Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL

DISUSUN OLEH :
YULIANTI YUNUS
NIM. C03119130

MENGETAHUI

PRESEPTOR AKADEMIK TTD:

Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM, M.Kep

TANGGAL PENGGUMPULAN 1. Tgl :


2. Tepat Waktu
3. Terlambat

SARAN PRESEPTOR AKADEMIK

Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL GINJAL

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Gagal ginjal adalah penyakit dimana terjadi penurunan fungsi ginjal. Ginjal menjadi
salah satu organ penting dalam tubuh. Organ ini berfungsi untuk menyaring limbah dan
kelebihan cairan dari darah sebelum dibuang melalui cairan urine. Ginjal mengirimkan racun
ke kandung kemih yang kemudian akan dikeluarkan tubuh melalui urine saat buang air kecil.
Penyakit gagal ginjal dapat menyerang semua usia. Seseorang yang menderita
penyakit ini akan kehilangan kemampuan untuk menyaring zat sisa dari darah dengan baik.
Kebanyakan dari penderita tidak menyadari munculnya penyakit tersebut. Maka dari itu,
penting untuk mengetahui gejala atau tanda-tanda munculnya penyakit gagal ginjal.
Ginjal merupakan organ tubuh yang memiliki peranan penting dalam mengatur
volume dan komposisi cairan tubuh, mengeluarkan banyak obat-obatan dan produk-produk
limbah dari proses metabolisme sehingga rentan terhadap efek samping obat.Ginjal yang
mengalami penurunan fungsi menyebabkan akumulasi obat dan metabolit aktif, dan
terkadang dapat menyebabkan nefrotoksisitas. Berdasarkan beberapa peranan penting ginjal
tersebut, perhatian yang besar menyangkut pemilihan dan penyesuaian dosis obat sangat
diperlukan agar fungsi ginjal tetapbaik.Sebagian besar obat yang larut dalam air akan
dikeluarkan dalam bentuk utuh dengan jumlah tertentu melalui ginjal, sehingga butuh
penyesuaian dosis yang cermat apabila obat diresepkan pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal terutama untuk obat-obat yang memiliki indeksterapi sempit.
2. Klasifikasi Gagal Ginjal
a) Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul secara tiba-tiba dan
penurunan volume urin secara cepat. Laju filtrasi glomerulus dapat menurun secara
tiba-tiba sampai dibawah 15 mL/menit. Penyakit ini mengakibatkan peningkatan kadar
serumurea, kreatinin,dan bahan lain. Gagal ginjal akut bersifat reversibel, namun
secara umum tingkat kematian pasien tinggi.
b) Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronis ditandai dengan berkurangnya fungsi ginjal secara
perlahan, berkelanjutan, tersembunyi, dan bersifat irreversible
3. Etiologi
1) Penyebab gagal ginjal prerenal
a. Hipovolemia (volume darah yang rendah) karena kehilangan darah
b. Dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh
(misalnya, muntah , diare , berkeringat, demam )
c. Asupan cairan kurang
d. Obat, misalnya, diuretik (water pills) dapat menyebabkan kehilangan air
yang berlebihan
e. Aliran darah yang abnormal ke dan dari ginjal karena penyumbatan arteri atau
vena ginjal
2) Penyebab gagal ginjal renal
a. Sepsis : sistem kekebalan tubuh yang kalah melawan infeksi sehingga infeksi
menyebar ke seluruh tubuh termasuk menyebabkan peradangan dan kerusakan
ginjal. Hal ini biasanya tidak terjadi pada infeksi saluran kemih .
b. Obat-obatan: Beberapa obat bersifat racun bagi ginjal, termasuk nonsteroidal
anti-inflamasi (NSID) seperti ibuprofen dan naproxen . Obat lainnya yang
berpotensi meracuni ginjal (nefrotoxic) diantaranya antibiotik aminoglikosida
seperti [gentamisin (Garamycin), tobramycin], lithium (Eskalith, Lithobid), obat
yang mengandung yodium contohnya zat kontras yang disuntikkan pada tubuh
sebelum dirongsen.
c. Rhabdomyolysis: Ini adalah situasi di mana ada kerusakan otot yang signifikan
dalam tubuh, dan serat otot yang rusak menyumbat sistem penyaringan ginjal. ini
dapat terjadi karena truma, luka parah, dan luka bakar. Beberapa obat yang
digunakan untuk mengobati kolesterol tinggi dapat menyebabkan rhabdomyolysis.
d. Multiple myeloma
e. Glomerulonefritis akut atau peradangan pada glomeruli, sistem penyaringan
ginjal. Banyak penyakit dapat menyebabkan peradangan ini termasuk lupus
eritematosus sistemik (SLE) , Wegener granulomatosis , dan sindrom
Goodpasture.
3) Gagal ginjal postrenal
a. Obstruksi atau penyumbatan kandung kemih atau ureter misalnya karena batu
ginjal dapat menyebabkan tekanan balik ke ginjal karena ginjal terus
menghasilkan urin, sedangkan terbendung di bagian bawahnya. Ketika tekanan
meningkat cukup tinggi, ginjal akan rusak dan bisa mati.
b. Hipertrofi prostat atau kanker prostat dapat menghalangi urethra sehingga urin
pada kandung kemih tidak dapat mengalir melalui kencing.
c. Tumor di perut yang mengelilingi dan menghalangi ureter.
d. Batu ginjal. Biasanya, batu ginjal mempengaruhi hanya satu ginjal dan tidak
menyebabkan gagal ginjal
4. Manifestasi klinis
a. Jumlah dan frekuensi urine berkurang.
b. Pembengkakan pada tungkai akibat penumpukan cairan.
c. Tubuh mudah lelah.
d. Sesak napas.
e. Gangguan irama jantung.
f. Nyeri atau sensasi tertekan di dada.
g. Napas berbau tidak sedap.
h. Muncul ruam atau rasa gatal di kulit
i. Nafsu makan menurun
j. Mual dan muntah
k. Demam
l. Sakit di perut dan punggung
m. Nyeri atau pembengkakan pada sendi
n. Tremor di tangan
o. Kejang
p. Koma
5. Patofisiologi
Terdapat tiga kategori ARF (Acute Renal Failure) atau gagal ginjal akut, yaitu
prerenal, renal dan postrenal dengan mekanisme patofisiologi berbeda.
a. Prerenal
Prerenal ditandai dengan berkurangnya pasokan darah ke ginjal Penyebab
umumnya yaitu terjadinya penurunan volume intravaskular karena kondisi seperti
perdarahan, dehidrasi, atau hilangnya cairan gastrointestinal.
Berkurangnya curah jantung misalnya gagal jantung kongestif atau
infarkmiokard dan hipotensi juga dapat mengurangi aliran darah ginjal yang
mengakibatkan penurunan perfusi glomerulus dan prerenal ARF.
Penurunan aliran darah ginjal ringan sampai sedang mengakibatkan tekanan
intraglomerular yang disebabkan oleh pelebaran arteriola aferen (arteri yang memasok
darah ke glomerulus), penyempitan arteriola eferen (arteri yang membawa darah dari
glomerulus), dan redistribusi aliran darah ginjal ke medula ginjal. Fungsional ARF
terjadi ketika mekanisme adaptif terganggu dan hal tersebut sering disebabkan oleh
obat-obatan, antara lain: NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drug) merusak
dilasimediator prostaglandin dari arteriola aferen. ACEI (Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor) dan ARB (Angiotensin Receptor Blocker) menghambat angiotensin
II dimediasi oleh penyempitan arteriola eferen. Siklosporin dan takrolimus terutama
dalam dosis tinggi merupakan vasokonstriktor ginja lyang poten. Semua agen
tersebut dapat mengurangi tekanan intraglomerular dengan penurunan GFR
(Glomerular Filtration Rate).
b. Renal
Gagal ginjal intrinsik disebut juga sebagai intrarenal ARF disebabkan oleh
penyakit yang dapat mempengaruhi integritas tubulus, pembuluh glomerulus,
interstitium, atau darah. ATN (Acute Tubular Necrosis) merupakan kondisi
patofisiologi yang dihasilkan dari obat (amino glikosida atau amfoterisin B) atau
iskemik terhadap ginjal.
c. Post Renal
Postrenal terjadi karena obstruksi aliran kemih oleh beberapa sebab, antara
lain: hipertrofiprostat jinak, tumor panggul, dan pengendapan batu ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan Penurunan fungsi ginjal
a. Ureum Kreatinin
b) Identifikasi Etiologi Gagal Ginjal
a. Analiasa Urin rutin
b. Mikrobiologi Urine
c. Kimia Darah
7. Komplikasi
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis
c. Hipertensi
d. Anemia
e. Penyakit tulang
8. Penatalaksanaan
a) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
b) Dialisis
c) Transplantasi ginjal
d) Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk
terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat
yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia
B. konsep Dasar Keperawatan
1) Pengkajian
1. Pengkajian
2. Identitas klien
3. Identitas Penanggung jawab
4. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Kebiasaan buruk : Menahan BAK, Minum bersoda
c. Pembedahan
5. Riwayat Kesehatan sekarang
Keluhan utama : Nyeri, pusing, mual,muntah
6. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a. Kulit dan membrane mukosa
catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluarankeringat. Kulit dan membrane mukosa
yang pucat, indikasi gannguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tekstur kulit
tampak kering. Penurunan turgor merupakan indikasi dehidrasi, Edema, indikasi
retensi dan penumpukan cairan
b. Mulut
Stomatitis, nafas bau ammonia
c. Abdomen
Klien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau pembengkakan,
kulit mengkilap atau tegang
d. Meatus urimary
Laki – laki posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai sarung
tangan untuk membuka Meatus urinary.
Wanita : Posisi dorsal rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai sarung
tangan
2) Palpasi
a. Ginjal
b. Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal
untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena
akan merusak jaringan
a) Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
b) Letakan tangan kiri di bawah abdomen antara tulang iga dan spina iliaka.
Tangan kanan di bagian atas. Ketika mengkilap dengan tegang, indikasi
retensi cairan atau ascitas, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Bila
kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan indikasi infeksi. Jika terjadi
pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal
yang serius. Pembesaran kedua ginjal indikasi polisistik ginjal.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal
kronik. Ketidaksimetrisan ginjal maka indikasi infeksi
c) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas
d) Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang lainya
c. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat di palpasi, kecuali terjadi distensi
urin.Palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus. Jika kandung
kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tans dan sensitive.
3) Perkusi
a. Ginjal
a) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa
b) Letakan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostavertebral (CVA),
lakukan perkusi di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan
dominan
c) Ulangi prosedur pada ginjal di sisi lainya. Tenderness dan nyeri pada perkusi
merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis
b. Kandung kemih
a) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi , kecuali volume urin di
atas 150 ml. jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai
stinggi umblikus
b) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu di lakukan perkusi di atas
region suprapubic
4) Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian ata sudut kontovertebral
dan kuadran kanan abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen
dan aretri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal ( stenosis
arteri ginjal) Doenges dkk (2012)

2). Penyimpangan KDM


Prerenal Renal Postrenal

Perdarahan, dehidrasi Iskemik pada ginjal Tumor prostat ginjal


panggul, pengendapan batu
ginjal, hipertropi

Gagal Ginjal

Obstruksi aliran kemih

Penurunan produksi urine

Retensi cairan Sekresi eritropoietin ketidakseimbangan ventilasi


(kelebihan asupan cairan)

CES meningkat Produksi HB menurun Edema paru, asidosis

Mentabolik tekanan kapiler Suplai O2 kejaringan Gangguan pertukaran


gas

Volume interstisial Gangguan integritas


kulit
Perfusi perifer tidak
Hipervolemia efektif
3). Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan d.d edema anasarca dan edema perifer.
2. Gangguan Pertukaran Gas b.d depresi pusat pernafasan d.d penggunaan otot bantu
nafas.
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
4. Gangguan Integritas Kulit b.d perubahan status nutrisi d.d kerusakan jaringan dan
lapisan kulit.
4). Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Hipervolemia b.d Setelah Menejemen Hipervolemia
Kelebihan asupan cairan d.d dilakukan Observasi
edema anasarka dan edema intervensi 1. Periksa tanda dan gejala
perifer keperawatan hipervolemia
Subjektif selama ……x 24 2. Identifikasi penyebab
1. Ortopnea jam hipervoemia
2. Dispnea keseimbangan 3. Monitor status
3. Paroxysmal cairan hemodinamik
4. Nocturnal meningkat 4. Monitor intake dan output
dyspnea(PND) dengan kriteria cairan
Objektif hasil: Terapeutik
1. Edema anasarka atau 1. Asupan 1. Batasi asupan cairan dan
edema perifer cairan garam
2. Berat badan meningkat meningkat 2. Tinggikan kepal dan tempat
dalam waktu singkat 2. Output urin tidur 30-40°
3. Jugular venous meningkat Edukasi
pressure(JVP) atau 3. Membran 1. Ajarkan cara mengukur dan
cental venous mukosa mencatat asupan dan haluaran
pressure(JVP) lembab cairan
4. Refleks hepato jugular Meningkat 2. Ajarkan cara membatasi
positif 4. Asupan cairan
makanan Kolaborasi
meningkat 3. Kolaborsi pemberian diuretic
5. Edema 4. Kolaborasi penggantian
menurun kehilangan kalium akibat
6. Dehidrasi diuretic
menurun Pemantaun elektrolit
7. Asites Tindakan
menurun 1. Monitor kadar elektrolit serum
8. Konfusi 2. Monitor kehilangan cairan
menurun 3. Monitor tanda dan gejala
9. Tekanan hyperkalemia
darah Terapeutik
membaik 1. Atur interval pemantauan
10. Frekuensi waktu sesuai dengan kondisi
nadi pasien.
membaik 2. Dokumentasi hasil
11. Kekuatan pemantauan.
nadi Edukasi
membaik 1. Jelaskan tujuan prosedur
12. Tekanan pemantauan
arteri rata 2. Informasikan hasil
rata pemantauan, jika perlu.
membaik
13. Mata cekung
membaik
14. Turgor kulit
membaik
15. Berat badan
membaik
2. Gangguan pertukaran gas Setelah Pemantauan Respirasi
b.d Ketidakseimbangan dilakukan Observasi
ventilasi perfusi d.d Dengan intervensi 1. Monitor
pola nafas abnormal keperawatan frekuensi,irama,kedalaman,da
