Anda di halaman 1dari 106

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

J
DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LANGSAT PEKANBARU

DISUSUN OLEH:

SALSA ADELIA RAHMADANI

P031814401071

Clinical Instructure Clinical Teacher

( Okti Indriyani AMK ) (Hj. Rusherina, S.Pd,


M.Kes)

KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES
KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Sebagai civitas akademik Poltekkes kemenkes Riau saya yang


bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Salsa Adelia Rahmadani

NIM : P031814401071

Program Studi : DIII Keperawatan Jurusan : Keperawatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui untuk


memberIkan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-
ExclusivenRoyalty Free Right) kepada Poltekkes Kemenkes Riau
atas laporan asuhan keperawatan saya yang berjudul:

“Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. J dengan Diabetes


Milletus di Wilayah Kerja Puskesmas Langsat Pekanbaru”
Dengan Hak Bebas Royalty Non-Ekslusif ini, Poltekkes
Kemenkes Riau berhak menyimpan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data, merawat dan mempublikasikan laporan saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuli/pencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Pekanbaru, 16 Oktober 2020

Salsa Adelia Rahmadani

i
NIM: P031814401071

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, karena atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. J
dengan Diabetes Mellitus” Shalawat dan taslim senantiasa
tercurah kepada junjugan kita Nabi besar Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih
sepanjang masa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb

Pekanbaru, 12 Oktober 2020

Salsa Adelia Rahmadani


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Lansia ............................................................................ 3

2.2 Konsep Dasar Penyakit.......................................................................... 4

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................. 15

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian ................................................................................................ 29

3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................. 39

3.3 Intervensi Keperawatan............................................................................ 40

3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................................... 44

3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................. 44

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 30

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 47

5.2 Saran......................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 50


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SAP Diabetes Mellitus................................................................................51

Lampiran 2 :ADL Gerontik...............................................................................................58

Lampiran 3 : Dokumentasi................................................................................................58

Lampiran 4: Leaflet............................................................................................................59
B

AB

PE

UL

1. Latar belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus
kehidupan yang ditandai dengan tahapan- tahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-
fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem
endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan
tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan

1
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia
harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena
pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu
pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat
sehingga populasi lansia pun meningkat.

Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara


individu yang berusia >65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II.
Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia (Steele,
2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM.
Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang
tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan
akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari
angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan
Indonesia (Tandra, 2007).

Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita


usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM

2
tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang
terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau
DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak
Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota
Semarang, 2010).

Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes


tipe yang tidak tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes
melitus makin meningkat pada lanjut usia. Meningkatnya
prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan
pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota
besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.

B. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada
lansia secara profesional dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
b. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa
dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan gerontik pada
dengan diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan lansia dengan diabetes
mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan
kebutuhan lansia dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan berdasarkan masalah
yang dialami lansia dengan diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada lansia dengan diabetes mellitus.
B

AB II

TINJAU

AN

TEORIT

IS

2.1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Batasan Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia


meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok


usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.


2.1.2 Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan


proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak,
masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga
tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang
mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital,
sensitivitas emosional meningkat dan kurang
gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan
fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut
harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi


kebutuhan sehari – hari, Mendapat dukungan
secara sosial dari keluarga dan masyarakat
(Rahardjo,1996)
2.1.3 Permasalahan yang terjadi pada lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan


pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain:
(Setiabudhi, T. 1999 : 40- 42)
1. Permasalahan umum

a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis


kemiskinan.

b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga


anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga


profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya
kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :

a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat


timbulnya masalah baik fisik, mental maupun
sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

e) Berubahnya nilai sosial masyarakat


yang mengarah pada
tatanan masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses
pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia
2.2 Konsep Dasar Penyakit
2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme
yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di
tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau
merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan
kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau
adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis,
dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia
dan hipoglikemia. ( Mary, 2009).
2.2.2 Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan
bertambahnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga
meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan
batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang
dewasa non usia lanjut.

Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia


berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang
berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta,
penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia
terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten.
Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan,
ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat
dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi
penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post
reseptor.

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan,


bukan karena mengkonsumsi kalori berlebih namun karena
perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju
metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya diabetes mellitus.

Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum


dapat digolongkan ke dalam dua besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra
pengecap, penurunan fungsi pankreas, dan penurunan
kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan
baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang
olahraga, minum alkohol, dan lain-lain.)

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga


dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan
keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan
menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air
kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator
diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan
anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal
tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

2.2.3 Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut baik melalui proses imunologik
maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
5. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7. Didapatkan antibodi sel islet
8. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

b. Diabetes melitus tipe II :


Bervariasi mulai yang predominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Karakteristik DM tipe II :
1. Sukar terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan tidak harus dengan insulin
3. Onset lambat
4. Gemuk atau tidak gemuk
5. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6. Tidak berhubungan dengan HLA
7. Tidak ada antibodi sel islet
8. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9. ± 100% kembar identik terkena

2.2.4 Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang
peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel
yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu
zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas.
Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh
darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi


insulin oleh sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini
mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon
autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap
sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada


lansia, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa
dalam darah menjadi meningkat.
PATHWAY DIABETES MELLITUS

DM Tipe 1

DMTipe 2

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia,


genetik, dll

Sel β pancreas
hancur Jumlah sel
pancreas
Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein Liposis


meningkat meningkat

Penuru
Pembatasan Diit nan BB
Fleksibilitas Intake tidak Resiko nutrisi
darah merah adekuat kurang dari
kebutuhan
Pelepasan O2

Poliuria Kekurangan volume


cairan
Hipoksia
perifer Perfusi jaringan perifer
tidak efektif

Nyeri Akut

8
2.2.5 Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia,
polifagia pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis
akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai
gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan
haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena
itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi


akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati
perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia


lanjut yang sering ditemukan adalah :

a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
9
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal

10
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi
menjadi 2, yakni : penatalaksanaan secara medis dan
penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan
secara medis adalah sebagai berikut:
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat
dikombinasikan denagn obat golongan lain, yaitu biguanid,
inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini
mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin
oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan
utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang
berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini
adalah:
a. Glibenklamida (5mg/tablet).
b. Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
c. Glikasida (80 mg/tablet).
d. Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi
glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan
(glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada
pasien dengan kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan
gula di saluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan
kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya
digunakan Human Monocommponent Insulin (40 UI dan
100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid. Injeksi
insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis
maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat –
obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis,
hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena
infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan
gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular
insulin, cristalin zink, dan semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH
(Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI
(Protamine Zinc Insulin)
d. Sedangkan untuk penatalaksanaan secara
keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah
perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang
penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien
tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya
mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi
idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 %
protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan
dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan
dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis,
perbanyak konsumsi serat.
2) Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah
karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga
juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat
jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM
melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi
jangan melakukan olahraga yang berat – berat.
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Glukosa darah sewaktu

a. Kadar glukosa darah puasa


b. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2


kali pemeriksaan:

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2
jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
2.2.8 Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi


akut dan kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut
adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan
hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC).
Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati
diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan
hipertensi.

a. Kom
plika
si
akut
Diab
etes
ketoa
sidos
is
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat
dari deficit insulin yang berat pada jaringan adipose,
otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk
sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA
dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah
mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula
bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran
darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini
adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi
pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah
pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous.
Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau
berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic
adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar
dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan
proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom
Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70%
individu DM. neuropati diabetic yang paling sering
ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami
dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1
menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau
proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus
secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa
memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki
diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya
amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada
kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar
glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin
atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia
pada pasien sedang menerima pengobatan insulin
eksogen atau hipoglikemik oral.
Konsep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia >
60 tahun dan umumnya adalah DM tipe II ( non insulin
dependen ) atau tipe DMTTI.
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering
tidak khas dan asimtomatik ( contohnya ; kelemahan,
kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingungan
akut, atau depresi ).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada
tungkai serta kelemahan otot ( neuropati perifer ) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
e. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
1. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3. Integritas
Ego
Stress,
ansiet
as
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada
otot, parestesia, gangguan penglihatan.
7. Nyeri /
Kenyamanan Abdomen
tegang, nyeri (sedang /
berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Data obyektif
Pemeriksaan fisik pada Lansia
a. Sel ( perubahan sel )
Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya
menjadi lebih besar, berkurangnya jumlah cairan tubuh
dan berkurangnya cairan intrasel.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kering dan pucat dan terdapat bintik – bintik hitam
akibat menurunnya aliran darah kekulit dan
menurunnya sel – sel yang memproduksi pigmen, kuku
pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada
orang berusia 60 tahun rambut wajah meningkat,
rambut menipis / botak dan warna rambut kelabu,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
c. Sistem Muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal
berkurang pengecilan otot karena menurunnya serabut
otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
d. Sistem pendengaran
Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia )
membran timpani menjadi altrofi menyebabkan
austosklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin.
e. Sistem Penglihatan
Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis
dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi
keruh, meningkatnya ambang penglihatan ( daya
adaptasi terhadap kegegelapan lebih lambat, susah
melihat gelap ). Hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas
pandangan. Menurunnya daya membedakan warna
hijau atau biru pada skala.
f. Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas sillia, paru kurang elastis,
alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang.
Oksigen pada arteri menurun menjadi
75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti –
kemampuan batuk berkurang.
g. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % pertahun.
Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
h. Sistem Gastointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus
melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun
waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah
sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
i. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, laju filtrasi glumesulus
menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
sehingga kurang mampu memekatkan urine, Dj urin
menurun, proteinuria bertambah, ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih
menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah,
frekwensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi
urin dan pembesaran prostat (75 % usia diatas 60
tahun).
j. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya
ovarium dan uterus, atrofi payu darah testis masih dapat
memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur – angsur, dorongan sek menetap sampai usia
diatas 70 tahun asal kondisi kesehatan baik.
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH,
FSH, dan LH, menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju
metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya
produk aldusteran, menurunnya sekresi, hormon godad,
progesteron, estrogen, testosteron.
l. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap
sentuhan (berat otak menurun sekitar 10 – 20 % )
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan
membran mukasa kering.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan status metabolik (neuropati perifer) ditandai
dengan gangren pada extremitas.
4) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
5) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa
darah yang tinggi.

3.3 Intervensi Keperawatan


1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme
protein, lemak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2. Berat badan stabil atau penambahan ke arah
rentang biasanya Intervensi :
1. Timbang berat badan sesuai indikasi.
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
2. Tentukan program diet, pola makan, dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan klien.
R/ Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
3. Auskultrasi bising usus, catat nyeri abdomen atau perut
kembung, mual, muntah dan pertahankan keadaan puasa
sesuai inndikasi.
R/ Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit menurunkan motilitas atau fungsi lambung
(distensi atau ileus paralitik).
4. Berikan makanan cair yang mengandung nutrisi dan
elektrolit. Selanjutnya memberikan makanan yang lebih
padat.
R/ Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan
pada klien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
5. Identifikasi makanan yang disukai.
R/ Kerja sama dalam perencanaan makanan.
6. Libatkan keluarga dalam perencanaan makan.
R/ Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan
nutrisi klien.
7. Observasi tanda hipoglikemia (perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembap atau dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing).
R/ Pada metabolism kaborhidrat (gula darah akan
berkurang dan sementara tetap diberikan tetap diberikan
insulin, maka terjadi hipoglikemia terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.
8. Kolaborasi :
a.Lakukan pemeriksaan gula darah dengan finger stick
R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih
akurat daripada memantau gula dalam urine.
b. Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa darah, aseton, pH,
HCO3)
R/ Gula darah menurun perlahan dengan penggunaan
cairan dan terapi insulin terkontrol sehingga glukosa
dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber
kalori. Saat ini, kadaar aseton menurun dan asidosis
dapat dikoreksi.
c.Berikan pengobatan insulin secara teratur melalui iv
R/ Insulin regular memiliki awitan cepat dan dengan
cepat pula membantu memindahkan glukosa ke dalam
sel. Pemberian melalui IV karena absorpsi dari jaringan
subkutan sangat lambat.
d. Berikan larutan glukosa ( destroksa, setengah salin normal).
R/ Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan
cairan membawa gula darah sekitar 250 mg /dl. Dengan
metabolism karbohidrat mendekati normal, perawatan
diberikan untuk menghindari hipoglikemia.
e.Konsultasi dengan ahli gizi
R/ Bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit
menurun dan membran mukosa kering. Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang
adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit
dalam batas normal.
Intervensi :
a.Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau
intensitas dari gejala seperti muntah dan pengeluaran
urine yang berlebihan.
R/ Membantu memperkirakan kekurangan volume total.
Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan
keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan
air.
b. Pantau tanda – tanda vital, catat adanya perubahan
tekanan darah ortostatik.
R/ Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemi saat
tekanan darah sistolik turun ≥ 10 mmHg dari posisi
berbaring ke duduk atau berdiri.
c.Pantau pola napas seperti adanya pernapasan Kussmaul
atau pernapasan yang berbau keton.
R/ Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Napas bau
aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat dan
harus berkurang bila ketosis terkoreksi.
d. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan
otot bantu napas, adanya periode apnea dan sianosi.
R/ Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan pola dan
frekuensi pernapasan normal. Akan tetapi peningkatan
kerja pernapasan, pernapasan dangkal dan cepat serta
sianosis merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan
atau kehilangan kemampuan melalui kompensasi pada
asidosis
e.Pantau suhu, warna kulit, atau kelembapannya.
R/ Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah hal umum
terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit
kemerahan, kering merupakan tanda dehidrasi.
f. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membrane mukosa. R/ Merupakan indicator tingkat
dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
g. Pantau masukan dan pengeluaran
R/ Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan terapi yang diberikan.
h. Ukur berat badan setiap hari.
R/ Memberikan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
i. Pertahankan pemberian cairan
minimal 2500 ml/hari R/
Mempertahankan hidrasi atau
volume sirkulasi.
j. Tingkatkan lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman.
Selimuti klien dengan kain yang tipis.
R/ Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap
klien lebih lanjut dapat menimbulkan kehilangan cairan.
k. Kaji adanya perubahan mental atau sensori.
R/ Perubahan mental berhubungan dengan hiperglikemi
atau hipoglikemi, elektrolit abnormal, asidosis,
penurunan perfusi serebral, dan hipoksia. Penyebab yang
tidak tertangani, gangguan kesadaran menjadi
predisposisi aspirasi pada klien.
l. Observasi mual, nyeri abdomen, muntah, dan distensi lambung.
R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas
lambung sehinnga sering menimbulkan muntah dan
secara potensial menimbulkan kekurangan cairan dan
elektrolit.
m. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat,
edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan
distensi vaskuler.
R/ Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat
berpotensi menimbulkan kelebihan cairan dan gagal
jantung kronis.
n. Kolaborasi :
a. Berikan terapi cairan sesuai indikasi :
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa
dekstrosa.
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon klien secara individual.
b. Albumin, plasma, atau dekstran.
R/ Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan jika
mengancam jiwa atau tekanan darah sudah tidak dapat
kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah
dilakukan.
c.Pasang kateter urine.
R/ Memberikan pengukuran yang tepat terhadap
pengeluaran urine terutama jika neuropati otonom
menimbulkan retensi atau inkontinensia.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan status metabolik (neuropati perifer)
ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
tidakterjadi komplikasi.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan peningkatan integritas kulit
2. Menghi
ndari
cidera
kulit
Interven
si :
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan.
R/ Menandakan aliran sirkulasi buruk yang dapat
menimbulkan infeksi
2. Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada tonjolan tulang
R/ Menurunkan tekanan pada edema dan menurunkan
iskemia
3. Pertahankan alas kering
dan bebas lipatan R/
Menurunkan iritasi
dermal
4. Beri perawatan kulit seperti penggunaan lotion
R/ Menghilangkan kekeringan pada kulit dan robekan pada
kulit
5. Lakukan perawatan luka
dengan teknik aseptik R/
Mencegah terjadinya infeksi
6. Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku tetap pendek
R/ Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh karena garukan
7. Motivasi klien untuk makan makanan TKTP
R/ Makanan TKTP dapat membantu penyembuhan
jaringan kulit yang rusak
4) Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan kelelahan dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1. klien dapat mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
2. klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala
peningkatan aktivitas penyakit yang mempengaruhi
toleransi aktivitas.
3. klien dapat mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
4. klien dapat menunjukkan perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1. Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal
perencanaan dan identifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan.
R/ Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun klien
sangat lemah.
2. Diskusikan penyebab keletihan seperti nyeri sendi,
penurunan efisiensi tidur, peningkatan upaya yang
diperlukan untuk ADL.
R/ Dengan mengetahui penyebab keletihan, dapat
menyusun jadwal aktivitas.
3. Bantu mengidentivikasi pola energi dan buat rentang
keletihan. Skala 0-10 (0 = tidak lelah, 10 = sangat
kelelahan)
R/ Mengidentifikasi waktu puncak energi dan kelelahan
membantu dalam merencanakan akivitas untuk
memaksimalkan konserfasi energi dan produktivitas.
4. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat
yang cukup/ tanpa diganggu.
R/ Mencegah kelelahan yang berlebih.
5. Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan darah
sebelum dan seudah melakukan aktivitas.
R/ Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi secara fisiologis.
6. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan.
R/ Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri yang
positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
7. Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala
yang menunjukkan peningkatan aktivitas penyakit
dan mengurangi aktivitas, seperti demam, penurunan
berat badan, keletihan makin memburuk.
R/ Membantu dalam mengantisipasi terjadinya keletihan
yang berlebihan.
5) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa
darah yang tinggi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil :
1. Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.
2. Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi. Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan sperti
demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum
purulen, urine warna keruh atau berkabut.
R/ Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis
atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan
cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
R/ Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
R/ Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
menjadi meddia terbaik dalam pertumbuhan kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-
sungguh, masase daerah tulang yang tertekan, jaga
kulit tetap kering, linen kering dan tetap kencang.
R/ Sirkulasi perifer bisa terganggu dan menempatkan
pasien pada peningkatan risiko terjadinya kerusakan
pada kulit.
5. Berikan tisue dan tempat sputum pada tempat yang
mudah dijangkau untuk penampungan sputum atau
secret yang lainnya.
R/ Mengurangi penyebaran infeksi.
6. Kolaborasi
a. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas
sesuai dengan indikasi.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya organisme
sehingga dapat memilih atau memberikan terapi
antibiotik yang terbaik.
b. Berikan obat antibiotik yang sesuai
R/ Penanganan awal dapat mambantu mencegah
timbulnya sepsis.
3.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah tahap keempat dari proses


keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
(Kozier, 1991).

1. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan dari tiap-tiap


masalah atau diagnosa keperawatan yang ada dalam teori
disesuaikan dengan prioritas keadaan klien.
2. Tahap pelaksanaan terdiri dari :
a. Keterampilan yang diperlukan pada penatalaksanaan
adalah :
1) Kognitif adalah suatu keterampilan yang termasuk
dalam kemampuan memecahkan masalah, membuat
keputusan, berpikir kritis dan penilaian yang kreatif.
2) Interpersonal adalah suatu yang diperlukan dalam
setiap aktivitas perawat yang meliputi keperawatan,
konseling, pemberi support yang termasuk dalam
kemampuan interpersonal diantaranya adalah perilaku,
penguasaan ilmu pengetahuan, ketertarikan oleh
penghargaan terhadap budaya klien, serta gaya hidup.
Perawat akan mempunyai skill yang tinggi dalam
hubungan interpersonal jika mereka mempunyai kesadaran
akan sensitivitas terhadap yang lain.
3) Tekhnikal adalah suatu kemampuan yang tidak
bisa dipisahkan dengan interpersonal skill seperti
memanipulasi alat, memberikan suntikan, pembiayaan,
evaluasi dan reposisi.
b. Tindakan Keperawatan
1) Mandiri atau independen adalah suatu tindakan
perawat yang berorientasi pada tim kerja perawat dalam
melakukan, menentukan, merencanakan dan mengevaluasi
tindakannya :
a) Seorang perawat tidak dapat melakukan tindakan
keperawatan sendiri, contoh : merubah posisi klien
yang obesitas di atas tempat tidur.
b) Asisten memerlukan tingkat stres pada klien,
contoh mengganti posisi klien yang obesitas di atas
tempat tidur.
c) Perawat yang kurang mengerti tentang pemasangan
infus harus mencari pertolongan yang mengerti
pertolongan tersebut.
2) Interdependen atau kolaborasi adalah suatu
tindakan bersifat kolaboratif tim kesehatan lainnya dalam
menentukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
terhadap klien yang dirawat, contoh : pemberian obat
analgetik untuk mengatasi nyeri pada klien diperlukan
kolaborasi dengan dokter.
c. Pendokumentasian Implementasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perawat mencatat
tindakan tersebut dan respon dari pasien dengan
menggunakan format khusus pendokumentasian pada
pelaksanaan.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses.


Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari
tindakan. Penilaian peoses menentukan apakah ada
kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi itu sendiri.
(Ali, 2009) Evaluasi merupakan tahap akhir
yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada
tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir
proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan
kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian
perilaku yang
observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan
intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif. (Nursalam,
2008)
BAB III

PENGKAJIAN KLIEN GERONTIK DENGAN DIABETES


MILLETUS

4.1 Identitas Klien


Nama : Ny. J
Umur : 83 Tahun
Alamat :Jl. Langsat, Jadirejo , Kec.
Sukajadi, Kota Pekanbaru
Pendidikan : SD
Tanggal
Masuk Panti :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Panyalai (Minang)
Agama : Islam
Status Perkawinan :
Cerai mati Tanggal
Pengkajian :
16 Oktober 2020

1. Status Kesehatan Saat Ini:


Saat dilakukannnya pengkajian pasien mengatakan mudah
lelah, haus yang berlebihan, pusing.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan penyakit yang dialaminya sekarang adalah
Diabetes Milletus tipe 2 (gula kering) dan tidak ada luka
3. Riwayat
Kesehatan
Dahulu
Pasien
mengatakan
tidak ada
4. Riwayat
Kesehatan
Keluarga
Pasien
mengatakan
tidak ada

5. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum: Composmentis
b. Sistem Integumen: Kulit mengerut atau keriput, kusam,
kasar, bersisik, timbul bercak pigmentasi, telihat kantung
mata, bitnik bintik atau noda cokelat pada wajah. Turgor
kulit buruk, CRT>2 detik
c. Sistem Hemopoietik: Sel induk hematopoietik adalah sel-
sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah termasuk
sel darah merah (eritrosit, leukosit, trombosit) dan juga
beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblas.
d. Kepala: tidak bulat, tidak ada benjolan, keadaan rambut
bersih, tidak ada ketombe, rambut rontok, rambut putih,
keluhan sering sakit kepala.
e. Mata: simetris ka/ki, konjungtiva tidak anemis, reflek
pupil (+) positif, sklera tidak ikterik, penglihatan klien
sedikit kabur.
f. Telinga: Bentuk simetris ka/ki, tidak ada serumen.
g. Mulut, Tenggorok, dan Leher
Kebersihan mulut baik, tidak ada caries, gigi tidak
lengkap, tidak ada gangguan menelan, bibir kering dan
pecah pecah . Pada tonsil tidak ada pembengkakan, Tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening.
h. Payudara: Terjadi Atropi pada payudara
i. Sistem Pernapasan:
I: dada simetris, retardasi dinding dada tidak ada dan tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, RR : 18 x / menit
P:Premtu
s ka/ki P:
Sonor
A:Vesik
uler
j. Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri tekan.
Nadi: 70x/menit Td:
110/70 mmHg
k. Sistem Gastrointestinal

Tidak ada gangguan terhadap

systemgastrointestinal I :

Bentuk simetris, asites (-)


P : Tidak ada pembesaran hepar/limfa, tidak ada
pelebaran vena pada abdomen
P : Tympani
A : Bising usus normal 3-4x menit
l. Sistem Perkemihan:
Penurunan kapasitas kandung kemih, peningkatan kotraksi
kandung kemih, tu penurunan tonus otot vagina dan otot
pintu saluran kemih (uretra).
m. Sistem Genitoreproduksi: Perubahan sistem reproduksi
lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
n. Sistem Muskuloskeletal: Gerakan pinggang, lutut dan jari
pergelangan terbatas.
o. Sistem Saraf Pusat:
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Perubahan psikologis, data yang dikaji:
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan?
Ny.J mengatakan menerima bahwa setiap manusia
mengalami proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak?
Ny.J mengatakan merasa dibutuhkan karena Ny.E masih
memiliki anak,menantu, dan cucu yang banyak.
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
Ny.J mengatakan optimis karena memiliki keluarga,
anak anak dan cucu yang membuat kehidupan lebih
bahagia
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami?
Ny.J mengatakan Bermain dengan cucu dan
bercengkrama Bersama tetangga
5) Apakah mudah dalam
menyesuaikan diri? Ny.J
mengatakan Mudah
menyesuaikan
6) Apakah lansia sering
mengalami kegagalan? Ny.J
mengatakan lumayan
sering.
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang?
Ny. J mengatakan harapan saat ini dan yang akan
datang ia dan keluarga nya sehat selalu dan
dipanjangkan umurnya agar bisa berkumpul dengan
keluarganya.
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat,
proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan
dalam menyelesaikan masalah.
b. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia?
Ny.J mengatakan dari anaknya dan uang kontrakan rumah
2) Apa saja kesibukan lansia dalam
mengisi waktu luang? Ny.J
mengatakan bermain Bersama cucu
3) Dengan siapa dia tinggal?
Ny. J mengatakan Bersama anak dan cucunya
4) Kegiatan organisasi apa
yang diikuti lansia? Ny. J
mengatakan tidak ada
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap
lingkungannya? Ny.J mengatakan
aman aman saja
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang
lain di luar rumah? Ny. J mengatakan setiap hari
bercengkrama dengan tetangga
7) Siapa saja yang
bisa mengunjungi?
Ny.J mengatakan
seluruh keluarga
8) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan
dengan fasilitas yang ada?
Ny.J dapat menyalurkan hobi nya yaitu memasak
c. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya: Ny.J mengatakan taat
melakukan ibadah
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif
dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan
penyantunan anak yatim atau fakir miskin?: Ny.J
mengatakan jarang mengikuti pengajian, biasanya
dirumah saja karena sudah tidak bisa berjalan jauh
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah
apakah dengan berdoa?:
Ny.J mengatakan berdoa, berzikir dan bertawakal
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal?
Ny.J terlihat tabah dan tawakal disetiap masalah yang ada
7. Modifikasi dari Barthel Indeks

No KRITERIA Nilai

1 Makan 1. Mandiri

2 Mandi 1 Mandiri

3 Perawatan diri 1. Mandiri dalam perawatan muka,


rambut, gigi, dan bercukur

4 Berpakaian 2. Mandiri

5 Buang air kecil 2 Kontinensia (teratur untuk lebih dari


7 hari)

6 Buang air besar 2 Kontinensia (teratur)

7 Penggunaan toilet 2 Mandiri

8 Transfer 2 Bantuan kecil (1 orang)

9 Mobilitas 3 Mandiri (meskipun menggunakan


alat bantu seperti, tongkat)

10 Naik turun tangga 1 Membutuhkan bantuan (alat bantu)

Score Total 18

Interpretasi hasil :

12-19 : Ketergantungan Ringan

8. i/fPengkajian Status Mental Gerontik


a. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
BENAR SALAH NO PERTANYAAN

√ 01 Tanggal berapa hari ini? ( 16 Oktober 2020)

√ 02 Hari apa sekarang ini? ( Jumat)

√ 03 Apa nama Tempat ini ( Dirumah jalan langsat)

√ 04 Dimana alamat anada? ( Dijalan langsat)

√ 05 Berapa umur anda? (83 tahun)

√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir) (1937)

√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang? (tidak tahu)

√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? (soekarno)

√ 09 Siapa nama ibu anda? (siti hajar)

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap


√ 10
angka baru, semua secara menurun (tidak tahu)

 7  3 TOTAL: 10

Kesimpulan:

Kesalahan 3-4: keruskan intelektual ringan

b. Mini Mental Status Exam (MMSE)


ASPEK NILAI NILAI
NO KRITERIA
KOGNITIF MAKS. KLIEN

1 Orientasi Menyebutkan dengan benar:

Tahun: 2020 (benar)


5 5
Musim: Hujan (benar)
Tanggal: 16 (Benar)
Hari: Jumat (Benar)
Bulan: Oktober (benar)
Orientasi Dimana kita sekarang berada?

Negara Indonesia ( Benar )


5 5 Propinsi Riau( Benar )
Kota Pekanbaru ( Benar )
PSTW.......
Wisma......
2 Registrasi Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi
3 5
(untuk disebutkan)

Obyek sapu
Obyek motor
Obyek kertas
3 Perhatian Minta klien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat

5 2 93
86
79
72
65
4 Mengingat Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi. Bila
3 2
benar, 1 point untuk masing-masing
obyek

5 Bahasa Tunjukkan pada klien suatu benda dan


9 4
tanyakan namanya pada klien
(misal jam tangan)
(misal pensil)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut: ”tak ada jika, dan, atau, tetapi”.
Bila benar, nilai 1 point.

Pernyataan benar 2 buah (contoh:


tak ada, tetapi).
Minta klien uuntuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:

”ambil kertas di tangan anda, lipat dua


dan taruh di lantai”

Ambil kertas di tangan anda


Lipat dua
Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point)

”tutup mata anda”


Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat atau menyalin gambar

Tulis satu kalimat


Menyalin gambar
TOTAL NILAI 30 23

Interpretasi:

Nilai 18-23 : kelainan kognitif ringan


4.2 Analisa Data

No Symptom atau Etiologi Masalah


gejala Keperawatan

1. Data subjektif: Gangguan Kekurangan


Metabolisme KH volume cairan
 Ny. J mengeluh
berhubungan
lemah
dengan osmotik
 Ny. Mengatakan Penggunaan glukosa diuresis ditandai
mudah haus dengan tugor
kulit menurun
Data Objektif
Hiperglikemi dan membran
 Membran mukosa kering.
mukosa kering
Glikosuria
 Turgor kulit
buruk

Diuresis osmotic
menurun

Volume sirkulaasi
menurun

Kekurangan Volume
cairan
2 Data Subjektif Kebiasaan buruk Ketidakstabilan
minum teh dan makan kadar glukosa darah
 Ny. J
yang tidak terkontrol
mengatakan
merasa pusing
dan lemas, dan
Riwayat Diabetes
lesu
Mellitus
 Klien
Sel B pancreas
mengatakan 3
terganggu
bulan yang lalu
kadar gulanya
tinggi yaitu 300
Deficit insulin
 Klien
mengatakan
setiap harinya Hiperglikemi
sering makan
tidak terkontrol
dan selalu Tidak terkontrol
meminum teh 3
gelas perharinya
Ketidakstabilan kadar
Data Objektif
glukosa darah

 Hasil
pemeriksaan
gula darah saat 3
bulan yang lalu
300 mg/dl, dan
saat melakukan
implementasi
275 mg/dl

3 Data Subjektif: Kurang terpapar Defisit pengetahuan


 Ny. J informasi
mengatakan tentang penyakit
tidak dan
mengetahui penatalaksanaan
kenapa gula penyakit
nya bisa tinggi
 Ny. J
Defisit pengetahuan
mengatakan
dirinya baik-
baik saja
 Ny. J
menanyakan
terkait kadar
gulanya
Data Objektif :
 Ny. J tampak
ingin tahu
terhadap
masalah
kesehatannya
dan
melontarkan
beberapa
pertanyaan

4.3 Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun
dan membran mukosa kering.
b. Ketidakstabilan Kadar glukosa Darah bd gangguan
toleransi glukosa darah dd Kadar Glukosa dalam darah
tinggi, Lelah dan lesu
c. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif bd kekurangan
intake cairan dd turgor kulit menurun
4.4 Intervensi Keperawatan.

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit
menurun dan membran mukosa kering.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 60


menit diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi pasien
terpenuhi
Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba,
turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat
secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau
intensitas dari gejala seperti muntah dan pengeluaran
urine yang berlebihan.
R/ Membantu memperkirakan kekurangan volume
total. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam
dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air.
b. Pantau tanda – tanda vital, catat adanya perubahan
tekanan darah ortostatik.
R/ Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemi saat
tekanan darah sistolik turun
≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri.
c. Pantau pola napas seperti adanya pernapasan
Kussmaul atau pernapasan yang berbau keton.
R/ Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Napas bau
aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat dan
harus berkurang bila ketosis terkoreksi.
d. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan
otot bantu napas, adanya periode apnea dan sianosi.
R/ Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan pola dan
frekuensi pernapasan normal. Akan tetapi peningkatan
kerja pernapasan,
pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis
merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan atau
kehilangan kemampuan melalui kompensasi pada
asidosis
e. Pantau suhu, warna kulit, atau kelembapannya.
R/ Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah hal
umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit
kemerahan, kering merupakan tanda dehidrasi.
f. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membrane mukosa.
R/ Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
g. Pantau masukan dan pengeluaran
R/ Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan terapi yang diberikan.
h. Pertahankan pemberian cairan
minimal 2500 ml/hari R/
Mempertahankan hidrasi atau
volume sirkulasi.
i. Tingkatkan lingkungan yang menimbulkan rasa
nyaman. R/ Menghindari pemanasan yang berlebihan
terhadap klien lebih lanjut dapat menimbulkan
kehilangan cairan.
j. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat,
edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan
distensi vaskuler.
R/ Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat
berpotensi menimbulkan kelebihan cairan dan gagal
jantung kronis.

b. Ketidakstabilan Kadar glukosa Darah bd gangguan


toleransi glukosa darah dd Kadar Glukosa dalam
darah tinggi, Lelah dan lesu

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 60


menit diharapkan kadar glukosa darah pasien berada
pada rentang normal

Kriteria Hasil:

 Mengantuk menurun
 Pusing, Lelah lesu menurun

 Gemetar, berkeringat menurum

 Rasa harus menurun

 Kadar glukosa dalam darah membaik

 Jumla

h urine

membaik

Intervensi:

Obervasi

1. Identifikasi kemunkinan penyebab hiperglikemia

2. Identifikasi situasi yang menyebabkan


kebutuhan insulin meningkat

3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu

4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

5. Monitor intake dan output cairan

6. Monitor keton urin, kadar Analisa gas darah,


elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi
nadi

Terapeutik

1. Berikan asupan cairan total

2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala


hiperglekimia tetap ada atau memburuk

3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik


Edukasi

1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa


darah lebih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri

3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga

4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine,


jika perlu

5. Ajarkan pengelolaan diabetes

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu

2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu

3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu

C. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif bd


kekurangan intake cairan dd turgor kulit menurun.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan


selama 2 x 60 menit di harapkan klien mampu
mengidentifikasi, mengelola, dan menemukan bantuan
untuk mempertahankan kesehatan

Kriteria Hasil:

 Menunjukan perilaku adaptif meningkat

 Menunjukan pemahaman perilaku sehat meningkat

 Kemampuan menjalankan perilaku sehat meningkat

 Perilaku mencari bantuan meningkat

 Menunjukan minat perilaku sehat meningkat

 Memiliki system pendunkung meningkat

I
n

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


2. Identifikasi factor factor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan

2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan

3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk


meningkatkan perilaku hidup bersih dam sehat.

4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Waktu Impementasi Evaluasi (SOAP)


1 Jumat, 16  Memantau tanda – tanda vital S:
Oktober  Memantau frekuensi dan
 Ny J mengatakan lelahnya
2020 kualitas pernapasan,
berkurang, setelah Ny J
penggunaan otot bantu napas.
13.00 WIB Meningkatkan lingkungan
 Memantau suhu, warna kulit,
yang menimbulkan rasa
atau kelembapannya.
nyaman
 Mengkaji nadi perifer, turgor
kulit, dan membrane mukosa. O:

 Meningkatkan dan
 TD: 120/70 mmhg, RR: 16
menganjurkan lingkungan
x/i, Hr: 72 x/i, T: 36.5 c
yang menimbulkan rasa
nyaman.  Turgor kulit membaik
 Mengobservasi adanya
perasaan kelelahan yang  CRT <2 detik
meningkat, edema,
 Kulit lembab
peningkatan berat badan, nadi
tidak teratur, dan distensi A: Masalah teratasi Sebagian
vaskuler.
P: Intervensi di lanjutkan

Sabtu, 17 Obervasi S:
Oktober
 Mengidentifikasi kemunkinan  Ny. J mengatakan belum
2020
penyebab hiperglikemia begitu memahami tentang
09.00 WIB gulanya
 Memonitor kadar glukosa
darah, jika perlu  Ny. J mengatakan akan
melakukan apa yang akan
 Memonitor tanda dan gejala
di anjurkan oleh mahasiswa
hiperglikemia
O:
Edukasi
 Kadar glukosa Ny. J 225
 Menganjurkan menghindari
mg/dl
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dl  Ny. J tampak memahami
apa yang dikatakan
 Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri A: Masalah teratasi Sebagian

 Menganjurkan kepatuhan P: Intervensi Dilanjutkan


terhadap diet dan olahraga

 Mengajarkan pengelolaan
diabetes
Sabtu, 19 Observasi S : Ny. J mengatakan
Oktober sebelumnya ia tidak
 Mengidentifikasi kesiapan dan
2020 mengetahui seberapa
kemampuan menerima
pentingnya menjaga kadar
09.00 WIB informasi
gula agar tetap normal
 Mengidentifikasi factor factor
O : Setelah diberikan
yang dapat meningkatkan dan
penjelasan, Ny. J tampak
menurunkan motivasi perilaku
bertanya mengenai
hidup bersih dan sehat
kesehatannya dan hal-hal yang
Terapeutik tidak dimengerti saat diberi
penjelasan, dan mendengarkan
 Menyediakan materi dan
dengan baik setiap arahan
media Pendidikan Kesehatan
yang dianjurkan
 Menjadwalkan Pendidikan
A : masalah teratasi sebagian
Kesehatan sesuai kesepakatan
P : lanjutkan intervensi
 Memberikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi

 Menjelaskan factor resiko


yang dapat mempengaruhi
Kesehatan

 Mengajarkan perilaku hidup


bersih dan sehat

 Mengajarkan strategi yang


dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
B

5.1 Pembahasan Kasus

Studi kasus ini memperoleh gambaran asuhan keperawatan


gerontik dengan Diabetes Mellitus pada Ny. J di Riau Kota
Pekanbaru. Pada data awal didapat dari rekam medis di
Puskesmas Langsat yaitu berupa nama, diagnosa dan alamat
pasien.

Penulis datang ke rumah klien untuk bertemu dengan klien


untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai format
asuhan keperawatan gerontik yang telah disiapkan. Proses
pengkajian sedikit mengalami hambatan dikarenakan pasien
tidak bisa duduk dengan lama untuk berbincang
implementasi, tetapi semua item bisa diperolah informasi
dengan jelas karena klien sangat kooperatif.

Data yang diperoleh meliputi data identitas lengkap klien,


riwayat kesehatan, tinjauan sistem, pengkajian psikososial
dan spiritual, pengkajian fungsiaonal klien (KATZ Indeks)
hingga sampai data status mental gerontik. Proses asuhan
keperawatan gerontik mampu dilakukan sesuai dengan
intervensi yang disusun dengan hasil evaluasi keluarga
mampu memahami penjelasan yang diberikan dan berjanji
akan melakukan anjuran yang diberikan.

Pada tahap perencanaan keperawatan penulis tidak


mengalami kesulitan, dengan membaca tinjauan pustaka
sebagai landasan teori penyusunan dengan memperhatikaan
data obyektif dan subyektif yang ditemukan. Faktor
pendukungnya adalah klien memahami masalah yang
ditegakkan dan mau mengikuti perencanaan keperawatan
yang disusun. Klien menyatakan paham tentang
perencanaan yang disusun untuk mengatasi masalah
keperawatan yaang muncul, ditunjukkan dengan menyatakan
paham penjelasan yang diberikan.
Pada tahap implementasi keperawatan mampu
dilaksanakan sesuai perencanaan yamg sudah disusun,
pendidikan kesehatan dan mengajari dan memberi info lebih
dalam tentang diabetes mellitus, dan apa saja makanan yang
harus di hindari jika mengidap penyakit diabetes
mellitus.Kooperatif yang mana hal ini merupakan faktor
pendukung sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai
perencanaan yaitu 2 kali kunjungan.

Pada tahap evaluasi, didapatkan data bahwa masalah bisa


teratasi sebagian dan masih perlu tindakan keperawatan.
Klien kooperatif dengan menyatakan bahwa mau melakukan
apa yang sudah dianjurkan dan dilatihkan untuk menunjang
upaya penyembuhan, sehingga mampu menerapkan
pendidikan kesehatan yang diberikan.

Proses asuhan keperawatan mampu dilakukan tanpa


mengalami hambatan berat dengan adanya faktor pendukung
yaitu pihak klien kooperatif dan mampu bekerjasama mulai
dari saat pengkajian sampai evaluasi. Hambatan yang
ditemukan tidak sampai mengganggu jalanya asuhan
keperawatan.
B

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan Gerontik pada Ny.


J dengan Diabetes Mellitus di Jl. Langsat, Jadirejo, Sukajadi
Pekanbaru selama 2 x 60 menit didapatkan hasil :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik
diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan
membran mukosa kering. teratasi sebagian, ditunjukkan
dengan klien mengatakan bahwa ia mengerti apa yang
dianjurkan, dan terdapat perubahan pada turgor, dan ttv
2. Ketidakstabilan Kadar glukosa Darah bd gangguan
toleransi glukosa darah dd Kadar Glukosa dalam darah
tinggi, Lelah dan lesu dapat teratasi sebagian,
ditunjukkan dengan klien bersedia melaksanakan
anjuran-anjuran yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif bd kekurangan
intake cairan dd turgor kulit menurun dapat teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan sudah
mengerti dengan apa yang di jelaskan dan bersedia serta
mampu melaksanakan sesuai dengan yang dianjurkan

6.2 Saran

Bagi Penulis
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti selanjutnya dalam menerapkan asuhan keperawatan
gerontik khususnya pada pasien riwayat diabetes milletus,
serta sebagai perbandingan dalam mengembangkan kasus
asuhan keperawatan gerontik dengan masalah diabetes
mellitus
DAFT
AR
PUST
AKA

Brunner & Suddarth. (2002) . Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi
8 vol 3.
EGC,
Jakarta
.

Corwin, EJ. (2009). Buku Saku Patofisiologi, edisi revisi. EGC,

Jakarta. Kushariyadi. (2010) . Asuhan Keperawatan pada Klien

Lanjut Usia . Salemba


Medika, Jakarta.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.


Media Aesculapius, Jakarta.

Smeltzer; Suzanne C; dkk. (2002). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. EGC, Jakarta.
Lampiran 1

SATUAN ACARA

PENY

ULU

HAN (

SAP )

Pokok Pembahasan : Diabetes Mellitus Pada Lansia

Sub Pokok Pembahasan : Mengenal Diabetes

Milletus Pada Lansia Sasaran : Lansia

Hari / Tanggal : Sabtu, 17 Oktober 2020

Jam/Waktu : 09.00-09.30

Tempat : Jl.

Langsat,

Jadirejo ,

Kec.

Sukajadi,

Kota

Pekanbaru

Penyuluh : - Salsa Adelia

A. Analisa Situasi
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia.
Diantara individu yang berusia >65 tahun, 8,6 % menderita
DM tipe II. Angka ini mencakup 15
% populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik
dari International Diabetik Federation menyebutkan, bahwa
sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya.
Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan
mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari
angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan,
dan Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus
diderita usia 45- 64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes
Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420
DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung
Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat
11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI
(Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2
(Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah
diabetes tipe yang tidak tergantung insulin (NIDDM).
Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut usia.
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang
bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup
terutama di kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi
penyakit degeneratif.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan, lansia diharapkan mampu
memahami konsep teori Diabetes mellitus

2. Tujuan Instuksional Khusus (TUK)


Setelah mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
a) Menjelaskan pengertian Diabetes mellitus
b) Menjelaskan klasifikasi Diabetes mellitus
c) Menjelaskan penyebab Diabetes mellitus
d) Mengetahui dikatakan Diabetes mellitus apabila
e) Menyebutkan tanda dan gejala Diabetes mellitus
f) Menyebutkan pentalaksanaan Diabetes mellitus
g) Menyebutkan komplikasi Diabetes mellitus
h) Menyebutkan daftar hitam makanan bagi
Diabetes mellitus i)Menyebutkan suplementasi
tumbuhan untuk Diabetes mellitus
C. Isi Materi
 Pengertian Diabetes mellitus
 Klasifikasi Diabetes mellitus
 Penyebab Diabetes mellitus
 Dikatakan Diabetes mellitus apabila
 Tanda dan gejala Diabetes mellitus
 Pentalaksanaan Diabetes mellitus
 Komplikasi Diabetes mellitus
 Daftar hitam makanan bagi Diabetes mellitus
 Suplementasi tumbuhan untuk Diabetes mellitus

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

E. Media
1. Leaflet

F. Kegiatan Pembelajaran

Waktu Kegiatan Penyuluh Sasaran


Penyuluhan

3 Menit Kegiatan awal /  Memberi salam.  Menjawab


pembuka  Validasi (tanyakan salam.
kabar)  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dan
dan materi yang mendengarkan.
akan diberikan  Memperhatikan
 Pembagian leaflet &
mendengarkan
20 Menit Kegiatan inti  Menjelaskan  Memperhatikan
pengertian Diabetes &
mellitus mendengarkan.
 Menjelaskan
klasifikasi Diabetes
mellitus
 Menjelaskan
penyebab Diabetes
mellitus
 Mengetahui
dikatakan Diabetes
mellitus apabila
 Menyebutkan tanda
dan gejala Diabetes
mellitus
 Menyebutkan
pentalaksanaan
Diabetes mellitus
 Menyebutkan
komplikasi Diabetes
mellitus
 Menyebutkan daftar
hitam makanan bagi
Diabetes mellitus
 Menyebutkan
suplementasi
tumbuhan untuk
Diabetes mellitus

5 Menit Penutup  Memberikan  Aktif bersama


kesempatan untuk menyimpulkan
bertanya.  Membalas
 Menutup salam
penyuluhan dan
menympulkan
 Memberi salam
penutup

G. Evaluasi
1. Evaluasi Structural
- Lansia hadir tepat waktu
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Riau bekerja sama dengan penanggung jawab Puskesmas
Langsat

2. Evaluasi Proses
- Selama proses berlangsung diharapkan lansia dapat
mengikuti seluruh kegiatan
- Selama kegiatan berlangsung diharapkan lansia aktif
yang ditunjukkan dengan respon peserta yang antusias
- Lansia mengajukan pertanyaan dan dapat
menyimpulkan hasil penyuluhan bersama

3. Evaluasi Hasil
 Dapat menjelaskan pengertian Diabetes mellitus
 Dapat menjelaskan klasifikasi Diabetes mellitus
 Dapat menjelaskan penyebab Diabetes mellitus
 Dapat engetahui dikatakan Diabetes mellitus apabila
 Dapat menyebutkan tanda dan gejala Diabetes mellitus
 Dapat menyebutkan pentalaksanaan Diabetes mellitus
 Dapat menyebutkan komplikasi Diabetes mellitus
 Dapat menyebutkan daftar hitam makanan bagi Diabetes
mellitus
 Dapat menyebutkan suplementasi tumbuhan untuk Diabetes
mellitus
Lampiran 2

ACTIVITY

DAILY LIVING

KEPERAWATAN

GERONTIK

No Tanggal/ Waktu Kegiatan Komentar


Preceptor

1 Senin, 12 Melakukan pertemuan dengan CI,


Oktober 2020 dan mahasiswa mendapatkan data
masing-masing pasien, serta diberi
09.00 Wib
arahan sebelum kunjungan rumah
warga

2 Selasa, 13 Mendatangi ke rumah pasien untuk


Oktober 2020 kontrak waktu untuk pengkajian
pada tanggal 16 dan 17 Oktober
09.30 Wib
untuk implementasi

3 Rabu, 14 Oktober Membuat Laporan Pendahuluan


2020 mengenai Penyakit Diabetes
Mellitus

4 Kamis, 15 Membuat Laporan Pendahuluan


Oktober 2020 mengenai Penyakit Diabetes
Mellitus
5 Jumat, 16 Melakukan pengkajian dan
Oktober 2020 implementasi diagnose pertama
kerumah Ny. J dan melakukan
09.00-09.20
kontrak waktu untuk implementasi
pada tanggal 17 Oktober

6 Sabtu, 17 Melakukan Implentasi kerumah


Oktober 2020 Ny. J
09.00-09.30 wib

7 Minggu, 18 Menuliskan Evaluasi ke laporan


Oktober 2020 pendahuluan
L

r
a

i
L

Anda mungkin juga menyukai