiperperistaltik
atau peningkatan gerakan usus. Pada obstruksi usus lanjut, peristaltic sudah
hilang oleh karena dinding usus kehilangan daya kontraksinya.

2.5 Manifestasi klinis


Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,
muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah
umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian
distal maka gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen
terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat
dilatasi.
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pada pasien dengan suatu obstruksi
sederhana yang tidak melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik
yang pada awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam
frekuensi atau derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang
timbul. Pasien sering berposisi knee-chest, atau berguling-guling. Pasien dengan
peritonitis cenderung kesakitan apabila bergerak.
Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang – kadang
dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala
klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala
berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah
adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal.
Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus halus, muntah mungkin akan
tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang
mana segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua
isi usus halus yang sudah basi. Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian
proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan
bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak di
bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian
proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm contour (gambaran usus),
dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat
hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi
bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut dimana obstruksi
terus berlanjut, peristaltik  akan melemah dan hilang. Pada palpasi tidak terdapat
nyeri tekan, defans muscular (-), kecuali jika ada peritonitis.
Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan
hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat
meningkat. Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat
kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah
(intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat
mencerminkan tingkatan obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin
minimal. Sebaliknya, distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda
untuk obstruksi letak rendah.
Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan strangulasi
dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan klinis tertentu
dan gambaran laboratorium dapat mengarahkan kepada tanda-tanda strangulasi.

a. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen
usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan
usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus
halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi
muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan
menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di
perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan
semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam.  Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising
usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.

b. Obstruksi disertai proses strangulasi


Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka
dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu
mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus,
akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan
distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang
terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.

2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat
hernia. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit.
Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan di usus,
hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik
tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan
pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas
sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu
kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari
adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala
permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar
terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut
bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada
tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat
sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut.
Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena
bagian ini mudah membesar.

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan
difus, dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar
dan tidak terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses
inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut.
Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat
menyerupai obstruksi usus sederhana.

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan
radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus
menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami
dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan
adanya obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah
jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon
(dengan colok dubur dan barium in loop) untuk mencari penyebabnya.
Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan
diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya
dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil
laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum amilase sering didapatkan.  Leukositosis menunjukkan
adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50%
obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.
Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah
mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

2) Radiologis
Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance. Posisi
setengah duduk  atau LLD: tampak step ladder  appearance atau cascade.
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid
level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu
obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada
obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
a) Foto polos abdomen 3 posisi :
- Ileus obstruktif letak tinggi
Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling
distal di iliocaecal junction) dan kolaps usus di distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan
muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Tampak air fluid level
pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus
yang terdistensi.

Gambar 1. Gambaran Herring bone appearance


- Ileus obstruktif letak rendah
Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di
kolon) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus
halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan
menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta. Gambaran penebalan usus besar yang juga
distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level
pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus
yang terdistensi dan air fluid level panjang-panjang di kolon.

Gambar 6. Gambaran air fluid level

b) CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam


pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan
lokasi dari obstruksi.
c) USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab
dari obstruksi.
2.7 Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan,
terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus
di rawat di rumah sakit.
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan
memonitor tanda – tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT
digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.
Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul
dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama
laparotomy.
a. Persiapan Operasi
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan
keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.
b. Operasi
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama
laparotomi. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila terjadi:
- Strangulasi
- Obstruksi lengkap
- Hernia inkarserata
- Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan
NGT, infus, oksigen dan kateter).
c. Pasca Operasi
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam
keadaan paralitik. Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi
kolon yang mengalami obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan kedua
adalah pemotongan bagian yang mengalami obstruksi.
Persiapan sebelum operasi sama seperti persiapan pada obstruksi usus
halus, operasi terdiri atas proses sesostomi dekompresi atau hanya kolostomi
transversal pada pasien yang sudah lanjut usia. Perawatan sesudah operasi
ditujukan untuk mempersiapkan pasien untuk menjalani reseksi elektif kalau
lesi obstruksi pada awalnya memang tidak dibuang.
BAB III
KESIMPULAN

Ileus obstruktif merupakan keadaan tersumbatnya lumen usus yang


mengakibatkan isi lumen saluran cerna tidak dapat disalurkan ke anus. Obstruksi
ileus diklasifikasikan berdasarkan lokasi obstruksinya (Ileus obstruktif letak tinggi
dan Ileus obstruktif letak rendah), berdasarkan tipe sumbatannya (Simple obstruction
dan Obstruksi strangulasi), berdasarkan etiologinya (Lesi ekstraluminal lesi intrinsik ,
obstruksi intraluminal), dan berdasarkan stadiumnya (Obstruksi sebagian, Obstruksi
sederhana, dan Obstruksi strangulasi). Penyebab Ileus obstruksi antara lain adalah
Hernia inkarserata Non hernia inkarserata meliputi perlekatan usus, Askariasis,
Volvulus, Tumor, Batu empedu yang masuk ke ileus. Gejala utama dari ileus
obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa
buang air besar (obstipasi). Diagnosis Ileus obstruktif dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan radiologis berupa foto
polos abdomen, CT scan dan USG. Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi
bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi, serta tindakan Operasi
dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief, Muhamad, et al. 2020. Ileus Obstruktif : Case Report. Jurnal Medical
Profession (MedPro) Vol.2 No.1. Medical Profession Program, Faculty of
Medicine, Universitas Tadulako Palu.
2. Wahyudi, Alfi, et al. 2020. Angka Kejadian Ileus Obstruktif pada Pemeriksaan
BNO 3 Posisi di RSUD Abdul Moeloek. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Vol. 11 No.1.
3. Nisa, Syeila Ainun, et al. 2021. Differences Characteristics of Partial Bowel
Obstruction and Total Bowel Obstruction in Ileus Patients at Dr. Soegiri
Lamongan Hospital. Magna Medika Research Article.
4. Dewi, Kezia Febiola Putri. 2020. Karakteristik Ileus Obstruktif di RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2018. Makassar : Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin.
5. Sembiring, Susi. 2017. Laporan Kasus Anasteri pada Kasus Ileus Obstruksi
dengan Teknik ‘Rapid Sequence Intubation (RSI)’. Nommensen Journal of
Medicine, Vol. 3 No.2.

Anda mungkin juga menyukai