Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH JURNAL KEPERAWATAN TENTANG POST OP HERNIA

DIAGFRAGMA DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BANYUMAS

Disusun oleh :

Kelompok 34

1. Syahrizal Lisyanto 2211040179

2. Dwi Kartika Okta Riyanti 2211040080

3. Nulena A. Pribadi 2211040177

4. Puput Maelani 2211040130

5. Nurul Chafifah 2211040176

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kejadian hernia diafragma terkadang terjadi pada neonates tercatat antara 1 :

2000-5000. Dan kejadian ini lebih sering dialami oleh laki-laki dari pada perempuan

dengan perbandingan 1,5 : 1. Sebanyak 80 % dilaporkan kejadian hernia diafragma

terjadi pada sisi kiri dan 20 % pada sisi kanan. Kejadian ini pun dapat terjadi pada

bayi yang baru lahir.

Hernia diafragma merupakan penonjolan sebagian organ intraabdomen ke dalam

rongga dada melalui suatu defek yang terdapat pada diafragma. Defek pada diafragma

ini dapat merupakan kelainan congenital atau akaibat trauma. Kejadian hernia

diafragma ini jarang terjadi. Dimana penyebabnya masih belum diketahui secara pasti.

Namun hal ini sering dihubungkan dengan penggunaan thalidomide, quinine,

nitrofenide, antiepileptic atau defisiensi vitamin A selama kehamilan. Dalam

pengobatan hernia diafragma ini harus dilakukan tindakan operasi.

2. Tujuan

a. Untuk mengetahui apa itu hernia diafragma

b. Untuk mengetahui implementasi yang harus diberikan pada pasien post op

hernia diafragma.

3. Manfaat

a. Dapat mengetahui apa itu hernia diafragma

b. Apa saja implentasi yang dapat diberikan setelah post op hernia diafragma

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Hernia diafragma merupakan penonjolan sebagian organ intraabdomen ke dalam

rongga dada melalui suatu defek yang terdapat pada diafragma. Defek pada diafragma
ini dapat merupakan kelainan congenital atau akaibat trauma (Hataul, 2021). Kejadian

hernia diafragma ini terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Hernia Bochdalek adalah terdapatnya lubang pada bagian posterolateral diafragma

sisi kiri. Biasanya lmbung dan usus halus masuk ke kavum toraks.

2. Hernia Morgagni adalah jenis hernia yang biasanya di belakang sternum sisi

kanan. Hati dan usus halus masuk ke rongga dada. (Hambali, 2019)

2. Etiologi

Etiologi pasti HDK belum diketahui tetapi diduga gangguan pembentukan

membran pleuroperitoneal. Pada mingguminggu pertama pembentukannya, kavum

pleura dan kavum peritoneum bersatu melalui sepasang kanal pleuroperitoneal. Pada

minggu ke delapan, kavum pleura berpisah dari kavum peritoneal dengan

terbentuknya membran pleuroperitoneal. Apabila membran pleuraperitoneal gagal

terbentuk, maka penutupan kanal pleuroperitoneal tidak komplit maka terjadilah defek

diafragma posterolateral. Hipotesis terbaru telah muncul berdasarkan model HDK

pada tikus yang terpajan nitrofen. Pemeriksaan dengan mikroskop elektron pada tikus

yang terpajan nitrofen menunjukkan bahwa HDK disebabkan oleh gangguan

pembentukan “posthepatic mesenchymal plate” dimana lempeng ini juga berperan

untuk penutupan kanal pleuroperitoneual. Walaupun pernah dilaporkan kasus yang

bersifat familial (genetik), tetapi pada umumnya kasus HDK bersifat sporadik. HDK

berkaitan dengan trisomi kromosom 18, 21, dan 22 tetapi etiologi genetiknya yang

spesifik belum diketahui (Hambali, 2019).

Hernia Morgagni disebabkan oleh kegagalan fusi (penyatuan) bagian sternal dan

bagian krural diafragma. Pada lokasi yangdilintasioleharteri epigastrikasuperior.

Hernia Morgagni berkaitan dengan penyakit jantung kongenital dan trisomi

kromosom 21. Terdapat varian hernia retrosternal yang berkaitan dengan pentalogy
Cantrell yaitu omphalokel, inferior sternal cleft, defek jantung berat (misalnya

ectopiacordis), hernia diafragmatika dan defek perikardial. Varian ini disebabkan oleh

kegagalan pembentukan septum transversum pada masa embrio (Hambali, 2019).

