Gambaran kasus
13 Oktober 2021 dengan diagnosa medis Trauma Brain Injury (TBI) dan
rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas pasien langsung tidak sadarkan
diri mual dan muntah ada tanpa darah, perdarahan dari telinga dan hidung
2. Identitas Pasien
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Purwokerto
f. No RM 897504
HEMATOLOGI
KIMIA DARAH
Glukosa
35 10-50
Ureum
0.92 L(<1.3);P(<1.1)
Kretinin
mg/dl
Fungsi Hati
91 <38 mg/dl
SGOT
28 <41
SGPT
Elektrolit U/
144 136-145
Natrium L
3.0 3.5-5.1
Kalium U/
110 97-111
Klorida L
mmol/l
mmol/l
mmol/l
6. Pre operatif
oktober 2019 pada pukul 17.00 Wita klien datang diantar oleh keluarga
(informed consent)
tidur ruang kamar operasi IGD dang anti pakaian pasien dengan
teraba hangat, suhu tubuh 36.6 ºC / aksila, warna kulit normal, CRT
S : 4 (sedang) VAS T
: terus menerus
urine ± 500 cc
dan muntah.
a. Penurunan kesadaran
(somnolen)
b. GCS 12 : E3 V4 M5
regio
temporoparietal dextra
intrakranial akut
timbul
4 (sedang) VAS
T : terus menerus
c. Tanda-tanda vital:
18 x/menit
T: 36.6 ºc
d. Diagnosa keperawatan
1) ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah ke otak
e. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(NOC) (NIC)
Definisi: Penurunan siekulasi darah ke maka diharapkan suplai aliran suhu, dan status pernafasan
otak yang dapat mengganggu kesehatan darah keotak lancar dengan 2. Monitor dan laporkan tanda dan
a. Perubahan fungsi motorik 1. Sistol dan diastole dalam 3. berikan deuretik osmotik
4. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan
orientasi.
5. Memproses informasi.
6. Membuat keputusan
dengan benar
7. Menunjukkan fungsi
utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter.
Definisi: pengalaman sensorik dan 2. Control nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
awitan yang tiba-tiba atau lambat keperawatan selama 1 x 6 jam, 3. Berikan posisi nyaman
dengan intensitas ringan hingga berat pasien akan 4. Ajarkan penggunaan teknik
dengan durasi kurang dari 3 bulan menunjukkan kemampuan nonfarmakologi (teknik Napas
c. Ekspresi wajah nyeri 1. Klien mampu mengenali obat, dosis, dan frekuensi
d. Sikap tubuh melindungi area nyeri nyeri (skala, intensitas, 3. Cek riwayat alergi
e. Putus asa frekuensi dan tanda nyeri) 4. Berikan obat analgetik sesuai
Faktor yang berhubungan : nyeri (mampu menggunakan 5. Monitor tanda-tanda vital setelah
manajemen nyeri
setelah nyeri
berkurang
S : 36,6oC
O2 : 98 %
kanan cepat.
komprehensif -
Hasil : O:
R : kepala BP : 125/80mmHg
penyebab nyeri
A:Setelah dilakukan tindakan
Hasil : penyebab nyeri pasien karna
RR : 18 x/m normal
Pasien dibawa masuk ke ruang operasi pada pukul 17.20 Wita, kemudian
2) Memastikan dan baca ulang nama pasien, tindakan medis dan area
sebelumnya? Ya
dilakukan? Kraniotomi
Apakah ada hal khusus untuk pasien ini ? Ya, General anestesi.
c) Untuk Tim Perawat :
kesterilannya) ? Ya
± 500 cc
bius.
c. Klasifikasi Data
a) Data Objektif
darah.
steril.
