Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, karunia dan hidayahNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Hernia Diafragma guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak ini dengan tepat waktu.
Makalah ini tidak akan selesai dengan baik jika tanpa dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
:

1. Tuhan Yang Maha Esa


2. Orang tua yang telah memberi kasih sayang serta dukungan moriil
dan materiil
3. Ibu Budiyati, Skep. Ns. M.Kep selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Anak
4. Teman-teman seperjuangan kelas regular A3 yang senantiasa
mendukung satu sama lain.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan selalu terbuka untuk
kritik dan saran dari pembaca, guna penulisan yang lebih baik di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat berguna, tidak hanya bagi penulis,
tetapi untuk semua yang membacanya.

Semarang, 24 Januari
2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 3
2. Rumusan Masalah 3
3. Tujuan 4
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi 5
2. Etiologi 5
3. Manifestasi Klinis 5
4. Patofisiologi 6
5. Komplikasi 7
6. Pemeriksaan Penunjang7
7. Penatalaksanaan 8
8. Asuhan Keperawatan 8

BAB 3 : PENUTUP

1. Kesimpulan 13
2. Saran13

DAFTAR PUSTAKA 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hernia Diafragmatika adalah cacat lahir bawaan yang ditandai
dengan adanya lubang yang abnormal pada diafragma akibat penyatuan
yang tidak sempurna dari struktur-struktur diafragma selama
perkembangan janin. Diafragma adalah struktur otot yang memisahkan
rongga dada dengan rongga perut dan mempermudah pernafasan. Pada
hernia diafragmatika, lubang yang terbentuk pada diafragma tersebut
membuat organ-organ perut dapat memasuki rongga dada, yang mana
hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernafas yang berat, kulit berwarna
kebiruan, denyut jantung dan nafas yang cepat ketika bayi lahir.
Ada dua tipe hernia diafragmatika yang utama, tergantung pada
letak lubangnya. Hernia Bochdalek dan Hernia Morgagni. Hernia
diafragmatika adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan
perawatan secepatnya karena hal ini benar-benar dapat mengganggu
gerakan pernafasan normal, mengurangi pasokan oksigen dan
menyebabkan kematian pada bayi. Pada bayi-bayi seperti ini biasanya
dipasang ventilator mekanik untuk membantu pernafasan dan harus
menjalani pembedahan untuk memperbaiki diafragma. Hernia terlihat
sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap tuberkulum
pubikum, tonjolan timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri
dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan
istirahat atau terlentang.
Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi
prematur 5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari
kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di
bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri. 25%
pasien menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah
pada masa bayi 9 lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak
yang berusia kurang dari 5 tahun.
Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana penyakit tersebut
sehingga dapat diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang
terjadi pada anak-anak, maka sangat diperlukan suatu tindakan secara
dini dan tepat.
Pembagian hernia diafragma :

3
1. Traumatika : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan, tusukan
2. Non-Traumatika :
a. Konginetal :
1) Hernia Bochdalek atau pkeuroperitoneal yaitu celah dibentuk
pars lumbalis, pars costalis diafragma
2) Hernia Morgagni atau para sternalis yaitu celah dibentuk
perlekatan diafragma pada costa dan sternum
b. Akuisita :
Hernia Hiatus esophagus, ditemukan pada 1 diantara 2200-5000
kelahiran dan 80-90 % terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan hernia diafragma?


2. Apa etiologi hernia diafragma?
3. Apa saja manifestasi klinik hernia diafragma?
4. Bagaimana patofisiologi hernia diafragma?
6. Apa komplikasi akibat penyakit hernia diafragma?
7. Apa saja pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa hernia
diafragma?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hernia
diafragma ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian hernia diafragma.


2. Mengetahui etiologi hernia diafragma.
3. Mengetahui manifestasi klinik hernia diafragma.
4. Mengetahui patofisiologi hernia diafragma.
5. Mengetahui komplikasi akibat hernia diafragma.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang hernia diafragma.
7. Mengetahui pengelolaan asuhan keperawatan anak dengan hernia
diafragma.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hernia merupakan tonjolan suatu bagian dari satu atau beberapa
organ lewat lubang yang abnormal. Bahaya herniasi terjadi ketika organ
yang menonjol tersebut menyelubungi dan mengganggu fungsi struktur
yang lain. Macam-macam hernia yaitu: hernia inkarserata, hernia
strangulata, hernia diafragmatika, hernia hiatus dan hernia abdominal.
Hernia diafragmatika adalah protrusio organ abdomen lewat lubang
pada diafragma. Herniasi isi perut ke dalam rongga dada bisa terjadi
sebagai akibat defek trauma atau kongenital pada diaframa. Istilah hernia
kongenital diafragmatika (HKD) menjadi sinonim dengan herniasi melalui
foramen posterolateral Bochadalek. Lesi ini biasanya terdapat pada
distres respirasi berat pada masa neonatus, yang disertai dengan anomali
sistem organ lain, dan mempunyai mortalitas yang berarti (Behrman,
2000).

B. ETIOLOGI
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90 %
terjadi pada sisi tubuh
bagian kiri. Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir,berbagai sistem
organ berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara minggu ke-
7 sampai 10 minggu kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan
tenggorokan ke abdomen), dan usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia Bockdalek, diafragma berkembang secara tidak wajar atau

5
usus mungkin terperangkap di rongga dada pada saat diafragma
berkembang. Pada hernia Morgagni, otot yang seharusnya berkembang di
tengah diafragma tidak berkembang secara wajar. Pada kedua kasus
diatas perkembangan diafragma dan saluran pencernaan tidak terjadi
secara normal. Hernia diafragmatika terjadi karena berbagai faktor, yang
berarti banyak faktor baik faktor genetik maupun lingkungan.

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejalanya berupa :
1. Retraksi sela iga dan substernal
2. Perut kecil dan cekung
3. Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut.
4. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena
terdorong oleh isi perut.
5. Terdengar bising usus di daerah dada.
6. Gangguan pernafasan yang berat
7. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
8. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
9. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
10. Takikardia (denyut jantung yang cepat).

Walaupun banyak kasus diketahui dengan ultrasonografi prenatal,


sebagian besar bayi dengan HKD mengalami distres respirasi berat dalam
usia beberapa jam pertama. Sekelompok kecil akan muncul sesudah masa
neonatus. Penderita dengan manifestasi terlambat dapat mengalami
muntah sebagai akibat obstruksi usus atau gejala respirasi ringan. Hernia
diafragmatika kanan yang muncul terlambat setelah episode sepsis
streptokokus grup B merupakan rangkaian yang diuraikan dengan jelas.
Terkadang inkarserasi usus akan menyebabkan iskemia dengan sepsis
dankolaps kardiorespiratori. Hernia diafragmatika yang tidak dikenali
merupakan penyebab kematian mendadak pada bayi dan anak prasekolah
(Behrman, 2000).
Menurut Wong (2008), gejala hernia diafragmatika yaitu gawat
napas ringan hingga berat terjadi dalam beberapa jam sesudah dilahirkan,
takipnea, sianosis, dispnea, tidak terdengar suara napas pada daerah
yang terkena; gangguan curah jantung, kemungkinan terdapat gejala
syok, asidosis berat.

D. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan 2 bulan tidak ada penekanan terhadap
diafragma yang sedang berkembang baik dari rongga dada maupun dari
rongga abdomen. Di dalam rongga dada, paru belum berkembang,
sedangkan di dalam rongga abdomen usus mengambil tempat di luar

6
abdomen yaitu di umbilikus. Tekanan mekanik pertama yang diterima oleh
diafragma adalah saat usus kembali dari umbilikus ke intra abdomen pada
minggu ke-10. Saat itu bagian-bagian diafragma telah menempati tempat
yang normal untuk menerima penekanan sebagai konsekuensi dari
perkembangan organ-organ. Hernia dapat timbul dari gagalnya
pertumbuhan diafragma yang normal atau timbul dari daerah yang
memang rawan terhadap penekanan yaitu foramen Bochadlek, foramen
Morgagini, dan hiatus esofagus.
Hernia diafragma dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan
diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran
pleuroperitonei, septum transversum, dan pertumbuhan dari tepi yang
berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat
berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga
unsur, dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan
dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan
pembentukan otot akan menyebabkan difragma tipis dan menimbulkan
eventerasi. Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan
dari penyebab hernia diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen
yang diturunkan oleh orang tua.