3. Patofisiologi

Hernia diafragmatika kongenital patofisiologinya cukup kompleks. Hipoplasia

paru adalah konsekuensi langsung dari kompresi paru yang sementara berkembang

oleh viscera hernia. Derajat atau beratnya hipoplasia paru tergantung pada lamanya

dan waktu herniasi viscera ke dalam rongga dada. Hipoplasia lebih berat pada sisi

yang terkena tetapi terjadi pada kedua sisi. Pertukaran gas pada paru-paru yang kecil

tersebut sangat kurang karena berkurangnya area fungsional, berkurangnya cabang-

cabang bronkus, berkurangnya jumlah alveoli matur, dan defisiensi surfaktan. Alveoli

paru pada HDK immatur dan septum intraalveolar menebal. Pada vaskularisasi paru

terjadi peningkatan otot pada dinding arteriol Karena vaskuler paru banyak

mengandung otot maka terjadi hipertensi pulmoner, dan akhirnya gagal pernapasan

akut. Hipoplasia ventrikel kiri juga terdapat pada HDK dan semakin memperburuk

fungsi kardiopulmoner (Hambali, 2019).

Paru hipoplastik pada pasien HDK secara fungsional immatur dan tidak mampu

melakukan pertukaran gas yang adekuat. Pada kebanyakan kasus, fungsi alveoli tidak

optimal sehingga akan cepat terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis. Arteri paru

yang mengalami muskularisasi cepat mengalami vasokonstriksi sebagai respon

terhadap tekanan oksigen yang rendah dan asidosis. Respon vasokonstriksi yang

semakin bertambah dan menetap ini akan mengakibatkan hipertensi pulmoner.

Hipertensi pulmoner pada bayi dengan HDK akan menyebabkan kembali ke pola

sirkulasi janin yaitu rightto left shunting melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.

Juga terjadi shunting pada paru. Right to left shunting lebihlanjut akan mengurangi
pertukaran gas sehingga semakin memperberat hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis.

Lingkaran proses ini akan terus berlanjut dan akhirnya dengan cepat akan

mengakibatkan hipotensi, syok dan gagal/henti kardiopulmoner (Hambali, 2019).

Hernia Morgagni tidak menimbulkan problem patofisiologi seperti pada defek

diafragma posterolateral. Obstruksi gastrointestinal atau iskemia dan perkembangan

patofisiologinya adalah gambaran klinik dari lesi ini apabila simptomatik (Hambali,

2019).

4. Penatalaksanaan

Tatalaksana yang dilakukan meliputi terapi medikamentosa, suportif, dan koreksi

pembedahan untuk mengembalikan organ abdomen yang terdapat di dalam rongga

dada ke abdomen. Secara umum prognosis penderita tergantung pada komplikasi

hernia dan fasilitas yang tersedia (Hataul, 2021).

C. RESUME JURNAL (PICO)

“Left-Sided Posterolateral Diaphragmatic Hernia With Associated Intestinal Malrotation”

