Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIL (HERNIA INGUINALIS LATERALIS)


Laporan Pendahuluan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan
Medikal Bedah II

Disusun Oleh:
Fitri Irma Riyanti
NIM : P27220016072

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2017/2018

1
LAPORAN PENDAHULUAN
HIL (HERNIA INGUINALIS LATERALIS)

A. Pengertian
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia adalah
kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut atau
struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia adalah penonjolan sebuah
organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot perut. Hernia umumnya
terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal kantung, dan yang
mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intra-
abdomen, yang mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang
lebih bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Muttaqin, 2011)
Hernia Inguinalis adalah kondisi penonjolan organ intestinal yang masuk
ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
ingunalis. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga
peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis, dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, apabila hernia
ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan terjadi perlengketan
(Sjamsuhidajat, 2010).
Hernia Inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai benjolan atau tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia Ingunalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah
melalui celah. Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki.
Menurut Suratan (2010) Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi
organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dindingrongga yang
bersangkutan atau lubang abnormal
Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas hernia inguinalis lateralis
adalah penonjolan organ infra abdomen melalui lubang anulus inguinalis dextra,
karena bagian dinding rongga abdomen sebelah kanan yang terjadi karena
didapat atau jugs congenital

2
B. Etiologi
1. Faktor congenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis,
yang dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam
desenskus testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak
sampai ke skrotum, processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan
baru terjadi 1 – 2 hari sebelum kelahiran, processus ini belum sempat
menutup dan pada waktu lahir masih tetap terbuka.
2. Obesitas
salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Faktor umur dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering dari pada anak muda, pria lebih banyak dari pada
wanita.
4. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis
sehingga mudah terjadi hernia.
5. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
Biasanya ditemukan pada orang kurus.
6. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita
dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan defekasi, serta
pada orang yang sering mengangkat berat. (Nurani, 2015)

C. Klasifikasi
1. Menurut letaknya
a) Hernia indirek atau lateral
Terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus
melaui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun
ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria. Benjolan tersebut bisa
mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan,
mengangkat beban berat atau berdiri dapat tumbuh kembali.

3
b) Hernia direk atau medialis
Lewat dinding abdomen di area kelemahan otot. Lebih umum
terjadi pada lansia. Disebut direk karena langsung menuju annulus
inguinalis eksterna, sehingga mudah mengecil bila tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang menjadi
irresponsible.
c) Hernia Femoralis
Terjadi melalui cincin femoral, lebih umum pada wanita. Ini
mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan
secara bertahap menarik peritoneum dan hamper tidak dapat dihindari
kandung kemih masu kedalam kantong.
d) Hernia insisional
Terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka, kemungkinan disebabkan
oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi eksterm atau obesitas, usus
atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
2. Berdasarkan terjadinya
a) Hernia congenital (bawaan)
Terjadinya pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis
yang mula-mula terletak diatas mengalami penurunan menuju skrotum.
b) Hernia akuisitas (didapat)
Setelah dewasa atau usia lanjut, karena tekanan intraabdominal
yang dan dalam waktu yang lama (batuk kronis, konstipasi kronis,
asites , dsb)
3. Menurut sifat atau tingkatannya :
a) Hernia responibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong
masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan
tidak ada gejala obstruksi usus.
b) Hernia irresponibel.

4
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk
kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
peritoneum.
c) Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung
hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus.
Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa. Keadaan inihernia bisa terjepit oleh cincin
hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih
dimaksudkan hernia irreponibel.
d) Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang
masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system
perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada
pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya
nyeri tekan (Mutaqqin, 2011)

D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi
atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan ganggren

5
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang
berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen
tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut
berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada
orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah
tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intra abdomen kanalis inguinalis adalah kanal yang normal
pada fetus. Pada bulan ke 8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun beberapa hal, seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat, mengejan pada saat defekasi dan mengejan pada saat miksi misalnya
hipertrofi prostat (Ferina, 2013)

6
E. Pathway

Hambatan
mobilitas
fisik

(Muttaqin , 2011)

7
F. Manifestasi Klinis
1. Tampak adanya benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang .
2. Bila isinya terjepit akan timbul nyeri ditempat tersebut beserta perasaan
mual.
3. Nyeri diekspresikan dengan rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri menyebar
kedaerah pinggul, belakang kaki, genital yang disebut Reffend Pain. Nyeri
biasanya meningkat dengan durasi dan intensitas dari aktivitas atau kerja
berat. Mereda atau hilang jika istirahat, bertambah hebat jika strongulasi
karena suplai darah ke hernia terhenti sehingga kulit menjadi merah dan
panas.
4. Hernia femoralis kecil kemunginan berisi dinding kandung kencing sehingga
timbul gejala sakit kencing disertai hematuria disamping benjolan bawah
sela paha.
5. Hernia diafragmatika menimbulkan sakit diperut disertai sesak nafas
6. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan akan bertambah besar.
(Indri, 2010)

G. Komplikasi
1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus persial / total
3. Luka pada usus
4. Gangguan suplai darah ke testis
5. Perdarahan berlebih
6. Infeksi luka bedah
7. Fistel urine dan feses (suratun dan Lusinah, 2010)

H. Pemeriksaan penunjang
I. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin
hernia. Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa
pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.8 Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu

8
yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini
dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu
keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya
ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse : 1. Retropubic 2. Intra abdominal 3. Pre peritoneal 4. Pre peritoneal
locule
2. Hematologi rutin:
a. Bila ada leukositosis, bisa jadi akibat strangulasi,
b. Tidak spesifiK.
3. Elektrolit, BUN, dan kreatinin:
a. Mengetahui status hidrasi pasien dengan mual dan muntah (hernia
diafragma),
b. Merupakan prosedur preoperatif.
4. Urinalisis:
a. Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang menyebabkan rasa
sakit di daerah inguinal,
b. Eritrosit (0-4/LPB) pada urin pasien ini merupakan akibat dari hipertrofi
prostat jinak.
5. Laktat:
a. Peningkatan laktat dapat mencerminkan hipoperfusi ginjal atau hipoksia,
b. Kadar yang normal belum tentu menyingkirkan kemungkinan
strangulasi.
6. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra:
a. Membedakan masa di paha atau dinding perut dan sumber
pembengkakannya,
b. Membedakan jenis-jenis hernia,
c. Untuk hernia incarcerata dan strangulata perlu dilakukan foto toraks
untuk melihat adanya udara bebas di bawah diafragma akibat perforasi.
7. Transrectal Ultrasonography (TRUS):
a. Hasil: pembesaran prostat 90 cc,
b. Tanpa urin residual (belum ada faktor penyulit).

9
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif
dan pembedahan.
1. Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak
dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi
konservatif dapat pula di berikan obat anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
2. Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit
kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia
dimasukan,kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan
disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak
boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6
minggu. (Anonim, 2010)

10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, usia, jenis kelamin, alamat, suku, agama, pekerjaan,
nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b. Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : nyeri, serta apa saja yang dirasakan pasien saat
pengkajian.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : riwayat pasien masuk dari rumah sakit
sampai saat pengkajian di ruang rawat inap.
3) Riwayat Ksehatan Dahulu : Riwayat penyakit yang pernah di derita pasien
dahulu sebelum masuk RS.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga : adakah riwayat penyakit keturunan seperti
jantung, hipertermi, dan DM.
d. Pola fungsional menurut Gordon
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Adakah kecemasan pasien karena kurang pemahaman pasien dan keluarga
terkait tentang proses penyakit.
2) Pola nutrisi-metabolik
Adakah penurunan/penambahan nafsu makan, mual-muntah pada pasien
3) Pola eliminasi
Adakah perubahan BAB/BAK pasien sebelum dan selama sakit (jumlah,
warna, bau, konsistensi)
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien dilakukan anamnesa mengenai riwayat pekerjaan, mengangkat beban
berat, duduk, dan mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan
matras untuk tidur. Pada pemeriksaan fisik pasien mengalami penurunan
rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otak,
gangguan dalam berjalan.
5) Pola persepsi-kognitif

