Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga, pada hari ini saya
dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “hernia diafragmatika".Makalah ini telah
saya susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya sendiri.
Untuk itu, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Rizky Amelia, S.Keb., Bd.
selaku dosen pengampu seminar kasus mata kuliah asuhan kebidanan neonatus.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Samarinda, 06 Juni 2020

Gusti Reni Anggini

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….

KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Teori
2.1 Definisi Hernia Diafragmatika….……..…………………………………
2.2 Etiologi…………..……………………………………………………….
2.3 Patofisiologi Hernia Diafragmatika………………………………………
2.4 Tanda dan Gejala…………..…….………………………….……………
2.5 Pencegahan Hernia Diafragmatika……………………………………….
2.6 Komplikasi Hernia Diafragmatika……………,…..……………………...
2.7 Penatalaksanaan Hernia Diafragmatika……………..……………………
B. Konsep dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Hernia
Diafragmatika…………………………………………………………………

BAB III TINJAUANKASUS……………………………………………………

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….
4.2 Saran…………..………………………………………………………….
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ intra abdomen ke dalam rongga


kavum pleura melalui suatu lubang pada diafragma. Salah satu penyebab terjadinya
hernia diafragma adalah trauma pada abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma
tumpul, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa
cedera penetrasi langsung  pada diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul
abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling sering adalah akibat
kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi penigkatan tekanan intra
abdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma. Pada
trauma penetrasi paling sering disebabkan oleh luka tembak senjata api dan luka tusuk
senjata tajam. Secara anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral diafragma
posterior  yang berasal dari arkus lumboskral dan vertebrocostal adalah tempat yang
paling lemah dan mudah terjadi ruptur.
Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus
halus, kolon, lien dan hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun
strangulasi dari usus yang mengalami herniasi ke rongga thorak ini. Namu pada bayi lahir
penyebab adalah kemungkinan Akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga
thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi bersamaan dengan pembentukan
sistem organ dalam rahim.

1.2 Rumusan Maslah


1. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan neonatus dengan hernia
diafragmatika?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada neonatus denga hernia diafragmatika
menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan varney.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tinjauan teori tentang neonatus dengan hernia diafragmatika
Untuk mengetahui manajemen asuhan kebidanan teori neonatus dengan hernia
diafragmatika
a. Dapat melakukan pengkajian pada neonatus dengan hernia diafragmatika melalui
metode manajemen Varney
b. Dapat melakukan interpretasi data dasar pada neonatus dengan hernia
diafragmatika
c. Dapat melakukan identifikasi diagnosis dan masalah potensial pada neonatus
dengan hernia diafragmatika
d. Dapat melakukan identifikasi tindakan segera pada neonatus dengan hernia
diafragmatika
e. Dapat melakukan perencanaan (intervensi) pada neonatus dengan hernia
diafragmatika
f. Dapat melaksanakan implementasi pada neonatus dengan hernia diafragmatika
g. Dapat melakukan evaluasi pada neonatus dengan hernia diafragmatika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


2.1 Definisi Hernia Diafragmatika
Hernia Diafragmatika adalah cacat lahir bawaan yang ditandai dengan adanya
lubang yang abnormal pada diafragma akibat penyatuan yang tidak sempurna dari
struktur-struktur diafragma selama perkembangan janin. Diafragma adalah struktur otot
yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut dan mempermudah pernafasan. Pada
hernia diafragmatika, lubang yang terbentuk pada diafragma tersebut membuat organ-
organ perut dapat memasuki rongga dada, yang mana hal ini dapat menyebabkan kesulitan
bernafas yang berat, kulit berwarna kebiruan, denyut jantung dan nafas yang cepat ketika
bayi lahir. (Behman,2000)
Pembagian Hernia diafragmatika :
a. Traumatica : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan, tusukan
b. Non-Traumatica :
1) Kongenital        
a) Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma.
b) Hernia Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan sternum
2) Akuisita
Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi
tubuh bagian kiri.

