DEPARTEMEN
OLEH :
202110461011083
2021
Page 1 of 30
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KELOMPOK 19
NIM : 202110461011120
Mahasiswa, Pembimbing
Page 2 of 30
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN 4
A. Definisi 4
B. Etiologi 4
C. Epidemologi 5
D. Tanda dan Gejala 5
E. Patofisologi dan Pathway 5
F. Pemeriksaan Penunjang 7
G. Penatalaksanaan 7
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS) 8
H. Diagnosa Keperawatan (SDKI) 9
I. Luaran Keperawatan (SLKI) 10
J. Intervensi Keperawatan (SIKI) 10
K. Daftar Pustaka (Sumber Reference) 10
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN 11
A. Pengkajian (Focus Assesement) 11
B. Analisa Data 2
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI) 3
D. Luaran Keperawatan (SLKI) 3
E. Intervensi Keperawatan (SIKI) 4
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING) 10
A. Masalah Keperawatan 10
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal) 10
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference) 10
Page 3 of 30
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang
mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia merupakan infeksi pada
paru yang bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, dan bisa juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya.
Pneumonia disebabkan oleh Bakeri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sednagkan
virus yang disebabkan pneumonia yaitu Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza virus, Respiratory
syncytial virus (RSV) dan para influenza (Athena & Uka 2014)
B. Etiologi
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri.
Penyebab paling umum pneumonia yaitu bakteri Streptococcus pneumonia, atau
Pneumococcus. Sedangkan pneumonia yang disebabkan karena virus umumnya adalah
Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS)(Nursalam, 2016).
C. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana
spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang menyerang
adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans
Page 4 of 30
D. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya
pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara dalam rumah
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur
bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut
organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi
dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selainitu, kualitas
udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti dalam hal penggunaan energy
tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relative murah seperti batu
bara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku
merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan
kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan yang dapat
bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).
C. Epidemologi
D. Tanda dan Gejala
Menurut Brunner ; Suddarth, 2011gambaran klinis pneumonia beragam, tergantung
pada organisme penyebab dan penyakit pasien. Berikut gambaran klinis pada pasien
pneumonia :
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5ºC - 40,5ºC)
2. Nyeri pada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 – 45 kali pernapasan/menit) dan
dyspnea, ortopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan
suhu tubuh.
5. Bradiakrdi relatif untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, injeksi mikroplasma,
atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saliran anapas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri pleuritik,
malgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, spuum mucoid atau mukopurulen
dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibir dan banalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, berwarna seperti katar, bercampur darah, kental atau hijau, bergantung
pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala penumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal,
yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi).
E. Patofisologi dan Pathway
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang
mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi
Page 5 of 30
normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013). Sebagian besar
pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di
udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru , partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun
sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah
melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu
mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi.
Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area
yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang
tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan
saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011)
Pathway
Page 6 of 30
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor, bronchial), dapat juga
meyatakan abses.
2. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan.
2. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
3. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
(Nurarif, 2015).
1. Pemeriksaan Radiologi.
Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan air
broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambar kaviti. Gambar adanya
infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis (IDAI, 2009).
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkanoleh Steptococcus pneumonia, pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrate bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan
klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih
dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis
etilogi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah positif
pada 20-25% penderita yang tidak diobati, analisis gas darah menunjukkan hipoksemia
dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
G. Penatalaksanaan
Keperawatan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan antibiotic per-oral, dan tetap
tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
Page 7 of 30
penyakit jantung atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik (NGT) dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak pada rontgen dada
mencakup area berbercak atau keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan
fisik, temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau bronchial, krekles,
peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada perkusi. Pengobatan pneumonia termasuk
pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain
itu untuk pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivat tetrasiklin, amantadine,
rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol, dapsone, pentamidin, ketokonazol (Brunner ;
Suddarth, 2011).
Page 9 of 30
I. Luaran Keperawatan (SLKI)
Li, J., Wang, M., Peng, L., Zhang, H., He, H., & Zhao, Y. (2021). Effect of care bundles in the nursing
of severe pneumonia. American Journal of Translational Research, 13(3), 1757.
/pmc/articles/PMC8014355/
Morita, A., Horiuchi, A., Horiuchi, I., & Takada, H. (2021). Effectiveness of Water Jelly Ingestion for
Both Rehabilitation and Prevention of Aspiration Pneumonia in Elderly Patients With
Moderate to Severe Dysphagia. Journal of Clinical Gastroenterology.
https://doi.org/10.1097/MCG.0000000000001493
Nurarif, A. H. & H. K. (2015). Aplikasi: Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA
& NIC-NOC Jilid 1. Media Action.
Page 10 of 30
Sartiwi, W., Nofia, V. R., & Sari, I. K. (2021). LATIHAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN PNEUMONIA
DI RSUD SAWAHLUNTO. Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), 152–156.
https://doi.org/10.30633/JAS.V3I1.1124
View of Posisi Semi Prone Dapat Memberikan Kenyamanan pada Anak dengan Pneumonia. (n.d.).
Retrieved November 12, 2021, from
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/2212/1486
Zhang, Y., Cao, C., Guo, X., & Shan, H. (n.d.). Efficacy of Zhifei Kangfu Decoction in the Treatment of
Infantile Pneumonia in the Recovery Period; Efficacy of Zhifei Kangfu Decoction in the
Treatment of Infantile Pneumonia in the Recovery Period.
https://doi.org/10.1051/e3sconf/202127103031
Page 11 of 30
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
KELUHAN UTAMA
Keluhan Utama Saat MRS
Badan terasa sakit semua ± 2 hari, kaki terasa kram. Pasien sesak (+)
DIAGNOSA MEDIS
Pneumonia
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 30/10/2021 jam 18.55 pasien dibawa ke IGD RS Wava Husada dengan keluhan
badan terasa lemas dan nyeri sendi, ± 2 hari mual tetapi tidak muntah. Ada batuk menahun,
pasien perokok aktif. Hasil pemeriksaan TD : 93/66, S: 36.0, N: 104x/mnt, SPO2: 87%, RR:
22x/mnt. Pada saat pengkajian tanggal 09/10/2021 jam 12.00 pasien mengeluh masih sesak
dan gatal-gatal di seluruh tubuh.
Page 12 of 30
II. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
C. Peran : pasien mengatakan bahwa dirinya seorang suami, ayah dan kakek di
keluarganya
E. Harga diri : pasien mengatakan ingin di obati dengan baik agar lekas sembuh
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata(+), Kelopak mata/palpebra oedem (-),
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka (-), peradangan (-), luka(-),
benjolan (-), Bulu mata rontok(-), Konjunctiva merah muda dan sclera putih
warna (ananemis), Warna iris (hitam), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil
(isokor), Warna Kornea hitam transparan
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi :bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada
pembengkokan). Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-),Pembengkakan (-),
pembesaran / polip ( -), menggunakan Oksigen ( -), bibir : Kelainan konginetal (-),
warna bibir merah muda, lesi ( -), Bibir pecah ( -), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (
-)Kotoran (-), Gigi palsu ( - ), Gingivitis ( - ), Warna lidah merah muda, Perdarahan
Page 14 of 30
( - ) abses ( - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( tidak )
c. Telinga
Telinga luar: Bentuk simetris, Ukuran normal,lesi ( - ), nyeri tekan ( - ), peradangan
( - ), penumpukan serumen (- ).
d. Keluhan lain
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis (- )
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas ( N = ICS II )
Batas bawah : ( N = ICS V)
Batas Kiri ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal )( keras ), ( reguler) BJ II terdengar
(tunggal ), (keras ), ( reguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm ( -), Murmur ( - )
Keluhan lain terkait dengan jantung : -
Page 15 of 30
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (datar), Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan ( + ), Bayangan pembuluh
darah vena (-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 10 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( - )
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan (lunak),
permukaan (halus), tepi hepar tidak teraba.
Palpasi Lien tidak teraba
Palpasi Appendik : nyeri tekan (-), nyeri lepas (- ), nyeri menjalar kontralateral ( - ).
Palpasi Ginjal : ginjal tidak teraba
Palpasi ulu hati : Nyeri tekan (-)
PERKUSI : tympani
Keluhan lain:-
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal a.
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), fraktur (- )
b. Palpasi - -
Oedem : Lakukan uji kekuatan otot : 5 5
- - 5 5
c.Keluhan lain:
Keluhan lain: -
11.Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
o Pemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : tidak dapat dilakukan
o Tanpa Snelen Cart :-
o Pemeriksaan lapang pandang : tidak dapat dilakukan
o Keluhan lain: pasien menggunakan kacamata ketika membaca tulisan kecil.
Page 16 of 30
Menilai respon membuka mata 4
Menilai respon Verbal 5
Menilai respon motorik 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos Mentis)
b.Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala ( -), kaku kuduk (-), mual –muntah (-)kejang
(-) penurunan tingkat kesadaran ( - )
c.Memeriksa nervus cranialis: tidak dikaji
d.Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris ), atropi ( -) gerakan-gerakan yang tidak disadari oleh klien
(-)
13.Pemeriksaan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah lesi ( -), Jaringan parut ( -), Warna Kulit : sawo matang , cyanotik (-)
Palpasi : Tekstur (halus), Turgor/Kelenturan(normal ), Struktur (tegang mengkilat),
Lemak subcutan (tebal ), nyeri tekan (- ).
b. Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata), Bau (-) rontok (-), warna hitam beruban
Alopesia ( -), Hirsutisme ( - )
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna merah muda, bentuk normal, dan kebersihan kuku baik, CRT
kembali dalam 2 detik
d. Keluhan lain: gatal-gatal kemerahan (+) di seluruh tubuh
Laboratorium Mikrobiologi
Mikrobiologi
Perwarnaan Gram :
- leukosit banyak
- epitel banyak
- batang gram negatif berdua-dua, ekstrasel sedikit
- coccus gram positif berdua-dua, bergerombol, menyebar. Ekstrasel sedikit
BTA 1 (sewaktu) : tidak ditemukan bak. Tahan asam
KDH : tidak diketemukan jamur
Molekuler
TCM : MTB Not Detected
Page 18 of 30
PEMERIKSAAN RADIOLOGI:
Foto Thorax AP
Cor : kuran, bentuk dan posisi kesan dalam batas normal. Kasifikasi aorta (-)
Pulmo : tampak infiltrat pada lapang paru kanan kiri. Hilus kanan kiri
normal.