4) Hasil Laboratorium :
10.0)
e. Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
Resiko infeksi area Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan sebelum dan setelah
Definisi : Rentan terhadap mampu menunjukkan kontrol resiko, 2. Gunakan peralatan operasi yang
pathogen
a. Masalah penyerta
b. Durasi pembedahan
efektif
pembedahan lain
e. Prosedur invasive
o
g. Implementasi dan evaluasi keperawatan
Hasil : instrument dan operator mencuci 1. Trauma tumpul pada kepala telah
2. Menggunkan peralatan operasi yang steril 2. Terdapat Luka insisi pada kepala
kamar operasi
Hasil : petugas didalam kamar opersi
operator.
selesai
kemudian menutup
a. Kegiatan Diruang RR :
Pasien dibawa ke ruang Recovery Room (RR) pada pukul 21.15 Wita.
1) Nama tindakan
Tidak
sadar penuh.
terpasang NGT
8) Bone : Integrtas kulit : ada luka jahitan di area kepala sebelah kanan
c. Klasifikasi Data
1) Data Objektif
dilakukan operasi.
d. Analisa Data
b. Terpasang kateter
b. Resiko jatuh.
f. Intervensi Keperawatan
(NOC) (NIC)
Resiko infeksi area Setelah dilakukan tindakan 7. Cuci tangan sebelum dan setelah
Definisi : Rentan terhadap mampu menunjukkan (1902) kontrol 8. Gunakan peralatan operasi yang
d. Jumlah personel berlebihan faktor resiko di lingkungan 12. Lakukan dressing setelah
pathogen
f. Masalah penyerta
g. Durasi pembedahan
efektif
pembedahan lain
j. Prosedur invasive
o
g. Implementasi dan evaluasi keperawatan
Hasil : instrument dan operator mencuci 4. Trauma tumpul pada kepala telah
5. Menggunkan peralatan operasi yang steril 5. Terdapat Luka insisi pada kepala
82
Hasil : tampak dilakukan desinfeksi P: pertahankan intervensi
Hasil : menutup area yang akan dioperasi 11. Melakukan tindakan aseptik
kamar operasi
Hasil : petugas didalam kamar opersi
operator.
selesai
kemudian menutup
PEMBAHASAN KASUS
KELOLAAN
RS diruang kamar operasi IGD pada Tn “A” dengan Trauma Brain Injury (TBI)
mungkin untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami pasien selama berada
ruang kamar operasi IGD yaitu pre operatif, intra operatif dan post operatif dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn “A”. Berikut ini akan dibahas beberapa
dimana pada tahap ini perawat melakukan pengkajian data yang di peroleh dari
hasil wawancara perawat dan kepala ruangan di ruang kamar operasi, laporan
1. Riwayat Keluhan
seperti nyeri pada daerah kepala, nadi teraba kuat, pernapasan teratur, pasien
tampak pucat, lemah akral teraba hangat. Pasien biasanya mengeluh nyeri
2. Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik mulai untuk pasien gawat darurat yakni mulai dari
blood (B2) tentang system sirkulasi atau haemodinamik, brain (B3) system
saraf atau kesadaran, bladder (B4) system perkemihan, bowel (B5) system
akan dipaparkan
kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemukan pada kasus tentang
a. Pre Operatif
1) Breathing
Teori :
Kasus :
kasus.
Analisis :
trauma.
disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak
pernapasan dan hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan darah
2) Blood
Teori :
dan kasus.
Analisis :
dalam batas normal itu terjadi karena pasien memiliki proses reparasi
yang baik dan pasien paham ketika terjadi hal yang tidak bisa di
2016) jadi ketika proses repasi pada pasien atau individu tidak bagus,
disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak
3) Brain
Teori :
Kasus :
Analisis :
berakibat fatal.
vertigo, papil edema, dan lainnya (Janich, Nguyen S., Patel, Shabani,
4) Bladder
Teori :
di anastesi.
Kasus :
Dari hasi pengkajian / pemeriksaan pada kasus Tn.A
dan kasus.
Analisis :
dalam teori dan kasus pada pasien trauma kepala tidak terdapat
5) Bowel
Teori :
Kasus :
Dari hasil pengkajian pada kasus ditemukan pasien Tn.A
Analisis :
kasus dan teori, dimana pada pasien yang mengalami cedera kepala0
6) Bone
Teori :
spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot atau lemah.
Kasus :
Pasien hanya nampak lemah sebagai akibat dari proses penyakit yang
di alami pasien.
