Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga, pada hari ini saya
dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “hernia diafragmatika".Makalah ini telah
saya susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya sendiri.
Untuk itu, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Rizky Amelia, S.Keb., Bd.
selaku dosen pengampu seminar kasus mata kuliah asuhan kebidanan neonatus.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….
4.2 Saran…………..………………………………………………………….
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Lesi ini biasanya terdapat pada distress respirasi berat pada masa neonatus yang
disertai dengan anamali sistem organ lain misalnya anamali sistem saraf pusat
atresia esofagus, omfalokel dan lain-lain.
Pemisahan perkembangan rongga pada dada dan perut disempurnakan dengan
menutupnya kanalis pleuropertioneum posteriolateral selama kehamilan minggu
kedelapan. Akibat gagalnya kanalis pleuroperikonalis ini menutup merupakan mekanisme
terjadinya hernia diafragma. pada neonatus hernia diafragma disebabkan oleh gangguan
pembentukan diafragma yang ditandai dengan gejala. Anak sesak nafas terutama kalau
tidur datar, dada tampak menonjol tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan
menunjukkan gambaran skafoit. Post apeks jantung bergeser sehingga kadang-kadang
terletak di hemitoraks kanan.
Walaupun banyak kasus diketahui dengan ultrasonografi prenatal, sebagian besar bayi
dengan HDK mengalami distres respirasi berat dalam usia beberapa jam pertama.
Sekelompok kecil akan muncul sesudah masa neonatus. Penderita dengan manifestasi
terlambat dapat mengalami muntah sebagai akibat obstruksi usus atau gejala respirasi
ringan. Hernia diafragmatika kanan yang muncul terlambat setelah episode sepsis
streptokokus grup B merupakan rangkaian yang diuraikan dengan jelas. Terkadang
inkarserasi usus akan menyebabkan iskemia dengan sepsis dankolaps kardiorespiratori.
Hernia diafragmatika yang tidak dikenali merupakan penyebab kematian mendadak pada
bayi dan anak prasekolah (Behrman, 2000).
Menurut Wong (2008), gejala hernia diafragmatika yaitu gawat napas ringan hingga
berat terjadi dalam beberapa jam sesudah dilahirkan, takipnea, sianosis, dispnea, tidak
terdengar suara napas pada daerah yang terkena; gangguan curah jantung, kemungkinan
terdapat gejala syok, asidosis berat.
Hernia diafragma bisa dideteksi sejak kehamilan dengan melakukan USG. Melalui tes
pencitraan tersebut, dapat dilihat apabila terdapat usus ataupun isi perut lainnya di dalam
rongga dada bayi, serta cairan ketuban yang jumlahnya melebihi kadar normal
(polihidramnion). Bila dokter mencurigai adanya kelainan ini, maka akan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis.
Bila janin diketahui positif mengidap hernia diafragma, maka salah satu langkah
penanganan yang bisa dilakukan dokter adalah melalui metode FETO (fetal endoluminal
tracheal occlusion). FETO merupakan salah satu jenis laparoskopi yang dilakukan
dengan cara memasukkan balon khusus ke batang tenggorokan janin ketika ia berusia 26–
28 minggu. Balon ini akan memicu paru-paru janin untuk berkembang. Setelah
perkembangan paru mulai normal, balon akan diangkat. FETO bermanfaat mencegah
gangguan pernapasan yang bisa dialami bayi setelah dilahirkan, akibat hernia diafragma.
I. Pengkajian
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep refocusing atau
menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan kebutuhan klien, berlandaskan teori yang
ada, untuk menegakkan diagnosis.
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/tanggal lahir :
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan hernia diafragmatika adalah terjadi sesak
pada sistem pernafasan (Chandrasekharan, 2017)
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen/sopor/koma/delirium
Tanda vital : Tekanan darah :
Nadi : Frekuensi nadi cepat. (Karinta,2017)
Pernapasan : Takipneu (Laju pernafasan cepat) dikarenakan
paru-paru mencoba
memperbaiki kadar oksigen yang rendah di dalam tubuh bayi.
