Disusun Oleh:
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana evaluasi pada penyakit hernia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk menegtahui bagaimana konsep penyakit hernia
2. Untuk mengetahui apa saja data fokus penyakit hernia
3. Untuk mengetahui bagiaman diagnosa keperawatan penyakit hernia
4. Untuk mengetahui bagaimana intervensi penyakit penyakit hernia
5. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pada penyakit penyakit hernia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
e) Hernia insisional, terjadi ketika usus atau jaringan mencuat melalui
bekas luka operasi di bagian perut atau panggul. Hernia insisional dapat
terjadi bila luka operasi di perut tidak menutup dengan sempurna.
f) Hernia epigastrik, terjadi ketika jaringan lemak mencuat melalui dinding
perut bagian atas, tepatnya dari uluhati hingga pusar.
g) Hernia spigelian, terjadi ketika sebagian usus mendorong jaringan ikat
(spigelian fascia) yang terletak di sisi luar otot rektus abdominus, yaitu
otot yang membentang dari tulang rusuk hingga tulang panggul dengan
karakteristik tonjolan yang dikenal dengan ‘six pack’. Hernia spigelian
paling sering timbul di daerah sabuk spigelian, yaitu daerah pusar ke
bawah.
h) Hernia diafragma, terjadi ketika sebagian organ lambung mencuat
masuk ke rongga dada melalui celah diafragma. Hernia jenis ini juga
dapat dialami oleh bayi ketika pembentukan diafragma kurang
sempurna.
i) Hernia otot, terjadi ketika sebagian otot mencuat melalui dinding perut.
Jenis hernia ini juga dapat terjadi pada otot kaki akibat cedera saat
berolahraga.
2. Epidemiologi
Menurut Medical centre University of Maryland, USA, hampir 5 juta
orang di Amerika menderita hernia sesuai dengan statistik kesehatan
nasional Amerika Serikat[2]. Menurut US Census Bureau, International Data
Base, 2004, dengan menggunakan perhitungan yang sama dengan prevalensi
hernia di USA, diperkirakan di Asia Tenggara Indonesia menduduki
peringkat kedua dengan jumlah penderita hernia yaitu sebesar 438,332
orang dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 238,452,952 orang. Dari
hasil studi pendahuluan pada bulan Maret jumlah penderita hernia di RSUD
Prof. Dr. W.Z Johannes tahun 2013 sebanyak 86 orang. Di Indonesia
penderita yang mengalami hernia sebagian besar adalah hernia inguinal.
Hernia inguinalis lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita.
Hernia inguinalis ditemukan pada semua usia, namun insidensinya
meningkat seiring bertambahnya usia. Pada wanita, hernia lebih sering
ditemukan pada usia lanjut dengan puncak onset usia 40 hingga 60 tahun,
sedangkan pada pria paling sering ditemukan pada usia 30-50 tahun.
Sebagian besar kasus hernia inguinalis terjadi unilateral, dengan 20% kasus
terjadi bilateral. Sisi kanan inguinal dilaporkan 2 kali lebih sering terkena
dibanding sisi kiri. Sedangkan hernia hiatus terjadi ketika sebagian gaster
prolaps melalui hiatus esofagus di diafragma.
3. Tanda dan Gejala
Gejala hernia bervariasi, tergantung lokasi dan tingkat keparahan.
Hernia di perut atau selangkangan ditandai dengan munculnya benjolan atau
tonjolan yang dapat hilang ketika berbaring. Namun, benjolan dapat muncul
4
kembali ketika penderita tertawa, batuk, atau mengejan. Gejala hernia
lainnya adalah:
a) benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan
timbul saat adanya tahanan
b) Nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang selalu
memburuk di senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien
berbaring bersandar dan hernia berkurang.
c) Rasa berat dan tidak nyaman di perut, terutama ketika membungkuk.
d) Konstipasi.
e) Benjolan di selangkangan.
f) Demam
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat
beban berat atau mengedan dan menghilang setelah berbaring sedangkan
hernia ireponibel memiliki keluhan adanya benjolan pada lipatan paha yang
tidak dapat hilang walaupun berbaring.
4. Penyebab/ faktor resiko
Faktor resiko terjadinya hernia antara lain usia, obesitas, jenis kelamin,
batuk kronis, lahir prematur, jenis pekerjaan dan tingkat aktifitas.
a) Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa laki-
laki lebih banyak mengalami hernia inguinalis dibandingkan perempuan.
Hal ini dimungkinkan karena faktor angkat beban berat yang sering
dilakukan oleh laki-laki misalnya mengangkat barang, jadi kuli bangunan
dan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang kuat lainnya.
b) Usia
Meningkatnya umur seseorang memberikan dampak pada menurunnya
fungsi sistem dalam tubuh sehingga semakin rentan terhadap berbagai
penyakit. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin
melemah, umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal
direkta.
c) Faktor keluarga
Selain itu para ahli mengemukakan bahwa sesorang yang memiliki
penyakit hernia lebih beresiko akan menurunkan kembali hernia
tersebut pada anaknya.
d) Pekerjaan berat
Pekerjaan berat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen pada perut
yang mengakibatkan organ perut (biasanya usus) menonjol melalui
suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis yang
dapat menyebabkan hernia inguinalis. Menurut Adul 2009. Hal ini
biasanya dihubungkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang mengangkat
5
biasanya dihubungkan pada dengan aktifitas fisik mengangkat beban
berat.
e) Tingkat Aktivitas
Menurut peneliti hasil ini sudah sesuai teori bahwa semakin berat
aktifitas fisik maka semakin meningkatkan resiko terjadinya hernia.
f) Kosntipasi
Akibat konstipasi, pasien mengedan yang keras sehingga ada
kemungkinan terjadi tarikan pada bagian organ di sekitar anus yang
turut tertarik/menonjol keluar.
g) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan secara alami akan memiliki tekanan
internal yang lebih besar. Tekana internal tersebut dengan mudah dapat
mendorong jaringan lemak dan organ internal menjadi hernia ingualis.
h) Reflek Bersin
Hubungan intensitas dan kualitas refleks bersin dengan kejadian hernia
inguinalis erat kaitan dengan adanya peningkatan tekanan
intrapulmonal, peningkatan tekanan intrathorakal, dan elevasi dari otot
diafragma serta peningkatan tekanan intraabdominal yang melewati
ambang batas. Beberapa penyakit alergi seperti asma dan rhinitis, salah
satu manifestasi klinisnya yaitu berupa sneezing. Refleks bersin yang
terjadi secara terus menerus memiliki progres klinis peningkatan resiko
yang memungkinkan terjadinya hernia inguinalis.
i) Batuk kronik
j) Lahir Prematur
Total 21
Kesimpulan : gangguan kognisi ringan
9
Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
d. Tanda dan Gejala Minor
1) Subjektif:-
2) Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berfikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) diafrosesis
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi Pembedahan
2) Cedera Traumatis
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
a. Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ektremitas secara
mandiri.
b. Penyebab
1. Nyeri
2. Kecemasan
3. Keenganan melakukan pergerakan
4. Program pembatasan gerak
c. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif
Mengeluh sulit menggerkan esktremitas
2. Objektif
Kekuatan ototmenurun
Rentang gerak (ROM) menurun
d. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2. Objektif
a) Sendi kaku
10
b) Gerakan tidak trkorrdinasi
c) Gerakan terbatas
d) Fisik lemah
e. Kondisi Klinis Terkait
Trauma
3. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.0021)
a. Definisi
Peningkatan, penurunana, tidak efektif atau kurangnya aktivitas
peristaltik gastrointestinal.
b. Penyebab
1. Pembedahan
2. Proses penuaan
3. Kecemasan
c. Tanda dan Gejala Mayor
1. Subjektif
a) Mengungkapkan faltus tidak ada
b) Nyeri/ kram abdomen
2. Objektif
Suara peristaltik berubag (tidak ada atau hiperaktif)
d. Tanda dan Gejala Minor
1. Subjektif
Merasa mual
2. Objektif
a) Residu lambung meningkat/menurun
b) Muntah
c) Regrutasi
d) Pengosongan lambung
e) Distensi abdomen
f) Diare
g) Feses kering dan sulit keluar
h) Feses keras
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Pembedahan abdomen atau usus
2) kecemasan
4. Risiko Infeksi (D.0142)
a. Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor Resiko
1) Efek prosedur invasif
2) Ketidakadekuatan pertahan tubuh: kerusakan integritas kulit
c. Kondisi Klinis Terkait
Tindakan invasif
11
2.4 Intervensi Keperawatan
1. Fokus
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama …… maka a. Observasi:
Tingkat Nyeri (L.08066) Identifikasi lokasi, batas, durasi.
menurunt dengan kriteria hasil: Frekuensi, intensitas nyeri
Keluhan Nyeri menurun (5) Identifikasi skala nyeri Identifikasi
Meringis menurun (5) respons nyeri non verbal
Sikap Protektif menurun (5) Identifikasi faktor yang
Gelisah menurun (5) memperberat dan memperingan
nyeri
Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Identifikasi penganuh nyeri pada
kualitas hidup
Monitor efek penggunaan
analgetik
b. Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
Fasilitasi istirahat dan tidur
Petimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi:
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi:
Kolaborasi pemeberian analgetik, jika
perlu
12
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi (I. 05173)
Fisik (D.0054) keperawatan selama …… maka a. Observasi:
Mobilitas Fisik (L.05042) Identifikasi dan adanya nyeri atau
meningkat dengan kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
Pergerakan ekstremitas Identifikasi toleransi fisik
meningkat (5) melakukan pergerakan
Nyeri menurun (5) Monitor frekuensi jantung dan
Kecemasan menurun (5) tekanan darah sebelum memulai
Gerakan terbatas menurun mobilisasi
(5) Monitor kondisi umum selama
Kelemahan Fisik menurun (5) melakukan mobilisasi
b. Terapeutik:
Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
Fasilitasi melakukanpergerakan,
jika perlu
Libatkankeluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
c. Edukasi:
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkanmobilisasi sederhana
yangharus dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur)
Disfungsi Motilitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03120)
Gastrointestinal keperawatan selama …… maka a. Observasi:
(D.0021) Motilitas Gastrointestinal Identifikasi status nutrisi
(L.03023) membaik dengan Identifikasi alergi dan intoleransi
kriteria hasil: makanan
Nyeri menurun (5) Identifikasi perlunya penggunaan
Mual menurun selangnasogastric
Distensi abdomen menurun Monitor asupan makanan Monitor
Suara peristaltik meningkat berat badan
(5) b. Terapeutik:
Lakukan kebersihan mulut
sebelum makan Jika perlu
Sajikan makanan secaramenarik
dan suhu yang sesuai
Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastric jika
13
asupan oral dapat ditoleransi
c. Edukasi:
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukanjumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
2. Komplementer
a) Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis
Hasil penelitian menunjukan bahwa 28 responden di ruang Kenanga
RSUD dr. H. Soewondo Kendal tingkat nyeri setelah dilakukan terapi
murottal dalam rentang skala nyeri 3 terdapat 20 responden (66.7%).
Menurut peneliti nyeri pada responden dapat berkurang setelah
dilakukan terapi murottal selama ± 15 menit. Murottal merupakan
lantunan Al- Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara
14
manusia merupakan instrument penyembuhan yang menajubkan dan
alat yang paling mudah dijangkau. Molekul ini akan mempengaruhi
reseptor-reseptor didalam tubuh sehingga hasil tubuh merasa nyaman.
b) Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Pada
Pasien Post Herniatomi Inguinalis Lateralis Di Rumah Sakit Bhayangkara
Ambon
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah
operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan
bisa turun dari tempat tidur, berjalan kekamar mandi dan berjalan
keluar kamar. Dampak dari tindakan operatif ini sendiri adalah perlu
adanya perawatan luka sehingga pasien perlu melakukan tirah baring
ditempat tidur yang mengakibatkan pasien mengalami hambatan
mobilisasi fisik disebabkan karena adanya luka post operasi. Setelah
dilakukan tindakan mobilisasi dini selama 4 hari perawatan selama
proses perawatan post herniatomi ada pengaruh terhadap
penyembuhan luka post herniatomi kering dan sembuh dan hambatan
mobilisasi dini teratasi.
c) Penatalaksanaan Fisioterapi Untuk Gangguan Fungsional Lumbal Pada
Kasus Hernia Nukleus Pulposus Dengan Teknik Pnf, Tens Dan Mckenzie
Exercise Di Rsud Ulin Banjarmasin Tahun 2019.
Program fisioterapi dilaksanakan selama 12 kali pertemuan di ruang
fisioterapi RSUD Ulin Banjarmasin dan di rumah pasien. Modalitas yang
digunakan adalah TENS, PNF dan McKenzie exercise. Adapun TENS
dioperasikan oleh fisioterapi dengan durasi 10 menit. Sedangkan PNF
dilakukan 10 kali repitisi dengan frekuensi 12 kali pertemuan. dan
McKenzie exercise dilakukan 2-3 menit diulangi 10 kali dengan frekuensi
12 kali pertemuan.
Setelah diberikan intervensi fisioterapi, data yang diperoleh dengan ODI
akan dilihat perkembangannya. Lalu data dianalisis melalui evaluasi
selama dua belas kali dalam satu setengah bulan penelitian. Dari data
tersebut dapat dilihat pengaruh pemberian modalitas fisioterapi
tersebut pada kasus HNP dengan gangguan fungsional lumbal apakah
mengalami peningkatan, menetap atau bahkan menurun.
d) Terapi Konvensional Dan Metode Mckenzie Pada Lansia Dengan Kondisi
Low Back Pain Karena Hernia Nukleus Pulposus Lumbal :
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation adalah suatu metode
pengobatan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Lebih lanjut, TENS
ditujukan untuk mengurangi nyeri melalui mekanisme yang
menghambat transmisi nyeri melalui mekanisme nyeri ke otak (gate
control theory) dan mekanisme pengeluaran endorphins (suatu hormon
dalam medulla spinalis yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan
mempengaruhi emosi). TENS diberikan dengan dosis tiga kali seminggu,
15
intensitas 60 mA, tipe contionus dan waktu selama 10 menit.
Selanjutnya, terapi konvensional pengurangan nyeri untuk kondisi nyeri
tekan akibat ketegangan otot paraspinal maka digunakan Terapi
ultrasonik. Terapi ultrasonik merupakan terapi menggunakan energi
mekanis melalui konversi gelombang suara ultra yang menghasilkan
vibrasi mekanis dengan frekuensi antara 1 MHz sampai 3 MHz (Watson).
Latihan McKenzie Metode Mc. Kenzie yang dikenal juga sebagai
Mechanical Diagnosis and Treatment (MDT) adalah terapi latihan aktif
yang menggunakan gerakan berulang atau posisi-posisi tertentu yang
dapat diajarkan dengan tujuan mengurangi nyeri, disabilitas dan
meningkatkan mobilitas tulang belakang (McKenzie, 2011).
e) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Ischialgia E.C Hernia Nucleus
Pulposus Di Rsud Dr. Loekmono Hadi Kudus
Metode intervensi fisioterapi pada penanganan kasus Ischialgia e.c
Hernia Nucleus Pulposus dengan modalitas Trancutaneous Electrical
Nerve Stimulation (TENS), dan MC Kenzie Exercise. Metode tersebut
digunakan untuk menurunkan nyeri tekan, nyeri gerak menambah
lingkup gerak sendi trunk, menambah kekuatan otot.
2.6 Evaluasi
1. Formatif (Tujuan Khusus/Jangka Pendek)
1) Klien menunjukan perilaku tersebut tetapi tidak sebaik yang
ditetapkan dalam pernyataan tujuannya.
2) Klien menunjukan perilaku dan respond yang baik dan sesuai
dengan pernyataan tujuan yang ditetapkan yaitu :
Mengetahui cara penurunan skala nyeri
Mampu mengidentifikasi hal-hal yang mengakibatkan
infeksi
Mengetahui manfaat mobilisasi
17
2. Sumatif (Tujuan Umum/Jangka Panjang)
1) Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu
atau tanggal yang telah ditentukan
Skala nyeri menurun
Bengkak menurun
Mual menurun
distensi abdomen membaik
pergerakan ekstremitas meningkat
Klien mampu melakukan aktivitas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia
abdomen dewasa, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Gejala hernia bervariasi, tergantung
lokasi dan tingkat keparahan. Hernia di perut atau selangkangan ditandai
dengan munculnya benjolan atau tonjolan yang dapat hilang ketika berbaring.
Namun, benjolan dapat muncul kembali ketika penderita tertawa, batuk, atau
mengejan.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam perbuatan
makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik
dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan
penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih
ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
19
Suhartono.M. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap
Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis. Jurnal Ners Widya
Husada Volume 6 No 1, Hal 23 - 30, Maret 2019
Faridah.U, dkk. (2019). Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Hernia di RS Islam
Arafah Rembang Tahun 2018. The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Faridah.U, dkk. (2020). Hubungan Tingkat Aktifitas Dengan Hernia Di Rs
Islam Arafah Rembang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.11 No.1
(2020) 140-144
Rezky.N, dkk. (2020). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan
Kejadian Hernia Inguinalis Di Rsud Dr. M. Haulussy Ambon. Patimura Medikal
Review. Volume 1, Nomor 1, April 2019
Sakti O.B. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hernia
Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W.Z Johanes Kupang. Chmk Nursing
Scientific Journal Volume 1. No 1 APRIL 2017
Janar A.W, Ahmad Iman.S. (2017). Refleks Bersin Pacu Terjadinya Hernia
Inguinalis. Majority. Volume 6 Nomor 2 Maret 2017.
Zurimi.Z. (2019). Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap
Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Herniatomi Inguinalis Lateralis Di
Rumah Sakit Bhayangkara Ambon. GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 4
Issue 4, Desember 2019
Sinta. Dwi. W, dkk. (2020) Penatalaksanaan Fisioterapi Untuk Gangguan
Fungsional Lumbal Pada Kasus Hernia Nukleus Pulposus Dengan Teknik Pnf,
Tens Dan Mckenzie Exercise Di Rsud Ulin Banjarmasin Tahun 2019. Jurnal
Kajian Kesehatan dan Teknologi. Volume 2 No. 1 (April, 2020)
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indoneisa: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
LINK YOUTUBE
20
https://youtu.be/fRdXB4HEL7Y
21