Disusun oleh:
MUHAMMAD TEDDY NUGRAHA
1910206090
A. Latar Belakang
Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat mengakibatkan
meningkatnya biaya, lama perawatan, dan memperlambat program rehabilitas
pasien,dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan, rasa tidak
nyaman, dan komplikasi berat yang mengarah ke sepsis,infeksi kronis, selulitis,
osteomyelittis, dan meningkatkan prevalensi mortalitas pada klien lanjut usia.
Insiden dekubitus di Study International sebanyak 1.9%-63.6%, ASEAN (Jepang,
Korea, Cina) 2.1%-18%, dan diIndonesia cukup tinggi yaitu 33.3%. Surveiyang
dilakukan WHO terhadap 55 rumah sakit di 14 negara menunjukkan 8,7% dari
rumah sakit tersebut terdapat pasien dengan dekubitus dan 1,4 juta orang di seluruh
dunia menderita luka dekubitus akibat perawatan dirumah sakit. Kejadian dekubitus
secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi ditatanan perawatan acute care,
15-25% ditatanan perawat jangka panjang, dan 7-12%di tatanan perawatan rumah.
Frekuensi luka dekubitus cukup tinggi terjadi pada pasien-pasien neurologis karena
immobilisasi yang lama dan berkurangnya kemampuan sensorik. Upaya
pencegahan dekubitus perlu memperhatikan pengetahuan, sikap,motivasi, dan
perilaku perawat.
Hasil studi pendahuluan dari Nofiyanti (2017) dari salah satu rumah sakit di
yogyakarta didapatkan data kejadian dekubitus pada tahun 2016 sebanyak 32 kasus
dengan angka kejadian terbanyak di bangsal penyakit dalam yaitu 10 kasus.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami dekubitus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit
dekubitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami dekubitus.
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia dekubitus
yang mengalami hambatan mobilitas fisik
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia dekubitus
yang mengalami kerusakan integritas kulit.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara mengatasi masalah dekubitus dan hambatan mobilitas
fisik dengan perawatan luka, tirah baring, mengajarkan tehnik ROM sehingga
dapat digunakan sebagai kerangka dalam mengembangkan kombinasi terapi
farmakologi dan non farmakologi agar dapat mengatasi semua keluhan penyakit
yang diderita lansia.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan khususnya mengenali cara mencegah keparahan
penyakit dekubitus dan hambatan mobilitas fisik pada lansia.
3. Bagi lansia
Dapat menjadikan tekik perawatan luka, tirah baring, ROM sebagai upaya
untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit penyerta (dekubitus) pada lansia
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Dekubitus
Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang
disebabkan oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan, pergeseran,
gesekan atau kombinasi dari beberapa hal tersebut (NPUAP, 2014). Dekubitus adalah
kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan dari luar yang
berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu
yang biasa, gangguan ini terjadi pada individu yang berada diatas kursi atau diatas
(Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Perry et al, (2012) dekubitus adalah luka
pada kulit dan atau jaringan dibawahnya, biasanya disebabkan oleh adanya
penonjolan tulang, sebagai akibat dari tekanan atau kombinasi tekanan dengan gaya
2. Gejala dekubitus
Ulkus dekubitus dapat muncul pada sejumlah area tubuh, tergantung bagian
tubuh mana yang tertekan dalam waktu lama. Pada pengguna kursi roda, biasanya
ulkus dekubitus akan muncul di area bokong, tulang ekor, tulang belakang, tulang
belikat, punggung lengan, serta kaki yang bersandar pada kursi roda. Pada orang yang
hanya berbaring di tempat tidur, biasanya akan terbentuk luka di belakang dan
samping kepala, tulang belikat, pinggul, tulang ekor atau punggung bagian bawah,
atau kebiruan, disertai dengan rasa sakit atau gatal pada area kulit tersebut.
Tingkat 3: luka terbuka hingga beberapa lapisan kulit yang lebih dalam.
Tingkat 4: luka terbuka yang sangat dalam hingga mencapai otot dan tulang.
