Anda di halaman 1dari 26

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari
dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka
populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya
meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan,
statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. Infeksi traktus urinarius
pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum
pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus
urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

2. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua usia mulai
dari bayi sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi ISK lebih banyak terjadi
pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan
laki-laki (Purnomo, 2014). Menurut data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25%-
35% semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK. National Kidney and Urology
Disease Information Clearinghouse (NKUDIC) juga mengungkapkan bahwa pria jarang
terkena ISK, namun apabila terkena dapat menjadi masalah serius (NKUDIC, 2012).
Infeksi saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai lebih dari 7 juta kunjungan per tahun,
dengan biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar 40% wanita akan mengalami ISK setidaknya
sekali selama hidupnya, dan sejumlah besar perempuan ini akan memiliki infeksi saluran
kemih berulang (Gradwohl, 2011).

3. ETIOLOGI
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi
bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran
kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella. Pasca operasi juga sering
terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi
jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat
memicu ISK yaitu faktor predisposisi.

4. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih
dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan
ginjal. Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan
sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang
disebut pielonefritis. ISK terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme
penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara
komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.
Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus , limfogen dan
langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi. Sebagian besar
pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK komplikasi adalah ISK yang diperburuk
dengan adanya penyakit lainya seperti lesi, obstruksi saluran kemih, pembentukan batu,
pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang
dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan saluran urin. Hal tersebut
mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan terapi yang lebih lama (Aristanti,
2015).
bakteri ( E-coli, prostat hipertropi, Hambatan pada aliran
pseudomonas,dll) neoplasma, urine, hilangnya efek
penyempitan uretra bakterisid, system imun
menurun

kontaminasi fecal, obstruksi aliran


pemakaian kateter kemih proksimal Distensi kantong kemih Nyeri
yang berlebihan akut
penimbunan cairan
pelvis dan ureter
penurunan resistensi
naiknya bakter ke VU terhadap invasi bakteri
atrofi hebat
parenkim ginjal
menyebar ke traktus
urinaris

Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran anoreksia, mual Lemas, letih dan Kurang frekuensi


gelisah
kemih dan muntah lesu informasi berkemih
meningkat

suhu tubuh
Kurang gangguan
meningkat ketidakseimbangan intoleransi Ansietas
pengetahuan retensi
nutrisi kurang dari aktivitas
urine
kebutuhan tubuh
Hipertermi
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi
saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih bawah
berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
1). Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma
uretra akut
2). laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b. Infeksi saluran kemih atas
berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
1). Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri .
2). Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa .
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
a. ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
b. ISK berkomplikasi

6. TANDA DAN GEJALA


Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah
buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil,
kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik.
Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada
penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi
rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya
positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif nitrit pada dipstick urin,
menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif tertentu (tidak gram
positif), sangat Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah indikator yang
paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada spesimen berputar) adalah 95%
sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada
kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK (M.Grabe dkk, 2015).spesifik sekitar 50% untuk
infeksi saluran kemih.
7. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum pasien saat ini:
a) kesadaran
b) ekspresi wajah
c) kebersihan secara umum
d) tanda-tanda vital
2) Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di
kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan
bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan,
tumor, maupun bekas luka.
3) Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan
gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
4) Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan
20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan
lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara
paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan.
5) Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada
pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising
usus, secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10 kali/menit

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urinalisis
a) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2) Bakteriologis
a) Mikroskopis
b) Biakan bakteri
3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5) Metode tes
a) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrits
b) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
c) Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
9. DIAGNOSIS
Anamnesis
Adanya riwayat sering ngompol, muntah, diare, gagal tumbuh, demam dengan
penyebab yang tidak jelas dapat terjadi pada anak dengan ISK. Informasi mengenai
bladder control, pola BAK dan pancaran air kencing juga penting dalam diagnosis. Gejala
poliuri, polidipsi dan penurunan nafsu makan menunjukkan kemungkinan adanya gagal
ginjal kronik, begitu pula dengan adanya gejala pancaran air kencing lemah, teraba
massa/benjolan atau nyeri pada abdomen, menunjukkan kemungkinan suatu striktur atau
katup uretra. Pada anak sekolah gejala ISK umumnya terlokalisir pada saluran kemih yaitu
disuri, polakisuri dan urgensi.10 AAP merekomendasikan untuk mempertimbangkan ISK
pada anak usia 2 bulan hingga 2 tahun yang mengalami demam tanpa sebab yang jelas.