11
a) Penglihatan : kabur/tidak, dengan alat bantu/tidak.
b) Pendengaran : tuli/tidak, dengan alat bantu/tidak, bagaimana
kebersihannya.
c) Pengecap : Apakah bisa membedakan asin, manis, pahit.
d) Persepsi nyeri : terasa nyeri pada bagian luka bekas operasi.
6) Pola istirahat tidur
Bagaimana istirahat dan tidur pasien selama dan sebelum sakit, adakah
gangguan/tidak.
7) Pola konsep diri
Meliputi gambaran, identitas, peran, serta ideal diri.
8) Pola peran dan hubungan
Bagaiaman peran dan hubungan pasien dengan keluarga.
9) Pola seksualitas dan reproduksi
Bagaimana pola rreproduksi pasien, ada hambatan/tidak.
10) Pola koping-stres
Apakah pasien terlihat cemas dengan kondisi kesehatannya sekarang.
11) Pola keyakinan-nilai
Meliputi domisili, bahasa, agama, dan pola keyakinan pasien.
e. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TTV
d. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
a) Rambut : hitam/beruban, bersih/tidak
b) Mata : Simetris, konjungtiva anemis atau tidak.
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada gangguan, dan
pernapasan cuping hidung
d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada penumpukan serumen.
e) Wajah : terlihat menahan nyeri, cemas, simetris atau tidak.
f) Mulut : Mukosa bibir kering/lembab, sianosis/tidak, terpasang alat
bantu napas/tidak.
g) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.

12
2) Integumen
3) Thorax
a) Jantung : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
b) Paru-paru : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
4) Abdomen : Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi
5) Genetalia
6) Ektremitas : atas dan bawah
7) Anus
Ada penurunan produksi urin/tidak, ada hemoroid atau tidak
8) Muskuloskeletal
f. Program terapi (alat yang terpasang dan obat)
g. Hasil lab penunjang
h. Data fokus (Data subyektif dan obyektif)
i. Analisa Data
Meliputi data fokus, problem, etiologi.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek sekunder pembedahan
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
(Nanda NIC NOC, 2015)

j. Intervensi
No Rasional
Rencana Keperawatan Intervensi
Dx.
1 Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan skala nyeri pasien
selama .... x 24 jam 2. Mengetahui Keadaan
diharapkan nyeri dapat pasien (Tekanan

13
terkontrol dengan 2. Observasi TTV darah, Nadi,
kriteria hasil : Respirasi, Suhu)
1. Pasien tampak 3. Meningkatkan
rileks kopping pasien
2. Pasien mengatakan
nyeri berkurang 3. Ajarkan teknik 4. Mengurangi rasa
3. Skala nyeri dalam relaksasi napas dalam nyeri
rentang 0-2 4. Anjurkan teknik 5. Mempercepat
4. Pasien dapat distraksi penyembuuhan
beraktivitas sesuai 5. Kolaborasi dengan
kemampuan dokter
2 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan pasien.
selama ... x 24 jam 2. Kaji kondisi luka dan 2. Mengetahui adanya
diharapkan infeksi tidak tanda-tanda infeksi. tanda-tanda infeksi.
terjadi selama 3. Lakukan perawatan 3. Mencegah infeksi.
perawatan dengan luka dengan teknik
kriteria hasil : aseptik
1. Mencapai 4. Edukasi tentang 4. Mempercepat proses
pemulihan luka pentingnya menjaga penyembuhan luka.
tepat pada kebersihan dan
waktunya. makan-makanan
2. Luka insisi bebas tinggi kalori serta
dari tanda-tanda protein.
infeksi. 5. Kolaborasi dengan 5. Mempercepat
3. Tidak terdapat dokter. penyembuhan.
drainase purulen
dan eritema pada
luka insisi.
2 Setelah dilakukan 1. Kaji mobilitas yang 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan ada dan observasi kemampuan pasien
selama .... x 24 jam adanya peningkatan dalam melakukan
diharapkan gangguan kekuatan. Kaji secara aktivitas.

