J
DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LANGSAT PEKANBARU
DISUSUN OLEH:
P031814401071
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES
KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P031814401071
i
NIM: P031814401071
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 30
BAB V PENUTUP
5.2 Saran......................................................................................................... 47
Lampiran 3 : Dokumentasi................................................................................................58
Lampiran 4: Leaflet............................................................................................................59
B
AB
PE
UL
1. Latar belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus
kehidupan yang ditandai dengan tahapan- tahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-
fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem
endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan
tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan
1
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia
harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena
pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu
pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat
sehingga populasi lansia pun meningkat.
2
tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang
terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau
DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak
Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota
Semarang, 2010).
B. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada
lansia secara profesional dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
b. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa
dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan gerontik pada
dengan diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan lansia dengan diabetes
mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan
kebutuhan lansia dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan berdasarkan masalah
yang dialami lansia dengan diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada lansia dengan diabetes mellitus.
B
AB II
TINJAU
AN
TEORIT
IS
2.2.3 Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut baik melalui proses imunologik
maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
5. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7. Didapatkan antibodi sel islet
8. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
2.2.4 Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang
peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel
yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu
zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas.
Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh
darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
DM Tipe 1
DMTipe 2
Sel β pancreas
hancur Jumlah sel
pancreas
Defisiensi insulin
Penuru
Pembatasan Diit nan BB
Fleksibilitas Intake tidak Resiko nutrisi
darah merah adekuat kurang dari
kebutuhan
Pelepasan O2
Nyeri Akut
8
2.2.5 Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia,
polifagia pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis
akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai
gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan
haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena
itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf.
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
9
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
10
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi
menjadi 2, yakni : penatalaksanaan secara medis dan
penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan
secara medis adalah sebagai berikut:
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat
dikombinasikan denagn obat golongan lain, yaitu biguanid,
inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini
mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin
oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan
utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang
berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini
adalah:
a. Glibenklamida (5mg/tablet).
b. Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
c. Glikasida (80 mg/tablet).
d. Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi
glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan
(glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada
pasien dengan kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan
gula di saluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan
kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya
digunakan Human Monocommponent Insulin (40 UI dan
100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid. Injeksi
insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis
maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat –
obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis,
hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena
infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan
gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular
insulin, cristalin zink, dan semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH
(Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI
(Protamine Zinc Insulin)
d. Sedangkan untuk penatalaksanaan secara
keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah
perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang
penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien
tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya
mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi
idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 %
protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan
dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan
dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis,
perbanyak konsumsi serat.
2) Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah
karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga
juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat
jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM
melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi
jangan melakukan olahraga yang berat – berat.
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Kom
plika
si
akut
Diab
etes
ketoa
sidos
is
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat
dari deficit insulin yang berat pada jaringan adipose,
otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk
sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA
dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah
mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula
bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran
darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini
adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi
pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah
pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous.
Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau
berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic
adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar
dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan
proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom
Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70%
individu DM. neuropati diabetic yang paling sering
ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami
dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1
menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau
proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus
secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa
memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki
diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya
amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada
kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar
glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin
atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia
pada pasien sedang menerima pengobatan insulin
eksogen atau hipoglikemik oral.
Konsep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia >
60 tahun dan umumnya adalah DM tipe II ( non insulin
dependen ) atau tipe DMTTI.
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering
tidak khas dan asimtomatik ( contohnya ; kelemahan,
kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingungan
akut, atau depresi ).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada
tungkai serta kelemahan otot ( neuropati perifer ) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
e. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
1. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3. Integritas
Ego
Stress,
ansiet
as
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada
otot, parestesia, gangguan penglihatan.
7. Nyeri /
Kenyamanan Abdomen
tegang, nyeri (sedang /
berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Data obyektif
Pemeriksaan fisik pada Lansia
a. Sel ( perubahan sel )
Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya
menjadi lebih besar, berkurangnya jumlah cairan tubuh
dan berkurangnya cairan intrasel.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kering dan pucat dan terdapat bintik – bintik hitam
akibat menurunnya aliran darah kekulit dan
menurunnya sel – sel yang memproduksi pigmen, kuku
pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada
orang berusia 60 tahun rambut wajah meningkat,
rambut menipis / botak dan warna rambut kelabu,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
c. Sistem Muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal
berkurang pengecilan otot karena menurunnya serabut
otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
d. Sistem pendengaran
Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia )
membran timpani menjadi altrofi menyebabkan
austosklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin.
e. Sistem Penglihatan
Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis
dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi
keruh, meningkatnya ambang penglihatan ( daya
adaptasi terhadap kegegelapan lebih lambat, susah
melihat gelap ). Hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas
pandangan. Menurunnya daya membedakan warna
hijau atau biru pada skala.
f. Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas sillia, paru kurang elastis,
alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang.
Oksigen pada arteri menurun menjadi
75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti –
kemampuan batuk berkurang.
g. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % pertahun.
Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
h. Sistem Gastointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus
melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun
waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah
sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
i. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, laju filtrasi glumesulus
menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
sehingga kurang mampu memekatkan urine, Dj urin
menurun, proteinuria bertambah, ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih
menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah,
frekwensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi
urin dan pembesaran prostat (75 % usia diatas 60
tahun).
j. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya
ovarium dan uterus, atrofi payu darah testis masih dapat
memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur – angsur, dorongan sek menetap sampai usia
diatas 70 tahun asal kondisi kesehatan baik.
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH,
FSH, dan LH, menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju
metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya
produk aldusteran, menurunnya sekresi, hormon godad,
progesteron, estrogen, testosteron.
l. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap
sentuhan (berat otak menurun sekitar 10 – 20 % )
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan
membran mukasa kering.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan status metabolik (neuropati perifer) ditandai
dengan gangren pada extremitas.
4) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
5) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa
darah yang tinggi.
5. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum: Composmentis
b. Sistem Integumen: Kulit mengerut atau keriput, kusam,
kasar, bersisik, timbul bercak pigmentasi, telihat kantung
mata, bitnik bintik atau noda cokelat pada wajah. Turgor
kulit buruk, CRT>2 detik
c. Sistem Hemopoietik: Sel induk hematopoietik adalah sel-
sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah termasuk
sel darah merah (eritrosit, leukosit, trombosit) dan juga
beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblas.
d. Kepala: tidak bulat, tidak ada benjolan, keadaan rambut
bersih, tidak ada ketombe, rambut rontok, rambut putih,
keluhan sering sakit kepala.
e. Mata: simetris ka/ki, konjungtiva tidak anemis, reflek
pupil (+) positif, sklera tidak ikterik, penglihatan klien
sedikit kabur.
f. Telinga: Bentuk simetris ka/ki, tidak ada serumen.
g. Mulut, Tenggorok, dan Leher
Kebersihan mulut baik, tidak ada caries, gigi tidak
lengkap, tidak ada gangguan menelan, bibir kering dan
pecah pecah . Pada tonsil tidak ada pembengkakan, Tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening.
h. Payudara: Terjadi Atropi pada payudara
i. Sistem Pernapasan:
I: dada simetris, retardasi dinding dada tidak ada dan tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, RR : 18 x / menit
P:Premtu
s ka/ki P:
Sonor
A:Vesik
uler
j. Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri tekan.
Nadi: 70x/menit Td:
110/70 mmHg
k. Sistem Gastrointestinal
systemgastrointestinal I :
No KRITERIA Nilai
1 Makan 1. Mandiri
2 Mandi 1 Mandiri
4 Berpakaian 2. Mandiri
Score Total 18
Interpretasi hasil :
7 3 TOTAL: 10
Kesimpulan:
Obyek sapu
Obyek motor
Obyek kertas
3 Perhatian Minta klien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat
5 2 93
86
79
72
65
4 Mengingat Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi. Bila
3 2
benar, 1 point untuk masing-masing
obyek
Interpretasi:
Diuresis osmotic
menurun
Volume sirkulaasi
menurun
Kekurangan Volume
cairan
2 Data Subjektif Kebiasaan buruk Ketidakstabilan
minum teh dan makan kadar glukosa darah
Ny. J
yang tidak terkontrol
mengatakan
merasa pusing
dan lemas, dan
Riwayat Diabetes
lesu
Mellitus
Klien
Sel B pancreas
mengatakan 3
terganggu
bulan yang lalu
kadar gulanya
tinggi yaitu 300
Deficit insulin
Klien
mengatakan
setiap harinya Hiperglikemi
sering makan
tidak terkontrol
dan selalu Tidak terkontrol
meminum teh 3
gelas perharinya
Ketidakstabilan kadar
Data Objektif
glukosa darah
Hasil
pemeriksaan
gula darah saat 3
bulan yang lalu
300 mg/dl, dan
saat melakukan
implementasi
275 mg/dl
Kriteria Hasil:
Mengantuk menurun
Pusing, Lelah lesu menurun
Jumla
h urine
membaik
Intervensi:
Obervasi
Terapeutik
Kolaborasi
Kriteria Hasil:
I
n
Terapeutik
Edukasi
Meningkatkan dan
TD: 120/70 mmhg, RR: 16
menganjurkan lingkungan
x/i, Hr: 72 x/i, T: 36.5 c
yang menimbulkan rasa
nyaman. Turgor kulit membaik
Mengobservasi adanya
perasaan kelelahan yang CRT <2 detik
meningkat, edema,
Kulit lembab
peningkatan berat badan, nadi
tidak teratur, dan distensi A: Masalah teratasi Sebagian
vaskuler.
P: Intervensi di lanjutkan
Sabtu, 17 Obervasi S:
Oktober
Mengidentifikasi kemunkinan Ny. J mengatakan belum
2020
penyebab hiperglikemia begitu memahami tentang
09.00 WIB gulanya
Memonitor kadar glukosa
darah, jika perlu Ny. J mengatakan akan
melakukan apa yang akan
Memonitor tanda dan gejala
di anjurkan oleh mahasiswa
hiperglikemia
O:
Edukasi
Kadar glukosa Ny. J 225
Menganjurkan menghindari
mg/dl
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dl Ny. J tampak memahami
apa yang dikatakan
Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri A: Masalah teratasi Sebagian
Mengajarkan pengelolaan
diabetes
Sabtu, 19 Observasi S : Ny. J mengatakan
Oktober sebelumnya ia tidak
Mengidentifikasi kesiapan dan
2020 mengetahui seberapa
kemampuan menerima
pentingnya menjaga kadar
09.00 WIB informasi
gula agar tetap normal
Mengidentifikasi factor factor
O : Setelah diberikan
yang dapat meningkatkan dan
penjelasan, Ny. J tampak
menurunkan motivasi perilaku
bertanya mengenai
hidup bersih dan sehat
kesehatannya dan hal-hal yang
Terapeutik tidak dimengerti saat diberi
penjelasan, dan mendengarkan
Menyediakan materi dan
dengan baik setiap arahan
media Pendidikan Kesehatan
yang dianjurkan
Menjadwalkan Pendidikan
A : masalah teratasi sebagian
Kesehatan sesuai kesepakatan
P : lanjutkan intervensi
Memberikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Bagi Penulis
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti selanjutnya dalam menerapkan asuhan keperawatan
gerontik khususnya pada pasien riwayat diabetes milletus,
serta sebagai perbandingan dalam mengembangkan kasus
asuhan keperawatan gerontik dengan masalah diabetes
mellitus
DAFT
AR
PUST
AKA
Brunner & Suddarth. (2002) . Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi
8 vol 3.
EGC,
Jakarta
.
SATUAN ACARA
PENY
ULU
HAN (
SAP )
Jam/Waktu : 09.00-09.30
Tempat : Jl.
Langsat,
Jadirejo ,
Kec.
Sukajadi,
Kota
Pekanbaru
A. Analisa Situasi
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia.
Diantara individu yang berusia >65 tahun, 8,6 % menderita
DM tipe II. Angka ini mencakup 15
% populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik
dari International Diabetik Federation menyebutkan, bahwa
sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya.
Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan
mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari
angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan,
dan Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus
diderita usia 45- 64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes
Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420
DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung
Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat
11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI
(Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2
(Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah
diabetes tipe yang tidak tergantung insulin (NIDDM).
Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut usia.
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang
bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup
terutama di kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi
penyakit degeneratif.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan, lansia diharapkan mampu
memahami konsep teori Diabetes mellitus
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Pembelajaran
G. Evaluasi
1. Evaluasi Structural
- Lansia hadir tepat waktu
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Riau bekerja sama dengan penanggung jawab Puskesmas
Langsat
2. Evaluasi Proses
- Selama proses berlangsung diharapkan lansia dapat
mengikuti seluruh kegiatan
- Selama kegiatan berlangsung diharapkan lansia aktif
yang ditunjukkan dengan respon peserta yang antusias
- Lansia mengajukan pertanyaan dan dapat
menyimpulkan hasil penyuluhan bersama
3. Evaluasi Hasil
Dapat menjelaskan pengertian Diabetes mellitus
Dapat menjelaskan klasifikasi Diabetes mellitus
Dapat menjelaskan penyebab Diabetes mellitus
Dapat engetahui dikatakan Diabetes mellitus apabila
Dapat menyebutkan tanda dan gejala Diabetes mellitus
Dapat menyebutkan pentalaksanaan Diabetes mellitus
Dapat menyebutkan komplikasi Diabetes mellitus
Dapat menyebutkan daftar hitam makanan bagi Diabetes
mellitus
Dapat menyebutkan suplementasi tumbuhan untuk Diabetes
mellitus
Lampiran 2
ACTIVITY
DAILY LIVING
KEPERAWATAN
GERONTIK
r
a
i
L