Is Ikhsan Hataul1, Suwardi2 2021

Analisis Jurnal
Problem Masalah yang dibahas dalam jurnal ini
yaitu tentang Hernia diafragmatika
merupakan penonjolan sebagian organ
intra abdomen ke dalam rongga dada
melalui suatu defek yang terdapat pada
diafragma. Angka kejadian terjadi pada 1
dari 2000 – 5000 kelahiran. Di Amerika
Serikat didapatkan sekitar 1000 bayi
yang lahir dengan hernia diaghpragma.
Prevalensi rata-rata antara 2.4 dalam
10.000 kelahiran. Defek pada hernia
diaghpragmatika ini terjadi bersamaan
dengan kelainan lainnya, dan lesi dapat
muncul pada bayi yang masih di dalam
kandungan, bayi baru lahir dan balita.
Malrotasi usus merupakan kelainan yang
biasa terjadi bersamaan dengan hernia
diafragmatika. Sebagian hernia
diafragmatika tidak menimbulkan gejala
sampai dewasa.
Intervention Konseling prenatal dilakukan segera
setelah diagnosis dibuat berdasarkan
USG. Tatalaksana hernia Bochdalek
yang optimal harus memperhatikan
berbagai hal yang terkait dengan
kelainan bawaan ini.4,5,6,8.
a. Proses persalinan dan unit
perawatan intensif neonates
b. Stabilisasi preoperative
c. Ventilasi mekanik konvensional
d. Extracorporeal Membrane
Oxygenation (ECMO)
e. Pemberian surfaktan
f. Terapi pembedahan
g. Perawatan pasca bedah Pada
pasien ini dilakukan pembedahan
dan durante operasi ditemukan
adanya malrotasi intestinal.
Dilakukan tindakan herniorepair
pada diafraghma dan lads
procedure untuk mengatasi
malrotasinya. Pasien dirawat
selama 7 hari kemudian rawat
jalan. Keluhan saat pulang tidak
ada.
Comparation Hernia diafragmatika kongenital pada
neonatal belum meningkat banyak,
terutama pada bayi yang sudah
menunjukkan gejala dalam 24 jam
pertama kehidupannya.2 Walaupun
penggunaan teknik terbaru dari
oksigenasi membran ekstra korporeal
(ECMO), angka survival masih sekitar
50- 65%.9 Derajat hipoplasia paru-paru
mempengaruhi keberhasilan. Menurut
Fredly dkk, angka harapan hidup pada
bayi penderita hernia diafragma
kongenital ini sebesar 70%.11 Hasil
pengamatan Weber dkk di amerika
serikat, selama 37 tahun (1970-1997)
terhadap 203 bayi dengan hernia
diafragmatika kongenital, terdapat angka
harapan hidup yang semakin lama
semakin meningkat dari 42% di era
pertama , kemudian menjadi 58% di era
yang kedua, dan 79% di era yang ketiga.
Outcome Telah dilaporkan bayi 9 bulan dengan
hernia diafragmita posterolateral sinistra
dengan malrotasi usus dan sudah
dilakukan laparatomi herniorepair dan
lads procedure.
D. IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN

Distres pernapasan (Apgar score rendah) merupakan manifestasi klinis hernia

diafragmatika yang dapat terjadi segera setelah lahir atau timbul 24- 48 jam setelah

periode stabil. Manifestasi awal meliputi takipneu, grunting, retraksi dinding dada,

pucat, sianosis dan tanda klinis shunting dan persistent fetal circulation. 4,5,6 Pada

pemeriksaan fisik didapat abdomen yang scaphoid, barrel chest, distress nafas/
sianosis dan pulsasi apeks jantung ke arah kontralateral. Keempat kelainan ini (tetrad)

merupakan salah satu kriteria penting untuk penentuan diagnosis. Pada pasien ini

diagnosis didapatkan dengan adanya keluhan sesak napas dan berat badan yamg tidak

naik. Sebelumnya pasien tidak mngalami keluhan apapun. Dari pemeriksaan fisik

didapatkan adanya bunyi usus di rongga thoraks

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hernia diafragma merupakan penonjolan sebagian organ intraabdomen ke

dalam rongga dada melalui suatu defek yang terdapat pada diafragma. Kejadian

hernia diafragma ini terbagi menjadi 2 yaitu Hernia Bochdalek dan Hernia

Morgagni. Dalam pengobatan hernia diafragma ini harus dilakukan tindakan

operasi.

Intervensi terkait hernia ini antara lain, proses persalinan dan unit perawatan

intensif neonates, Stabilisasi preoperative, Ventilasi mekanik konvensional,

Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO), Pemberian surfaktan, Terapi

pembedahan, Perawatan pasca bedah Pada pasien ini dilakukan pembedahan dan

durante operasi ditemukan adanya malrotasi intestinal. Dilakukan tindakan

herniorepair pada diafraghma dan lads procedure untuk mengatasi malrotasinya.

2. Saran

Berdasarkan kajian literature review yang sudah kami lakukan, maka dapat

disarankan dengan adanya literatur review dapat memberikan manfaat dan

menambah informasi baru tentang hernia. Disarankan untuk peneliti selanjutnya

dapat mengembangkan studi dokumentasi yang berkaitan dengan penyakit hernia

diafragma.
F. DAFTAR PUSTAKA

Hambali, S. (2019). Hernia Diafragmatika Kongenital (HDK). UMI Medical

Journal, 3(1), 68–79. https://doi.org/10.33096/umj.v3i1.36

Hataul, I. ikhsan. S. (2021). Left-sided posterolateral diaphragmatic hernia with

associated intestinal malrotation. Pameri, 3(1), 73–79.

Anda mungkin juga menyukai