14
mobilitas fisik dapat teratur fungsi motorik.
diminimalisasikan 2. Ubah posisi pasien 2. Mengurangi resiko
dengan kriteria hasil : setiap 2 jam sekali. terjadi iskemia
1. Pasien dapat ikut 3. Ajarkan pasien 3. Gerakkan aktif dan
serta dalam program melakukan latihan pasif dapat membantu
latihan, tidak gerak aktif dan pasif. untuk meningkatkan
mengalami kekuatan otot
kntraktur sendi. 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Mempertahankan
2. Pasien fisioterapi untuk fleksibilitas sendi
menunjukkan latihan fisik pasien. sesuai kemampuan.
tindakan untuk
mobilitas.
3 Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan pasien status nutrisi pasien
selama .... x 24 jam 2. Mengetahui
diharapkan tidak 2. Kaji intervensi mual karakteristik dan
mengalami faktor penyebab mual
ketidakseimbangan 3. Meningkatkan intake
nutrisi dengan kriteria nutrisi
hasil : 3. Anjurkan pasien
1. Tidak ada tanda- makan sedikit tapi 4. Meningkatkan nafsu
tanda malnutrisi. sering makan
2. Tidak terjadi 4. Anjurkan pasien
penurunan berat makan selagi hangat
5. Mempercepat
badan yang berarti. 5. Kolaborasi dengan
penyembuhan
3. Berat badan ideal dokter dalam
sesuai tinggi badan. pemberian obat
4 Setelah dilakukan 6. Observasi TTV 6. Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan pasien.
selama ... x 24 jam 7. Kaji kondisi luka dan 7. Mengetahui adanya
diharapkan infeksi tidak tanda-tanda infeksi. tanda-tanda infeksi.
terjadi selama 8. Lakukan perawatan 8. Mencegah infeksi.
perawatan dengan luka dengan teknik

15
kriteria hasil : aseptik
4. Mencapai 9. Edukasi tentang 9. Mempercepat proses
pemulihan luka pentingnya menjaga penyembuhan luka.
tepat pada kebersihan dan
waktunya. makan-makanan
5. Luka insisi bebas tinggi kalori serta
dari tanda-tanda protein.
infeksi. 10. Kolaborasi dengan 10. Mempercepat
6. Tidak terdapat dokter. penyembuhan.
drainase purulen
dan eritema pada
luka insisi.

k. Implementasi
Pelaksanaan dari intervensi yang ada.
l. Evaluasi
Hasil yang diharapkan terjadi setelah mendapat intervensi keperawatan selama ... x 24
jam pada pasien Hernia Inguinalis Lateralis, meliputi :
1. Nyeri berkurang dengan skala nyeri 0-2
2. Menunjukkan tindakan mobilitas secara mandiri
3. Intake nutrisi harian terpenuhi
4. Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak, dan tidak ada pendarahan
5. Tidak terjadi infeksi luka pasca bedah

16
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif & Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal :Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika

Nurani, F A dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: MediAction

Sjamsuhidayat R, Wim De Jong. 2015. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: MediAction

Suratan dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gatrointestinal. Jakarta: Trans Info Media

Anonim. 2010. Referat Hernial Inguinalis.


http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/08/referat-hernia-inguinalis.html diakses
pada Senin 25 Juni 2018

Febrina Susi. 2013. Hernia Inguinalis Lateralis http://renal-


mumar.blogspot.com/2013/05/hernia-inguinalis-lateralis-hil_4.html. pada Senin 25 Juni
2018

Hartini Rika. 2017. . Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan


Hernia Inguinalis.
http://jurnal.stikesmedikacikarang.ac.id/ojs/index.php/jip/article/view/69/0. pada Senin
25 Juni 2018

Indri Mayasari. 2010. Karakteriktik Hernia Inguinalis.


http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/5728 pada
Senin 25 Juni 2018

17

Anda mungkin juga menyukai