Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS SOP KETERAMPILAN KEPERAWATAN GADAR

“RESUSITASI JANTUNG PARU”

TANGGAL : jumat, 09 juli 2020

NAMA : Lidya The Vega

NIM : P1908098

UNIT : UGD

SUMBER VIDEO : URL YOUTUBE

https://youtu.be/hizBdM1Ob68

SUMBER SPO :

https://snars.web.id/rs/sop-resusitasi-jantung-paru/

Copyright © 2020 SNARS – Standart Nasional Akreditasi RS Indonesia All Rights Reserved.

N PENGERTIAN 1. Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode RASIONAL ANALISIS


O
untuk mengatasi henti jantung dan/atau henti
RJP/CPR ini merupakan Pada analisis video dari
nafas. suatu tindakan gawat https://youtu.be/hizBdM1Ob68
darurat dimana  metode Tidak menjelaskan tentang
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi
untuk mengembalikan fungsi pengertian CPR/RJP serta tujuan
jantung yang ditandai tak terabanya denyut pernapasan dan sirkulasi pada nya secara singkat atau jelas.
jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri pasien yang mengalami henti
napas dan henti jantung yang
karotis. tidak
3. Henti nafas adalah berhentinya gerakan diharapkan mati pada saat itu
pernafasan dan ditandai dengan tak terasanya
hembusan nafas dari kedua lubang hidung.
1 TUJUAN Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti
paru segera bisa diselamatkan dan tidak memberikan
gejala sisa.
2 KEGIATAN Melakukan prosedur RJP?CPR
3 PERSIPAN automated external defibrillator (AED),
ALAT
4 PROSEDUR A. TAHAP PRA INTERAKSI Tahap pra interaksi ini Kemudian pada analisis video
merupakan tahap awal https://youtu.be/hizBdM1Ob68
1. Melakukan verivikasi data sebelumnya
sebelum kita melakukan terhahap pra interaksi tidak
2. Mencuci tangan tindakan sebelum kintak dilakukan mencuci tangan terlebih
langsung dengan dahulu
3. Menyiapkan alat dan membawa alat
pasien,seperti mencuci
kedekat pasien tangan adalah kewajiban
utamanya.
B. TAHAP ORIENTASI Pada tahap ini kita harsu
melakukan tentang
1. Melakukan verivikasi data sebelumnya
verivikasi data terkait
2. Mencuci tangan pasien,dan meniapkan alat
yang dibutuhkan pasien.
3. Menyiapkan alat dan membawa alat
kedekat pasien

1. TAHAP KERJA Pada tahap kerja ini Pada analisis video


adalah merupakan https://youtu.be/hizBdM1Ob68
KEBIJAKAN :
tindakan diamana akan Pada bagian tahap kerja jia
dilakukannya RJP/CPR dibandingkand dengan SOP
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 sesuai dengan prosedur dari Standar Nasional Rumsah
yang berlaku sampai Sakit Indonesia/SNARS adalah
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. tindakan selesai. Dalam pada video pasien langsung
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 RJP ini tindakan yang dipsangankan alat AED
diberikan berupa ABC. sehingga memudahkan
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dimana AIRWAY pertolongan pada pasien
diberikan untuk tersebut,sedangkan pada SOP
memberikan kepatenan tidak dilakukan pemasangan
djalan nafas ketika psien AED,karena pada video hanya
PROSEDUR sedang dalam keadaan dilakakukan ABC sampai
tidak sadarkan diri dan pertolongan datang,dan ini
Periksa respon: diperiksa utnuk tentunya akan mempengruhi
memastikan apakah jalan kesadaran pasien,apalgi jika
a) Petugas IGD RS NAMARS segera memeriksa ada nafas tersumbat atau jarak petugas medis jauh
terhalang oleh benda dengan kejadian yang dialami
tidaknya cedera dan tentukan ada respon atau tidak.
asing. Kemudian lanjut pasien,tentu akan beresiko
b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau dengan pemeriksaan negative pada pasien itu sendiri
BREATHINg yaitu atau bisa saja pasien tidak bisa
tanya.
dengan bantuan nafas mendapatkan pertolongan lebih
c) Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak dalam,dan sambil lanjut.
menegecek respon
boleh digerakkan kecuali bila benar-benar diperlukan.
tentang jalan nafas pada
dada pasien apakah
terjadinya penyumbatan
jalan nafas atau tidak.
Kemudian langkah
selanjutnya adalah
pemeriksaan
CIRCULATION yaitu
melakukan teknik
kompres dada selama 30
kali dan pastikan selalu
mengecek nadi karotis
pada area leher dengan
2. Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada: cara meraba kemudian
perhatikan juga jalan
Bila terjadi di luar RS :
nafas pada
a. panggil bantuan, pasien,tindakan ini dapat
dihentikan apabila pasien
b. sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,
sudah ada respon,jika
c. lokasi korban, belum terus lakukan
sampai menunggu
d. nomor telpon yang digunakan,
petugas medis yang
e. apa yang terjadi, datang.
f. jumlah orang yang memerlukan pertolongan,
g.kondisi korban, dan informasi lainnya.

AIRWAY (Jalan nafas):


Bila korban tak memberikan respon:
a) petugas IGD RS NAMARS harus menentukan
apakah korban tersebut bernafas secara adekuat.
b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan
nafas terbuka.
c) Posisi korban :
i) Tempatkan korban pada posisi terlentang, pada
tempat yang keras dan datar.
ii) Bila korban telungkup, balikkan korban dalam
satu kesatuan sehingga kepala, bahu dan badan
bergerak serentak hingga tak ada yang terputar.
Kepala dan leher harus berada pada satu bidang,
lengan berada di samping badan.
d) Posisi petugas/penolong:
Penolong harus berada pada sisi korban sehingga
memungkinkan melakukan bantuan nafas dan
kompresi dada.
e) Buka jalan nafas:
i) Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan
manuver ”head tilt-chin lift” untuk membuka jalan
nafas, dengan syarat pasien tak ada bukti trauma
kepala atau leher.
ii) Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan
manuver ”jaw- thrust”.
iii) Bila ada benda asing yang terlihat atau
muntahan, segera keluarkan dari dalam mulut
dengan jari tangan yang memakai sarung tangan.
Benda yang keras dapat dikeluarkan dengan jari
telunjuk, sementara tangan yang lain tetap
mempertahankan lidah dan rahang.
3. Manuver ”head tilt-chin lift”:
a) Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan
dengan telapak tangan hingga kepala menjungkit
ke belakang. Letakkan jari-jari tangan yang
sebelah lagi di bawah tulang rahang bawah dekat
dagu. Angkat rahang dan dagu ke depan.
b) Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu
dan jangan menggunakan ibu jari untuk
mengangkat dagu. Buka mulut sehingga
memungkinkan pernafasan spontan dan
memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke
mulut. Bila gigi korban goyah atau ada gigi
palsu, maka gigi tsb harus lepaskan.
4. Manuver ”jaw-thrust”:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing
sisi kepala korban, letakkan siku penolong pada
bidang dimana korban berbaring. Raih sudut
rahang bawah korban dan angkat dengan ke dua
tangan. Bila bibir korban terkatup, regangkan
atau buka dengan ibu jari ke dua tangan.
BREATHING (Pernafasan):
a) Periksa ada tidaknya nafas:
i) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan
hidung korban sambil tetap membuka jalan nafas.
Sambil memperhatikan dada korban lakukan:
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
(3) Feel: rasakan adanya hembusan
ii) Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10
detik.
5. b) Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya
pernafasan.
i) Bila korban tak berespon/tak sadar dengan
nafas normal, tak ada cedera tulang belakang,
posisikan penderita pada posisi mantap, jaga
jalan nafas terbuka.
ii) Bila korban tak berespon dan tak bernafas,
lakukan bantuan nafas 2 kali. Bila tak dapat
dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur
ulang posisi kepala dan ulang lagi usaha
ventilasi.
iii) Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi
hingga dada mengembang, tenaga terlatih harus
melakukan manuver untuk mengatasi sumbatan
jalan karena benda asing (Heimlich manuver
atau abdominal thrust/back thrust).
iv) Pastikan dada korban turun naik pada tiap
bantuan nafas yang diberikan.
v) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.
6. CIRCULATION (Sirkulasi)
a) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;
i) Setelah pemberian bantuan nafas awal,
periksa adanya pernafasan normal, k atau
gerakan dari korban sebagai respon terhadap
bantuan nafas yang diberikan. Sekaligus
periksa ada tidaknya nadi karotis jangan lebih
dari 10 detik.
ii) Periksa denyut nadi arteri karotis adalah
dengan mempertahankan posisi kepala (head
tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan
2 atau 3 jari tangan yang lain, geser jari-jari
tersebut ke lateral sisi penolong hingga celah
antara trakhea dan otot.
iii) Gunakan tekanan yang lembut saja
sehingga tidak menekan arterinya. Bila
denyut arteri karotis tak teraba lakukan
kompresi dada.
b) Kompresi dada:
i) Jari penolong mencari arkus kosta bagian
bawah.
ii) Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian
terbawah sternum.
iii) Taruh salah satu pangkal tangan pada
bagian separuh bawah sternum, dan taruh
tangan yang satu lagi di atas punggungn
tangan yang pertama, sehingga tangan dalam
keadaan paralel. Pastikan sumbu pangkal
tangan tepat pada sumbu sternum.
iv) Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka
atau saling mengunci satu sama lain tetapi
jangan menekan dada.
v) Usahakan mendapatkan posisi yang tepat
di sternum dengan cara meletakkan pangkal
tangan penolong diantara ke dua papilla
mammae.
vi) Lakukan kompresi yang efektif dengan
memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
(1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak
lurus dengan dada korban.
(2) Tekan di tengah sternum.
(3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi
normal agar darah masuk ke dada dan jantung, posisi
tangan tetap menempel di sternum.
(4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada
kembali ke posisi semula diantara dua kompresi. Buka
lagi jalan nafas dan berikan lagi 2 kali bantuan nafas,
masing- masing 1 detik. Bila sudah dilakukan intubasi
kompresi dada dan ventilasi dapat dilakukan kontinyu
dan tidak perlu sinkron.

7. REASSESSMENT:
a) Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-
tanda sirkulasi ulangi RJP dengan dimulai dari
kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah
tampak, periksa pernafasan.
b) Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan
awasi nafas dan sirkulasi.
c) Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tanda sirkulasi,
berikan bantuan nafas 10-12 kali/menit dan awasi
adanya tanda-tanda sirkulasi tiap menit.
d) Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada
dan ventilasi dengan rasio 30 kompresi 2 ventilasi.
e) Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan
adanya pernafasan spontan tiap menit.
i) Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.
j) Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat
dan adanya tanda-tanda sirkulasi, pertahankan jalan
nafas tetap terbuka dan posisikan dalam posisi mantap;
dengan cara:
i) Satu lutut difleksikan.
ii) Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah
pantat, lengan yang lain difleksikan didepan dada.
iii) Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak
dengan lutut yang fleksi.
iv) Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi
didepan dada diletakkan mengganjal rahang bewah
(agar tidak terguling ke depan )

C. TAHAP TERMINASI Setelah pada yahap bagian


terminasi disini adalah tahap
 Lakukan terminasi pasien dengan cara akhir dimana perawat harus
memonitor pasien memberikan keterangan
tindkan yang dilakukan
 Dokumentasikan hasil yang didapatkan sebagai bahan dokumentasi
 Dokumentasikan tanggal jam, nama ttd untuk dijadikan laporan
pada tindakan selanjutnya.
perwat
PEMBAHASAN

2.1.1 Anatomi sistem pernafasan

Sistem pernafasan memberikan pasokan oksigen kedalam tubuh sesuai

dengan kebutuhan dan juga mengeluarkan karbondioksida (CO2). Sistem sirkulasi

inilah yang bertanggungjawab memberikan pasokan oksigen dan nutrisi keseluruh

jaringan tubuh. Diantara komponenkomponen yang berhubungan dengan sirkulasi

adalah jantung, pembuluh darah yang terdiri dari artery, vein, dan capillary, serta

darah dan komponen-komponennya.3 Dalam sistem sirkulasi, jantung berfungsi

untuk memompa darah dan kerjanya sangat berhubungan erat dengan sistem

pernafasan. Pada umumnya, semakin cepat kerja jantung berlaku semakin cepat

pula frekuensi pernafasan dan sebaliknya. Terdapat banyak sebab jantung dapat

berhenti bekerja antaranya penyakit jantung, gangguan pernafasan, syok,

penurunan kesadaran, dan komplikasi penyakit lain,seperti stroke.

Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Udara dari luar akan masuk lewat

rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di

dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat

(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang

masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal

yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga

terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi


menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung

dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

Faring (Tenggorokan) Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring

merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada

bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada

bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita

suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara

bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat

mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan

pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur

agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga

mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan

saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan

minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk

suara percakapan. Batang Tenggorokan (Trakea) Tenggorokan berupa pipa yang

panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada

(torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,

dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-

benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea)

terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok

bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang

tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut

bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung

paru-paru (alveolus). Pangkal Tenggorokan (laring) Laring merupakan suatu

saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan

trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.

Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane

mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat
untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah

menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal

tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal

tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu

menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu

bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang

akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.

Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus) Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi

dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa

bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur

dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari

lumen dengan sempurna. Bronkus bercabangcabang lagi menjadi bronkiolus.

Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri

dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi

menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi

tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri

bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke

dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler

darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara

berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi

udara yang masuk dan keluar paru-paru. Paru-paru (Pulmo) Paru-paru terletak di

dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk

dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paruparu ada dua

bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-

paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua

selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung

menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang

menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura
luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan

elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi

ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium

berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi

menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding

duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

2.1.1 RJP

Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan

prosedur awal pada korban, yaitu memastikan situasi dan keadaan pasien aman

atau tidak dengan memanggil nama atau sebutan Pak!!!, Bu!!!!, Mas!!!, Mbak!!!,

dll yang umum dengan keras disertai menyentuh atau menggoyangkan bahu

dengan mantap, sambil memanggil namanya. Prosedur ini disebut sebagai teknik

“touch and talk”. Hal ini cukup untuk membangunkan orang tidur atau

merangsang seseorang untuk bereaksi. Jika tidak ada respon, kemungkinan pasien

tidak sadar. Terdapat tiga derajat tingkat kesadaran, yaitu, sadar penuh, setengah

sadar, dan tidak sadar. Sadar penuh yang bererti pasien dalam keadaan sadar,

berorientasi baik terhadap diri, waktu dan tempat, setengah sadar yang bererti

pasien mengantuk atau bingung, manakala pasien tidak sadar bererti pasien tidak

ada apa-apa respon. Jika pasien berespon tinggalkan pada posisi dimana

ditemukan dan hindari kemungkinan resiko cedera lain yang bisa terjadi dan

analisa kebutuhan tim gawat darurat. Jika sendirian, tinggalkan pasien sementara,

mencari bantuan. Observasi dan kaji ulang secara regular. Jika pasien tidak

berespon berteriak minta tolong. Kemudian atur posisi pasien, sebaiknya pasien

terlentang pada permukaan keras dan rata. Jika ditemukan tidak dalam posisi

terlentang, terlentangkan pasien dengan teknik log roll, secara bersamaan kepala,

leher dan punggung digulingkan. Atur posisi untuk penolong. Berlutut sejajar

dengan bahu pasien agar secara efektif dapat memberikan resusitasi jantung paru

(RJP) Terakhirnya, nadi karotis diperiksa. Menurut AHA Guideline 2010 tidak
menekankan pemeriksaan nadi karotis sebagai mekanisme untuk menilai henti

jantung karena penolong sering mengalami kesulitan mendeteksi nadi. Jika dalam

lebih dari 10 detik nadi karotis sulit dideteksi, kompresi dada harus dimulai.

Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi karotis. Anggap cardiac arrest

jika pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bernapas atau bernapas tapi tidak normal

(hanya gasping)
2.1.2 BHD
Bantuan hidup dasar (BHD) atau basic life support (BLS) ialah oksigenasi
darurat yang diberikan secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung
melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal. Untuk dapat
mengingat dengan mudah tindakan pada BHD ini dirumuskan dengan huruf A, B
dan C iaitu : 234 A airway (jalan nafas) B breathing (bantuan nafas) C circulation
(bantuan sirkulasi)

2.1.3 AIRWAY

Pastikan jalan nafas terbuka dan bersih yang memungkinkan pasien dapat
bernafas. Pemeriksaan Jalan Nafas Untuk memastikan jalan nafas bebas dari
sumbatan karena benda asing. Bila sumbatan ada dapat dibersihkan dengan
tehnik cross finger ( ibu jari diletakkan berlawan dengan jari telunjuk pada
mulut korban). Cara melakukan tehnik cross finge adalah pertama sekali
silangkan ibu jari dan telunjuk penolong. Kemudian, letakkan ibu jari pada
gigi seri bawah korban dan jari telinjuk pada gigi seri atas. Lakukan gerakan
seperti menggunting untuk membuka mulut korban. Akhirnya, periksa mulut
setelah terbuka apakah ada cairan,benda asing yang menyumbat jalan nafas.5
Membuka Jalan Nafas Pada korban yang tidak sadar tonus otot menghilang,
maka lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring sehingga
menyebabkan sumbatan jalan nafas. Keadaan ini dapat dibebaskan dengan
tengadah kepala topang dahi (Head tild Chin lift) dan manuver pendorongan
mandibula (Jaw thrush manuver). Cara melakukan teknik Head tilt chin lift
(gambar 1a) ialah letakkan tangan pada dahi korban,kemudian tekan dahi
sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan dibawah bagian ujung
tulang rahang korban. Tengadahkan kepala dan tahan serta tekan dahi korban
secara bersamaan sampai kepala pasien/korban pada posisi ekstensi.
Manakala, cara untuk melakukan teknik jaw thrust manuvere (gambar 1b)
adalah letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi korban. Kemudian,
kedua tangan memegang sisi kepala korban. Penolong memegang kedua sisi
rahang dan kedua tangan penolong menggerakkan rahang keposisi depan
secara perlahaan. Akhirnya, pertahankan posisi mulut korban tetap
terbuka.1,5 Apabila terdapat benda asing yang mengobstruksi jalur nafas
pasien,ia dikeluarkan. Kemudian cek tanda kehidupan iaitu respon dan suara
napas pasien. Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan, secukupnya
untuk membuka jalan napas saja, karena pasien boleh ada cedera leher. 2,5
Menurut AHA Guideline 2010 merekomendasikan untuk gunakan head tilt-
chin lift untuk membuka jalan napas pada pasien tanpa ada trauma kepala dan
leher. Sekitar 0,12-3,7% mengalami cedera spinal dan risiko cedera spinal
meningkat jika pasien mengalami cedera kraniofasial dan/atau GCS

2.1.4 BREATHING

(BREATHING) Breathing terdiri dari 2 tahap iaitu :

A) Memastikan korban tidak bernafas atau tidak. Dengan cara melihat


pergerakan naik turunya dada (look), mendengar bunyi nafas (listen) dan
merasakan hembusan nafas (feel), dengan teknik penolong mendekatkan
telinga diatas mulut dan hidung korban sambil tetap mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka. Ini dilakukan tidak lebih dari 10 detik (gambar 2)

B) Memberikan bantuan nafas Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut


ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada
tenggorokan). Bantuan nafas diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali
hembusan 1,5 – 2 detik
2.1.5 CIRCULATION

Nilai sirkulasi darah korban dengan menilai denyut arteri besar (arteri karotis,
arteri femorsalis). Berikut merupakan langkah-langkah RJP iaitu : 3,5,6 1.
Apabila terdapat denyut nadi maka berikan pernafasan buatan 2 kali 2.
Apabila tidak terdapat denyut nadi maka lakukan kompresi dada sebanyak 30
kali. Posisi kompresi dada, dimulai dari melokasi processus xyphoideus dan
tarik garis ke kranial 2 jari diatas processus xyphoideus dan lakukan kompresi
kepada tempat tersebut (gambar 6). 4. Kemudain berikan 2 kali nafas buatan
dan teruskan kompresi dada sebanyak 30 kali. Ulangi siklus ini sebanyak 5
kali dengan kecepatan kompresi 100 kali permenit. (gambar 7) 5. Kemudian
check nadi dan nafas korban apabila : a) Tidak ada nafas dan nadi: teruskan
RJP sampai bantuan datang. b) Terdapat naditetapi tidakan nafas : mulai
lakukan lakukan pernafasan buatan. c) Terdapat nadi dan nafas : korban
membaik.

SPESIFIK PENOLONGAN YANG DAPAT MEMBERIKAN RJP 1

. Penolong yang tidak terlatih (Untrained lay rescuer)Untuk orang awam yang
tidak berpengalaman hanya kompresi dada yang dilakukan.5 2. Penolong
yang terlatih (Trained lay rescuer) harus memberikan kompresi dada untuk
pasien yang SCA dan dapat memberikan ventilasi dengan maka perbandingan
30 : 2. 5 3.Penyedia pelayan kesehatan (Healthcare Provider). 5 Resusitasi
yang diberikan tergantung kasus yang dihadapi. Jika ada pasien yang lemas
ataupun yang mempunyai obstruksi jalan pernapasan dan mengalami
penurunan kesadaran, CPR juga dapat diberikan dengan kompresi dada
sebanyak 30 kali dan diteruskan dengan ventilasi. Jika menemukan pasien
yang tidak responsif atau tidak bernafas, asumsi SCA selalu dilakukan
KETERAMPILAN KLINIK STASE KEPERAWATAN GADAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
ITIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

DAFTAR PUSTAKA

1. Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway closure. Respiratory Physiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-221.

2. Lesauskaite, V. and Ebejer, M. (1999). Age-related changes in the respiratory system. Maltese Medical Journal, 11(1), p.25.

3. Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports and Physical Education, 2(3), pp.16-17.

4. Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory system relevant to anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9),
p.533.

5. Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory Control System using Labview. International Journal of Control Theory
and Computer Modeling, 2(6), pp.13-23.

6. White, S., Danowitz, M. and Solounias, N. (2016). Embryology and evolutionary history of the respiratory tract. Edorium Journal of Anatomy
and Embryology, 3, pp.54-62.

7. Mitrouska, I., Klimathianaki, M. and Siafakas, N. (2004). Effects of Pleural Effusion on Respiratory Function. Canadian Respiratory Journal,
11(7), pp.499-503.

8. Kelly, F. (2014). Influence of Air Pollution on Respiratory Disease. European Medical Journal, 2, pp.96-103.

9. Kennedy, J. (2012). Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory Tract Anatomy. Scottish Universities Medical Journal., 1(2), pp.174‐179.

10. Fikriyah, S. and Febrijanto, Y. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal
STIKES, 5(1), pp.99-108.

11. American Heart Association.2010.Part 4 Adult Basic Life Support in Circulation Journal
KETERAMPILAN KLINIK STASE KEPERAWATAN GADAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
ITIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
12. Subagjo A, Achyar,Ratnaningsih E, sugiman T, Kosasih A,Agustinus R.2011.Bantuan Hidup Jantung Dasar BSCL Indonesia.Edisi
2011.Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia ( PERKI)

13. Wiryana IM, Sujana IBG,Sinardja K, Budiarta IG. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks.2010 4. Latief S.A. Petunjuk
Praktis Anestesologi. Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.2010 5. Miller RD.Anestesia, 5th ed.Churcill Livingstone. Philadelphia.2000.
KETERAMPILAN KLINIK STASE KEPERAWATAN GADAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
ITIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

Anda mungkin juga menyukai