Gejala dan tanda mayor selama……x 24 n upaya nafas,
Subjektif jam Gangguan 2. Monitor pola nafas(seperti
1. Dispnea Pertukaran gas bradipnea,takipnea,hiperventil
Objektif Meningkatdeng asi).
1. PCO2 meningkat / an kriteria hasil: Terapeutik
menurun 1. Tingkat 1. Atur interval pemantauan
2. PO2 menurun kesadaran respirasi sesuai kondisi pasien
3. Takikardia meningkat 2. Dokumentasikan hasil
4. Ph arteri 2. Dispnea pemantauan
meningkat/menurun menurun Edukasi
3. Bunyi nafas 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
tambahan pemantauan
menurun
4. Takikardia
menurun
5. Pusing
menurun
6. Penglihatan
kabur
menurun
7. Diaforesis
menurun
8. Gelisah
menurun
9. Nafas
cuping
hidung

3. Perfusi Perifer Tidak Setelah Perawatan sirkulasi


Efektif b.d hiperglikemia dilakukan Observasi
d.d penurunan konsentrasi intervensi 1. Periksa sirkulasi
hemoglobin keperawatan perrifer(Mis,nadi
Subjektif :- selama …x24 perifer,edema,pengisian
Objektif jam Perfusi kapiler,wana,suhu)
1. Akral teraba dingin perifer 2. Monitor
meningkat panas,kemerahan,nyeri,atau
dengan criteria bengkak pada ekstermitas
hasil: Terapeutik
1. Warna kulit 1. Hindari pemasangan infuse
pucat atau pengambilan darah
menurun diarea keterbatasan perfusi
2. Edema Edukasi
perifer 1. Anjurkan berhenti merokok
menurun 2. Anjurkan minum obat
3. Nyeri pengontrol tekanan darah
ekstremitas secara teratur
menurun
4. Gangguan Integritas Kulit Setelah Perawatan Integritas kulit
b.d perubahan status nutrisi dilakukan Observasi
d.dkerusakan jaringan dan intervensi 1. Identifikasi penyebab
lapisan kulit keperawatan gangguan integritas kulit
Subjektif : - selama…..x 24 Terapeutik
Objektif jamintegritas 1. Ubah posisi tiap dua jam jika
1. Kerusakan jaringan atau kulit dan tirah baring
lapisan kulit jaringan Edukasi
meningkat 1. Anjurkan minum air yang
dengan kriteria cukup
hasil: 2. Anjurkan meningkatkan
1. Elastisitas asupan nutrisi
Meningkat 3. Anjurkan meningkatkan
2. Hidrasi asupan buah dan sayur
Meningkat
3. Perfusi
jaringan
Meningkatr
4. Kerusakan
jaringan
meurun
5. Kerusakan
lapiasn kulit
menurun
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer dan Bare 2013 Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Bruner dan Sudart Edisi 12
Jakarta EG

Huda, Nuratif dan Hardi kusuma 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan Diagnosa
Nabda NIC NOC Jakarta Media Action

Doenges E, Marinn,dkk. (2012) Rencana asuhan keperawatan Edisi 3 jakarta EGC.

Supartondo (2011) Buku ajar ilmu penyakit dalam Jakarta : Balai penerbit FKUI

PPNI (2018) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Jakarta Edisi 1

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta Edisi 1

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jakarta Edisi 1

Anda mungkin juga menyukai