Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS OSTRUKTIF

DI RUANG BEDAH

DISUSUN OLEH :
TARSIYAH
NIM. C03119128

DISUSUN OLEH :
YULIANTI YUNUS
NIM. C03119130

MENGETAHUI

PRESEPTOR AKADEMIK TTD:

Ns. Abdul Wahab Pakaya MM, M.Kep

TANGGAL PENGGUMPULAN 1. Tgl :


2. Tepat Waktu
3. Terlambat

SARAN PRESEPTOR AKADEMIK

Ns. Abdul Wahab Pakaya MM, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ILEUS OBSTRUSI
A. KONSEP DASAR MEDIS
I. Definisi
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus
tidak dapat melewati saluran gastrointestinal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan (Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus
dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses (Nurarif & Kusuma, 2015).
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi
usus terdiri dari akut dan kronik, partial atau total. (Price & Wilson,
2007).  Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma
dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai
usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita
ingin tetap hidup.
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
      1.      Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses
      2.      Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin
seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
parkinson.
II. Klasifikasi
1) Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a. Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena
atresia usus dan neoplasma
b. Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi,
dan volvulus (Pasaribu, 2012).
2) Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :

a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus


b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).

3) Menurut etiologinya

Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:

a. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi


(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.

b. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena


kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi

c. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di


dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).

4) enurut stadiumnya ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3


berdasarkan stadiumnya, antara lain :

a. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian


sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
b. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang
tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan
aliran darah).
c. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).
III. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1) Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)

2) Non hernia inkarserata, antara lain :

a. Adhesi atau perlekatan usus


Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen
dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan
ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat
diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan
Rontgen dengan pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan
makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi (Indrayani,2013).
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker
yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi
organorgan tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri
distal (Indrayani,2013).
IV. Manifestasi Klinis
1) Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2) Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
3) Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri
tekan abdomen.
4) Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
5) Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007)
V. Patofisiologi
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus
adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau non mekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi
paralitik peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi
mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya
hilang.Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap
hari.Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon.
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya
lumen usus yang tersumbat, ini  menjadi tempat perkembangan bakteri
sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan).
Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal
usus.Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen.Hal ini dapat
meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi
air dan elektrolit di peritoneal.Dengan peningkatan permeabilitas dan
ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum
mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah.Akumulasi gas
dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga
terjadi distensi abdomen.Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang
mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke
usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus. Pada usus yang
mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan
bakteri dan toksin  sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforasi akan
menyebabkan bakteri masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan
peritonitis.
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan
fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra
lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde
peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak
ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik.Kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga
darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh
sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal.
Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob
yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic.
Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan
infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan
hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi
hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi
HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic. (Price &Wilson, 2007)
VI. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan
usus.
d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.
( Brunner and Suddarth, 2002 ) 
VII. Komplikasi
Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada
selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri
dalam dalah (bakteremia).
1) Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume
cairan.
2) Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga
perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
3) Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
4) Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
5) Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
6) Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
7) Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik
VIII. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadangkadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit (Nurarif& Kusuma, 2015).
1) Persiapan Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi).
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan
elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum
tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau
2) karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif
(Nurarif& Kusuma, 2015).
3) Operasi Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan
organorganvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling
sering dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan
bedah dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia
inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatankonservatif
(dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter) (Nurarif &
Kusuma, 2015).
4) Pasca Bedah Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam
hal cairan danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal
dan harus memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca
bedah usus pasien masih dalamkeadaan paralitik (Nurarif & Kusuma,
2015).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan :
c. Keluhan utama :
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku
d. Riwayat kesehatan sekarang :
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan, Tanda : Napas pendek dan
dangkal
3. Pemeriksaan Diagnostic
a. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
b. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
c. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
d. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
e. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
f. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi
barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat
tempat dan penyebab.
g. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012).
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Gangguan Mobilitas Fisik
c. Resiko Infeksi
5. Penyimpangan KDM
Hernia Inkaserata Non hernia inkaserata

Masuk Ke kantung Hernia adhesi/Perlekatan usus

Penyempitan kantung Hernia Proses inflamasi intraabnormal

Obstruksi ileus(Sumbatan usus)

Kram pada abdomen ragsangan

Iskemik dinding usus pertonial infasi kuman

Merangsang medulla oblongata perdangan P. jumlah leukosit

Pengeluaran mediator kimia


Risiko Infeksi
Nyeri akut Distensi abdomen

Rupture perforasi usus

Tindakan pembedahan

Keterbatasan aktivitas
Gangguan Mobilitas
4. Rencana Tindakan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o Keperawatan ( SLKI ) ( SIKI )
( SDKI)
1. Nyeri akut ( setelah di lakukan Manajemen
D.0077) tindakan Nyeri Tindakan
berhubungan keperawatan selama Observasi :
dengan agen …x24 jam tingkat 1. Identifikasi
pencedera kimiawi nyeri menurun lokasi,
ditandai dengan Kriteria karakteristik,
Gejala Dan Tanda Hasil : durasi,
Mayor: 1. keluhan frekuensi,
Subjektif : nyeri kualitas,
Mengeluh Nyeri menurun intensitas nyeri
Objektif : 2. meringis 2. Identitas skala nyeri
1. Tampak meringis menurun 3. Identitas respons
Bersikap protektif ( 3. sikap nyeri non verbal
mis. Waspada, produktif 4. Identitas faktor
posisi menghindari menurun yang
nyeri 4. gelisah menurun memperberat
2. Gelisah 5. kesulitan dan
3. Frekuensi nadi tidur memperingan
meningkat menurun nyeri
4. Sulit tidur 6. berfokus 5. Identifikasi
Gejala Dan Tanda pada diri pengetahuan dan
Minor sendiri keyakinan tentang
Subjektif : - menurun nyeri
Objektif : 7. perasaan 6. Monitor efek
1. Tekanan darah depresi samping
meningkat (tertekan) penggunaan
2. Pola napas 8. perasaan takut analgetik.
berubah mengalami Terapeutik
3. Nafsu makan sederah 1. Berikan teknik
berubah berulang nonfarmakologi untuk
4. Proses menurun mengurangi rasa nyeri
berfikir 9. muntah menurun (mis. Tens, hypnosis,
terganggu 10. mual menurun akupresur, terapi
5. Menarik diri 11. frekuensi musik, biofeedblack,
6. Berfokus pada nadi terapi pijat,
diri sendiri membaik aromaterapi, teknik
Diaforesis 12. tekanan imajinasi terbimbing,
darah kompres hangat/dingin,
membaik terapi bermain. )
13. proses 2. Kontrol lingkungan
perpikir yang memperberat rasa
membaik nyeri (mis. Suhu
14. fokus membaik lingkungan,
15. perilaku pencahayaan,
membaik kebisingan)
16. nafsu 3. Fasilitas istrahat dan
makan tidur
membaik 4. Pertimbangkan jenis
17. pola tidur dan sumber nyeri
membaik dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. GANGGUAN Setelah di lakukan Dukungan Ambulasi
MOBILITAS tindakan Tindakan
FISIK keperawatan selama Observasi
(D.0054) …x24 jam 1. Identifikasi adanya
berhubungan mobilitas fisik nyeri atau keluhan
dengan nyeri membaik dengan fisik lainnya
ditandai dengan Kriteria Hasil : 2. identifikasi toleransi
Gejala dan Tanda 1. Pergeraka fisik melakukan
Mayor n ambulasi
Subjektif ekstremita 3. monitor frekuensi
1. menggeluh s jantung dan tekanan
sulit meningkat darah sebelum
menggerakkan 2. Kekuatan memulai ambulasi
4. monitor kondisi
ekstremitas otot umum selama
Objektif meningkat melakukan
1. kekuatan otot 3. Rentang ambulasi
menurun gerak (ROM) Terapeutik
2. Rentang gerak meningkat 1. fasilitasi melakukan
(ROM) menurun 4. Nyeri menurun mobilitas fisik jika
Gejala dan Tanda 5. Kecemasa perlu
minor n 2. libatkan keluarga
Subjektif menururn untuk membantu
1. nyeri saat 6. Kaku pasien dalam
bergerak sendi meningkatkan
2. enggan menurun ambulasi
melakukan 7. Gerekan Edukasi
pergerakan tidak 1. Jelaskan tujuan dan
3. merasa cemas terkoordinasi prosedur ambulasi
saat bergerak menurun 2. anjurkan melakukan
Objektif 8. Gerakan ambulasi dini
1. Sendi kaku terbatas 3. ajarkan ambulasi
gerakkan menurun sederhana yang harus
9. Kemahan fisiki dilakukan (mis.
menurun Berjalan dari tepat
tidur ke kursi roda dan
berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
3. Risiko infeksi setelah di lakukan Pencegahan
(D.0142) dibuktikan tindakan infeksi
dengan keperawatan selama Tindakan
Faktor Risiko …x24 jam Tingkat Observasi
1. penyakit kronis Infeksi menurun 1. Monitor tanda gejala
2. efek prosedur dengan Kriteria infeksi local dan
invasive Hasil : sistemik
3. malnutrisi 1. kebersiha Terapeutik
4. peningkatan n tangan 1. Batasi
paparan meningka jumlah
organism t pengunju
pathogen 2. kebersihan ng
lingkungan badan meningkat 2. Berikan perawatan
5. ketidakadekutan 3. demam menurun kulit pada area
pertahanan 4. kemeraha edema
tubuh primer n 3. Cuci tangan sebelum
6. gangguan menurun dan sesudah kontak
peristaltic 5. nyeri menurun dengan pasien dan
7. perubahan 6. bengkak lingkungan pasien
sekresi pH menurun 4. Pertahankan
8. sebelum 7. cairan berbau teknik aseptic
waktunya busuk pada pasien
9. statis cairan menurun beresiko tinggi
tubuh 8. periode Edukasi
10. ketidakadekuata malaise 1. Jelaskan tanda dan
n pertahan tubuh menurun gejala infeksi
sekunder : 9. periode 2. Ajarkan cara
1) penurunan menggigi mencuci tangan
hemoglobin l dengan benar
2) imununosupre menurun 3. Ajarkan cara
si 10. letargi menurun memeriksa kondisi
3) leucopenia 11. gangguan luka atau luka
supresi respon kognitif operasi
inflamas menurun 4. Anjurkan
12. kadar sel meningkatkan
darah putih asupan nutrisi
membaik 5. Anjurkan
13. kultur meningkatkan
urine asupan cairan
membaik Kolaborasi
14. kultur area 1. kolaborasi pemberian
luka membaik antibiotik, jika perlu
15. kultur
feses
membaik
16. nafsu
makan
membaik
DAFTAR PUSTAKA

asaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Sumatera


Utara: Sumatera Utara (jurnal)
Dewan Pengurus Pusat PPNI. Jakarta Sel.
Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksan Ileus Obstruktif.
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 2. Media
Action : Yogjakarta.

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.

Uniiversitas Ud Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-


2010.Universitas ayana : Denpasar (jurnal)
Tim Pokja SDKI, DPP PPNI 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SIKI, DPP PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SLKI, DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai