Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari
dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka
populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya
meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan,
statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. Infeksi traktus urinarius
pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum
pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus
urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
2. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua usia mulai
dari bayi sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi ISK lebih banyak terjadi
pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan
laki-laki (Purnomo, 2014). Menurut data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25%-
35% semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK. National Kidney and Urology
Disease Information Clearinghouse (NKUDIC) juga mengungkapkan bahwa pria jarang
terkena ISK, namun apabila terkena dapat menjadi masalah serius (NKUDIC, 2012).
Infeksi saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai lebih dari 7 juta kunjungan per tahun,
dengan biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar 40% wanita akan mengalami ISK setidaknya
sekali selama hidupnya, dan sejumlah besar perempuan ini akan memiliki infeksi saluran
kemih berulang (Gradwohl, 2011).
3. ETIOLOGI
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi
bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran
kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella. Pasca operasi juga sering
terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi
jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat
memicu ISK yaitu faktor predisposisi.
4. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih
dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan
ginjal. Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan
sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang
disebut pielonefritis. ISK terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme
penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara
komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.
Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus , limfogen dan
langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi. Sebagian besar
pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK komplikasi adalah ISK yang diperburuk
dengan adanya penyakit lainya seperti lesi, obstruksi saluran kemih, pembentukan batu,
pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang
dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan saluran urin. Hal tersebut
mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan terapi yang lebih lama (Aristanti,
2015).
bakteri ( E-coli, prostat hipertropi, Hambatan pada aliran
pseudomonas,dll) neoplasma, urine, hilangnya efek
penyempitan uretra bakterisid, system imun
menurun
suhu tubuh
Kurang gangguan
meningkat ketidakseimbangan intoleransi Ansietas
pengetahuan retensi
nutrisi kurang dari aktivitas
urine
kebutuhan tubuh
Hipertermi
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi
saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih bawah
berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
1). Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma
uretra akut
2). laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b. Infeksi saluran kemih atas
berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
1). Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri .
2). Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa .
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
a. ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
b. ISK berkomplikasi
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urinalisis
a) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2) Bakteriologis
a) Mikroskopis
b) Biakan bakteri
3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5) Metode tes
a) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrits
b) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
c) Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
9. DIAGNOSIS
Anamnesis
Adanya riwayat sering ngompol, muntah, diare, gagal tumbuh, demam dengan
penyebab yang tidak jelas dapat terjadi pada anak dengan ISK. Informasi mengenai
bladder control, pola BAK dan pancaran air kencing juga penting dalam diagnosis. Gejala
poliuri, polidipsi dan penurunan nafsu makan menunjukkan kemungkinan adanya gagal
ginjal kronik, begitu pula dengan adanya gejala pancaran air kencing lemah, teraba
massa/benjolan atau nyeri pada abdomen, menunjukkan kemungkinan suatu striktur atau
katup uretra. Pada anak sekolah gejala ISK umumnya terlokalisir pada saluran kemih yaitu
disuri, polakisuri dan urgensi.10 AAP merekomendasikan untuk mempertimbangkan ISK
pada anak usia 2 bulan hingga 2 tahun yang mengalami demam tanpa sebab yang jelas.
11. KOMPLIKASI
Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi saluran kemih
tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated).
Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (sistisis) yaitu non-obstruksi dan bukan
perempuan hamil merupakan penyakit ringan (selflimiteddisiase) dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama.
1) Data Biografi.
a) Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian,catatan kedatangan.
b) Keluarga terdekat yang dapaat dihubungi yaitu nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informasi, beserta nomor telpon.
a) pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan harus
mengedan.
b) Pasien mengeluh sering bak berulang.
c) Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
4) Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing sebelumnya, dan apakah pasien
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang sama.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan penyakit pasien sekarang.
6) Pola fungsi kesehatan.
Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kongnitif dan persepsi,
persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan reproduksi, pola
koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.
7) Pemeriksaan Fisik
Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-tanda penurunan
mental seperti neuropati perifer, Pada waktu palpasi adanya nyeri tekan pada bagian
kandung kemih.
a) data dasar pengkajian pasien
Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal )
Eliminasi
gejala : penurunan kekuatan/dorongan aliran urintetsan, keraguan pada berkemih
awal, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap ,
dorongan dan frekuensi berkemih, nokturia , disuria, dan hematuria, duduk
untuk berkemih, infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu , konstipasi
(prostrusi prostat kedalamrectum)
Makanan/cairan
gejala : Anoreksia, mual dan muntah, Penurunan berat badan
Nyeri/kenyamanan
gejala : Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada prostales
akut), Nyeri punggung bawah
Seksualitas
gejala : Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual, Takut
inkontinensia/ menetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi
ejakulasi
Aktivitas istirahat
Riwayat pekerjaan, lamanya istirahatAktivitas sehari-hari, Pengaruh penyakit
terhadap aktivitas, Pengaruh penyakit terhadap istirahat
Higine
Penampilan umum, ADL (ActivityDaily Live) , Kebersiahn mandi, Frekuensi
Mandi
Integritas ego
Pengaruh penyakit terhadap stress, gaya hidup, Masalahfinancial
Neurosensori
Apakah ada sakit kepala, Status mental, Ketajaman pengellihatan
Pernapasan
Apakah ada sesak napas, Riwayat merokok, Frekuensi pernapasan, Bentuk dada,
Auskultasi suara napas
Interaksi sosial
Status perkawinan, Hubungan dalam masyarakat, Pola interaksi keluarga,
Komunikasi verbal dan non verbal
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen injuri biologi ditandai dengan distensi kantung
kemih yang berlebihan
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan suhu tubuh meningkat
3. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis ditandai dengan
anoreksia
4. Gangguan Retensi urin berhubungan dengan tekanan uretra tinggi ditandai dengan
frekuensi berkemih meningkat
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau mobilisasi ditandai dengan
melaporkan secara verbal adanya kelelahan
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi ditandai dengan
merasa gelisah
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber- sumber informasi
ditandai dengan menyatakan secara verbal adanya masalah
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
penyebab nan
nonfarmakolo dan
gi untuk menemukan
mengurangi dukungan
nyeri, mencari Kontrol
bantuan lingkungan
menggunakan pencahayaan
manajemen dan
nyeri kebisingan
Mampu Kurangi
mengenali faktor
intensitas, nyeri
Menyatakan untuk
berkurang Ajarkan
normal farmakologi:
napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ..
2 Hipertermi NOC: NIC : Mengetahui
berhubungan perkembangan
Thermoregulasi
dengan penyakit Monitor suhu keadaan umum dari
Setelah dilakukan
ditandai dengan sesering pasien
suhu tubuh tindakan Mengetahui
mungkin
meningkat perubahan tanda-tanda
keperawatan
Monitor vital pasien
selama…x 24 jam
warna dan Mencegah terjadinya
pasien dehidrasi sewaktu
suhu kulit
menunjukkan : panas
Monitor Meminimalisir
Suhu tubuh dalam
tekanan produksi panas yang
batas normal diproduksi oleh tubuh
darah, nadi
dengan kreiteria Membantu
dan RR
mempermudah
hasil:
Monitor penguapan panas
nyaman piretik:
Selimuti
pasien
Berikan
cairan
intravena
Kompres
pasien pada
aksila
Tingkatkan
sirkulasi
udara
Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
Monitor TD,
nadi, suhu, dan
respirasi
3 ketidakseimbangan NOC : NIC: Memudahkan untuk
nutrisi kurang dari intervensi selanjutnya
NutritionManage
Nutritional
kebutuhan tubuh Merangsang nafsu
ment
berhubungan Status : food makan klien sehingga
dengan Kaji adanya klien mau makan.
and Fluid
ketidakmampuan
alergi makanan Makanan dalam porsi
untuk mencerna Intak
kecil tapi sering
Kolaborasi
nutrisi oleh karena Nutritional memudahkan organ
faktor biologis dengan ahli pencernaan dalam
Status :
ditandai dengan metabolisme.
gizi untuk
anoreksia nutrient
Makanan dengan
menentukan
Intake komposisi TKTP
jumlah kalori berfungsi membantu
Weight
dan nutrisi mempercepat proses
control
penyembuhan.
yang
Setelah Berat badan
dibutuhkan merupakan salah satu
dilakukan
pasien. indicator pemenuhan
tindakan
nutrisi berhasil.
keperawatan Anjurkan
- Untuk mengetahui
selama …x pasien untuk status nutrisi pasien.
24 jam meningkatkan
Ketidak intake Fe
seimbangan Anjurkan
teratasi meningkatkan
Mengerti Berikan
meningkatkan Yakinkan
Mengidentfifi dimakan
mencegah
Memodifikasi konstipasi
mengontrol sudah
Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan
harian.
Monitor
jumlah nutrisi
dan
kandungan
kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
4 Gangguan Retensi NOC: NIC : Menentukan masalah
urin berhubungan Urinary Urinary Retention
dengan tekanan elimination Care Memontior
uretra tinggi Setelah dilakukan - Monitor intake keseimbangan
ditandai dengan tindakan dan output
cairan
keperawatan
frekuensi berkemih - Monitor
selama x24 jam
penggunaan obat
meningkat retensi urin Menjaga defisit
antikolinergik
pasien teratasi
dengan kriteria cairan
- Monitor derajat
hasil: distensi bladder
Kandung - Instruksikan Mencegah
kemih pada pasien dan nocturia
kosong keluarga untuk
secarapenuh mencatat output Membantu
Tidak ada urine monitor
residu urine
>100-200 cc - Sediakan keseimbangan
Intake privacy untuk cairan
cairan dalam eliminasi
rentang Meningkatkan
normal - Stimulasi reflek
fungsi ginjal dan
Bebas dari bladder dengan
ISK kompres dingin bledder
Tidak ada pada abdomen Relaksasi pikiran
spasme
bladder - Kateterisaai jika dapat
Balance cairan perlu
meningkatkan
seimbang - Monitor tanda kemampuan
dan gejala ISK berkemih
(panas, hematuria, Mengoatkan otot
perubahan bau pelvis
dan konsistensi Mengeluarkan
urine) urien
mengontol memberikan
normal Berikan
aktivitas tindakan
menunjukkan prognosis
berkurangnya Libatkan
mendampingi
klien
Instruksikan
pada pasien
untuk
menggunakan
tehnik relaksasi
Dengarkan
dengan penuh
perhatian
Identifikasi
tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
nonverbal dari
ketidaknyamanan
pencahayaan dan
kebisingan
mengurangi faktor
presipitasi nyeri
intervensi
mengajarkan tentang
dingin
Berikan analgetik
2 Hipertermi Memonitor suhu sesering S:Pasien tidak panas
berhubungan dengan
mungkin
penyakit ditandai O: kulit pasien teraba tidak
tingkat kesadaran
Hct
output
memberikan anti piretik:
menselimuti pasien
memberikan cairan
intravena
meningkatkan intake
intake Fe
menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
memberikan substansi
gula
4 Gangguan Retensi - Memonitor intake dan output S: Pasien mengatakan bisa
urin berhubungan - Memonitor penggunaan obat berkemih dengan normal 6
dengan tekanan antikolinergik kali sehari
uretra tinggi ditandai
- Memonitor derajat distensi O:pasien tampak rileks
dengan frekuensi bladder A: Tujuan tercapai
berkemih meningkat - menginstruksikan pada P:Lanjutkan intervensi
pasien dan keluarga untuk
mencatat output urine
- mestimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin pada
abdomen
- mekateterisasai jika perlu
- Memonitor tanda dan gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan konsistensi
urine)
menjelaskan semua
memberikan informasi
tindakan prognosis
mendampingi klien
mengInstruksikan pada
tehnik relaksasi
mendengarkan dengan
penuh perhatian
mengidentifikasi tingkat
kecemasan
kecemasan
7 Kurang pengetahuan mengkaji tingkat S:Pasien mengatakan sudah
berhubungan dengan pengetahuan pasien dan mengerti tentang
keluarga
tidak mengetahui menjelaskan patofisiologi penyakitnya
sumber- sumber dari penyakit dan O: Pasien tampak rileks
bagaimana hal ini
informasi ditandai berhubungan dengan A: Tujuan tercapai
dengan menyatakan anatomi dan fisiologi, P: Lanjutkan intervensi
dengan cara yang tepat.
secara verbal adanya menggambarkan tanda dan
masalah gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara
yang tepat
mengidentifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
mensediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang
tepat
mensediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
mendiskusikan pilihan
terapi atau penanganan
mendukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3.
Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi
clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI.