Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERAAN:


HERNIA

Untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu: Lilis Lismayanti, M.Kep

Disusun Oleh:

Program Studi Keperawatan Tingkat 4A

Sri Rahayu (C1714201029)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SubhanahuWata’ala, yang


telah mengizinkan dan memberikan Rahmat serta hidayah-Nya, Sholawat beserta
Salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada
keluarga-Nya dan sahabat-sahabat yang taat kepada-Nya. Berkat Irodat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah, yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Lansia dengan Gangguna Sistem Perkemihan: Hernia”.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas Keperawatan Gerontik. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
untuk kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Akhir kata, semoga kebaikan
yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan ibadah bagi kita semua, dan
mendapatkan balasan lebih dari Allah SWT dari apa yang telah diberikan.

Tasikmalaya, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitaian ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit.......................................................................................... 3
2.2 Data Fokus..................................................................................................... 6
2.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................. 12
2.4 Intervensi Keperawatan........................................................................... 16
2.5 Implementasi................................................................................................ 16
2.6 Evaluasi........................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... . 19
3.2 Saran................................................................................................................. . 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia
abdomen dewasa, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Berdasarkan terjadinya, hernia
dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita.
Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal,
umbilical, femoral. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila
isi hernia dapat jeluar masuk. Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi
ketika tidur atau didorong masuk perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi
kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia
ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan
usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut. Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut
sebagai hernia strangulata. Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal
organ intra-abdominal melewati defek fascia pada dinding abdominal. Hernia
yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical, dan paraumbilikal.
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke
dalam canalis inguinalis.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Penyakit hernia banyak
diderita oleh orang yang tinggal di daerah perkotaan yang notabene yang penuh
dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut
membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus
dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya.
Penjelasan mengenai penyakit hernia dan proses keperawatannya akan
dibahas pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep penyakit hernia ?
2. Apa saja data fokus penyakit hernia ?
3. Bagiaman diagnosa keperawatan penyakit hernia ?
4. Bagaimana intervesni penyakit hernia ?

1
5. Bagaimana evaluasi pada penyakit hernia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk menegtahui bagaimana konsep penyakit hernia
2. Untuk mengetahui apa saja data fokus penyakit hernia
3. Untuk mengetahui bagiaman diagnosa keperawatan penyakit hernia
4. Untuk mengetahui bagaimana intervensi penyakit penyakit hernia
5. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pada penyakit penyakit hernia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit


1. Definisi
Hernia merupakan penyakit yang mana organ di dalam tubuh
menekan dan menembus keluar melalui otot atau celah jaringan di
sekitarnya yang melemah (protusi).
Hernia merupakan penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur
melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut”(Muttaqin, 2011).
Hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk, viscus atau
organ dari tempat yang seharusnya; protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan
seperti abdomen dan toraks atau ke dalam bagian dari suatu rongga yang
demikian disebut hernia internal. Hernia yang paling sering adalah yang
eksternal dari dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut, yang normalnya tidak dapat
dilewati.
Jenis-jenis Hernia
Hernia terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
a) Hernia inguinalis, terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak di
rongga perut mencuat ke selangkangan. Hernia inguinalis merupakan
jenis hernia yang paling sering terjadi dan pria memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalaminya.
b) Hernia femoralis, terjadi ketika jaringan lemak atau sebagian usus
mencuat ke paha atas bagian dalam. Risiko wanita menderita jenis
hernia ini lebih tinggi, terutama wanita hamil atau memiliki berat badan
berlebih (obesitas).
c) Hernia umbilikus, terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak
mendorong dan mencuat di dinding perut, tepatnya di pusar. Jenis
hernia ini biasanya dialami oleh bayi dan anak di bawah usia 6 bulan
akibat lubang tali pusat tidak tertutup sempurna setelah bayi lahir.
d) Hernia hiatus, terjadi ketika sebagian lambung mencuat ke dalam rongga
dada melalui diafragma (sekat antara rongga dada dan rongga perut).
Jenis hernia ini umumnya terjadi pada lansia (>50 tahun). Jika seorang
anak mengalami hernia hiatus, kondisi tersebut disebabkan oleh
kelainan bawaan.

