Anda di halaman 1dari 21

APLIKASI TERAPI MADU EFEKTIF UNTUK

MENURUNKAN FREKUENSI DIARE DAN


BISING USUS PADA By. G DENGAN
DIARE DI RUANG ANAK Lt. 1 RSUP
DR.KARIADI
KOTA SEMARANG
ALFIAN MUSA
G3A017217
DEFINISI
 Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan
demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999).
 Menurut WHO (1992) diare adalah buang air besar
encer atau cair lebih dari tiga kali sehari
ETIOLOGI
• Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran cerna, oleh bakteri dan virus)
Infeksi parenteral ( dampak dari Otitis media akut, tonsilitis, BRPN, ensefalitis dll)
• Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa)
• Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu
• Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
Manifestasi Klinis

Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
Padaanak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
Warnatinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan
tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan tinja
 Makroskopis dan mikroskopis
 PH dan kadar gula dalam tinja
 Bila perlu diadakan uji bakteri
 Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas
darah.
 Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
 Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
komplikasi
 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik).
 Renjatan hipovolemik.
 Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
 Hipoglikemia.

 Introleransi
laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
 Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
 Malnutrisi
energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.
PENGKAJIAN
 IDENTITAS KLIEN
 Nama Anak : By. G
 Tanggal Lahir : 26-07-2018
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 2 bulan
 Diagnosa Medis : Diare akut
 Tanggal Masuk RS : 26-09-2018

 Nama Orang Tua/Wali : Ny. J


 Alamat : Stonen Timur 1
 Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
 Agama : Islam
 Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
 Hubungan Dengan Anak : Ibu kandung
 Tanggal Pengkajian : 28-09-2018
 Keluhan utama
 Diare > 7 kali, badan lemas.

 Riwayat penyakit sekarang


 Ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien mengalami diare selama
2 hari, frekuensi 6-7 kali/24 jam, disertai ampas (+), lendir (+), darah (-), kuning
pucat, anak demam (+), tampak kuning (+), muntah (-), oleh keluarga klien
langsung dibawah ke rumah sakit. Saat pengkajian pada tanggal 28-09-2018
didapatkan keluhan yaitu diare dengan konsistensi cair > 7 kali/hari, mukosa bibir
kering, lemas (+) , kulit kekuningan, turgor kulit: kembali lambat, RR : 26 x/m, HR :
130 x/m, Suhu : 38 °C, Spo2 : 98 %.
 Riwayat penyakit dahulu
 Ibu klien mengatakan klien lahir spontan dengan kehamilan cukup bulan yaitu 38
minggu, tidak ada penyulit dalam persalinan, riwayat imunisasi lengkap tidak
memiliki riwayat operasi, alergi, dan penyakit kronis lainnya.
 Data fokus
DS:
 Ibu
klien mengatakan klien mengalami diare
sudah 2 hari
 Ibu klien mengatakan klien diare 6-7 kali/ hari
DO:
 Diare dengan konsistensi cair
 Diare disertai ampas (+), lendir (+)
 Warna kuning pucat
 Klien tampak lemas
NOC
 Defisitnutrisi b/d ketidakmampuan usus
mengabsorbsi nutrien
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 7 jam,
diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
secara adekuat dengan kriteria hasil :
1. Mempertahankan BB dalam batas normal
2. Nutrisi klien tercukupi
NIC
Intervensi
 Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
Rasional: Mengetahui kekurangan nutrisi.
 Kaji penurunan napsu makan
Rasional: Agar dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makanan pada klien
 Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan
Rasional: Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Ukur tinggi/panjang dan BB klien
Rasional: Identifikasi malnutrisi membantu perkembangan pengobatan
 Dokumentasi masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan dan jumlah kalori.
Rasional: Mengidentifikasi ketidak seimbangan mal nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN JURNAL EVIDENCE
BASED NURSING YANG DIAPLIKASIKAN
 defisit
nutrisi b/d ketidakmampuan usus
mengabsorbsi nutrien d/d hiperperistaltik
(diare)
EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE
YANG DITERAPKAN PADA PASIEN

Aplikasi terapi madu efektif untuk


menurunkan frekuensi diare dan
bising usus.
Alasan Penerapan Jurnal Evidence
Based Nursing Practice
toksin masuk ke pencernaan

respon sistem pencernaan membuang toksik

hiperperistaltik usus

penyerapan cairan dan nutrisi di usus tidak maksimal

diare

freq BAB meningkat


penanganan non farmakologi :
pemberian madu
Landasan teori terkait penerapan Jurnal
Evidence Based Nursing Practice
Diare akut merupakan penyakit yang tersering terjadi pada anak berusia di
bawah lima tahun, yang didefinisikan sebagai peningkatan secara tiba-tiba
frekuensi dan perubahan konsistensi feses. Perubahan tersebut sering kali
disebabkan oleh agen infeksius pada saluran pencernaan. Diare akut
biasanya berlangsung tidak lebih dari 14 hari dan membaik tanpa
penanganan spesifik jika tidak disertai dengan dehidrasi (Hockenberry &
Wilson, 2009)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare pada anak balita baik yang
dirawat di rumah sakit maupun dirawat di rumah. Lima pilar tersebut adalah
dengan pemberian cairan atau rehidrasi, pemberian zink, pengobatan dietik
dan pemberian ASI, pengobatan kausal, dan pengobatan simptomatik.
Selain lima pilar di atas, terdapat alternatif pengobatan yang dapat
digunakan pada anak diare yaitu dengan pemberian madu.
 Kaitan antara terapi madu dan diare dilakukan oleh Kajiwara
(2012), menemukan bahwa madu murni memiliki aktivitas
bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme
enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari Salmonella,
Shigella dan E.Colli
 Uji klinis dari pengobatan madu pada anak-anak yang menderita
gastroenteritis telah diteliti oleh Adebolu (2005),dan menemukan
bahwa madu alami dapat menurunkan bakteri pada penyakit
diare. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Abdulrahman
(2010) yang menemukan bahwa madu murni dapat memperbaiki
mukosa pada usus dan lambung pada penyakit diare.
 Hal ini sejalan dengan penelitiannya Nur Agustini (2014), ia
menemukan bahwa terapi madu efektif untuk menurunkan
frekuensi diare dan bising usus pada anak usia balita
MEKANISME PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING
PRACTICE PADA KASUS
 Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik
 Mengkaji resiko malnutrisi dengan menggunakan NRS (Nutritional Risk
Score) di dapatkan score 4 (beresiko sedang)
 Memberikan edukasi pada ibu tentang kegunaan madu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi tambahan dan menekan bakteri dan jamur untuk
membantu menurunkan frekuensi BAB.
 Menjelaskan manfaat madu yang kaya akan zat karbohidrat, vitamin,
mineral, protein
 Membuat jadwal pemberian madu yaitu diberikan tiga kali dalam sehari
(pagi-siang-malam) sebanyak 2,5 ml (diukur dengan spuit 3 ml)
 Memberikan madu dioleskan ke mulut atau melalui NGT jika terpasang.
 Mengkaji ulang dengan NRS setelah 4 hari pemberian madu.
Hasil yang dicapai
Pengukura Pre test Perlakuan Post test
n (tgl 28-09- 4 hari (tgl 02-09-18)
18)
NRS 4 Pemberia 2
(nutritional risk n madu 3x1
score) (2,5 ml)
Frekuensi 7-9 - 2 kali/hari
diare kali/hari
Konsistensi cair - lembek
Bising usus >30 detik - Normal (tiap
10-30 detik)
Kelebihan dan kekurangan atau
hambatan yang ditemui selama aplikasi
Evendance Based Nursing Practice
 Kelebihan :
 sangat praktis karena bahan yang didapat tidak sulit.
 Mudah , murah dan efektif. Kemudian dapat dilakukan mandiri oleh
keluarga pasien
 Untuk tenaga medis madu bisa diberikan disertakan pemberian
zink, lacto B, cairan parenteral
 Kekurangan :
 Tidak dapat diberikan pada anak dengan komplikasi DM
 Waktu evaluasi terlalu lama yaitu 4 hari sebelum perlakuan dan
sesudah perlakuan
Penutup
 KESIMPULAN

 Setelah dilakukan perlakuan selama 4 hari didapatkan hasil, frekuensi diare


sebelum perlakuan 7-9 kali/hari, setelah perlakuan 2-3 kali/ hari
 Setelah dilakukan perlakuan selama 4 hari didapatkan hasil frekuensi bising usus
sebelum perlakuan >30 detik dan setelah perlakuan 20 detik (normal 10-30)
 Setelah evaluasi pada hari ke empat didapatkan hasil bahwa terapi madu efektif
dapat menurunkan frekuensi diare dan bising usus

 SARAN

 Diharapkan penggunaan madu dapat menjadi salah satu terapi komplementer


yang dapat diterapkan diruangan dan jug berupa terapi tambahan untuk
mempercepat penurunan frekuensi diare dan bising usus penanganan diare
pada anak maupun balita
Terima
Kasih
Wassalammualaikum wr. wb

Anda mungkin juga menyukai