2.2 Etiologi
Lesi ini biasanya terdapat pada distress respirasi berat pada masa neonatus yang
disertai dengan anamali sistem organ lain misalnya anamali sistem saraf pusat
atresia esofagus, omfalokel dan lain-lain.
Pemisahan perkembangan rongga pada dada dan perut disempurnakan dengan
menutupnya kanalis pleuropertioneum posteriolateral selama kehamilan minggu
kedelapan. Akibat gagalnya kanalis pleuroperikonalis ini menutup merupakan mekanisme
terjadinya hernia diafragma. pada neonatus hernia diafragma disebabkan oleh gangguan
pembentukan diafragma yang ditandai dengan gejala. Anak sesak nafas terutama kalau
tidur datar, dada tampak menonjol tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan
menunjukkan gambaran skafoit. Post apeks jantung bergeser sehingga kadang-kadang
terletak di hemitoraks kanan.

2.3 Patofisiologi Hernia Diafragmatika


Pada usia kehamilan 2 bulan tidak ada penekanan terhadap diafragma yang sedang
berkembang baik dari rongga dada maupun dari rongga abdomen. Di dalam rongga dada,
paru belum berkembang, sedangkan di dalam rongga abdomen usus mengambil tempat di
luar abdomen yaitu di umbilikus. Tekanan mekanik pertama yang diterima oleh diafragma
adalah saat usus kembali dari umbilikus ke intra abdomen pada minggu ke-10. Saat itu
bagian-bagian diafragma telah menempati tempat yang normal untuk menerima penekanan
sebagai konsekuensi dari perkembangan organ-organ. Hernia dapat timbul dari gagalnya
pertumbuhan diafragma yang normal atau timbul dari daerah yang memang rawan
terhadap penekanan yaitu foramen Bochadlek, foramen Morgagini, dan hiatus esofagus.
Hernia diafragma dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma.
Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum transversum, dan
pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan
itu dapat berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsur,
dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi
lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan difragma
tipis dan menimbulkan eventerasi. Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang
berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang
diturunkan oleh orang tua.
                                                           
2.4 Tanda dan Gejala Hernia Diafragmatika
Menurut Stanford Children’s Health, gejala hernia diafragma bisa berbeda-beda pada
setiap bayi, beberapa gejala hernia diafragmatika pada bayi adalah sebagai berikut:
1. Retraksi sela iga dan substernal
2. Perut kecil dan cekung
3. Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut.
4. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi perut.
5. Terdengar bising usus di daerah dada.
6. Gangguan pernafasan yang berat
7. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
8. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
9. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
10. Takikardia (denyut jantung yang cepat).

Walaupun banyak kasus diketahui dengan ultrasonografi prenatal, sebagian besar bayi
dengan HDK mengalami distres respirasi berat dalam usia beberapa jam pertama.
Sekelompok kecil akan muncul sesudah masa neonatus. Penderita dengan manifestasi
terlambat dapat mengalami muntah sebagai akibat obstruksi usus atau gejala respirasi
ringan. Hernia diafragmatika kanan yang muncul terlambat setelah episode sepsis
streptokokus grup B merupakan rangkaian yang diuraikan dengan jelas. Terkadang
inkarserasi usus akan menyebabkan iskemia dengan sepsis dankolaps kardiorespiratori.
Hernia diafragmatika yang tidak dikenali merupakan penyebab kematian mendadak pada
bayi dan anak prasekolah (Behrman, 2000).
Menurut Wong (2008), gejala hernia diafragmatika yaitu gawat napas ringan hingga
berat terjadi dalam beberapa jam sesudah dilahirkan, takipnea, sianosis, dispnea, tidak
terdengar suara napas pada daerah yang terkena; gangguan curah jantung, kemungkinan
terdapat gejala syok, asidosis berat.

2.5 Pencegahan Hernia Diafragmatika


Pemeriksaan kehamilan secara rutin berperan besar dalam mendeteksi adanya
gangguan pada janin, sehingga dokter bisa menentukan langkah perawatan yang tepat
sebelum, selama, dan setelah persalinan.

Hernia diafragma bisa dideteksi sejak kehamilan dengan melakukan USG. Melalui tes
pencitraan tersebut, dapat dilihat apabila terdapat usus ataupun isi perut lainnya di dalam
rongga dada bayi, serta cairan ketuban yang jumlahnya melebihi kadar normal
(polihidramnion). Bila dokter mencurigai adanya kelainan ini, maka akan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis. 