10. TATALAKSANA TERAPI


Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap
flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:

1) Terapi antibiotika dosis tunggal


2) Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3) Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4) Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu,
abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi
urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu
analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat
infeksi.

11. KOMPLIKASI
Komplikasi Infeksi Saluran Kemih

Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi saluran kemih
tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated).

1. Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated)

Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (sistisis) yaitu non-obstruksi dan bukan
perempuan hamil merupakan penyakit ringan (selflimiteddisiase) dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama.

2. Infeksi saluran kemih berkomplikasi (complicated)

- Infeksi saluran kemih selama kehamilan

- Infeksi saluran kemih pada diabetes melitus.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN

1) Data Biografi.

a) Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian,catatan kedatangan.

b) Keluarga terdekat yang dapaat dihubungi yaitu nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informasi, beserta nomor telpon.

2) Riwayat kesehatan atau perawatan.


a) Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien mengeluhkan nyeri pada
saat miksi, pasien juga mengeluh sering buang air kecil berulang ulang (anyang-
anyangan) terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang
sangat mendesak.

3) Riwayat kesehatan sekarang

a) pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan harus
mengedan.
b) Pasien mengeluh sering bak berulang.
c) Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
4) Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing sebelumnya, dan apakah pasien
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang sama.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan penyakit pasien sekarang.
6) Pola fungsi kesehatan.
Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kongnitif dan persepsi,
persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan reproduksi, pola
koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.
7) Pemeriksaan Fisik
Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-tanda penurunan
mental seperti neuropati perifer, Pada waktu palpasi adanya nyeri tekan pada bagian
kandung kemih.
a) data dasar pengkajian pasien
 Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal )
 Eliminasi
gejala : penurunan kekuatan/dorongan aliran urintetsan, keraguan pada berkemih
awal, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap ,
dorongan dan frekuensi berkemih, nokturia , disuria, dan hematuria, duduk
untuk berkemih, infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu , konstipasi
(prostrusi prostat kedalamrectum)
 Makanan/cairan
gejala : Anoreksia, mual dan muntah, Penurunan berat badan
 Nyeri/kenyamanan
gejala : Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada prostales
akut), Nyeri punggung bawah
 Seksualitas
gejala : Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual, Takut
inkontinensia/ menetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi
ejakulasi
 Aktivitas istirahat
Riwayat pekerjaan, lamanya istirahatAktivitas sehari-hari, Pengaruh penyakit
terhadap aktivitas, Pengaruh penyakit terhadap istirahat
 Higine
Penampilan umum, ADL (ActivityDaily Live) , Kebersiahn mandi, Frekuensi
Mandi
 Integritas ego
Pengaruh penyakit terhadap stress, gaya hidup, Masalahfinancial
 Neurosensori
Apakah ada sakit kepala, Status mental, Ketajaman pengellihatan
 Pernapasan
Apakah ada sesak napas, Riwayat merokok, Frekuensi pernapasan, Bentuk dada,
Auskultasi suara napas
 Interaksi sosial
Status perkawinan, Hubungan dalam masyarakat, Pola interaksi keluarga,
Komunikasi verbal dan non verbal

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen injuri biologi ditandai dengan distensi kantung
kemih yang berlebihan
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan suhu tubuh meningkat
3. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis ditandai dengan
anoreksia
4. Gangguan Retensi urin berhubungan dengan tekanan uretra tinggi ditandai dengan
frekuensi berkemih meningkat
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau mobilisasi ditandai dengan
melaporkan secara verbal adanya kelelahan
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi ditandai dengan
merasa gelisah
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber- sumber informasi
ditandai dengan menyatakan secara verbal adanya masalah
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


o Kriteria Hasil
1 Nyeri Akut NOC : NIC :  Nyeri merupakan
berhubungan pengalaman subyektif
dan harus dijelaskan
dengan Agen injuri  Pain Level,  Lakukan oleh pasien.
Identifikasi
biologi ditandai  pain control, pengkajian karakteristik nyeri dan
dengan distensi faktor yang
 comfort level nyeri secara berhubungan
kantung kemih
merupakan suatu hal
yang berlebihan Setelah komprehensif yang amat penting
untuk memilih
dilakukan termasuk intervensi yang cocok
dan untuk
tinfakan lokasi, mengevaluasi
keefektifan dari terapi
keperawatan karakteristik, yang diberikan
 Untuk menghilangkan
selama x durasi, stres pada otot-otot
punggung\
24jam Pasien frekuensi,
 Logroll (Papan)
mempermudah
tidak kualitas dan
melakukan mobilisasi
 Untuk menghindari
mengalami faktor
adanya cidera
presipitasi  Agen-agen ini secara
nyeri, dengan
sistematik
menghasilkan relaksasi
kriteria hasil:  Observasi
umum dan menurunkan
inflamasi.
 Mampu reaksi

mengontrol nonverbal dari

nyeri (tahu ketidaknyama

penyebab nan

nyeri, mampu  Bantu pasien

menggunakan dan keluarga

tehnik untuk mencari

nonfarmakolo dan

gi untuk menemukan

mengurangi dukungan
nyeri, mencari  Kontrol

bantuan lingkungan

 Melaporkan yang dapat

bahwa nyeri mempengaruhi

berkurang nyeri seperti

dengan suhu ruangan,

menggunakan pencahayaan

manajemen dan

nyeri kebisingan

 Mampu  Kurangi

mengenali faktor

nyeri (skala, presipitasi

intensitas, nyeri

frekuensi dan  Kaji tipe dan

tanda nyeri) sumber nyeri

 Menyatakan untuk

rasa nyaman menentukan

setelah nyeri intervensi

berkurang  Ajarkan

 Tanda vital tentang teknik

dalam rentang non

normal farmakologi:

napas dala,

relaksasi,

distraksi,

kompres

hangat/ dingin

Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ..
2 Hipertermi NOC: NIC :  Mengetahui
berhubungan perkembangan
Thermoregulasi
dengan penyakit  Monitor suhu keadaan umum dari
Setelah dilakukan
ditandai dengan sesering pasien
suhu tubuh tindakan  Mengetahui
mungkin
meningkat perubahan tanda-tanda
keperawatan
 Monitor vital pasien
selama…x 24 jam
warna dan  Mencegah terjadinya
pasien dehidrasi sewaktu
suhu kulit
menunjukkan : panas
 Monitor  Meminimalisir
Suhu tubuh dalam
tekanan produksi panas yang
batas normal diproduksi oleh tubuh
darah, nadi
dengan kreiteria  Membantu
dan RR
mempermudah
hasil:
 Monitor penguapan panas

 Suhu 36 – 37C  Mempercepat dalam


penurunan
penurunan produksi
 Nadi dan tingkat
panas
RR dalam kesadaran  Meningkatkan
pengetahuan dan
rentang  Monitor
pemahaman dari
normal WBC, Hb,
pasien dan
 Tidak ada dan Hct keluarganya dalam
penurunan panas
perubahan  Monitor

warna kulit intake dan

dan tidak ada output

pusing, merasa  Berikan anti

nyaman piretik:

 Selimuti

pasien

 Berikan

cairan
intravena

 Kompres

pasien pada

lipat paha dan

aksila

 Tingkatkan

sirkulasi

udara

 Tingkatkan

intake cairan

dan nutrisi

Monitor TD,
nadi, suhu, dan
respirasi
3 ketidakseimbangan NOC : NIC:  Memudahkan untuk
nutrisi kurang dari intervensi selanjutnya
NutritionManage
 Nutritional
kebutuhan tubuh  Merangsang nafsu
ment
berhubungan Status : food makan klien sehingga
dengan  Kaji adanya klien mau makan.
and Fluid
ketidakmampuan
alergi makanan  Makanan dalam porsi
untuk mencerna Intak
kecil tapi sering
 Kolaborasi
nutrisi oleh karena  Nutritional  memudahkan organ
faktor biologis dengan ahli pencernaan dalam
Status :
ditandai dengan metabolisme.
gizi untuk
anoreksia nutrient
 Makanan dengan
menentukan
Intake komposisi TKTP
jumlah kalori berfungsi membantu
 Weight
dan nutrisi mempercepat proses
control
penyembuhan.
yang
Setelah  Berat badan
dibutuhkan merupakan salah satu
dilakukan
pasien. indicator pemenuhan
tindakan
nutrisi berhasil.
keperawatan  Anjurkan
- Untuk mengetahui
selama …x pasien untuk status nutrisi pasien.

24 jam meningkatkan

Ketidak intake Fe

seimbangan  Anjurkan

nutrisi lebih pasien untuk

teratasi meningkatkan

dengan protein dan

kriteria hasil: vitamin C

 Mengerti  Berikan

factor yang substansi gula

meningkatkan  Yakinkan

berat badan diet yang

 Mengidentfifi dimakan

kasi tingkah mengandung

laku dibawah tinggi serat

kontrol klien untuk

 mencegah

Memodifikasi konstipasi

diet dalam  Berikan

waktu yang makanan

lama untuk yang terpilih (

mengontrol sudah

berat badan dikonsultasika

Penurunan berat n dengan ahli


badan 1-2 pounds
gizi)

 Ajarkan

pasien

bagaimana
membuat

catatan

makanan

harian.

 Monitor

jumlah nutrisi

dan

kandungan

kalori

Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
4 Gangguan Retensi NOC: NIC :  Menentukan masalah
urin berhubungan  Urinary Urinary Retention
dengan tekanan elimination Care  Memontior
uretra tinggi Setelah dilakukan - Monitor intake keseimbangan
ditandai dengan tindakan dan output
cairan
keperawatan
frekuensi berkemih - Monitor
selama x24 jam
penggunaan obat
meningkat retensi urin  Menjaga defisit
antikolinergik
pasien teratasi
dengan kriteria cairan
- Monitor derajat
hasil: distensi bladder
 Kandung - Instruksikan  Mencegah
kemih pada pasien dan nocturia
kosong keluarga untuk
secarapenuh mencatat output  Membantu
 Tidak ada urine monitor
residu urine
>100-200 cc - Sediakan keseimbangan
 Intake privacy untuk cairan
cairan dalam eliminasi
rentang  Meningkatkan
normal - Stimulasi reflek
fungsi ginjal dan
 Bebas dari bladder dengan
ISK kompres dingin bledder
 Tidak ada pada abdomen  Relaksasi pikiran
spasme
bladder - Kateterisaai jika dapat
Balance cairan perlu
meningkatkan
seimbang - Monitor tanda kemampuan
dan gejala ISK berkemih
(panas, hematuria,  Mengoatkan otot
perubahan bau pelvis
dan konsistensi Mengeluarkan
urine) urien

5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :  Menentukan respon


klien terhadap
berhubungan  Self Care :  Observasi
aktivitas.
dengan tirah baring ADLs adanya
 Toleransi pembatasan  Menurunkan kerja
atau mobilisasi aktivitas klien dalam miokard/konsumsi
ditandai dengan Setelah dilakukan melakukan oksigen
tindakan aktivitas
melaporkan secara keperawatan  Kaji adanya  menurunkan risiko
verbal adanya selama …x24jam faktor yang komplikasi.
Pasien menyebabkan
kelelahan kelelahan  Manuver Valsava
bertoleransi
terhadap aktivitas  Monitor seperti menahan
dengan Kriteria nutrisi dan napas, menunduk,
sumber energi batuk keras dan
Hasil :
yang adekuat mengedan dapat
 Berpartisipasi  Monitor mengakibatkan
dalam aktivitas pasien akan bradikardia,
fisik tanpa adanya penurunan curah
disertai kelelahan fisik
jantung yang
peningkatan dan emosi
kemudian disusul
tekanan darah, secara
berlebihan dengan takikardia
nadi dan RR
 Monitor dan peningkatan
 Mampu
respon tekanan darah.
melakukan
aktivitas sehari kardivaskuler
 Keterlibatan dalam
hari (ADLs) terhadap
aktivitas pembicaraan panjang
secara mandiri
(takikardi, dapat melelahkan
Keseimbangan
disritmia, klien tetapi
aktivitas dan
istirahat sesak nafas, kunjungan orang
diaporesis, penting dalam
pucat, suasana tenang
perubahan bersifat terapeutik.
hemodinamik)
 Monitor pola  Mencegah aktivitas
tidur dan berlebihan; sesuai
lamanya dengan kemampuan
tidur/istirahat kerja jantung.
pasien
  Menggalang
Kolaborasikan kerjasama tim
dengan kesehatan dalam
Tenaga proses penyembuhan
Rehabilitasi klien.
Medik dalam
merencanakan
progran terapi
yang tepat
 Bantu klien
untuk
mengidentifik
asi aktivitas
yang mampu
dilakukan
 Bantu untuk
memilih
aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan
fisik, psikologi
dan social
 Bantu untuk
mengidentifik
asi dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan
untuk aktivitas
yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan
alat bantuan
aktivitas
seperti kursi
roda
6 Ansietas NOC : NIC :
 Hubungan saling
berhubungan percaya adalah dasar
dengan kurang  Kontrol  Anxiety hubungan terpadu
yang mendukung klien
pengetahuan dan kecemasan Reduction dalam mengatasi
perasaan cemas
hospitalisasi
(penurunan  perasaan adalah nyata
ditandai dengan  Koping
dan membantu pasien
merasa gelisah kecemasan) untuk terbuka
Setelah
sehingga dapat
dilakukan  Gunakan mendiskusikan dan
menghadapinya
asuhan selama pendekatan  Identifikasi masalah
spesifik akan
…x 24 jam yang meningkatkan
kemampuan individu
klien menenangkan untuk menghadapinya
dengan lebih realistis.
kecemasan
 Nyatakan  dukungan yang terus
teratasi dgn menerus mungkin
dengan jelas membantu pasien
kriteria hasil: mengurangi ansietas/
harapan rasa takut ke tingkat
yang dapat diatasi.
 Klien mampu terhadap pelaku
 Sebagai indikator awal
mengidentifikas pasien dalam menentukan
intervensi berikutnya
i dan  Jelaskan  Agar pasien merasa
diterima
mengungkapka semua prosedur
 Dapat mengurangi
n gejala cemas rasa cemas pasien
dan apa yang
akan penyakitnya
 Mengidentifikas dirasakan  Ketidaktahuan dan
kurangnya
i,mengungkapk selama pemahaman dapat
menyebabkan
an dan prosedur timbulnya ansietas
 Mengurangi
menunjukkan  Temani pasien
kecemasan pasien
tehnik untuk untuk

mengontol memberikan

cemas keamanan dan

 Vital sign mengurangi

dalam batas takut

normal  Berikan

 Postur tubuh, informasi

ekspresi wajah, faktual

bahasa tubuh mengenai

dan tingkat diagnosis,

aktivitas tindakan

menunjukkan prognosis

berkurangnya  Libatkan

kecemasan keluarga untuk

mendampingi

klien

 Instruksikan

pada pasien

untuk

menggunakan

tehnik relaksasi
 Dengarkan

dengan penuh

perhatian

 Identifikasi

tingkat

kecemasan

 Bantu pasien

mengenal

situasi yang

menimbulkan

kecemasan

7 Kurang NOC: NIC :  kaji tingkat


pengetahuan  Kowlwdge :  Kaji tingkat pengetahuan pasien
berhubungan disease pengetahuan dan keluarga
process pasien dan
dengan tidak  Kowledge : keluarga  jalaskan patofisiologi
mengetahui health  Jelaskan dari penyakit dan
Behavior patofisiologi
sumber- sumber dari penyakit bagaimana hal tersebut
informasi ditandai Setelah dilakukan dan berhubungan dengan
tindakan bagaimana hal
dengan menyatakan keperawatan ini anatomi dan fisiologi,
secara verbal selama ...x24 jam berhubungan dengan cara yang tepat
pasien dengan
adanya masalah
menunjukkan anatomi dan  gambarkan tanda dan
pengetahuan fisiologi, gejala yang biasa
tentang proses dengan cara
yang tepat. muncul pada penyakit,
penyakit dengan
 Gambarkan dengan cara yang teat
kriteria hasil:
tanda dan
gejala yang  identifikasi
 Pasien dan
keluarga biasa muncul kemungkinan
menyatakan pada penyakit,
dengan cara penyebab dengan cara
pemahaman
tentang yang tepat yang tepat
penyakit,  Identifikasi
kondisi, kemungkinan  sediakan informasi
prognosis dan penyebab, pada pasien tentang
program dengan cara
pengobatan yang tepat kondisi, dengan cara
 Pasien dan  Sediakan yang tepat
keluarga informasi pada
mampu pasien tentang  sediakan informasi
melaksanakan kondisi, bagi keluarga tentang
prosedur yang dengan cara
kemajuan kondisi
dijelaskan yang tepat
secara benar  Sediakan bagi pasien, dengan cara
 Pasien dan keluarga
yang tepat
keluarga informasi
mampu tentang  diskusikan pilihan
menjelaskan kemajuan
terapi atau penanganan
kembali apa pasien dengan
yang cara yang  dukung pasien untuk
dijelaskan tepat
mengeksplorasi atau
perawat/tim  Diskusikan
kesehatan pilihan terapi mendapatkan second
lainnya atau
opinion dengan cara
penanganan
 Dukung yang tepat atau
pasien untuk
diidikasikan
mengeksploras
i atau  eksplorasi
mendapatkan
kemungkinan sumber
second
opinion atau pendukung
dengan cara
dengan cara yang tepat
yang tepat
atau
diindikasikan

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Nyeri Akut  Melakukan pengkajian S: Pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan
nyeri secara komprehensif sudah hilang
Agen injuri biologi
ditandai dengan termasuk lokasi,
O: pasien tampak tidak
distensi kantung karakteristik, durasi,
meringiss
kemih yang
frekuensi, kualitas dan
berlebihan A: tujuan tercapai
faktor presipitasi

 mengobservasi reaksi P: lanjutkan intervensi

nonverbal dari

ketidaknyamanan

 membantu pasien dan

keluarga untuk mencari

dan menemukan dukungan


 mengontrol lingkungan

yang dapat mempengaruhi

nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan

 mengurangi faktor

presipitasi nyeri

 mengkaji tipe dan sumber

nyeri untuk menentukan

intervensi

 mengajarkan tentang

teknik non farmakologi:

napas dala, relaksasi,

distraksi, kompres hangat/

dingin

Berikan analgetik
2 Hipertermi  Memonitor suhu sesering S:Pasien tidak panas
berhubungan dengan
mungkin
penyakit ditandai O: kulit pasien teraba tidak

dengan suhu tubuh  Memonitor warna dan


hangat dan tidak mengalami
meningkat suhu kulit
peningkatan suhu tubuh
 Memonitor tekanan darah,
A:tujuan tercapai
nadi dan RR

 Memonitor penurunan P: lanjutkan intervensi

tingkat kesadaran

 Memonitor WBC, Hb, dan

Hct

 Memonitor intake dan

output
 memberikan anti piretik:

 menselimuti pasien

 memberikan cairan

intravena

 mengompres pasien pada

lipat paha dan aksila

 meningkatkan intake

cairan dan nutrisi

Monitor TD, nadi, suhu, dan


respirasi

3 ketidakseimbangan  menutrition Management S:Pasien mengatakan nafsu


nutrisi kurang dari
Kaji adanya alergi makan mulai meningkat
kebutuhan tubuh
makanan habis ½ porsi makan
berhubungan dengan
ketidakmampuan  Kolaborasi dengan ahli
O:pasien tampak membaik
untuk mencerna
gizi untuk menentukan
nutrisi oleh karena dan menghabiskan ½ posi

faktor biologis jumlah kalori dan nutrisi


makan
ditandai dengan yang dibutuhkan pasien.
anoreksia A:tujuan tercapai
 menganjurkan pasien

untuk meningkatkan P:lanjutkan intervensi

intake Fe

 menganjurkan pasien

untuk meningkatkan

protein dan vitamin C

 memberikan substansi

gula
4 Gangguan Retensi - Memonitor intake dan output S: Pasien mengatakan bisa
urin berhubungan - Memonitor penggunaan obat berkemih dengan normal 6
dengan tekanan antikolinergik kali sehari
uretra tinggi ditandai
- Memonitor derajat distensi O:pasien tampak rileks
dengan frekuensi bladder A: Tujuan tercapai
berkemih meningkat - menginstruksikan pada P:Lanjutkan intervensi
pasien dan keluarga untuk
mencatat output urine
- mestimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin pada
abdomen
- mekateterisasai jika perlu
- Memonitor tanda dan gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan konsistensi
urine)

5 Intoleransi aktivitas  Mengobservasi adanya S: Pasien mengatakan dapat


berhubungan dengan pembatasan klien dalam melakukan aktivitas secara
melakukan aktivitas
tirah baring atau  Mengkaji adanya faktor mandiri tanpa bantuan
mobilisasi ditandai yang menyebabkan orang lain
kelelahan
dengan melaporkan  Memonitor nutrisi dan O: Pasien tampak tenang
secara verbal adanya sumber energi yang A: Tujuan tercapai
adekuat
kelelahan  Memonitor pasien akan P: Lanjutkan Intervensi
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
 Memonitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
 Memonitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
 mengkolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat
 memantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
 membantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
 membantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Membantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda
6 Ansietas  Menggunakan pendekatan S:Pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan cemas
yang menenangkan
kurang pengetahuan O: Pasien tampak tenang
dan hospitalisasi  Menyatakan dengan jelas A: Tujuan tercapai
ditandai dengan P: Lanjutkan intervensi
harapan terhadap pelaku
merasa gelisah
pasien

 menjelaskan semua

prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur

 memberikan informasi

faktual mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

 melibatkan keluarga untuk

mendampingi klien

 mengInstruksikan pada

pasien untuk menggunakan

tehnik relaksasi

 mendengarkan dengan

penuh perhatian

 mengidentifikasi tingkat

kecemasan

 membantu pasien mengenal

situasi yang menimbulkan

kecemasan
7 Kurang pengetahuan  mengkaji tingkat S:Pasien mengatakan sudah
berhubungan dengan pengetahuan pasien dan mengerti tentang
keluarga
tidak mengetahui  menjelaskan patofisiologi penyakitnya
sumber- sumber dari penyakit dan O: Pasien tampak rileks
bagaimana hal ini
informasi ditandai berhubungan dengan A: Tujuan tercapai
dengan menyatakan anatomi dan fisiologi, P: Lanjutkan intervensi
dengan cara yang tepat.
secara verbal adanya  menggambarkan tanda dan
masalah gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara
yang tepat
 mengidentifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
 mensediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang
tepat
 mensediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
 mendiskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 mendukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3.
Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi
clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai