Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pengampu : Ns. Dwi Mulianda, M.Kep

Disusun Oleh :
Sanditya Servian Primadani
20101440120082

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN 2021
1.1 Pengertian
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut
(Sjamsuhidayat, 2009).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ
melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering
terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular
abdomen konginental atau didapat (Ester, 2010).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat
(Long, 2011).

1.2 Etiologi
1.2.1 Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut .
1.2.2 Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
1.2.3 Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing
atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau
konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah.
1.2.4 Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
1.2.5 Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
1.2.6 Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
1.2.7 Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
1.2.8 Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ
atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah
terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made
Kusala, 2009).

1.3 Jenis- jenis Hernia


1.3.1 Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (toraks).
1.3.2 Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang
yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah,
hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali
ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
1.3.3 Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran,
tidak menutup sepenuhnya.
1.3.4 Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan
di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding
abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah.
Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
1.3.5 Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
1.3.6 Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya.
1.4 Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus
ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu
tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana
kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ– organ selalu
saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat
dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan.
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi klinik
1. Berupa benjolan
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing

1.7 Penatalaksanaan medis


1.7.1 Secara konservatif (non operatif)
 Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
 Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
1.7.2 Secara operatif
 Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering
dilakukan pada anak – anak
 Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong
diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa
 Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis
1.8 Asuhan Keperawatan
1.8.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
2. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urin.
3. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan
timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
4. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan
badan.
6. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

1.8.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi yang
dapat dilakukan adalah:
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi
syaraf, spasme otot
Kriteria hasil:
 Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
 mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
 mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:
1)     Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan,
faktor pencetus atau yang memperberat
Rasional: Membantu menentukan pilihan intervensi dan
memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap
terapi
2)     Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien
pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan
lutut dalam keadaan fleksi, posisi terlentang dengan atau tanpa
meninggikan kepala 10-30 derajat pada posisi lateral
Rasional: Tirah baring dalam posisi yang nyaman
memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot
menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan
memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan discus.
3)      Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat
menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan
tekanan pada struktur sekitar discus intervertebralis.
4)     Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi
atau visualisasi
Rasional: Memfokuskan perhatian klien membantu
menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses
penyembuhan.
5)      Kolaborasi dalam pemberian terapi
Rasional: Intervensi cepat dan mempercepat proses
penyembuhan.
2.  Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis
situasional, perubahan status kesehatan
Kriteria hasil:
 Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
 Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan
ketrampilan pemecahan masalah.
Intervensi:
1)      Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien
menangani masalahnya sebelumnya dan sekarang
Rasional: Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi
keadaannya sekarang.
2)      Berikan informasi yang akurat
Rasional: Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan
yang didasarkan pada pengetahuannya.
3)      Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
masalah yang dihadapinya
Rasional: Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang
perlu diungkapkan dan diberi respon.
4)      Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang
meningkatkan peran sakit pasien
Rasional: Orang terdekat mungkin secara tidak sadar
memungkinkan pasien untuk mempertahankan
ketergantungannya.

3. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot


Kriteria hasil:
 Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko
dan aturan pengobatan individual.
Intervensi:
1)      Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi
yang spesifik
Rasional: Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau
jenis prosedur yang kurang hati-hati akan meningkatkan
kerusakan spinal.
2)      Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi,
berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional: Immobilitas tang dipaksakan dapat memperbesar
kegelisahan, peka terhadap rangsang.
3)      Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional: Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi tang
khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai
toleransi.
4)      Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan membentuk
kekuatan otot.
5)      Berikan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang
gerak aktif, dan pasif
Rasional: Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang
belakang, memperbaiki mekanika tubuh.
4.  Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan muntah, mual, gangguan peristaltic usus
Kriteria hasil:
 Meningkatkan masukan oral.
 Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui.
Intervensi:
1)     Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi
dengan ahli gizi.
Rasional: Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan
menentukan intervensi yang sesuai dan mempercepat proses
penyembuhan.
2)     Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan
dengan klien tujuan masukan untuk setiap kali makan dan
makan makanan kecil
Rasional: Klien dapat mengontrol masukan nutrisi yang
adekuat sesuai kebutuhan, yang digunakan sebagai cadangan
energi yang untuk beraktivitas.
3)     Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium
Rasional: Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan
intervensi yang akurat dan sesuai dengan kondisi klien.
4)     Anjukan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur
pantau klien dalam melakukan personal hygiene.
Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan memberi
kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan sehingga
kebutuhan kalori terpenuhi.
5)     Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau
menghilangkan ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan
mual, muntah, dan mengurangi nafsu makan
Rasional: Menentukan intervensi yang sesuai meningkatkan
masukan oral.
5. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah pembentukan hematoma
Kriteria hasil:
 Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal.
Intervensi:
1)      Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara
periodik
Rasional: Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan
resolusi edema, inflamasi sekunder.
2)     Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama
beberapa jam
Rasional: Penekanan pada daerah operasi dapat menurunkan
resiko hematoma.
3)      Pantau tanda-tanda vital catat kehangatan, pengisian kapiler
Rasional: Perubahan kecepatan nadi mencerminkan hipovolemi
akibat kehilangan darah, pembatasan pemasukan oral mual,
muntah.
4)      Kolaborasi dalam pemberian cairan atau darah sesuai
indikasi
Rasional: Terapi cairan pengganti tergantung pada derajat
hipovolemi.
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara C. 2011. Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan).


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung

Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media


Aesculapius FKUI: Jakarta

Poppy Kumala, dkk. 2010. Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai