Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi di rumah sakit menjadi permasalahan yang serius dalam dunia
kesehatan. Dalam beberapa dekade terakhir, telah banyak penelitian yang
membuktikan bahwa rumah sakit bukan hanya menjadi sarana untuk
memperoleh pelayanan kesehatan, namun rumah sakit telah pula menjadi
sarana berkembangnya infeksi bagi setiap elemen yang ada di dalamnya.
Pasien, petugas kesehatan bahkan pengunjung berisiko untuk terjangkit
infeksi rumah sakit. Tingginya angka infeksi rumah sakit dan besarnya
dampak yang ditimbulkannya, membuat rumah sakit harus membangun suatu
sistem yang dapat menekan laju kenaikan angka infeksi rumah sakit.
Infeksi rumah sakit menyebabkan berbagai dampak. Salah satunya
adalah peningkatan angka mortalitas pada pasien rawat inap. Infeksi rumah
sakit juga menyebabkan peningkatan pengeluaran biaya baik bagi pasien
maupun bagi penyedia layanan kesehatan. Di Inggris, naiknya kejadian
infeksi rumah sakit menyebabkan kenaikan biaya sebesar 1 milyar per tahun.
Di Amerika Serikat, perkiraan biaya yang dikeluarkan untuk penanganan
infeksi rumah sakit berkisar antara 4,5 sampai 5,7 milyar per tahun. Di
Meksiko, biaya yang dikeluarkan sekitar 1.500.000 juta US$. Di Indonesia
belum ada perhitungan resmi mengenai pembiayaan yang berkaitan dengan
infeksi rumah sakit. Infeksi rumah sakit juga menyebabkan length of stay
memanjang. Berbagai studi tentang epidemiologi infeksi rumah sakit telah
dilakukan di berbagai belahan dunia. Studi tersebut menunjukkan prevalensi
kejadian infeksi rumah sakit yang hampir sama di beberapa negara maju. Di
Eropa, angka infeksi rumah sakit mencapai 8% pada pasien rawat inap
dengan kisaran 6%-12%. Di Amerika Serikat, kejadian infeksi rumah sakit
sebanyak 2.000.000 kasus per tahun. Dari angka tersebut sebanyak 30%-40%
kasus merupakan Infeksi Saluran Kencing (ISK), sebanyak 20% kasus
merupakan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), sebanyak 10%-20%
kasus merupakan Infeksi Luka Operasi (ILO), sebanyak 10% kasus

1
merupakan Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak serta sebanyak 5% kasus
merupakan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP). Angka infeksi rumah sakit
yang dikemukakan ini meningkat tajam dari estimasi tahun 2002 bahwa di
Amerika Serikat terjadi infeksi rumah sakit sebanyak 1.641.758 kasus,
dimana 20% kasus merupakan Infeksi Luka Operasi, 11% merupakan Infeksi
Aliran Darah Primer, 11% merupakan Pneumonia, 30% merupakan Infeksi
Saluran Kencing sedangkan 20% merupakan infeksi yang lain. Bahkan studi
terbaru yang dilakukan di Amerika serikat, telah memasukkan infeksi rumah
sakit sebagai salah satu jenis tersering dari kejadian tidak diinginkan (KTD).
Di Indonesia, data nasional mengenai angka infeksi rumah sakit
masih sangat minim. Namun beberapa penelitian di tingkat global
menunjukkan bahwa kejadian infeksi rumah sakit di negara berkembang 2
sampai 20 kali lebih tinggi daripada di negara maju. Angka infeksi rumah
sakit di beberapa negara berkembang meningkat hingga 25% bila
dibandingkan dengan negara maju. Hasil beberapa studi menunjukkan angka
infeksi luka pascaoperasi di rumah sakit di Indonesia berkisar antara 11,5%
hingga 47,7%. Sedangkan untuk flebitis, pada tahun 2005 dilakukan
penelitian terhadap dua rumah sakit pendidikan di Indonesia dan diperoleh
data prevalensi flebitis sebanyak 2,2% dan 2,6%.
Penelitian Prevalensi HAIs di USA angka tertinggi tahun 2012
adalah IDO ( 30 % dari seluruh HAIs ). Posisi ini mengalah kan infeksi ISK
(Cauti ), IADP/BSI, HAP/VAP, Mortaliti Rate 3 %.
Di Rumah Sakit Umun Daerah Semarang sudah dilakukan surveilans
tentang infeksi rumah sakit untuk jenis Infeksi Daerah Operasi (IDO),
infeksi saluran kencing akibat pemasangan Dower Chateter (DC), phlebitis ,
dan infeksi aliran darah primer.
Data yang kami dapatkan dari Komite PPI RSUD Tugurejo Semarang
, kasus infeksi yang masih terjadi yaitu Infeksi Daerah Opersi (IDO) dimana
rata-rata pasien yang akan dilakukan operasi sebanyak 300 – 500 orang
perbulan (di Ruang Bougenville Nifas). Berdasarkan pengalaman klinik
dilapangan dari tanggal 27 November sampai sampai taggal 2 November
2017 dirungan Bougenville banyak merawat pasien Pre Operasi kasus

2
Gynecologi. Salah Satu penyebab Infeksi Daerah Operasi adalah kepatuhan
petugas dalam penerapan SPO tentang Pencegahan Infeksi Daerah Operasi.
Karena dengan menerapkan SPO Pencegahan Infeksi Daerah Operasi dapat
mencegah terjadinya IDO dan sebagai fungsi penguatan upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi di ruang dahlia Bougenville Nifas Rumah sakit
umum Tugu rejo semarang. Adapun Penerapan SPO tersebut akan kami coba
sajikan dalam bentuk Bundels Pencegahan IDO.

B. TUJUAN
Memperoleh pengalaman secara langsung aplikasi bundels IDO untuk
pencegahan HAIs di RSUD Adhyatma Tugurejo Semarang

C. MANFAAT
1. Bagi RSUD Adhyatma Tugurejo Semarang
Manfaat bagi RS adalah mengerti dan paham tentang pelaksanaan
SPO Pencegahan IDO yang disajikan dalam Bundels Pencegahan.
Manfaat yang lain juga adalah mencegah terjadinya HAIs ( Health Care
Associatied Infektions), sehingga jika tidak terjadi infeksi HAIs maka
mutu layanan Perawatan di RS akan meningkat.
2. Bagi mahasiwa
Kegiatan ini dapat meningkatka pengetahuan dan pengalaman klinik
yang tidak di dapatkan di perkuliahan serta pengalaman nyata
mengaplikasikan pencegahan HAIs pada pasien sebelum oprasi

3
BAB II

APLIKASI BUNDELS IDO DI RUANG NIFAS RSUD ADHYATMA


TUGUREJO SEMARANG

A. Tahap Persiapan
1. Hasil pengkajian awal
Di ruangan Bougenville (Nifas) RSUD Adhyatma Tugurejo,
Semarang sudah mempunyai SPO Pencegahan Infeksi Daerah Operasi
dimana SPO tersebut sudah dalam bentuk lembaran yang sangat
lengkap dalam penerapan prosedur IDO, namun banyak dari pasien
yang belum mengetahui apa saja persiapan yang harus dilakukan oleh
pasien sebelum masuk ke ruang oprasi karna dihari sebelum pasien
memasuki ruang oprasi tidak diberitahu apa saja yang harus dilakukan
dan persiapan apa saja yang mungkin bisa dilakukan oleh keluarga
maupun pasien. Berikuat lampiran bentuk SPO yang sudah ada
diruangan

4
5
6
2. Sumber daya manusia
Penerapan SPO infeksi daerah oprasi di RSUD Adhytama
Tugurejo Semarang sudah diterpakan namun belum secara keseluruhan
dan secara maksimal. Dari perawat atau bidan ruangan penerapannya
masih minimal terbukti dari SPO yang hanya disimpan dan tidak
ditempel pada sisi ruangan atau meja keperawatan serata dari pasien
yang banyak belum mengetahui mengenai hal tersebut

3. Penampilan kerja
Selama kami bedinas di ruangan masih banyak perawat atau bidan
yang belum menerapkan IDO pada passien sebelum melakukan oprasi
secara terperinci dan lengkap seperti yang diatur dalam SPO yang
sudah dibuat untuk ruangan dan diaplikasikan kepada pasien

4. Kesimpulan analisis awal


Dari data diatas dapat disimpulakan bahwa penerapan IDO pada
pasien yang akan melakukan oprasi masih belum diterapkan secara
maksimal

5. Rencana aplikasi bundels IDO


Di ruangan Bougenville (Nifas) RSUD Adhyatma Tugurejo,
Semarang sudah mempunyai SPO Pencegahan Infeksi Daerah Operasi,
yang akan kami sajikan dalam bentuk Bundels Pencegahan IDO.
Dibuat Bundels Pencegahan IDO sesuai dengan SPO Pencegahan
Infeksi Daerah Operasi di RSUD Adhyatma Tugurejo, Semarang, yang
berisi antara lain :
1. Lakukan Pencukuran 1 jam Sebelum Operasi
2. Berikan antibiotic propilaksis sesuai pedoman, 60 menit sebelum
operasi
3. Gula Darah Sewaktu Normal
4. Suhu tubuh Normal
5. Mandi kan pasien sore hari sebelum operasi

7
6. Tidak memakai kutek, berkuku panjang, memakai perhiasan tangan
( cincin, gelang, jam tangan )
7. Gunakan baju dan alas kaki khusus kamar bedah
8. Gunakan APD sebelum masuk kamar bedah
9. Bersihkan lingkungan dengan menggunakan desinfectan
B. Pelaksanaan aplikasi bundels IDO
1. Waktu ( Tanggal Pelaksanaan)
Proyek inovatif ini akan dilaksanakan mulai tanggal 30 November sampai
dengan 4 Desember 2017.
2. Tempat
Ruangan Bougenville Nifas RSUD Adhyatma Tugurejo, Semarang
3. Setting
Bundels Pencegahan IDO dapat ditempatkan di meja Nurse Station , untuk
mempermudah perawat dalam melaksanakannya dan ditempel di ruanganan
pasien dengan letak yang mudah dibaca oleh pasien dan keluraga
4. Instrument ( Alat dan Bahan )
Bundels Pencegahan IDO ( Terlampir )
5. Prosedur Operasional Tindakan yang dilakukan
Mahasiswa membuat Bundeles Pencegahan IDO dan diberikan ke ruangan
Bougenville (Nifas)
6. Referensi
a. SPO Pencegahan Infeksi Daerah Operasi RSUD Adhyatma
Tugurejo, Semarang
b. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUD Adhyatma
Tugurejo, Semarang
c. Komite PPI RSUD Adhyatma Tugurejo, Semarang

8
BAB III

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BUNDELS IDO

A. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Ruang Bougenvile (Nifas). Pengajuan
proposal Bundels IDO diajukan kepada CI Ruang Nifas, Ibu Kartini
S.Kep, Ners dan proposal di ACC. Kelompok langsung mendesaign
Bundels Pencegahan IDO dan kemudian ditempatkan dimeja Nurse
Station.
B. Faktor Pendukung
Faktor Pendukung Pelaksanaan Bundels Pencegahan IDO ini adalah dari
komite PPI RSUD Adhyatma Tugurejo,Semarang dan didukung oleh CI
ruangan Bougenville (Nifas).
C. Faktor Penghambat
Tidak ada penghambat dalam menjalankan desaign inovatif ini.
D. Evaluasi Kegiatan
Setelah Bundels diberikan ke ruangan Bougenville (Nifas) , diletakkan di
meja Nurse Stasion sehingga mempermudah perawat dalam
penatalaksanaan pasien yang akan dioperasi. Bundels IDO juga digunakan
oleh mahasiswa praktikan yang akan memberian edukasi pre operasi di
ruangan Bougenville (Nifas) RSUD Adhyatma Tugurejo, Semarang

9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada desaign inovatif, pembuatan Bundels Pencegahan IDO ini sangat
bermanfaat bagi petugas ruangan Bougenville (Nifas), dimana dalam
penatalaksanaan pasien-pasien yang akan dilakukan operasi mereka selalu
membuat catatan kecil untuk disampaikan kepada pasien hal-hal yang
dilakukan sebelum operasi, juga sangat mempermudah perawat ruangan,
tidak usah membuat SPO tetapi sudah di sajian dalam bentuk Bundels

B. Saran dan Rencana Tindak lanjut

Sebagai saran yang bisa kami berikan untuk meningkatan mutu layanan ruang
Bougenville (Nifas) adalah untuk selalu melaksanakan Bundels Pencegahan IDO,
agar infeksi daerah operasi tidak terjadi, jumlah hari rawat sedikit dan cost

10
LAMPIRAN

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Cherry G, Hughes M. Wound Healing in: Oxford Textbook of Surgery. Vol


1. New York : 2004, 3-10. 2004;1:3–10.
2. Delinger EP. Prevention and Management of infection. In: Felecio DV,
Moore EE, Mattox KL, Trauma. 4th ed. 2006. 55-249 p.
3. Dr. R h . Manulang PPI lanjutan : Perdalin Jakarta Tahun 2016
4. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 11 Issue 2, September 2017
5. Komite PPI RSUD Adhiyatma Tugurejo, Semarang ; SPO Pencegahan
Infeksi
6. Komite PPI RSUD Adhiyatma Tugurejo, Semarang : Data Survailens HAis
2017
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2017
8. Zumaro A. Perbedaan Angka Kejadian Infeksi Luka Operasi pada Pasien
Herniorafi Teknik Liechtenstein Menggunakan Mesh Monofilamen
Makropori dengan Teknik Herniorafi Shouldice pada Operasi Hernia
Inkarserata [Tesis]. [Semarang]: Universitas Diponegoro; 2009.

12

Anda mungkin juga menyukai