Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIL (HERNIA INGUINALIS LATERALIS)

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia adalah
kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia adalah penonjolan
sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot perut. Hernia
umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-
organ internal lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada
peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama
mengangkat beban berat atau batuk yang lebih bertahap dan berkepanjangan
sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan dengan kehamilan,
obesitas, atau asites. (Muttaqin, 2011)

Hernia Inguinalis adalah kondisi penonjolan organ intestinal yang


masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari
cincin ingunalis. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari
rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus, apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan
terjadi perlengketan (Sjamsuhidajat, 2010).

Hernia Inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai benjolan atau tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia
Ingunalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus
menerobos kebawah melalui celah. Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-
laki.

Menurut Suratan (2010) Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas


organ, isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dindingrongga
yang bersangkutan atau lubang abnormal Kesimpulan dari beberapa
pengertian di atas hernia inguinalis lateralis adalah penonjolan organ infra
abdomen melalui lubang anulus inguinalis dextra, karena bagian dinding
rongga abdomen sebelah kanan yang terjadi karena didapat atau jugs
congenital.

2. Etiologi
a. Faktor congenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis,
yang dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam
desenskus testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak
sampai ke skrotum, processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan
baru terjadi 1 – 2 hari sebelum kelahiran, processus ini belum sempat
menutup dan pada waktu lahir masih tetap terbuka.
b. Obesitas
salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
c. Faktor umur dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering dari pada anak muda, pria lebih banyak dari pada
wanita.
d. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis
sehingga mudah terjadi hernia.
e. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
Biasanya ditemukan pada orang kurus.
f. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada
penderita dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan
defekasi, serta pada orang yang sering mengangkat berat. (Nurani, 2015).

3. Manifestasi Klinis
a. Tampak adanya benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah dan
benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang .
b. Bila isinya terjepit akan timbul nyeri ditempat tersebut beserta perasaan
mual.
c. Nyeri diekspresikan dengan rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri
menyebar kedaerah pinggul, belakang kaki, genital yang disebut Reffend
Pain. Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan intensitas dari aktivitas
atau kerja berat. Mereda atau hilang jika istirahat, bertambah hebat jika
strongulasi karena suplai darah ke hernia terhenti sehingga kulit menjadi
merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil kemunginan berisi dinding kandung kencing
sehingga timbul gejala sakit kencing disertai hematuria disamping
benjolan bawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan sakit diperut disertai sesak nafas
f. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan akan bertambah besar.
(Indri, 2010)
4. Klasifikasi
a. Menurut letaknya
1) Hernia indirek atau lateral
Terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melaui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria. Benjolan
tersebut bisa mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan, mengangkat beban berat atau berdiri dapat
tumbuh kembali .

2) Hernia direk atau medialis


Lewat dinding abdomen di area kelemahan otot. Lebih umum
terjadi pada lansia. Disebut direk karena langsung menuju annulus
inguinalis eksterna, sehingga mudah mengecil bila tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang
menjadi irresponsible.
3) Hernia Femoralis
Terjadi melalui cincin femoral, lebih umum pada wanita. Ini
mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar
dan secara bertahap menarik peritoneum dan hamper tidak dapat
dihindari kandung kemih masu kedalam kantong.
4) Hernia insisional
Terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka, kemungkinan
disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi eksterm atau
obesitas, usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang
lemah.
b. Berdasarkan terjadinya
1) Hernia congenital (bawaan)
Terjadinya pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu
testis yang mula-mula terletak diatas mengalami penurunan menuju
skrotum.
2) Hernia akuisitas (didapat)
Setelah dewasa atau usia lanjut, karena tekanan intraabdominal
yang dan dalam waktu yang lama (batuk kronis, konstipasi kronis,
asites , dsb)
c. Menurut sifat atau tingkatannya :
1) Hernia responibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di
dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh
nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2) Hernia irresponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak
masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
peritoneum.
3) Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam
kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran
khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran
keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan inihernia bisa
terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan
tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan
passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel.
4) Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang
masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan
system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus.
Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai
adanya nyeri tekan (Mutaqqin, 2011)
5. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus
kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu
tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana
kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama tama terjadi kerusakan yang
sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ
organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan
kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika
suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot
dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis
tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan
sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan
intra abdomen kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke 8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut.
Namun beberapa hal, seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia
inguinalis
lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan
mengejan pada saat miksi misalnya hipertrofi prostat (Ferina, 2013)
PATWAY
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin
hernia. Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa
pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.8 Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu
yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran
ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah
suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of
hernia en masse : 1. Retropubic 2. Intra abdominal 3. Pre peritoneal 4. Pre
peritoneal locule
b. Hematologi rutin:
1) Bila ada leukositosis, bisa jadi akibat strangulasi,
2) Tidak spesifiK.
c. Elektrolit, BUN, dan kreatinin:
1) Mengetahui status hidrasi pasien dengan mual dan muntah (hernia
diafragma),
2) Merupakan prosedur preoperatif.
7. Urinalisis:
1) Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang menyebabkan
rasa sakit di daerah inguinal,
2) Eritrosit (0-4/LPB) pada urin pasien ini merupakan akibat dari
hipertrofi prostat jinak.
8. Laktat:
1) Peningkatan laktat dapat mencerminkan hipoperfusi ginjal atau
hipoksia,
2) Kadar yang normal belum tentu menyingkirkan kemungkinan
strangulasi.
9. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra:
1) Membedakan masa di paha atau dinding perut dan sumber
pembengkakannya,
2) Membedakan jenis-jenis hernia,
3) Untuk hernia incarcerata dan strangulata perlu dilakukan foto toraks
untuk melihat adanya udara bebas di bawah diafragma akibat
perforasi.
10. Transrectal Ultrasonography (TRUS):
1) Hasil: pembesaran prostat 90 cc,
Tanpa urin residual (belum ada faktor penyulit).

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
konservatif dan pembedahan.
1. Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis
pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan otot
dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti
analgetik yaitu mengurangi nyeri.
2. Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan
menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka,
isi hernia dimasukan,kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah
dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh
mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat
benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
(Anonim, 2018)
B.KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, usia, jenis kelamin, alamat, suku, agama, pekerjaan,
nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b. Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : nyeri, serta apa saja yang dirasakan pasien saat
pengkajian.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : riwayat pasien masuk dari rumah sakit
sampai saat pengkajian di ruang rawat inap.
3) Riwayat Ksehatan Dahulu : Riwayat penyakit yang pernah di derita
pasien dahulu sebelum masuk RS.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga : adakah riwayat penyakit keturunan seperti
jantung, hipertermi, dan DM.
d. Pola fungsional menurut Gordon
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Adakah kecemasan pasien karena kurang pemahaman pasien dan
keluarga terkait tentang proses penyakit.
2) Pola nutrisi-metabolik
Adakah penurunan/penambahan nafsu makan, mual-muntah pada pasien
3) Pola eliminasi
Adakah perubahan BAB/BAK pasien sebelum dan selama sakit (jumlah,
warna, bau, konsistensi)
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien dilakukan anamnesa mengenai riwayat pekerjaan, mengangkat
beban berat, duduk, dan mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan
papan matras untuk tidur. Pada pemeriksaan fisik pasien mengalami
penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa,
atrofi otak, gangguan dalam berjalan.
5) Pola persepsi-kognitif
a) Penglihatan : kabur/tidak, dengan alat bantu/tidak.
b) Pendengaran : tuli/tidak, dengan alat bantu/tidak, bagaimana
kebersihannya.
c) Pengecap : Apakah bisa membedakan asin, manis, pahit.
d) Persepsi nyeri : terasa nyeri pada bagian luka bekas operasi.
6) Pola istirahat tidur
Bagaimana istirahat dan tidur pasien selama dan sebelum sakit, adakah
gangguan/tidak.
7) Pola konsep diri
Meliputi gambaran, identitas, peran, serta ideal diri.
8) Pola peran dan hubungan
Bagaiaman peran dan hubungan pasien dengan keluarga.
9) Pola seksualitas dan reproduksi
Bagaimana pola rreproduksi pasien, ada hambatan/tidak.
10) Pola koping-stres
Apakah pasien terlihat cemas dengan kondisi kesehatannya sekarang.
11) Pola keyakinan-nilai
Meliputi domisili, bahasa, agama, dan pola keyakinan pasien.
e. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TTV
d. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
a) Rambut : hitam/beruban, bersih/tidak
b) Mata : Simetris, konjungtiva anemis atau tidak.
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada gangguan, dan
pernapasan cuping hidung
d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada penumpukan serumen.
e) Wajah : terlihat menahan nyeri, cemas, simetris atau tidak.
f) Mulut : Mukosa bibir kering/lembab, sianosis/tidak, terpasang alat
bantu napas/tidak.
g) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
2) Integumen
3) Thorax
a) Jantung : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
b) Paru-paru : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
4) Abdomen : Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi
5) Genetalia
6) Ektremitas : atas dan bawah
7) Anus
Ada penurunan produksi urin/tidak, ada hemoroid atau tidak
8) Muskuloskeletal
f. Program terapi (alat yang terpasang dan obat)
g. Hasil lab penunjang
h. Data fokus (Data subyektif dan obyektif)
i. Analisa Data
Meliputi data fokus, problem, etiologi.

C. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek sekunder pembedahan
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
(Nanda NIC NOC, 2015)
j. Intervensi
No
Rencana Keperawatan Intervensi Rasional
Dx.

1 Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri 1. Untuk mengetahui


tindakan keperawatan skala nyeri pasien
selama .... x 24 jam 2. Mengetahui Keadaan
diharapkan nyeri dapat pasien (Tekanan
2. Observasi TTV
terkontrol dengan darah, Nadi,
kriteria hasil : Respirasi, Suhu)
1. Pasien tampak 3. Meningkatkan
rileks kopping pasien
2. Pasien mengatakan 3. Ajarkan teknik
nyeri berkurang 4. Mengurangi rasa
relaksasi napas dalam
3. Skala nyeri dalam nyeri
4. Anjurkan teknik
rentang 0-2 5. Mempercepat
distraksi
4. Pasien dapat penyembuuhan
5. Kolaborasi dengan
beraktivitas sesuai dokter
kemampuan
2 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan pasien.
selama ... x 24 jam 2. Kaji kondisi luka dan 2. Mengetahui adanya
diharapkan infeksi tanda-tanda infeksi. tanda-tanda infeksi.
tidak terjadi selama 3. Lakukan perawatan 3. Mencegah infeksi.
perawatan dengan luka dengan teknik
kriteria hasil : aseptik
1. Mencapai 4. Edukasi tentang
pemulihan luka pentingnya menjaga 4. Mempercepat proses
tepat pada kebersihan dan penyembuhan luka.
waktunya. makan-makanan
2. Luka insisi bebas tinggi kalori serta
dari tanda-tanda protein.
infeksi. 5. Kolaborasi dengan
5. Mempercepat
3. Tidak terdapat dokter.
penyembuhan.
drainase purulen
dan eritema pada
luka insisi.
2 Setelah dilakukan 1. Kaji mobilitas yang 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan ada dan observasi kemampuan pasien
selama .... x 24 jam adanya peningkatan dalam melakukan
diharapkan gangguan kekuatan. Kaji secara aktivitas.
mobilitas fisik dapat teratur fungsi motorik.
diminimalisasikan 2. Ubah posisi pasien 2. Mengurangi resiko
dengan kriteria hasil : setiap 2 jam sekali. terjadi iskemia
1. Pasien dapat ikut 3. Ajarkan pasien 3. Gerakkan aktif dan
serta dalam melakukan latihan pasif dapat membantu
program latihan, gerak aktif dan pasif. untuk meningkatkan
tidak mengalami kekuatan otot
kntraktur sendi. 4. Kolaborasi dengan 4. Mempertahankan
2. Pasien ahli fisioterapi untuk fleksibilitas sendi
menunjukkan latihan fisik pasien. sesuai kemampuan.
tindakan untuk
mobilitas.
3 Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan pasien status nutrisi pasien
selama .... x 24 jam 2. Mengetahui
diharapkan tidak 2. Kaji intervensi mual karakteristik dan
mengalami faktor penyebab mual
ketidakseimbangan 3. Meningkatkan intake
nutrisi dengan kriteria nutrisi
3. Anjurkan pasien
hasil :
makan sedikit tapi
1. Tidak ada tanda- 4. Meningkatkan nafsu
sering
tanda malnutrisi. makan
4. Anjurkan pasien
2. Tidak terjadi
makan selagi hangat
penurunan berat 5. Mempercepat
5. Kolaborasi dengan
badan yang berarti. penyembuhan
dokter dalam
3. Berat badan ideal
pemberian obat
sesuai tinggi badan.
4 Setelah dilakukan 6. Observasi TTV 6. Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan pasien.
selama ... x 24 jam 7. Kaji kondisi luka dan 7. Mengetahui adanya
diharapkan infeksi tanda-tanda infeksi. tanda-tanda infeksi.
tidak terjadi selama 8. Lakukan perawatan 8. Mencegah infeksi.
perawatan dengan luka dengan teknik
kriteria hasil : aseptik
4. Mencapai 9. Edukasi tentang 9. Mempercepat proses
pemulihan luka pentingnya menjaga penyembuhan luka.

tepat pada kebersihan dan


waktunya. makan-makanan
5. Luka insisi bebas tinggi kalori serta
dari tanda-tanda protein.
10. Mempercepat
infeksi. 10. Kolaborasi dengan
penyembuhan.
dokter.
6. Tidak terdapat
drainase purulen
dan eritema pada
luka insisi.

k. Implementasi
Pelaksanaan dari intervensi yang ada.
l. Evaluasi
Hasil yang diharapkan terjadi setelah mendapat intervensi keperawatan selama ... x
24 jam pada pasien Hernia Inguinalis Lateralis, meliputi :
1. Nyeri berkurang dengan skala nyeri 0-2
2. Menunjukkan tindakan mobilitas secara mandiri
3. Intake nutrisi harian terpenuhi
4. Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak, dan tidak ada pendarahan
5. Tidak terjadi infeksi luka pasca bedah
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2017. Rencana Asuhan KeperawataN


Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif & Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal :Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika
Nurani, F A dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: MediAction
Sjamsuhidayat R, Wim De Jong. 2015. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta:
MediAction
Suratan dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gatrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
Hartini Rika. 2017. . Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Hernia
Inguinalis.
Indri Mayasari. 2010. Karakteriktik Hernia Inguinalis.

Anda mungkin juga menyukai