(Karinta,2017)
Suhu :
Antropometri :
BB : 2500 – 4000 gram. (Kemenkes RI, 2013)
PB : 48 – 52 cm. (Kemenkes RI, 2013)
Lingkar kepala : 33 – 35 cm (Marmi dan Kukuh, 2014)
Matondang, dkk (2000) menyatakan pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja
sudah dapat menunjukkan status gizi, dengan interpretasi sbb :
Lingkar dada : 30 – 38 cm
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi.
Inspeksi :
Kulit : Pada pasien dengan hernia diafragmatika warna kulit membiru atau
sianosis dikarenakan tubuh kekurangan oksigen (Karinta, 2017)
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada : - Pada hernia diafragmatika bentuk dinding dada kanan dan kiri
asimetris,dada tampak menonjol,dan gerakan nafas tidak nyata
(Oswari,2000)
- gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris. (Oswari,2000)
Genetalia eksterna :
Ekstermitas:
Anus :
Palpasi:
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen : meraba dan menekan bagian tubuh untuk memeriksa kondisi perut.
Pasien dangan hernia diafragmatika memiliki kondisi perut yang tidak
terasa penuh ketika ditekan organ perut naik ke rongga dada
(Chandrasekharan, 2017)
Genitalia Eksterna :
Anus :
Ekstremitas
Auskultasi :
Abdomen :
Perkusi :
Toraks :
Abdomen :
3. Pemeriksaan neurologis/refleks
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
a. Refleks moro :
b. Refleks tonic neck :
c. Refleks rooting :
d. Refleks sucking :
e. Refleks graps (plantar & palmar grasp)
f. Refleks babynski :
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksan Rotgen :
Pemeriksaan CT-Scan:
Pemeriksaan ECHO :
NKB/NCB/NLB/KMK/SMK/BMK,Usia...(jam/hari)dengan...
Keterangan: NKB : Neonatus kurang bulan
NCB : Neonatus cukup bulan
NLB : Neonatus lebih bulan
KMK : Kecil masa kehamilan
SMK : Sesuai masa kehamilan
BMK : Besar masa kehamilan
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan antisipasi
agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Contoh diagnosis potensial :
1. Adanya penurunan jumlah alvieoli dan pembentukan bronkus.
2. Bayi mengalami distress respirasi berat dalm usia beberapa jam pertama.
3. Sesak nafas berat berlanjut dengan asfiksia.
4. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia.
5. Mengalami muntah akibat obstuksi usus.
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi /darurat yang harus dilakukan.
Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi,
atau bersifat rujukan.
Pada kasus hernia diafragmatika,Segera datangi unit gawat darurat jika bayi mengalami
kesulitan bernapas dan peningkatan laju jantung. Pembedahan darurat diperlukan segera
jika diketahui terdapat hernia diafragmatika. Tindakan bedah untuk hernia diafragmatika
dibutuhkan segera setelah bayi baru lahir. Hal ini karena organ-organ pencernaan yang
masuk ke rongga dada dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan yang berbahaya
bagi bayi. (King, H, 2010)
V . INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini yaitu
mengalami hernia diafragmatika
Rasional : Dengan menjelaskan mengenai keadaan anak maka
ibu akan mengerti sehingga ibu akan bersifat kooperatif
terhadap tindakan dan anjuran petugas kesehatan (Suparyanti
2008)
2. Jelaskan pada ibu tentang penyebab, penanganan dan
komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari bayi dengan hernia
diafragmatika
Rasional : Informasi yang adekuat dapat dapat menambah
pengetahuan ibu dan ibu lebih kooperatif (Asuhan
Keperawatan. 2014))
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan
awal/pengobatan hernia diafragmatika
Rasional : dengan begitu ibu dan dokter dapat menentukan
indikasi penanganan awal/pengobatan pada hernia
diafragmaika (snodgrass WT,2016)
4. Lakukan penanganan awal pada hernia diafragmatika
Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi
(doenges,2012)
5. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi dengan hernia
diafragmatika
Rasional : Memandirikan ibu melakukan perawatan di rumah.
(Sulistyonigsih,2010)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun.pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan yang telah
dilakukan.Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.