3. Klasifikasi dekubitus
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) 2014 membagi derajat
Derajat I ditunjukkan dengan adanya kulit yang masih utuh dengan tanda-tanda
akan terjadi luka. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak
salah satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih
hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak), dan perubahan
sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih luka akan kelihatan sebagai
kemerahan yang menetap, sedangkan pada orang kulit gelap, luka akan kelihatan
sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu. Cara untuk menentukan derajat I
adalah dengan menekan daerah kulit yang merah (erytema) dengan jari selama tiga
detik, apabila kulitnya tetap berwarna merah dan apabila jari diangkat juga kulitnya
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya.
Cirinya adalah lukanya superfisial dengan warna dasar luka merah-pink, abrasi,
melepuh, atau membentuk lubang yang dangkal. Derajat I dan II masih bersifat
refersibel.
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari
jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fasia. Luka terlihat seperti
lubang yang dalam. Disebut sebagai “typical decubitus” yang ditunjukkan dengan
adanya kehilangan bagian dalam kulit hingga subkutan, namun tidak termasuk tendon
dan tulang. Slough mungkin tampak dan mungkin meliputi undermining dan
tunneling.
Slough atau jaringan mati (eschar) mungkin ditemukan pada beberapa bagian dasar
luka (wound bed) dan sering juga ada undermining dan tunneling. Kedalaman derajat
dan malleolar tidak memiliki jaringan subkutan dan lukanya dangkal. Derajat IV dapat
meluas ke dalam otot dan atau struktur yang mendukung (misalnya pada fasia, tendon
atau sendi) dan memungkinkan terjadinya osteomyelitis. Tulang dan tendon yang
Kehilangan jaringan secara penuh dimana dasar luka (wound bed) ditutupi oleh
slough dengan warna kuning, cokelat, abu-abu, hijau, dan atau jaringan mati (eschar)
yang berwarna coklat atau hitam didasar luka. slough dan atau eschar dihilangkan
sampai cukup untuk melihat (mengexpose) dasar luka, kedalaman luka yang benar,
Berubah warna menjadi ungu atau merah pada bagian yang terkena luka secara
terlokalisir atau kulit tetap utuh atau adanya blister (melepuh) yang berisi darah karena
kerusakan yang mendasari jaringan lunak dari tekanan dan atau adanya gaya geser.
Lokasi atau tempat luka mungkin didahului oleh jaringan yang terasa sakit, tegas,
lembek, berisi cairan, hangat atau lebih dingin dibandingkan dengan jaringan yang ada
di dekatnya. Cidera pada jaringan dalam mungkin sulit untuk di deteksi pada individu
dengan warna kulit gelap. Perkembangan dapat mencakup blister tipis diatas dasar
luka (wound bed) yang berkulit gelap. Luka mungkin terus berkembang tertutup oleh
eschar yang tipis. Dari derajat dekubitus diatas, dekubitus berkembang dari
permukaan luar kulit ke lapisan dalam (top-down), namun menurut hasil penelitian
saat ini, dekubitus juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia
dan otot walapun tanpa adanya kerusakan pada permukaan kulit. Ini dikenal dengan
istilah injury jaringan bagian dalam (Deep Tissue Injury). Hal ini disebabkan karena
jaringan otot dan jaringan subkutan lebih sensitif terhadap iskemia daripada
Gambar 2.6. Dekubitus Suspected deep tissue injury : depth unknown (Sumber :
NPUAP, 2014).
4. Faktor-faktor terjadinya dekubitus
Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya dekubitus,
yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi dan
intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas dan
dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik
yaitu faktor yang berasal dari pasien, sedangkan yang dimaksud dengan faktor
ekstrinsik yaitu faktor-faktor yang berhubungan dari luar yang mempunyai efek
deteriorasi pada lapisan eksternal dari kulit (Braden dan Bergstorm, 2000).
1. Faktor Tekanan
terus- menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi
untuk terkena dekubitus. Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam
yang disebabkan oleh depresi CNS (Jaul. 2010). Ada beberapa penelitian
imobilitas dan inaktifitas, diantaranya Spinal Cord Injury (SCI), stroke, multiple
Pasien dengan gangguan persepsi sensorik terdapat nyeri dan tekanan lebih
normal. Pasien dengan gangguan persepsi sensorik terdapat nyeri dan tekanan
adalah pasien yang tidak mampu merasakan kapan sensasi pada bagian tubuh
mereka meningkat, adanya tekanan yang lama, atau nyeri dan oleh karena itu
pasien tanpa kemampuan untuk merasakan bahwa terdapat nyeri atau tekanan
a. Faktor Intrinsik :
1) Nutrisi
Derajat III dan IV dari dekubitus pada orang tua berhubungan dengan penurunan
berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak
mencukupi (Guenter, et al., 2000). Menurut Jaul (2010), ada korelasi yang kuat
dekubitus. Keller, (2002) juga menyebutkan bahwa 75% dari pasien dengan
dengan 16 % pasien dengan level serum albumin yang lebih tinggi. Pasien yang
luka daripada pasien yang level albumin tinggi (Potter & Perry, 2010).
2) Umur / Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko tinggi untuk terkena dekubitus karena
kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan proses penuaan (Sussman &
Jensen, 2007). 70% dekubitus terjadi pada orang yang berusia lebih dari
penurunan jumlah sel, kehilangan elastisitas kulit, lapisan subkutan yang menipis,
intradermal (Jaul, 2010) sedangkan menurut Potter & Perry, (2005) 60% - 90%
3) Tekanan arteriolar
dilakukan oleh Bergstrom & Braden (1992) menemukan bahwa tekanan sistolik
b. Faktor ekstrinsik :
1) Kelembaban
luka, perspirasi yang berlebihan, serta inkontinensia fekal dan urine (Potter &
2) Gesekan
Gaya gesek (Friction) adalah tekanan pada dua permukaan bergerak melintasi
satu dan yang lainnya seperti tekanan mekanik yang digunakan saat kulit ditarik
melintasi permukaan kasar seperti seprei atau linen tempat tidur (WOCNS, 2003).
Cidera akibat gesekan memengaruhi epidermis atau lapisan kulit yang paling atas.
Kulit akan merah, nyeri dan terkadang disebut sebagai bagian yang terbakar.
Cidera akibat gaya gesek terjadi pada pasien yang gelisah, yang memiliki
pergerakan yang tidak terkontrol seperti keadaan spasme dan pada pasien yang
kulitnya ditarik bukan diangkat dari permukaan tempat tidur selama perubahan
posisi (Potter & Perry, 2010). Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak
merusak permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat pergantian
3) Pergeseran
Gaya geser adalah peningkatan tekanan yang sejajar pada kulit yang berasal
dari gaya gravitasi, yang menekan tubuh dan tahanan (gesekan) diantara pasien
dan permukaan (Potter & Perry, 2010). Contoh yang paling sering adalah ketika
pasien diposisikan pada posisi semi fowler yang melebihi 30°. Hal ini juga
didukung oleh pernyataan dari Jaul (2010) bahwa pada lansia akan cenderung
merosot kebawah ketika duduk pada kursi atau posisi berbaring dengan kepala
tempat tidur dinaikkan lebih dari 30°. Pada posisi ini pasien bisa merosot
masih tertinggal. Hal ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta
kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan
tidak terbatas pada pasien yang mengalami keterbatasan mobilisasi (Potter &
2010).
mencegah kejadian terhadap dekubitus ada 5 (lima) point yang bisa digunakan
Rumah Sakit dan diulang dengan pola yang teratur atau ketika ada perubahan
yang signifikan pada pasien, seperti pembedahan atau penurunan status kesehatan
(Potter & Perry, 2010). Berdasarkan National Pressure Ulcer Advisory Panel
memposisikan dirinya, dengan menggunakan metode yang tepat dan valid yang
terhadap pasien yang beresiko, serta memodifikasi perawatan yang sesuai dengan
kebersihan kulit dan kelembaban kulit dengan memberikan lotion atau creams.
Mengontrol kelembaban terhadap urine, feses, keringat, saliva, cairan luka, atau
tumpahan air atau makanan, melakukan inspeksi setiap hari terhadap kulit. Kaji
pada pasien yang berisiko mengalami dekubitus. Penelitian yang dilakukan oleh
Utomo, et al (2014) Nigella Sativa Oil efektif untuk mencegah terjadinya ulkus
4) Support surface
gesekan (friction) dan pergeseran (shear) (Carville, 2007). Support surface ini
terdiri dari tempat tidur, dan matras meja operasi, termasuk pelengkap tempat
5) Memberikan edukasi
berikut : etiologi dan faktor resiko dekubitus, aplikasi penggunaan tool pengkajian
Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul jika ulkus dekubitus tidak segera
ditangani, yaitu:
a. Selulitis, akibat infeksi pada kulit dan jaringan lunak. Kondisi ini dapat
b. Infeksi tulang dan sendi, akibat penyebaran infeksi dari kulit dan jaringan lunak.
c. Sepsis, yaitu kondisi di mana infeksi menyebar ke aliran darah dan menimbulkan
7. Pengobatan dekubitus
Tahap awal dari pengobatan ulkus dekubitus adalah mengurangi tekanan dan
gesekan pada luka. Setelah itu, dokter akan melanjutkan dengan perawatan luka dan
pengangkatan jaringan yang rusak. Berikut ini adalah rangkaian pengobatan untuk
kursi roda, pindahkan tumpuan berat badan ke sisi yang lain setiap 15 menit atau
ganti posisi setiap jam. Jika penderita berada di tempat tidur, gantilah posisi setiap
2 jam. Dokter juga akan menyarankan penggunaan kasur antidekubitus. Kasur ini
dapat mengurangi tekanan pada area kulit tertentu, dan menjaga aliran udara ke
area tersebut tetap baik. Meski begitu, posisi penderita tetap perlu diubah secara
berkala.
Jika luka tidak terbuka, bersihkan area kulit dengan sabun yang tidak
muncul luka terbuka, ulkus dekubitus perlu ditutup dengan perban, agar luka tidak
terinfeksi dan kulit di sekitarnya tetap kering. Ganti perban secara berkala, dan
bersihkan luka dengan air garam fisiologis (cairan infus saline) setiap mengganti
perban.
Supaya luka dekubitus cepat sembuh, koreng dan jaringan yang sudah mati
perlu diangkat melalui operasi minor (tanpa bius total). Tindakan ini bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan kulit baru yang sehat. Bila diperlukan, dokter
bedah akan menggunakan jaringan kulit dari bagian tubuh lainnya untuk menutup
ulkus dekubitus.
membersihkan luka.
e. Obat-obatan
obatan, seperti: Ibuprofen atau diclofenac untuk meredakan rasa sakit, terutama
ketika penderita sedang dirawat lukanya atau perlu diubah posisinya. Antibiotik
minum atau salep untuk melawan infeksi bakteri, jika ulkus dekubitus sudah
asupan nutrisi dan mengonsumsi air putih yang cukup untuk mempercepat proses
penyembuhan kulit. Minum air putih yang cukup dapat membantu mencegah
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. B
Alamat : Imogiri, Yogyakarta
Usia : 70 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : STM
Agama : Islam
Status : Duda, istri sudah meninggal
II. STATUS KESEHATAN SAAT INI
Tn. B mengatakan ada riwayat tumor di tulang belakang sehingga mempengaruhi syaraf
pada ekstremitas bawah akibatnya kaki Tn.B lemas, kaku dan tidak bisa digerakan. Tn.B
memerlukan bantuan untuk beraktifitas. Tn. B menggunakan kursi roda. Pada saat
pemeriksaan, terdapat luka lecet di punggung akibat penekanan terus menerus karena
susah berpindah posisi di tempat tidur dan dikursi roda. Luka berwarna merah,
kedalaman luka ke epidermis dan dermis, membentuk lubang yang dangkal.
III. PENYAKIT SAAT INI
Klien memiliki riwayat penyakit tumor di tulang belakang.
Keterangan :
a. >130 : Mandiri
b. 60 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. <60 : Ketergantungan total
g. Kognitif :
Menggunakan SPAMQ: Pasien mampu menyebutkan hari dan tanggal berapa
sekarang, tahu tanggal lahirnya, tahu nama presiden sebelumnya, pasien dapat
menyebutkan nama tempat tinggal yg di tempati saat ini, alamat, usia, nama ibunya,
pasien lancar dalam berhitung.
SPMQ
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
Benar 01 Tanggal berapa hari ini ? Tn.B mengatakan ini
tanggal 26
Benar 02 Hari apa sekarang ini ? Tn.B mengatakan
sekarang hari selasa.
Benar 03 Apa nama tempat ini ? Tn.B mengatakan berada di
BPSTW Budi Luhur
Benar 04 Dimana alamat anda? Tn.B mengatakan
alamatnya di Imogiri.