Bila janin diketahui positif mengidap hernia diafragma, maka salah satu langkah
penanganan yang bisa dilakukan dokter adalah melalui metode FETO (fetal endoluminal
tracheal occlusion). FETO merupakan salah satu jenis laparoskopi yang dilakukan
dengan cara memasukkan balon khusus ke batang tenggorokan janin ketika ia berusia 26–
28 minggu. Balon ini akan memicu paru-paru janin untuk berkembang. Setelah
perkembangan paru mulai normal, balon akan diangkat. FETO bermanfaat mencegah
gangguan pernapasan yang bisa dialami bayi setelah dilahirkan, akibat hernia diafragma.

2.6 Komplikasi Hernia Diafragmatika


Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya
besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna. Setelah
lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk
massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma
gawat pernafasan. Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia
diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan kongenital paru-
paru dan 5 – 16 % mengalami kelainan kromosom.
Selain komplikasi di atas, ada pula beberapa komplikasi lainnya, yaitu:
1. Adanya penurunan jumlah alvieoli dan pembentukan bronkus.
2. Bayi mengalami distress respirasi berat dalm usia beberapa jam pertama.
3. Sesak nafas berat berlanjut dengan asfiksia.
4. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia.
5. Mengalami muntah akibat obstuksi usus.

2.7 Penatalaksanaan Hernia Diafragmatika


a. Pemeriksaan fisik
1. Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata.
2. Perut kempis dan menunjukkan gambaran scafoid.
3. Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga kadang-
kadang  terletak di hemitoraks kanan.
4. Bila anak didudukkan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang.
5. Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.
6. Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.
7. Bising usus terdengar di dada 
b. Pemeriksaan penunjang.
1. Rotgen, akan memperlihatkan adanya bayangan usus di daerah toraks.
2. CT-Scan, yaitu pemeriksaan yang memungkinkan untuk melihat langsung organ
perut.
3. ECHO, yaitu pemeriksaan yang memberikan gambaran jantung yang sedang
berdenyut dan dapat merekam gambar dengan sempurna.
Yang dapat dilakukan seorang bidan bila menemukan bayi baru lahir yang
mengalami hernia diafragmatika yaitu :
1. Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru.
2. Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar tekanan
dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma dapat bergerak bebas
3. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka tegakkan
bayi agar tidak terjadi aspirasi.
4. Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat
pelayanan yang lebih baik.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan kebidanan pada Neonatus dengan hernia
diafragmatika

I. Pengkajian
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep refocusing atau
menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan kebutuhan klien, berlandaskan teori yang
ada, untuk menegakkan diagnosis.

Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :

A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :

Umur/tanggal lahir :

Jenis kelmin : Hernia diafragmatika lebih banyak terdapat pada laki-laki


dibandingkan perempuan (Sjamsuhidajat, 2000)
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :

b. Identitas orang tua


Nama ayah :
Nama Ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Alasan Masuk Rumah Sakit (MRS) dan Keluhan Utama


a. Alasan MRS
Alasan MRS adalah alasan klien masuk Rumah Sakit, bisa disebabkan klien datang
sendiri karena adanya keluhan ataupun rujukan.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan hernia diafragmatika adalah terjadi sesak
pada sistem pernafasan (Chandrasekharan, 2017)

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Riwayat Kesehatan sekarang
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi

Hernia diafragmatika disebabkan oleh pembentukan otot diafragma yang terganggu di


masa kehamilan sehingga tidak terbentuk dengan normal, hernia diafragmatika bisa
diatasi dengan cara dilakukan perawatan itensif, ECMO (extracorporeal membrane
oxygenation), dan oprasi. (Chandrasekharan,2017)