Pathways

Traumatik Non-Traumatika
a

Pukulan Konginetal Akuisita


Tembaka
n
Tusukan
Gangguan pembentukan
diafragma

Kegagalan Gangguan Gangguan


pembentukan fusi ketiga pembentukan otot
diafragma unsur
7
Lubang Diafragma tipis dan
hernia menimbulkan
eventerasi

Gangguan
pernapasan yang
berat

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia diafragmatika, yaitu:
1. Gangguan kardiopulmonal karena terjadi penekanan paru dan
terdorongnya mediastinum ke arah kontralateral.
2. Sesak nafas berat berlanjut dengan asfiksia.
3. Mengalami muntah akibat obstruksi usus.
4. Adanya penurunan jumlah alveoli dalam pembentukan bronkus.
5. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia.
6. Terjadi kelainan kromosom.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Behrman, pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis
hernia diafragmatika, antara lain :
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat dilakukan saat prenatal maupun pasca natal.
2. Foto Thorax
Pada foto thorax hernia diafragmatika, biasanya dihasilkan
pandangan lateral sering menampakkan usus masuk melewati bagian
posterior diafragma. Kadang-kadang lesi kistik kongenital paru bisa
menghasilkan gambaran radiografi yang sama. Perbedaan dengan
hernia diafragmatika bisa ditegakkan dengan ultrasonografi atau
injeksi kontras ke dalam lambung atau kateter arteri umbilikalis untuk
mengenali usus di atas diafragma.
3. CT Scan
CT Scan dibutuhkan untuk menyingkirkan pneumatokel atau
komplikasi efusi.
4. Fluoroskopi
Fluoroskopi dan ultrasonografi membantu membedakan elevasi dari
hernia sebenarnya.

G. PENATALAKSANAAN

8
Menurut Wong (2008) penatalaksanaan anak dengan hernia diafragmatika
berupa:
1. Penatalaksanaan terapeutik
a. Terapi suportif gawat napas dankoreksi asidosis, kemungkinan
dilakukan pemasangan slang endotrakeal (intubasi), dekompresi
GI dan ECMO (extracorporeal membran oxygenating).
b. Pemberian antibiotik sebagai terapi profilaktik.
c. Pembedahan untuk reposisis hernia dan perbaikan defek.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pra bedah :
1) Mengurangi stimulasi: aktivitas lingkungan/perawatan.
2) Mengenali dengan segera; resusitasi dan stabilisasi.
3) Mempertahankan pengisapan, pemberian oksigen, dan cairan
infus.
4) Mengatur posisi : kepala ditegakkan.
5) Memberikan obat.
b. Pasca bedah:
1) Melaksanakan perawatan pascabedah yang rutin dan
observasi.
2) Meredakan nyeri dan memberikan rasa nyaman.
3) Mendukung keluarga karena kondisi ini merupakan keadaan
sakit yang kritis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus
a. Anamnesa
1) Identitas

9
a) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat.
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, hubungan
dengan pasien.
2) Riwayat Keperawatan
a) Keluhan utama: sesak nafas.
b) Riwayat keperawatan sekarang : tanda dan gejala
dirasakan oleh klien yaitu sesak terutama kalau tidur datar,
dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata.
c) Riwayat keperawatan dahulu : pernah mengalami
kecelakaan atau tidak, pernah terjatuh, terkena benda
tajam atau benda tumpul.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gerakan pernafasan yang
tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang, suara pernafasan
menghilang dan mungkin terdengan bising usus pada hermi
toraks yang mengalami trauma.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya integritas jaringan.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi bedah.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.

3. Intervensi
1. Dx : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi
sekresi.
b. Timbang berat badan sesuai indikasi.
c. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien.
d. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan
teratur.
e. Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat
makan. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai
pasien.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien.

Rasional :
1) Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien
harus terlindung dari aspirasi.
2) Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
3) Menurunkan resiko regurgitasi dan terjadinya aspirasi.
4) Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.