Benar 05 Berapa umur anda ? Tn.B mengatakan berumur
70 tahun
Benar 06 Kapan anda lahir ? ( minimal tahun terakhir)
Benar 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ? Tn.B
mengatakan presiden indonesia sekarang adalah
Jokowi.
Benar 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ? Tn.B
mengatakan presiden Indonesia sebelumnya
adalah SBY.
Benar 09 Siapa nama Ibu anda ? Ibunya bernama
Sumariyati
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 = Fungsi intelektual tubuh baik
b. Salah 4 – 5 = Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 = Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 = Kerusakan intelektual berat
h. Depresi:
Pasien tidak merasakan kesedihan, tidak merasa pesimis dan gagal, merasa
bersyukur dengan apa yang di dapatkan setiap harinya, tidak merasa bersalah,
menerima diri sendiri, tidak pernah ingi membahayakan diri sendiri, sesalu
bersosialisasi dengan siapa saja, selalu mengambil sikap dan keputusan yang baik,
tidak merasa lebih buruk.
i. Resiko Jatuh
The Timed Up and Go (TUG) Test
Lansia melakukan hal sebagai berikut :
Lansia hanya bisa berpindah dari tempat tidur ke kursi roda maupun berpindah
posisi pada saat di bantu.
Ukur waktu dalam detik
- <10 detik : mobilitas bebas
- < 20 detik : mostly independent
- 20 – 29 : variable mobility
- > 30 : gangguan mobilitas
j. Gangguan Tidur:
Pasien mengatakan tidur jam 22.00 wib – 04.00 wib. Dalam keadaan pulas.
k. Resiko decubitus:
Persepsi 1 2 3 4
sensori Terbatas penuh Sangat Agak Tidak
terbatas terbatas terbatas
Kelembaban Lembab konstan Sangat Kadang Jarang
lembab lembab lembab
Aktivitas Di tempat tidur Di kursi Kadang Jalan
jalan keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat Kadang Tidak
terbatas terbatas terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Sempurna
adekuat
Gesekan/ Masalah Masalah Tidak ada Sempurna
cubitan resiko masalah
Total skor 12
Pengkajian Braden
l. Kualitas hidup:
Kondisi kesehatan saat ini baik dibandingkan dengan tahun lalu kondisi saat ini
pasien merasa semakin tua, ekstremitas bawah tidak bisa digerakan karena ada
masalah di syaraf tulang belakang.
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1. DS: Penurunan Hambatan
Tn. B mengatakan ada riwayat tumor di kekuatan otot mobilitas fisik
tulang belakang sehingga mempengaruhi ekstremitas bawah
syaraf pada ekstremitas bawah akibatnya kaki
Tn.B lemas, kaku dan tidak bisa digerakan
DO:
Tn.B susah berpindah posisi di tempat tidur
dan terlihat menggunakan dikursi roda untuk
aktifitas diluar.
2 DS : Kerusakan jaringan Kerusakan
Tn. B mengatakan ada riwayat tumor di sekunder akibat integritas kulit
tulang belakang sehingga mempengaruhi penekanan.
syaraf pada ekstremitas bawah akibatnya kaki
Tn.B lemas, kaku dan tidak bisa digerakan.
Pada saat pemeriksaan, terdapat luka lecet di
punggung akibat penekanan terus menerus
karena susah berpindah posisi di tempat tidur
dan dikursi roda.
DO :
Klien tampak lemas, kaki terasa kaku dan
tidak bisa digerakan, terdapat luka lecet di
punggung akibat adanya tekanan terus-
menerus dan imobilisasi. Luka berwarna
merah, kedalaman luka ke epidermis dan
dermis, membentuk lubang yang dangkal.
TD: 130/90 mmHg, Nadi: 85x/menit, RR :
23x/menit.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah
2. Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan jaringan sekunder akibat penekanan
PEMBAHASAN
Brunner & Suddart (2010) dekubitus didahului kulit tampak kemerahan yang tidak
hilang setelah tekanan diadakan pada tahap dini ini tidak terlihat nekrosis sebab permukaan
kulit masih utuh iskhemi dan nekrosis sudah terjadi pada lapisan dalam tetapi baru terlihat
setelah beberapa hari dan berapa kulit yang kemerahan dan mengelupas sedikit nekrosis kulit
dan batasnya menjadi jelas. Biasanya nekrosis ini mencapai hilang atau fascia di dasarnya.
Akibat tekanan terutama diatas tulang menonjol, mengganggu fungsi sirkulasi normal dan
menyebabkan paling paling banyak sakit tekanan (dekubitus). Salah satu tindakan untuk
menurunkan angka kejadian dekubitus tersebut adalah dengan pemberian posisi miring.
Alasan pemberian posisi miring dikarenakan posisi tersebut sudah mampu mencegah kulit
Dalam proses perwatan luka, terdapat dua metode pembersihan luka secara mekanik,
irigasi dan menyikat langsung dengan bola kapas atau kasa. Kesulitan dari irigasi adalah
bagaimana caranya untuk memakai larutan pembersih dengan tekanan yang cukup sehingga
dapat meluruskan debris tanpa merusak jaringan yang ada dibawahnya. Pada keadaan dimana
terdapat resiko tinggi infeksi luka, maka keadaan tersebut merupakan indikasi untuk
menyediakan kelembaban dan pH yang optimal untuk sel berperan dalam proses
kondisi pasien yang mempunyai hambatan mobilitas fisik salah satunya bisa dikombinasikan
Darliana (2014) bahwa tujuan pemberian posisi miring pada pasien yang mengalami
hambatan mobilitas fisik yaitu mempertahankan body aligement atau keseimbangan tubuh,
mengurangi komplikasi akibat immobilisasi dan meningkatkan rasa nyaman. Tujuan posisi
miring selanjutnya yaitu mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat
posisi yang menetap sehingga menyebabkan luka tekan atau sering disebut dengan dekubitus.
Mempertahankan kondisi dan posisi pasien hambatan mobilitas fisik di tempat tidur
agar menghindarkan terjadinya luka dekubitus, perawat dan keluarga pasien dianjurkan untuk
melakukan tindakan posisi alih baring dengan memposisikan pasien dengan terlentang dan
miring kanan-kiri dalam waktu 2 jam sekali guna menghindari terjadinya kerusakan syaraf
dan pembuluh darah, serta mempertahankan tonus otot dan refleks. Pemberian posisi alih
baring juga bisa meningkatkan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien, karena
kurun waktu 2 jam sekali perawat/keluarga menemui pasien untuk melakukan perubahan
posisi (Suwarjo,2011).
BAB V
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Dalam proses perwatan luka dekubitus, terdapat dua metode pembersihan luka
secara mekanik, irigasi dan menyikat langsung dengan bola kapas atau kasa. Adapun
prinsip dengan teknik aseptik yaitu membuang jaringan mati, perawatan luka yang
terinfeksi, perawatan luka dengan banyak eksudat, perawatan luka dalam yang berisi
eksudat, perawatan luka superfisial yang bersih dengan sedikit eksudat. Dan yang
terpenting adalaah menjaga luka agar tetap steril dan tidak terinfeksi.
Perawat dan keluarga pasien juga berperan dalam melakukan tindakan posisi
alih baring dengan memposisikan pasien dengan terlentang dan miring kanan-kiri
dalam waktu 2 jam sekali guna menghindari terjadinya kerusakan syaraf dan
pembuluh darah, serta mempertahankan tonus otot dan refleks. Pemberian posisi alih
baring juga bisa meningkatkan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien,
karena kurun waktu 2 jam sekali perawat/keluarga menemui pasien untuk melakukan
perubahan posisi.
B. Saran
melakukan ROM kepada lansia yang memiliki masalah dekubitus dan hambatan
perawatan dan beberapa latihan ini dapat dilakukan setiap harinya sebagai bagian dari
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/131/jtptunimus-gdl-nanangsuli-6515-3-babii.pdf
https://www.academia.edu/14480282/SKRIPSI_DEKUBITUS?auto=download
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8527/8.BAB%20IV.pdf?
sequence=8&isAllowed=y
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/752/1/143210060%20Eka%20Novitasari%20Skripsi.pdf
https://www.researchgate.net/publication/325016187_GAMBARAN_PERAN_PERAWAT_DALAM_PE
NCEGAHAN_DEKUBITUS_DI_BANGSAL_PENYAKIT_DALAM_RUMAH_SAKIT_DI_YOGYAKARTA