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


- Riwayat antenatal :
Penyebab pasti terjadinya gangguan ini tidak diketahui dengan pasti.namun
terdapat teori yang menghubungkan kelainan bawaan ini dengan insektisida (racun
serangga), obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu pada masa
kehamilan,mempunyai kebiasaan merokok dan kekurangan vitamin A pada saat
ibu hamil (Rahayatri,2014)
Pengkajian riwayat antenatal dirincikan mulai dari :
a) corak reproduksi ibu yang meliputi umur ibu saat hamil, jarak kelahiran dan
jumlah kelahiran (paritas), termasuk aborsi.
b) kunjungan antenatal
c) keadaan kesehatan saat hamil
d) makanan ibu selama hamil,
e) obat-obat yang diminum pada saat hamil, terutama trimester pertama kehamilan
f) riwayat imunisasi tetanus toksoid
g) riwayat terpapar infeksi saat hamil, misalnya TORCH
h) riwayat merokok dan minum minuman keras/alkohol (Matondang, dkk, 2000)
- Riwayat intranatal :
- Riwayat postnatal :
 Riwayat imunisasi :
 Riwayat alergi
 Riwayat penyakit yang pernah di derita:
 Riwayat operasi/pembedahan :
 Riwayat tumbuh kembang :
 Riwayat Pertumbuhan :
 Riwayat perkembangan : :
Pada hernia diafragmatika,anak bisa mengalami gangguan koordinasi tubuh,sehingga
ia akan sulit atau membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar duduk,merangkak
berguling,berdiri dan berjalan. (Halodoc,2019)
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat penyakit menular :
b. Riwayat penyakit menurun :
Hernia diafragmatika dapat diawasi pada anggota keluarga,misalnya bila ayah
menderita hernia bawaan,sering terjadi juga akan menurun kepada anaknya.
(Sjamsuhidjat 2000)
c. Riwayat penyakit menahun :

5. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan


Pola Nutrisi
Konstipasi tidak dapat flaktus dikarenakan
Pola Eliminasi adanya retensi urine atau inkontinensia
urine (Daneshgari & moore,2007)
Pola Istirahat
Pola Personal Hygiene
Pola Aktivitas

6. Riwayat psikososiokultural spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
Dari data ini dapat diketahui antara lain apa keluarga pasien termasuk keluarga batih
(nuclear family) atau keluarga besar (extended family), yang masing masing mempunyai
implikasi dalam praktik pengasuhan anak. Selain itu, terdapatnya perkawinan dengan
keluarga dekat (konsanguinasi) antara ayah dan ibu juga dapat berpengaruh terhadap
penyakit bawaan/keturunan (Matondang, dkk, 2000)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen/sopor/koma/delirium
Tanda vital : Tekanan darah :
Nadi : Frekuensi nadi cepat. (Karinta,2017)
Pernapasan : Takipneu (Laju pernafasan cepat) dikarenakan
paru-paru mencoba
memperbaiki kadar oksigen yang rendah di dalam tubuh bayi.
(Karinta,2017)
Suhu :

Antropometri :
BB : 2500 – 4000 gram. (Kemenkes RI, 2013)
PB : 48 – 52 cm. (Kemenkes RI, 2013)
Lingkar kepala : 33 – 35 cm (Marmi dan Kukuh, 2014)

- Circumferensia suboccipito bregmatica : 32 cm


- Circumferensia fronto oksipito : 34 cm
- Circumferensia mento oksipito bregmatica : 35 cm
LILA :

Matondang, dkk (2000) menyatakan pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja
sudah dapat menunjukkan status gizi, dengan interpretasi sbb :

 < 12,5 cm : gizi buruk (merah)


 12,5-13,5 cm : gizi kurang (kuning)
 >13,5 cm : gizi baik (hijau)

Lingkar dada : 30 – 38 cm

Lingkar perut : 31-35 CM

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi.
Inspeksi :
Kulit : Pada pasien dengan hernia diafragmatika warna kulit membiru atau
sianosis dikarenakan tubuh kekurangan oksigen (Karinta, 2017)
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada : - Pada hernia diafragmatika bentuk dinding dada kanan dan kiri
asimetris,dada tampak menonjol,dan gerakan nafas tidak nyata
(Oswari,2000)
- gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris. (Oswari,2000)

Abdomen : Pada hernia diafragmatika perut tampak kempis dan menunjukan


gambaran scaphoid (Oswari,2000)

Genetalia eksterna :
Ekstermitas:
Anus :

Palpasi:
Kepala :
Wajah :

Mata :
Telinga :

Hidung :

Mulut :

Leher :

Dada :
Abdomen : meraba dan menekan bagian tubuh untuk memeriksa kondisi perut.
Pasien dangan hernia diafragmatika memiliki kondisi perut yang tidak
terasa penuh ketika ditekan organ perut naik ke rongga dada
(Chandrasekharan, 2017)
Genitalia Eksterna :
Anus :
Ekstremitas

Auskultasi :

Dada : memeriksa bising usus dengan menggunakan stetoskop untuk


mendeteksi apakah suara bising usus terdengar di area dada
(Chandrasekharan, 2017)

Abdomen :

Perkusi :
Toraks :

Abdomen :

3. Pemeriksaan neurologis/refleks
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
a. Refleks moro :
b. Refleks tonic neck :
c. Refleks rooting :
d. Refleks sucking :
e. Refleks graps (plantar & palmar grasp)
f. Refleks babynski :
4. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksan Rotgen :
 Pemeriksaan CT-Scan:
 Pemeriksaan ECHO :

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis
dan masalah yang spesifik.
Diagnosis :
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.

Cara penulisan diagnosis :

 NKB/NCB/NLB/KMK/SMK/BMK,Usia...(jam/hari)dengan...
Keterangan: NKB : Neonatus kurang bulan
NCB : Neonatus cukup bulan
NLB : Neonatus lebih bulan
KMK : Kecil masa kehamilan
SMK : Sesuai masa kehamilan
BMK : Besar masa kehamilan

Contoh :NCB-SMK,usia 1 hari dengan hernia diafragmatika


 Bayi usia....(bulan)dengan....
 Balita....(tahun)dengan....
 Anak usia....(tahun)dengan....
 Masalah :hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.
Contoh masalah : Tanda gejala hernia diafragmatika jarang diketahui
oleh orang tua sendiri
 Kebutuhan :hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosis dan masalah.
Contoh kebutuhan : Memberikan KIE/Pendidikan kesehatan kepada
orang tua

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS MASALAH POTENSIAL

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan antisipasi
agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Contoh diagnosis potensial :
1. Adanya penurunan jumlah alvieoli dan pembentukan bronkus.
2. Bayi mengalami distress respirasi berat dalm usia beberapa jam pertama.
3. Sesak nafas berat berlanjut dengan asfiksia.
4. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia.
5. Mengalami muntah akibat obstuksi usus.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi /darurat yang harus dilakukan.
Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi,
atau bersifat rujukan.

Contoh kebutuhan tindakan segera :

Pada kasus hernia diafragmatika,Segera datangi unit gawat darurat jika bayi mengalami
kesulitan bernapas dan peningkatan laju jantung. Pembedahan darurat diperlukan segera
jika diketahui terdapat hernia diafragmatika. Tindakan bedah untuk hernia diafragmatika
dibutuhkan segera setelah bayi baru lahir. Hal ini karena organ-organ pencernaan yang
masuk ke rongga dada dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan yang berbahaya
bagi bayi. (King, H, 2010)

V . INTERVENSI

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini yaitu
mengalami hernia diafragmatika
Rasional : Dengan menjelaskan mengenai keadaan anak maka
ibu akan mengerti sehingga ibu akan bersifat kooperatif
terhadap tindakan dan anjuran petugas kesehatan (Suparyanti
2008)
2. Jelaskan pada ibu tentang penyebab, penanganan dan
komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari bayi dengan hernia
diafragmatika
Rasional : Informasi yang adekuat dapat dapat menambah
pengetahuan ibu dan ibu lebih kooperatif (Asuhan
Keperawatan. 2014))
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan
awal/pengobatan hernia diafragmatika
Rasional : dengan begitu ibu dan dokter dapat menentukan
indikasi penanganan awal/pengobatan pada hernia
diafragmaika (snodgrass WT,2016)
4. Lakukan penanganan awal pada hernia diafragmatika
Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi
(doenges,2012)
5. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi dengan hernia
diafragmatika
Rasional : Memandirikan ibu melakukan perawatan di rumah.
(Sulistyonigsih,2010)

VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun.pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan yang telah
dilakukan.Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Anda mungkin juga menyukai