Oleh Kelompok 2
1. Amelia Ulfa
2. Ela Anjelina
3. Kintan Yulia Permata
4. Lia Indriani Rambe
5. Maharani Lubis
6. Nurhofifah Hidayati
7. Novita Mainurhalizah
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan maternitas tentang
“Asuhan Keperawatan BPH”.
Kami mengucapkan terimakasih kepadadosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, ide, dan saran dalam kesempatan ini dan bantuan dari semua pihak yang ikut
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah yang kami susun dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Pengertian ............................................................................................................................ 3
B. Etiologi................................................................................................................................. 6
C. Tanda dan Gejala ................................................................................................................. 7
D. Patofisiologi ......................................................................................................................... 8
E. Pathway .............................................................................................................................. 11
F. Komplikasi ......................................................................................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................... 12
H. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................................... 13
I. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................... 14
BAB III ......................................................................................................................................... 15
ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................................... 15
A. Pengkajian .......................................................................................................................... 15
B. Diagnosa ............................................................................................................................ 17
C. Intervensi............................................................................................................................ 18
BAB IV ......................................................................................................................................... 21
PENUTUP..................................................................................................................................... 21
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 21
B. Saran ..................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah
saluran kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur,
terutama mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat
menyebabkan pembesaran organ yang mengakibatkan terjadinya
penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini menyebabkan gangguan
aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan tindakan
kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala dan tanda ini
adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang mengenai
sebagian kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada jaringan prostat
yang diambil dari penderita hiperlasia prostat atau karsinoma prostat (J.C.E
Underwood, 1999).
Beranekaragamnya penyebab dan bervariasinya gejala penyakit yang
ditimbulkannya sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaan BPH, sehingga
pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak tepat sesuai dengan etiologinya.
Terapi yang tidak tepat bisa mengakibatkan terjadinya BPH berkepanjangan. Oleh
karena itu, mengetahui secara lebih mendalam faktor-faktor penyebab (etiologi) BPH
akan sangat membantu upaya penatalaksanaan BPH secara tepat dan terarah.
Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien
tentang penyakit BPH mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan
terjadi bila tidak segera ditangani. Kemudian pada aspek preventif perawat
memberikan penjelasan bagaimana cara penyebaran penyakit BPH, misalnya cara
pembesaran prostat akan menyebabkan obstruksi uretra. Secara kuratif perawat
berperan memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan tim dokter.
Aspek rehabilitatif meliputi peran perawat dalam memperkenalkan pada
anggota keluarga cara merawat klien dengan BPH dirumah, serta memberikan
1
penyuluhan tentang pentingnya cara berkemih. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas
maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat dengan judul “Asuhan Keperawatan
Benigna Prostat Hiperplasia”.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan BPH?
2. Bagaiman asuhan keperawatan pada pasien BPH?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa/i mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada
pasien BPH
2. Agar mahasiswa/i mengetahui tujuan asuhan keperawatan gangguan mobilisasi.
3. Agar mahasiswa/i mengetahui bagaimana cara penerapan asuhan keperawatan
pada pasien BPH.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dar pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana Elin, 2011).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).
a. Anatomi Prostat
Kelenjar prostat merupakan organ khusus pada lokasi yang kecil, yang
hanya dimiliki oleh pria. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih (vesika
urinaria) melekat pada dinding bawah kandung kemih di sekitar uretra bagian atas.
Biasanya ukurannya sebesar buah kenari dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan
beratnya kurang lebih 20 gram dan akan membesar sejalan dengan pertambahan
usia. Prostat mengeluarkan sekret cairan yang bercampur secret dari testis,
perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin.
3
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang
terbagi atas 4 lobus yaitu:
a. Lobus posterior
b. Lobus lateral
c. Lobus anterior
d. Lobus medial
a. Batas superior: basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot
polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Batas inferior :
apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis. Uretra
meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior.
4
Gambar: Anatomi Prostat
b. Fungsi Prostat
Kelenjar prostat ditutupi oleh jaringan fibrosa, lapisan otot halus, dan
substansi glandular yang tersusun dari sel epitel kolumnar. Kelenjar prostat
menyekresi cairan seperti susu yang menusun 30% dari total cairan semen, dan
memberi tampilan susu pada semen. Sifat cairannya sedikit alkali yang member
perlindungan pada sperma di dalam vagina yang bersifat asam. Sekret prostat bersifat
5
alkali yang membantu menetralkan keasaman vagina. Cairan prostat juga
mengandung enzim pembekuan yang akan menebalkan semen dalam vagina sehingga
semen bisa bertahan dalam serviks.
B. Etiologi
Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada beberapa
pendapat dan fakta yang menunjukan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen
dan estrogen. Dehidrotestosteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim
5-α reduktase diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam
sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron (DHT). Reseptor
ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk
kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk DHT-Reseptor komplek.
Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis
protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa sebagai dasar adanya
gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan bertambahnya umur
diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga terjadi peninggian estrogen
secara retatif. Diketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah,
lobus lateralis dan lobus medius) hingga pada hiperestrinism, bagian inilah yang
mengalami hiperplasia
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia
lanjut.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
6
4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.
1. Teori Sel Stem, sel baru biasanya tumbuh dari sel srem. Oleh karena suatu sebab
seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau faktor pencetus lain.
Maka sel stem dapat berproliferasi dengan cepat, sehingga terjadi hiperplasi
kelenjar periuretral.
2. Teori kedua adalah teori Reawekering (Neal, 1978) menyebutkan bahwa jaringan
kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologi sehingga jaringan
periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
3. Teori lain adalah teori keseimbangan hormonal yang menyebutkan bahwa dengan
bertanbahnya umur menyebabkan terjadinya produksi testoteron dan terjadinya
konversi testoteron menjadi setrogen. (Kahardjo, 1995).
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik.
7
e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus.
f. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia
karena pernumpukan berlebih.
g. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah
nitrogen) dan gagal ginjal dengan etensi urun kronis dan volume residu yang
besar.
3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.
b. Derajat 2, adanya retensi urin mak timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh
pada saat miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
c. Derajat 3, timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul
aliran refluks ke atas, timbul infeksi askenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonefritis, hidronefrosis.
D. Patofisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal (1976) yang
dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona,
antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior
dan periuretra (Purnomo, 2000). Sjamsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia
lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi
testosteron menurun dan terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan
adipose di perifer. Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini
sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat
hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa
reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam
8
sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan
kelenjar prostat.
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu
lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter
dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi
kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal
akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari
obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang
9
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang
menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria
menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan
bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
10
E. Pathway
11
F. Komplikasi
Seiring dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi obstruksi saluran kemih,
karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada pasien
dengan BPH adalah :
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih.
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
2. Pencitraan
a. Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang
merupakan tanda dari retensi urin.
b. IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-
buli.
12
c. Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa
urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika
dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan BPH adalah:
1. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien
2. Medika mentosa
Terapi diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa
disertai penyakit. Obat yang digunakan berasal dari : phitoterapi (misalnya : hipoxis
rosperi, serenoa repens, dll) gelombang alfa blocker dan golongan supresor
androgen.
3. Pembedahan
Indikasi:
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut
3) Perianal prostatectomy.
13
4) Suprapublic atau tranvesical prostatectomy.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
2. Pencitraan
a. Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang
merupakan tanda dari retensi urin.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra
parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas meliputi nama,umur, jenis kelamin, agama, suku,alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Keluhan saat pengkajian
c. Keluhan terdahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a. Aktifitas
b. Istirahat
c. Eliminasi
d. Nutrisi
4. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- TTV
- TB dan BB
b. Pemeriksaan fisik secara head to toe
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, beruban, kulit kepala kering, tidak ada
ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
15
b. Mata
Inspeksi : Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris,
konjungtiva merah muda, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak mengguakan
alat bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : Tidak nyeri tekan.
c. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan pembengkakan.
d. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga, tidak ada lesi
dan serumen.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
e. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak hitam, lidah bersih, mukosa mulut lembab, bibir
lembab.
Palpasi : Otot rahang kuat.
f. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri
tekan.
g. Thoraks (paru-paru)
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 16 x/m, ada batuk sedikit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler.
Perkusi : Sonor.
h. Thoraks (jantung)
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis tidak teraba.
Auskultasi : S1 dan S2 reguler.
16
Perkusi : Batas jantung normal.
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat luka insisi bedah tanggal 11-07-
2014 di abdomen inguinalis kanan dengan karakteristik panjang luka 8-10 cm
jumlah hecting 7 jahitan tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor).
Terpasang drain dengan produksi ± 50cc warna merah muda.
Palpasi : ada nyeri tekan di sekitar luka post operatif di abdomen inguinalis
kanan, skala 5-6 (nyeri sedang), teraba hangat di daerah sekitar luka.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus 6 x/menit.
j. Genetalia
(pasien menolak untuk dikaji).
k. Ekstremitas
5. Data psikologis
a. pendidikan
b. hubungan siosial
c. gaya hidup
d. peran dalam keluarga
6. Data penunjang
7. Pengobatan
B. Diagnosa
1. Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TURP.
2. Resiko infeksi b/d prosedur inovasif pembedahan.
3. Ansietas b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan pengobatanya
17
C. Intervensi
18
ditingkatkan ke d.Berikan analgesik
sedang (3) e.Monitor TTV sebelum
dan sesudah analgesik
19
efektif dalam
mengontrol resiko
dipertahankan pada
tidak pernah
menunjukkan (1)
ditingkatkan ke
secara konsisten
(5)
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi acuan dalam
menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum menentukan rencana
tindakannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Engram Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Nurarif, Amin Huda, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Wijaya Andra Saferi, dkk. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.
22
ASUHAN KEPERAWATAN BPH
OLEH KELOMPOK 2
1. Amelia Ulfa
2.Ela Anjelina
3.Kintan Yulia Permata
4.Lia Indriani Rambe
5.Maharani Lubis
6.Nurhofifah Hidayati
7.Novita Mainurhalizah
A.Pengertian
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi
yang sering terjadi sebagai hasil dar pertumbuhan dan
pengendalian hormon prostat (Yuliana Elin, 2011).
a.Anatomi Prostat
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri
dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
1.Lobus posterior
2.Lobus lateral
3.Lobus anterior
4.Lobus medial
5. Data psikologis
a.pendidikan
b.hubungan siosial
c.gaya hidup
d.peran dalam keluarga
6.Data penunjang
7.Pengobatan
b. Diagnosa
1.Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan
insisi sekunder pada TURP.
2.Resiko infeksi b/d prosedur inovasif
pembedahan.
3.Ansietas b/d kurangnya informasi mengenai
proses penyakit dan pengobatanya
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut b/d spasmus kandung 1.Kontrol nyeri 1. Manajemen nyeri
kemih dan insisi sekunder pada KH a. Lakukan pengkajian
TRUP
a.Mengenali kapan nyeri nyeri komprehensif
terjadi dipertahankan pada b.Berikan informasi
tidak pernah menunjukkan (1)
ditingkatkan ke kadang- mengenai
kadang menunjukkan (3) c. Pilih dan lakukan
b.Menggambarkan faktor penanganan nyeri
penyebab dipertahankan pada d. Ajarkan tentang teknik
tidak pernah (1) ditingkatkan non farmakolog
ke kadang-kadang e. Berikan analgesic untuk
menunjukkan (3) mengurangi nyeri
2. Tingkat nyeri 2. Pemberian Analgesik
a. Nyeri dilaporkan a.Tentukan
dipertahankan pada berat (1)
ditingkatkan ke sedang (3) lokasi,karakteristik dan
b.Panjangnya episode nyeri keparahan nyeri sebelum
dipertahankan pada berat (1) mengobati pasien
ditingkatkan ke sedang (3) b.Cek adanya riwayat alergi
obat
c.Pilih analgesik
d.Berikan analgesik
e.Monitor TTV sebelum
dan sesudah analgesik
Diagnosa NOC NIC
Resiko infeksi b/d prosedur 1. Keparahan infeksi 1. Kontrol infeksi
invasif pembedahan KH a. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
a. Kemerahan dipertahankan pada dan kapan harus melaporkannya
berat (1) di tingkatkan ke sedang kepada penyedia perawatan
kesehatan
(3) b.Ajarkan pasien dan anggota
b. Nyeri dipertahankan pada berat keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi
(1) di tingkatkan ke sedang (3) c.Pastikan teknik keperawatan luka
2. Kontrol resiko yang tepat
d.Batasi jumlah pengunjung
KH
a. Mengidentifikasi faktor resiko 2. Perawatan luka
a.Periksa luka setiap kali
dipertahankan pada tidak pernah perubahan balutan
menunjukkan (1) ditingkatkan ke b.Anjurkan pasien atau anggota
keluarga pada prosedur perawatan
secara konsisten menujukkan (5) luka
b.Mengembangkan strategi yang c.Anjurkan pesien dan keluarga
untuk mengenal tanda dan gejala
efektif dalam mengontrol resiko infeksi.
dipertahankan pada tidak pernah d.Angkat balutan dan plester
perekat
menunjukkan (1) ditingkatkan ke
secara konsisten (5)
Diagnosa NOC NIC
Ansietas b/d kurangnya 1.Tingkat kecemasan 1. Penurunan kecemasan
informasi mengenai KH a.Sediakan informasi factual
proses penyakit dan a.Peningkatakan frekuensi nadi
menyangkut diagnosis
pengobatannya b.Instruksikan pasien tantang
dipertahankan pada berat (1) penggunaan teknik relaksasi
ditingkatkan ke tidak ada (5) c.Jelaskan semua prosedur
b.Wajah tegang dipertahankan pada
yang akan dilakukan
d.Damping pasien dan beikan
berat ditingkatkan ke tidak ada (5) ketenangan serta rasa nyaman.
e.Damping pasien selama
prosedur untuk meningkatkan
keamanan dan mengurasi rasa
takut
f.Kolaborasikan untuk
pemberian obat menurunkan
ansietas jika perlu
Terima kasih