TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ileus obstruksi adalah hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh
obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik (Pajajaran et al., 2016).
Ileus obstruksi adalah suatu keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar
usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Rilianti dan Oktarlina, 2017).
B. Epidemiologi
Setiap tahunnya, setiap 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosis ileus. Obstruksi usus sering disebut juga ileus obstruksi yang
merupakan kegawatan dalam bedah abdomen yang sering dijumpai. Ileus
obstruksi merupakan 60-70% seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appenditis akut. Di Amerika diperkirakan sekitar 300-400 ribu kasus tercatat
tiap tahunnya sedangkan di Indonesia tercatat 7.059 kasus yang dirawat inap
dan 7.024 kasus rawat jalan pada 2004 (Pajajaran et al., 2016).
Hasil penelitian Markogiannakis, dkk (2001-2002), insiden rate
penderita penyakit ileus obstruksi yang dirawat inap sebesar 60% di Rumah
Sakit Hippokratian, Athena di Yunani dengan rata-rata pasien berumur antara
sekitar 16-98 tahun dengan rasio perbandingan perempuan lebih banyak
daripada laki-laki, yaitu 3 : 2 (Pasaribu, 2012).
Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik
sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus
strangulasi (63%). Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang
sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus
terbanyak. Sekitar 44% dari obstruksi mekanik usus (ileus obstruksi)
disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi. Adhesi pasca
3
4
operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai akibat
insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya (Indrayani, 2013).
Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali
operasi intra-abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari
sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang
penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab
terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75% (Indrayani,
2013).
C. Etiologi
Menurut Wibisono dan Jeo (2014), etiologi ileus obstruksi dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Ekstraluminal: hernia, karsinoma, adhesi (perlengketan), dan abses.
2. Intrinsik dinding usus: tumor primer, malrotasi, chron disease, infeksi
(seperti TB dan divertikulitis), hematoma, striktur iskemik, intususepsi,
dan endometriosis.
3. Intraluminal: batu empedu, enterolith, benda asing, bezoar (massa yang
terperangkap di dalam saluran cerna), dan impaksi fekal.
D. Klasifikasi
Menurut Soetikno (2011), ileus dibagi menjadi dua, yaitu ileus
fungsional dan ileus obstruksi (mekanik). Ileus fungsional dibagi menjadi dua
lagi, yaitu ileus lokal (sentinel loop) dan ileus generalisata (ileus paralitik).
Ileus obstruksi dibagi menjadi dua lagi, yaitu ileus obstruksi letak tinggi (usus
halus) dan ileus obstruksi letak rendah (kolon).
Menurut Indrayani (2013), berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus
obstruksi atau ileus mekanik dibedakan menjadi 2, antara lain:
1. Ileus obstrukti letak tinggi: obstruksi mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah: obstruksi mengenai usus besar (dari ileum
terminal sampai rectum).
Menurut Indrayani (2013), bedasarkan stadiumnya, ileus obstruksi juga
dapat dibedakan menjadi 3, antara lain:
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction): obstruksi terjadi sebagian
sehingga makananmasih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction): obstruksi/ sumbatan yang tidak
dihyg sertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran
darah).
7
E. Patofisiologi
Pada awalnya akan muncul gambaran obstruksi dan kontraktilitas usus
meningkat untuk mengeluarkan isi usus melalui lokasi sumbatan. Kemudian
usus menjadi lelah, berdilatasi (melebar), dan kontraksi berkurang. Dilatasi
usus akan mengakibatkan akumulasi air dan elektrolit intralumen sehingga
terjadi dehidrasi dan hipovolemia. Sembatan di bagian proksimal dapat
disertai terjadinya hipokloremia, hipokalemia, dan alkalosis metabolik akibat
muntah. Tekanan intralumen yang meningkat dapat menyebabkan penurunan
aliran darah mukosa, iskemia yang berujung dengan perforasi dan peritonitis
(Wibisono dan Joe, 2014).
F. Manifestasi Klinis
Menurut Indrayani (2013), manifestasi klinis ileus obstruksi adalah
sebagai berikut.
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi,
artinya disertaidengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di
dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering
dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin
distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada
8
3. Obstruksi di kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri
akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan
terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis.
Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri.
Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit.
Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah
refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan
tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan
sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi
dandindingnya yang lebih tipis.
Pada pemeriksaan fisik akan menunjukkan distensi abdomen dan
timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan
terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
9
G. Diagnosis
Diagnosis ileus obstruksi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang (Pajajaran et al., 2016).
1. Anamnesis
Pada ileus obstruksi, hal yang penting selain menyingkirkan
diagnosis ileus paralitik adalah menentukan sifat obstruksi (parsial atau
komplit), identifikasi lokasi dan gangguan anatomi yang mendasari.
Keluhan umum pasien yaitu distensi abdomen, nyeri atau rasa tidak
nyaman di perut, keluhan tersebut sering berhubungan dengan obstipasi
dan mual atau muntah. Pasien dengan obstruksi usus proksimal
umumnya mengeluh kembung dan distensi. Nyeri khas pada obstruksi
yaitu rasa seperti tertekan yang tumpul, atau seperti diremas dengan
periode eksaserbasi kram dan gelombang yang muncul secara bergantian.
Nyeri pada obstruksi usus halus menjalar ke area periumbilikal, derajat
nyeri cukup berat dan bersifat kolik. Sedangkan nyeri pada obstruksi
kolon terlokalisasi sedikit di bawah umbilikus, sedangkan pada lesi distal
biasanya mengalami nyeri yang lebih terlokalisasi pada abdomen kiri
bawah (Dairi et al., 2016).
Beberapa pasien mengeluh adanya borborigmi, atau gerakan usus
yang dapat dilihat. Pada pasien dengan obstruksi pada outlet gaster,
muntah akan bersifat asam dan tidak mengandung cairan bilier.
Sedangkan pada obstruksi usus halus, muntah mengandung cairan bilier,
terasa pahit dan dapat berbau feses. Ketika terjadi obstruksi komplit,
maka pasien tidak dapat flatus ataupun buang air besar. Selain
menanyakan mengenai keluhan yang dirasakan oleh pasien, kita juga
perlu mengetahui riwayat gejala gastrointestinal sebelumnya, adanya
penyakit lain, trauma atau operasi sebelumnya dan penggunaan obat-
obatan (Dairi et al., 2016).
2. Pemeriksaan fisik
10
3. Pemeriksaan penunjang
Menurut Pajajaran et al. (2016), untuk kasus tertentu dilakukan
foto polos tiga posisi, yaitu posisi terlentang (supine), tegak dan miring
ke kiri (left lateral decibitus). Biasanya posisi demikian dimintakan
untuk memastikan adanya udara bebas yang berpindah-pindah bila difoto
dalam posisi yang berbeda. Untuk menegakkan diagnosa secara
radiologis pada ileus obstruksi dilakukan foto abdomen. Yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain:
a. Posisi terlentang (supine)
Gambaran yang diperoleh yaitu dilatasi usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan
11
(a) (b)
Sumber: Pajajaranet al., 2016
Gambar 2.3: (a) Ileus Obstruksi Letak Tinggi; (b) Ileus Obstruksi
Letak Rendah
Tabel 2.1: Perbedaan Ileus Obstruksi Letak Rendah dan Ileus Obstruksi
Letak Tinggi
ILEUS OBSTRUKSI LETAK ILEUS OBSTRUKSI LETAK
RENDAH TINGGI
Karakteristik Lebih jarang ditemukan Disebut juga obstruksi dinamik
dibandingkan obstruksi usus karena usus berusaha untuk
kecil melewati sumbatan
Penyebab paling sering dari fisik.Penyebabnya dibagi
obstruksi mekanik adalah menjadi intraluminal
keganasan. Biasanya terdapat di (neoplasma, intussusepsi, dan
distal dari kolon desenden. benda asing); mural (neoplasma
Penyebab lain meliputi hernia, dan striktur) atau ekstrinsik
volvulus, intussusepsi, (adhesi, hernia, volvulus dan
divertikulitis, iskemia atau neoplasa).
kolitis yang diinduksi radiasi. Seiring waktu, mulai dari titik
Obstruksi lebih sering terjadi obstruksi ke proksimal, usus
pada orang lanjut usia. halus akan berdilatasi akibat
Jika katup ileosekal berfungsi udara yang tertelan dan cairan
baik, terjadi obstruksi putaran yang secara terus menerus
tertutup yang menyebabkan diproduksi oleh lambung,
gangguan perfusi dan iskemia. pankreas, sistem bilier dan usus
Perforasi terjadi jika obstrusi halus itu sendiri.
tidak membaik. Peristaltik akan tetap berlanjut
dan bahkan meningkat sebagai
usaha untuk mengatasi
obstruksi. Hal ini menyebabkan
mulai dari titik obstruksi ke
distal, gelombang peristaltik
akan mengosongkan udara dan
isi usus lainnya.
Jika obstruksi sudah
berlangsung cukup lama, maka
udara di rektum dan kolon
sigmoid akan menghilang.
Penyebab ileus obstruksi letak
tinggi antara lain adhesi pasca
pembedahan, keganasan, hernia,
ileus akibat sumbatan oleh batu
empedu, intussusepsi, dan
inflammatory bowel disease.
Pseudo-obstruksi biasanya
memiliki gejala dan tanda
obstruksi tanpa ditemukan
penyebab apa pun. Berhubungan
dengan berbagai kondisi medis.
16
Gambaran Foto polos abdomen: Foto polos Foto polos abdomen: Usus halus
Radiologi abdomen seringkali diagnostik. dibedakan dari usus besar dari
Usus besar akan terlihat valvula conniventes yang
berdilatasi di perifer (gambaran melintas usus secara komplit.
picture frame). Perlu dicatat Petunjuk lain adalah lokasinya
bahwa pola haustra tidak (sentral atau marginal). Terdapat
melintasi seluruh penampang juga lengkungan yang
kolon. Hal ini berbeda dengan berdilatasi pada usus yang
valvula conniventes di usus terletak di sentral yang saling
halus. menempel satu sama lain (step
Lengkungan usus halus yang ladder appearance) pada
berdilatasi terlihat pada keadaan obstruksi usus halus distal.
katup ileosekal yang Bandingkan dengan diameter
inkompeten. lekukan usus yang didekatnya
Distensi sekum >8cm (normal <3cm). Udara dalam
meningkatkan kemungkinan kolon biasanya jarang atau tidak
terjadinya perforasi sekum. ada sama sekali. Pada foto
Gambaran air fluid level tegak, terdapat gambaran air
biasanya sedikit, karena kolon fluid level multipel (>3). Berhai-
17
Terlentang Berdiri
Sumber: Palmer et al., 2014
Gambar 2.4: Gambaran Obstruksi Usus Halus yang Khas pada Posisi
Berdiri Terlihat Beberapa Air Fluid Level
18
(a) (b)
Sumber: Palmer et al., 2014
Gambar 2.5: (a) Obstruksi Usus Halus Bagian Tengah; (b) Obstruksi
Usus Halus Bagian Bawah. Ini merupakan Gambaran
Khas Usus Halus yang Dilatasi Bila Penderita Berbaring
Keterangan:
Colon sigmoid yang dilatasi amat besar ini terjadi karena adanya volvulus.
Usus amat teregang sehingga pola haustra yang normal menghilang.
Volvulus colon sigmoid merupakan jenis obstruksi usus besar yang sering
dijumpai: bagian yang teregang naik dan keluar dari pelvis, sering dengan
suatu striktur, yang terlihat dan akhirnya seluruh colon dilatasi.
Keterangan:
Pada stadium ini, colon transversum tetap normal (di sini terlihat di atas colon
sigmoid yang amat besar). Tidak terdapat gas di dalam pelvis di bawah
obstruksi.
H. Diagnosis Banding
Pada ileus paralitik, nyeri yang timbul lebih ringan tapi konstan dan
difus serta terdapat distensi abdomen. Bila ileus disebabkan oleh proses
inflamasi akut akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut.
Gastroenteritis akut, apendisitis akut, pankreatitis akut dapat menimbulkan
keluhan yang serupa (Wibisono dan Joe, 2014).
I. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan ileus obstruksi adalah dekompresi
bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan
operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi
adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan
(adhesi). Penderita ileus obstruksi harus di rawat di rumah sakit (Indriyani,
2016).
1. Persiapan
Menurut Wibisono dan Joe (2014), persiapan meliputi:
a. Pemasangan pipa lambung dengan tujuan mengurangi gejala klinis
seperti muntah, mencegah terjadinya aspirasi dan melakukan
dekompresi.
b. Resusitasi cairan dan elektrolit dengan cairan isotonik dilakukan
untukperbaikan keadaan umum.
c. Pemasangan kateter urin dilakukan untuk monitor produksi urin.
d. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan bila ditemukan tanda infeksi.
21
2. Operasi
Laparotomi dan eksplorasi untuk menentukan viabilitas usus
setelah pelepasan strangulasi. Laparoskopi dapat dipertimbangkan pada
kondisi distensi minimal, sumbatan proksimal, dan sumbatan parsial
(Wibisono dan Joe, 2014).
3. Pasca-bedah
Cairan, elektrolit, dan nutrisi perlu diperhatikan karena keadaan
usus masih paralitik (Wibisono dan Joe, 2014).
J. Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat
ileus obstruktif. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang
mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus
yang mengalami perforasi mungkin mengalami perforasi dan mengeluarkan
materi tersebut ke dalam rongga peritoneum yang menyebabkan peritonitis.
Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi, bakteri dapat melintasi usus
yang permeable tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan
getah bening dan mengakibatkan syok septik. Komplikasi lain yang dapat
timbul antara lain syok hipovolemia, abses, pneumonia aspirasi dari proses
muntah dan dapat menyebabkan kematian (Pasaribu, 2012).
Hilangnya cairan dan elektrolit dapat sangat berat, dan apabila tidak
dilakukan terapi penggantian cairan, maka dapat terjadi hipovolemi,
insufisiensi renal dan bahkan syok. Komplikasi yang paling berbahaya dari
obstruksi intestinal akut adalah “closed-loop” obstruction yang terjadi ketika
lumen usus mengalami oklusi pada dua titik yang disebabkan satu mekanisme
misalnya hernia fasial atau pita adhesi. Pada komplikasi tersebut, aliran darah
juga terhambat. Pada kolon, walaupun aliran darah tidak terhambat oleh
karena adanya mekanisme obstruksi, namun distensi pada sekum menjadi
sangat ekstrim oleh karena diameternya yang besar, akibatnya, aliran darah
22
intramural dapat terganggu pula dan pada akhirnya terjadi gangren pada
dinding sekum. Setelah terjadi hambatan aliran darah maka sebagai akibatnya
terjadi invasi bakteri dan dapat pula timbul peritonitis. Sama halnya dengan
ileus paralitik, efek sistemik yang disebabkan distensi adalah elevasi
diafragma dengan ventilasi yang terhambat dan selanjutnya ateletaksis (Dairi
et al., 2016).
K. Prognosis
Mortalitas ileus obstruksi ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda
ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif
yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada
obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus
(Indrayani, 2013).