10
5) Meskipun proses pemulihan pasien memerlukan bantuan makan dan
menggunakan alat bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau
teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
6) Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan
penyakit sekarang.
2. Dx : Nyeri berhubungan dengan terputusnya integritas jaringan.
a. Identifikasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 0-10).
b. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional :
1) Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting untuk
memilih intervensi yang efektif.
2) Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3) Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot
serta mengurangi nyeri.
4) Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5) Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.
3. Dx : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi
bedah
a. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas dan faktor
pemberat/penghilang. Perhatikan petunjuk non verbal
misalnya melindungi otot, nafas dangkal, respon emosi
Rasional : Nyeri insisi pada fase pasca operasi awal,
diperberat oleh gerakan, batuk distensi abdomen, mual.
Membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat dan
mengevaluasi keefektifan analgesia (Doenges, 1999)
b. Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai
Rasional : Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan
pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot
dan memperbaiki sirkulasi (Doenges, 1999).
3) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respon autonomik meliputi perubahan pada TD,
nadi, dan pernafasan, yang berhubungan dengan
keluhan/penghilang nyeri.
c. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi
lanjut (Doenges, 1999).
d. Kaji insisi bedah, perhatikan edema atau inflamasi,
pembentukan hematoma, mengeringnya tepi luka.
Rasional : Pendarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi atau

11
terjadinya infeksi dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi
(Doenges, 1999).
e. Ambulasi klien sesegera mungkin.
Rasional : Menurunkan masalah yang terjadi karena
imobilisasi misal: tegangan otot, tertahannya flatus (Doenges,
1999).
4. Dx : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
1. Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu
Rasional : Suhu malam hari memuncak yang kembali normal
pada pagi hari adalah karakter infeksi. Peningkatan suhu 4-7
hari setelah pembedahan sering menandakan abses luka
(Doenges, 1999).
2. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya
inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat
pemulihan (Doenges, 1999).
3. Pertahankan perawatan luka aseptik. Pertahankan balutan
kering
Rasional : Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama
penggantian balutan. Balutan basah menyerap kontaminasi
eksternal (Doenges, 1999).
4. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: antibiotik.
Rasional : Diberikan secara profilatif dan untuk mengatasi
infeksi (Doenges, 1999).

4. Evaluasi
a. Pola nafas klien normal
b. Klien tidak mengalami nyeri.
c. Klien tidak mengalami infeksi.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang
membatasi rongga dada dan rongga perut. Secara anatomi serat otot
yang terletak lebih medial dan lateral diafragma posterior yang berasal
dari arkus lumboskral dan vertebrocostal triagone adalah tempat yang
paling lemah dan mudah terjadi rupture. Menurut lokasinya hernia
diafragma traumatika 69 % pada sisi kiri, 24 % pada sisi kanan, dan 15
% terjadi bilateral. Hal ini terjadi karena adanya hepar di sisi sebelah
kanan yang berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur
hemidiafragma sisi sebelah kanan. Dan pada pemeriksaan fisik akan
didapatkan gerakan pernafasan yang tertinggal, perkusi pekak, fremitus
menghilang, suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising
usus pada toraks yang mengalami trauma.

B. Saran
Sebagai seorang calon tenaga keperawatan, mahasiswa
keperawatan harus paham benar mengenai penyakit hernia diafragma.
Dengan pemahaman yang benar, tentunya mahasiswa dapat mengetahui
langkah yang tepat untuk memberikan asuhan keperawatan baik pada
klien maupun pada keluarga klien. Selain itu, dengan adanya makalah
pembelajaran ini, mahasiswa sebaiknya selalu berhati-hati untuk menjaga
kesehatan guna mencegah terjadinya hernia diafragma pada dirinya
maupun keluarga serta masyarakat sekitar.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-
diseases/hernia-diafragmatika-_-9510001031327

http://www.tempo.co/read/news/2014/08/13/248599357/hernia-
diafragmatika-pada-bayi-berbahayakah

http://oktioktaviani36.blogspot.co.id/2013/05/makalah-hernia-
diafragmatika.html

http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.co.id/2011/05/hernia-
diafragmatika.html

14

Anda mungkin juga menyukai