3
e) Hernia insisional, terjadi ketika usus atau jaringan mencuat melalui
bekas luka operasi di bagian perut atau panggul. Hernia insisional dapat
terjadi bila luka operasi di perut tidak menutup dengan sempurna.
f) Hernia epigastrik, terjadi ketika jaringan lemak mencuat melalui dinding
perut bagian atas, tepatnya dari uluhati hingga pusar.
g) Hernia spigelian, terjadi ketika sebagian usus mendorong jaringan ikat
(spigelian fascia) yang terletak di sisi luar otot rektus abdominus, yaitu
otot yang membentang dari tulang rusuk hingga tulang panggul dengan
karakteristik tonjolan yang dikenal dengan ‘six pack’. Hernia spigelian
paling sering timbul di daerah sabuk spigelian, yaitu daerah pusar ke
bawah.
h) Hernia diafragma, terjadi ketika sebagian organ lambung mencuat
masuk ke rongga dada melalui celah diafragma. Hernia jenis ini juga
dapat dialami oleh bayi ketika pembentukan diafragma kurang
sempurna.
i) Hernia otot, terjadi ketika sebagian otot mencuat melalui dinding perut.
Jenis hernia ini juga dapat terjadi pada otot kaki akibat cedera saat
berolahraga.
2. Epidemiologi
Menurut Medical centre University of Maryland, USA, hampir 5 juta
orang di Amerika menderita hernia sesuai dengan statistik kesehatan
nasional Amerika Serikat[2]. Menurut US Census Bureau, International Data
Base, 2004, dengan menggunakan perhitungan yang sama dengan prevalensi
hernia di USA, diperkirakan di Asia Tenggara Indonesia menduduki
peringkat kedua dengan jumlah penderita hernia yaitu sebesar 438,332
orang dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 238,452,952 orang. Dari
hasil studi pendahuluan pada bulan Maret jumlah penderita hernia di RSUD
Prof. Dr. W.Z Johannes tahun 2013 sebanyak 86 orang. Di Indonesia
penderita yang mengalami hernia sebagian besar adalah hernia inguinal.
Hernia inguinalis lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita.
Hernia inguinalis ditemukan pada semua usia, namun insidensinya
meningkat seiring bertambahnya usia. Pada wanita, hernia lebih sering
ditemukan pada usia lanjut dengan puncak onset usia 40 hingga 60 tahun,
sedangkan pada pria paling sering ditemukan pada usia 30-50 tahun.
Sebagian besar kasus hernia inguinalis terjadi unilateral, dengan 20% kasus
terjadi bilateral. Sisi kanan inguinal dilaporkan 2 kali lebih sering terkena
dibanding sisi kiri. Sedangkan hernia hiatus terjadi ketika sebagian gaster
prolaps melalui hiatus esofagus di diafragma.
3. Tanda dan Gejala
Gejala hernia bervariasi, tergantung lokasi dan tingkat keparahan.
Hernia di perut atau selangkangan ditandai dengan munculnya benjolan atau
tonjolan yang dapat hilang ketika berbaring. Namun, benjolan dapat muncul