Analisi :
pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula
(2011)
b. Intra Operatif
a) Breathing :
Teori :
Brain Injury (TBI) EDH Pasien tidak sadar karena pasien dalam
dkk 2017).
Kasus :
Analisis :
anastesi yang perlu dilakukan oleh tim operasi yaitu, evaluasi adanya
b) Blood
Teori :
Kasus :
yang berisi Pentanil di kaki kiri dan kaki kanan terpasang Monitol dan
Nacl 0,9 %.
Analisis :
c) Brain
Teori :
Kasus :
obat anastesi.
Analisis :
kesadaran pasien di pengaruhi oleh efek dari obat anestesi umum yang
d) Bladder
Teori :
Kasus
teori dan kasus. Pada penderita trauma kepala apabila akan menjalani
(Medika, 2017).
e) Bowel
Teori :
Kasus :
Analisis :
kasus dan teori, dimana pada pasien yang sedang dalam keadaan
keadaan tidak sadarkan diri, hal tersebut terjadi karena pemberian obat
Teori :
(Mika, 2017).
Kasus :
Analisis :
pada penderita cedera kepala pada kondisi yang lama dapat terjadi
refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot
(Subhan, 2017).
c. Post operatif
1) Breathing
Teori :
Di dalam teori menerangkan bahwa pasien dengan Trauma
Kasus :
teratur, saturasi O2 : 99 %.
Analisis
(Wibowo, 2016)
2) Blood
Teori :
Di dalam teori menerangkan bahwa pasien dengan Trauma
Kasus :
Analisis :
Teori :
2017).
Kasus :
alderette skor pasien lebih dari > 8 maka pasien bisa kembali di
ruangan perawatan.
Analisis :
4) Bladder
Teori :
Brain Injury (TBI) EDH Kandung kemih perlu dipantau selama pasien
Kasus :
Analisis
5) Bowel
Teori :
Kasus:
Teori :
Di dalam teori menerangkan bahwa pasien dengan Trauma
Brain Injury (TBI) SDH Pasien pada post operasi pergerakannya akan
Kasus :
Analisa :
tersebut ditemukan juga di kasus Tn.A tampak luka yang ditutupi oleh
kasa.
3. Pemeriksaan penunjang
pendarahan, pembengkakan jaringan otak, dan kelainan lain di otak dan untuk
WBC : 13.9 10ˆ3/ul, HGB 11.5 g/dl, PLT 195 10˄3/ul. Hal ini menunjukkan
pada pasien Trauma Brain Injury (TBI) memang ditemukan pada pemeriksaan
B. Diagnosa
yang telah ditemukan pada pengkajian. Menurut NANDA 2015- 2017 (Herdman
1. Pre Operatif
Teori
keperawatan yang muncul pada pre operatif yaitu Nyeri akut berhubungan
Kasus :
diberi rangsangan suara, klien menjawab kacau dan melokalisir nyeri. Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik, ditandai dengan adanya keluahan
nyeri pada kepala sebelah kanan, pasien tampak meringis, skala nyeri 4 dan
Analisis
Hal ini menunjukkan terjadi kesenjangan antara teori dan kasus, dan
ada yang tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus, dimana diagnosa
pada teori ada yang tidak terdapat pada kasus seperti, bersihan jalan nafas
antara teori dan kasus, penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena pasien
dilakukan suction / pengisaan lendir dan tidak ada data yang mendukung
diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif harus ditandai dengan batasan
2. Intra Operatif
Teori
Menurut (Subhan, 2017) diagnosa yang muncul pada intra operatif
yaitu resiko cedera behubungan dengan prosedur invasive dan resiko infeksi
Kasus
infeksi dimana adanya faktor resiko ditandai dengan yaitu terpasang infus,
pemasangan kateter urin dan dilakukan General anestesi (GA), adanya luka
organisme.
Analisis
Hal ini menunjukkan ada terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
dan ada tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, dimana penulis
tidak mengangkat diagnosa resiko cedera dikarenakan pada pasien TBI yang
dibedah hal tersebut untuk mengangkat hematoma yang berada pada kepala,
namun tidak di dapatkan data pada pasien untuk mengangkat diagnose resiko
3. Post Operatif
Teori
Diagnosa yang muncul pada post operatif yaitu resiko jatuh dan resiko
(banyak gerak), terpasang pengaman tempat tidur, skor resiko jatuh 70 (resiko
Analisis
Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, dan
ada tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, dimana penulis
Rebreathing Mask 8 L/I dan kesadaran pasien masih tersedasi, pasien belum
Pada perencanaan ini tidak ada perbedaan dengan perencanaan yang ada
1. Pre Operatif
a) ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan agen
kesadaran dengan GCS secara berkala, pantau tanda- tanda vital (TD, N,
masuk dalam kategori Traumatic Brain Injury sedang (9-12) sehigga tidak
pemberian analgetik.
diagnosa ini dan tidak dapat dibandingkan dengan konsep teori karena
konsep teori.
2. Intra Operatif
operasi yang steril, lakukan desinfeksi pada area operasi dan sekitarnya,
ini dan tidak dapat dibandingkan dengan konsep teori karena semua data-
data yang didapatkan pada saat pengkajian sama dengan konsep teori.
3. Post operatif
dan Kasus :
oksigen pasien.
ini dan tidak dapat dibandingkan dengan konsep teori karena semua data-
data yang didapatkan pada saat pengkajian sama dengan konsep teori.
b) Resiko Jatuh
skor jatuh, pasang pengaman tempat tidur, jelaskan pada keluarga pasien
ini dan tidak dapat dibandingkan dengan konsep teori karena semua data-
data yang didapatkan pada saat pengkajian sama dengan konsep teori.
1. Pre Operatif
pada otak
antara teori dan kasus, dimana dalam teori menurut Ulya, Ratih K.,
Kartikawati N., & Drajat (2017) pasien TBI diberikan deuretik osmotik
(manitol) sedangkan pada kasus Tn.A tidak diberikan. Hal ini dikarenakan
klien masuk dalam kategori Traumatic Brain Injury sedang (9-12) sehigga
antara teori dan kasus, karena pada pasien tindakan yang dilakukan sesuai
karena pasien tidak mampu melaporkan nyeri secara verbal, terlebih lagi
pada pasien kritis jauh lebih rentan terhadap efek samping nyeri yang
tidak diobati dan penilaian nyeri yang tidak efektif dapat mengakibatkan
hasil yang negative pada pasien. Untuk mengatasi ini skala nyeri
observasi, seperti BPS adalah alat yang digunakan untuk mengukur nyeri
& Ghandehari (2014) BPS pada pasien dengan tingkat kesadaran menurun
akibat trauma kepala memiliki reabilitas dan validasi yang kuat. Oleh
karena itu, skala ini dapat digunakan untuk pasien yang dirawat di IGD
2. Intra Operatif
Pada pelaksanaan di tahap intra operatif, tidak ada perbedaan dengan
antara teori dan kasus karena pada pasien tindakan yang dilakukan sesuai
3. Post operatif
dan Kasus :
a) Resiko Jatuh
jatuh tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilakukan sesuai
E. Evaluasi
meliputi adanya kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi oleh
keperawatan yang ditemukan pada pre, intra dan post operatif dapat teratasi
antara lain :
1. Pre Operatif
otak.
dengan pasien tampak meringis, nyeri skala sedang, masalah nyeri belum
2. Intra Operatif
dilakukan yaitu tampak tindakan operasi dilakukan dengan alat- alat dan
prosedur yang steril sehingga resiko infeksi tidak terjadi dan intervensi
selesai.
3. Post Operatif
b) Resiko Jatuh
dilakukan yaitu pasien tampak tenang dan lingkungan sekitar aman, jatuh
ditemukan pada pasien setelah keluar dari ruangan kamar operasi IGD
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika.
NANDA NIC NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta. Mediaction.
Ulya, I., Ratih K., B., Kartikawati N., D., & Drajat, R. S. (2017). Buku Ajar
Keperawatan Gawat Darurat Pada Kasus Trauma. Jakarta: Salemba
Medika.