4
kembali ketika penderita tertawa, batuk, atau mengejan. Gejala hernia
lainnya adalah:
a) benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan
timbul saat adanya tahanan
b) Nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang selalu
memburuk di senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien
berbaring bersandar dan hernia berkurang.
c) Rasa berat dan tidak nyaman di perut, terutama ketika membungkuk.
d) Konstipasi.
e) Benjolan di selangkangan.
f) Demam
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat
beban berat atau mengedan dan menghilang setelah berbaring sedangkan
hernia ireponibel memiliki keluhan adanya benjolan pada lipatan paha yang
tidak dapat hilang walaupun berbaring.
4. Penyebab/ faktor resiko
Faktor resiko terjadinya hernia antara lain usia, obesitas, jenis kelamin,
batuk kronis, lahir prematur, jenis pekerjaan dan tingkat aktifitas.
a) Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa laki-
laki lebih banyak mengalami hernia inguinalis dibandingkan perempuan.
Hal ini dimungkinkan karena faktor angkat beban berat yang sering
dilakukan oleh laki-laki misalnya mengangkat barang, jadi kuli bangunan
dan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang kuat lainnya.
b) Usia
Meningkatnya umur seseorang memberikan dampak pada menurunnya
fungsi sistem dalam tubuh sehingga semakin rentan terhadap berbagai
penyakit. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin
melemah, umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal
direkta.
c) Faktor keluarga
Selain itu para ahli mengemukakan bahwa sesorang yang memiliki
penyakit hernia lebih beresiko akan menurunkan kembali hernia
tersebut pada anaknya.
d) Pekerjaan berat
Pekerjaan berat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen pada perut
yang mengakibatkan organ perut (biasanya usus) menonjol melalui
suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis yang
dapat menyebabkan hernia inguinalis. Menurut Adul 2009. Hal ini
biasanya dihubungkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang mengangkat

5
biasanya dihubungkan pada dengan aktifitas fisik mengangkat beban
berat.
e) Tingkat Aktivitas
Menurut peneliti hasil ini sudah sesuai teori bahwa semakin berat
aktifitas fisik maka semakin meningkatkan resiko terjadinya hernia.
f) Kosntipasi
Akibat konstipasi, pasien mengedan yang keras sehingga ada
kemungkinan terjadi tarikan pada bagian organ di sekitar anus yang
turut tertarik/menonjol keluar.
g) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan secara alami akan memiliki tekanan
internal yang lebih besar. Tekana internal tersebut dengan mudah dapat
mendorong jaringan lemak dan organ internal menjadi hernia ingualis.
h) Reflek Bersin
Hubungan intensitas dan kualitas refleks bersin dengan kejadian hernia
inguinalis erat kaitan dengan adanya peningkatan tekanan
intrapulmonal, peningkatan tekanan intrathorakal, dan elevasi dari otot
diafragma serta peningkatan tekanan intraabdominal yang melewati
ambang batas. Beberapa penyakit alergi seperti asma dan rhinitis, salah
satu manifestasi klinisnya yaitu berupa sneezing. Refleks bersin yang
terjadi secara terus menerus memiliki progres klinis peningkatan resiko
yang memungkinkan terjadinya hernia inguinalis.
i) Batuk kronik
j) Lahir Prematur

2.2 Data Fokus


1. Pengkajian ADL
No Item Yang Dinilai Score Nilai
1 Makan 0 = Tidak mampu 1
1= Butuh bantuan memotong lauk,
mengoles mentega dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung orang lain 0
1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain 0
1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung orang lain 1
1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter 1
dan tidak terkontrol
6
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari
6 Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau 1
perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain 1
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu 1
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Imobilisasi 0 = Immobile (tidak mampu) 0
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu
orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti, tongkat)
10 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 0
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Score hasil : 6 ketergantungan berat

2. Short Portable Mental Status Questsionnaire (SPMSQ)


No Pertanyaan Jawaban Nilai (+/-)
1 Tanggal berapa hari ini ? Tidak tau -
2 Hari apa sekarang ? Jumat +
3 Apa nama tempat ini ? Rumah sakit +
4 Berapa nomor telepon anda ? Dibelumatabua +
Dimana alamat anda ? (jika
tidak memiliki nomor
telepon)
5 Kapan anda lahir ?( tahun) Tidak menjawab -
6 Berapa umur anda ? 89 +
7 Siapa presiden indonesia Tidak tau -
sekarang?
8 Siapa presiden indonesia Jokowi +
sebelumnya ?
7
9 Angka 20 dikurangi 3 sama 20-3 = -
dengan 17-3 =
Dan seterusnya dikurangi 3
15-3 =
12-3 =
12-3 =
9-3 =
6-3 =
3-3 =
10 Siapa nama ibu anda ? Ai +
Jumlah 6 4
Kesimpulan : Kerusakan intelektual ringan
3. MMSE
Tes Penilaian Nilai Nilai
Max Lansia
Tanyakan kepada lansia tentang waktu : 5 3
1. Tahun
2. Hari
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita 5 4
Orientasi
sekarang ).
1. Nama tempat
2. Kelurahan
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi

Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda 3 3


Registrasi Meja Kursi Lemari

(Tiap benda disebutkan dalam satudetik


kemudian meminta pasien mengingat dan
mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan).
Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka 100 5 3
Dan dikurangi 7, berhenti setelah jawaban
perhitungan kelima
1. 100-7 = 93
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
8
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali 3 2
Kembali mengulang 3 nama yang tadi disebutkan
dinomor sebelumnya Meja Kursi Lemari
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda yang 2 2
ditunjuk pemeriksa
Pengulangan Responden mengulang kata-kata yang 1 0
diucapkan pemeriksa
:NAMUN JIKA AKAN TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien melakukan tiga 3 3
Verbal perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata 1 1
Tertulis "Tutup mata" Minta responden
melakukan perintah yang ditulis
pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis satu 1 0
kalimat kalimat yang bermakna
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan)
Menggambar Pasien diminta menirukan gambar 1 0
kontruksi dibawah ini

Total 21
Kesimpulan : gangguan kognisi ringan

2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut (D.0077)
a. Definisi
Pengalaman senorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisik
2) Age pencedera fisiologis
3) Agen pencedera fisik
c. Tanda dan Gejala Mayor
1) Subjektif

9
Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
d. Tanda dan Gejala Minor
1) Subjektif:-
2) Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berfikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) diafrosesis
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi Pembedahan
2) Cedera Traumatis
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
a. Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ektremitas secara
mandiri.
b. Penyebab
1. Nyeri
2. Kecemasan
3. Keenganan melakukan pergerakan
4. Program pembatasan gerak
c. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif
Mengeluh sulit menggerkan esktremitas
2. Objektif
Kekuatan ototmenurun
Rentang gerak (ROM) menurun
d. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2. Objektif
a) Sendi kaku

10
b) Gerakan tidak trkorrdinasi
c) Gerakan terbatas
d) Fisik lemah
e. Kondisi Klinis Terkait
Trauma
3. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.0021)
a. Definisi
Peningkatan, penurunana, tidak efektif atau kurangnya aktivitas
peristaltik gastrointestinal.
b. Penyebab
1. Pembedahan
2. Proses penuaan
3. Kecemasan
c. Tanda dan Gejala Mayor
1. Subjektif
a) Mengungkapkan faltus tidak ada
b) Nyeri/ kram abdomen
2. Objektif
Suara peristaltik berubag (tidak ada atau hiperaktif)
d. Tanda dan Gejala Minor
1. Subjektif
Merasa mual
2. Objektif
a) Residu lambung meningkat/menurun
b) Muntah
c) Regrutasi
d) Pengosongan lambung
e) Distensi abdomen
f) Diare
g) Feses kering dan sulit keluar
h) Feses keras
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Pembedahan abdomen atau usus
2) kecemasan
4. Risiko Infeksi (D.0142)
a. Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor Resiko
1) Efek prosedur invasif
2) Ketidakadekuatan pertahan tubuh: kerusakan integritas kulit
c. Kondisi Klinis Terkait
Tindakan invasif

11
2.4 Intervensi Keperawatan

1. Fokus
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama …… maka a. Observasi:
Tingkat Nyeri (L.08066)  Identifikasi lokasi, batas, durasi.
menurunt dengan kriteria hasil: Frekuensi, intensitas nyeri
 Keluhan Nyeri menurun (5)  Identifikasi skala nyeri Identifikasi
 Meringis menurun (5) respons nyeri non verbal
 Sikap Protektif menurun (5)  Identifikasi faktor yang
 Gelisah menurun (5) memperberat dan memperingan
nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi penganuh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor efek penggunaan
analgetik
b. Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Petimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi:
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi:
Kolaborasi pemeberian analgetik, jika
perlu
12
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi (I. 05173)
Fisik (D.0054) keperawatan selama …… maka a. Observasi:
Mobilitas Fisik (L.05042)  Identifikasi dan adanya nyeri atau
meningkat dengan kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
 Pergerakan ekstremitas  Identifikasi toleransi fisik
meningkat (5) melakukan pergerakan
 Nyeri menurun (5)  Monitor frekuensi jantung dan
 Kecemasan menurun (5) tekanan darah sebelum memulai
 Gerakan terbatas menurun mobilisasi
(5)  Monitor kondisi umum selama
 Kelemahan Fisik menurun (5) melakukan mobilisasi
b. Terapeutik:
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
 Fasilitasi melakukanpergerakan,
jika perlu
 Libatkankeluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
c. Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkanmobilisasi sederhana
yangharus dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur)
Disfungsi Motilitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03120)
Gastrointestinal keperawatan selama …… maka a. Observasi:
(D.0021) Motilitas Gastrointestinal  Identifikasi status nutrisi
(L.03023) membaik dengan  Identifikasi alergi dan intoleransi
kriteria hasil: makanan
 Nyeri menurun (5)  Identifikasi perlunya penggunaan
 Mual menurun selangnasogastric
 Distensi abdomen menurun  Monitor asupan makanan Monitor
 Suara peristaltik meningkat berat badan
(5) b. Terapeutik:
 Lakukan kebersihan mulut
sebelum makan Jika perlu
 Sajikan makanan secaramenarik
dan suhu yang sesuai
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastric jika
13
asupan oral dapat ditoleransi
c. Edukasi:
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukanjumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan

Risiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi (I.14539)


keperawatan selama …… maka a. Observasi:
Tingkat Infeksi (L.14137) Monitor tanda geiala infeksi lokal dan
menurun dengan kriteria hasil: sistemik
 Nyeri menurun (5) b. Terapeutik:
 Bengkak menurun (5)  Batasi jumlah pengunjung ·
 Kemerahan menurun (5)  Berikan perawatan kulit pada
 Kultur area luka membaik daerah edema
(5)
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Demam menurun (5)
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
c. Edukasi:
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara pemeriksaan luka
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberiann imunisasi, Jika
perlu

2. Komplementer
a) Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis
Hasil penelitian menunjukan bahwa 28 responden di ruang Kenanga
RSUD dr. H. Soewondo Kendal tingkat nyeri setelah dilakukan terapi
murottal dalam rentang skala nyeri 3 terdapat 20 responden (66.7%).
Menurut peneliti nyeri pada responden dapat berkurang setelah
dilakukan terapi murottal selama ± 15 menit. Murottal merupakan
lantunan Al- Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara

14
manusia merupakan instrument penyembuhan yang menajubkan dan
alat yang paling mudah dijangkau. Molekul ini akan mempengaruhi
reseptor-reseptor didalam tubuh sehingga hasil tubuh merasa nyaman.
b) Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Pada
Pasien Post Herniatomi Inguinalis Lateralis Di Rumah Sakit Bhayangkara
Ambon
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah
operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan
bisa turun dari tempat tidur, berjalan kekamar mandi dan berjalan
keluar kamar. Dampak dari tindakan operatif ini sendiri adalah perlu
adanya perawatan luka sehingga pasien perlu melakukan tirah baring
ditempat tidur yang mengakibatkan pasien mengalami hambatan
mobilisasi fisik disebabkan karena adanya luka post operasi. Setelah
dilakukan tindakan mobilisasi dini selama 4 hari perawatan selama
proses perawatan post herniatomi ada pengaruh terhadap
penyembuhan luka post herniatomi kering dan sembuh dan hambatan
mobilisasi dini teratasi.
c) Penatalaksanaan Fisioterapi Untuk Gangguan Fungsional Lumbal Pada
Kasus Hernia Nukleus Pulposus Dengan Teknik Pnf, Tens Dan Mckenzie
Exercise Di Rsud Ulin Banjarmasin Tahun 2019.
Program fisioterapi dilaksanakan selama 12 kali pertemuan di ruang
fisioterapi RSUD Ulin Banjarmasin dan di rumah pasien. Modalitas yang
digunakan adalah TENS, PNF dan McKenzie exercise. Adapun TENS
dioperasikan oleh fisioterapi dengan durasi 10 menit. Sedangkan PNF
dilakukan 10 kali repitisi dengan frekuensi 12 kali pertemuan. dan
McKenzie exercise dilakukan 2-3 menit diulangi 10 kali dengan frekuensi
12 kali pertemuan.
Setelah diberikan intervensi fisioterapi, data yang diperoleh dengan ODI
akan dilihat perkembangannya. Lalu data dianalisis melalui evaluasi
selama dua belas kali dalam satu setengah bulan penelitian. Dari data
tersebut dapat dilihat pengaruh pemberian modalitas fisioterapi
tersebut pada kasus HNP dengan gangguan fungsional lumbal apakah
mengalami peningkatan, menetap atau bahkan menurun.
d) Terapi Konvensional Dan Metode Mckenzie Pada Lansia Dengan Kondisi
Low Back Pain Karena Hernia Nukleus Pulposus Lumbal :
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation adalah suatu metode
pengobatan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Lebih lanjut, TENS
ditujukan untuk mengurangi nyeri melalui mekanisme yang
menghambat transmisi nyeri melalui mekanisme nyeri ke otak (gate
control theory) dan mekanisme pengeluaran endorphins (suatu hormon
dalam medulla spinalis yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan
mempengaruhi emosi). TENS diberikan dengan dosis tiga kali seminggu,

15
intensitas 60 mA, tipe contionus dan waktu selama 10 menit.
Selanjutnya, terapi konvensional pengurangan nyeri untuk kondisi nyeri
tekan akibat ketegangan otot paraspinal maka digunakan Terapi
ultrasonik. Terapi ultrasonik merupakan terapi menggunakan energi
mekanis melalui konversi gelombang suara ultra yang menghasilkan
vibrasi mekanis dengan frekuensi antara 1 MHz sampai 3 MHz (Watson).
Latihan McKenzie Metode Mc. Kenzie yang dikenal juga sebagai
Mechanical Diagnosis and Treatment (MDT) adalah terapi latihan aktif
yang menggunakan gerakan berulang atau posisi-posisi tertentu yang
dapat diajarkan dengan tujuan mengurangi nyeri, disabilitas dan
meningkatkan mobilitas tulang belakang (McKenzie, 2011).
e) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Ischialgia E.C Hernia Nucleus
Pulposus Di Rsud Dr. Loekmono Hadi Kudus
Metode intervensi fisioterapi pada penanganan kasus Ischialgia e.c
Hernia Nucleus Pulposus dengan modalitas Trancutaneous Electrical
Nerve Stimulation (TENS), dan MC Kenzie Exercise. Metode tersebut
digunakan untuk menurunkan nyeri tekan, nyeri gerak menambah
lingkup gerak sendi trunk, menambah kekuatan otot.

2.5 Implementasi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Implementasi
Nyeri Akut (D.0077) Manajemen Nyeri (I.08238)
 Mengidentifikasi lokasi, batas,
durasi. Frekuensi, intensitas
nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri
 Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
 Meberikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Kolaborasi dalam pemeberian
analgetik
Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) Dukungan mobilisasi (I. 05173)
 Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
 Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
 Memfasilitasi
melakukanpergerakan,
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
16
mobilisasi
 Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini dan sederhana

Disfungsi Motilitas Gastrointestinal Manajemen Nutrisi (I.03120)


(D.0021)  Mengidentifikasi status nutrisi
 Melakukan kebersihan mulut
sebelum makan Jika perlu
 Menyajikan makanan
secaramenarik dan suhu yang
sesuai
 Menganjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukanjumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan

Risiko Infeksi (D.0142) Pencegahan infeksi (I.14539)


 Memonitor tanda geiala infeksi
lokal dan sistemik
 Melakukan perawatan kulit
 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
 Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara pemeriksaan luka

2.6 Evaluasi
1. Formatif (Tujuan Khusus/Jangka Pendek)
1) Klien menunjukan perilaku tersebut tetapi tidak sebaik yang
ditetapkan dalam pernyataan tujuannya.
2) Klien menunjukan perilaku dan respond yang baik dan sesuai
dengan pernyataan tujuan yang ditetapkan yaitu :
 Mengetahui cara penurunan skala nyeri
 Mampu mengidentifikasi hal-hal yang mengakibatkan
infeksi
 Mengetahui manfaat mobilisasi
17
2. Sumatif (Tujuan Umum/Jangka Panjang)
1) Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu
atau tanggal yang telah ditentukan
 Skala nyeri menurun
 Bengkak menurun
 Mual menurun
 distensi abdomen membaik
 pergerakan ekstremitas meningkat
 Klien mampu melakukan aktivitas

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

18
Hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia
abdomen dewasa, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Gejala hernia bervariasi, tergantung
lokasi dan tingkat keparahan. Hernia di perut atau selangkangan ditandai
dengan munculnya benjolan atau tonjolan yang dapat hilang ketika berbaring.
Namun, benjolan dapat muncul kembali ketika penderita tertawa, batuk, atau
mengejan.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam perbuatan
makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik
dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan
penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih
ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

19
 Suhartono.M. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap
Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis. Jurnal Ners Widya
Husada Volume 6 No 1, Hal 23 - 30, Maret 2019
 Faridah.U, dkk. (2019). Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Hernia di RS Islam
Arafah Rembang Tahun 2018. The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
 Faridah.U, dkk. (2020). Hubungan Tingkat Aktifitas Dengan Hernia Di Rs
Islam Arafah Rembang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.11 No.1
(2020) 140-144
 Rezky.N, dkk. (2020). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan
Kejadian Hernia Inguinalis Di Rsud Dr. M. Haulussy Ambon. Patimura Medikal
Review. Volume 1, Nomor 1, April 2019
 Sakti O.B. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hernia
Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W.Z Johanes Kupang. Chmk Nursing
Scientific Journal Volume 1. No 1 APRIL 2017
 Janar A.W, Ahmad Iman.S. (2017). Refleks Bersin Pacu Terjadinya Hernia
Inguinalis. Majority. Volume 6 Nomor 2 Maret 2017.
 Zurimi.Z. (2019). Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap
Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Herniatomi Inguinalis Lateralis Di
Rumah Sakit Bhayangkara Ambon. GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 4
Issue 4, Desember 2019
 Sinta. Dwi. W, dkk. (2020) Penatalaksanaan Fisioterapi Untuk Gangguan
Fungsional Lumbal Pada Kasus Hernia Nukleus Pulposus Dengan Teknik Pnf,
Tens Dan Mckenzie Exercise Di Rsud Ulin Banjarmasin Tahun 2019. Jurnal
Kajian Kesehatan dan Teknologi. Volume 2 No. 1 (April, 2020)
 PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indoneisa: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
 PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
 PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

LINK YOUTUBE

20
https://youtu.be/fRdXB4HEL7Y

21

Anda mungkin juga menyukai