Sinus phrenicocotalis kanan kiri tajam.midiaphragma kanan kiri normal
“dome shape”
Tulang dan soft tissue : tak tampak kelainan
Kesimpulan : Pneumonia bilateral
VII. TINDAKAN DAN TERAPI
Terapi :
IV Vascon 0,05 mcg 2,53 cc / jam
Moxifloxacin 1 x 400mg
SC Novorapid 3 x 6 IU
Levemir 1 x 12 IU (0-0-12)
PO Mecobalamin 2x1
NAC 3x10mg
Interhistin 2x1
Azitromicyn 1x500mg
Nebul Ventolin 3x1
Salep Kloderma (pagi dan sore)
TTD PERAWAT
DO:
- kulit pasien tampak
bentol-bentol
kemerahan di seluruh
tubuh
DS : Usia ≥ 65 tahun Risiko Jatuh Risiko Jatuh d.d Usia
- (D.0130) ≥ 65 tahun
DO :
- Ontario Fall Scale = 21
(skor tinggi)
- pasien terpasang
gelang kuning
Page 2 of 30
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Page 3 of 30
E. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Implementasi Tgl/Ja
No Diagnosa Kep Luaran Intervensi Tgl/Jam Evaluasi
Keperawatan m
1 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi 09/11/ Pemantauan 09/11/ S :
pertukaran gas b.d tindakan keperawatan (1.01014) 2021 Respirasi 2021 - Pasien mengatakan
Perubahan membran selama 1×24 jam, maka Observasi Observasi: masih sesak.
alveolus-kapiler d.d Pertukaran Gas - Monitor frekuensi, 12.00 1. Memonitor pola 15.00 O:
dispnea, PCO2 “meningkat” (L.01003) irama, kedalaman, napas. No Indikator
menurun , pH dengan kriteria hasil : dan upaya napas 2. Memonitor 1. Dispnea
menurun - Monitor pola napas saturasi oksigen. sedang
No Indikator - Auskultasi bunyi SpO2 : 97% 2. PCO2 sedang
1. Dispnea napas 3. Berkolaborasi 3. PO2 sedang
menurun - Monitor saturasi pemberian terapi 4. pH arteri
2. PCO2 oksigen oksigen, nasal sedang
membaik - Monitor AGD
kanul 4 lpm, terapi 5. Pola napas
3. PO2 membaik Terapeutik
nebul ventolin 3x1 cukup
4. pH arteri - Atur interval
membaik
membaik pemantauan respirasi
5. Pola napas sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan A: Masalah teratasi
membaik
hasil pemantauan sebagian
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan P: Lanjutkan Intervensi
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, bila
10/11/ 10/11/
Page 4 of 30
perlu 2021 2021 S:
Manajemen Asam-Basa 1. Memonitor pola - Pasien mengatakan
(1.09988) 12.00 napas 15.00 sesak sudah
Observasi 2. Memonitor saturasi berkurang.
- Identifikasi penyebab oksigen 98% O:
ketidakseimbangan 3. Berkolaborasi No Indikator
asam-basa pemberian terapi 1. Dispnea
- Monitor perubahan oksigen, nasal kanul cukup
pH, PaO2, dan HCO3
3 lpm, terapi nebul menurun
Terapeutik
ventolin 3x1 2. PCO2 sedang
- Ambil spesimen
3. PO2 sedang
darah arteri untuk
4. pH arteri
pemeriksaan AGD
sedang
- Berikan oksigen,
sesuai indikasi 5. Pola napas
Edukasi cukup
- Jelaskan penyebab membaik
dan mekanisme
terjadinya gangguan A: Masalah teratasi
asam-basa sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
11/11/ 11/11/
2021 2021
Page 5 of 30
S:
15.00 1. Memonitor pola 18.00 - Pasien mengatakan
napas sesak sudah
2. Memonitor saturasi berkurang.
oksigen O:
3. Berkolaborasi No Indikator
pemberian terapi 1. Dispnea
oksigen, nasal kanul cukup
3 lpm, terapi nebul menurun
ventolin 3x1 2. PCO2 cukup
membaik
3. PO2 cukup
membaik
4. pH arteri
cukup
membak
5. Pola napas
cukup
membaik
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Page 7 of 30
2. Ajarkan pasien dan 15.00 alergi, interaksi dan O:
keluarga tentang cara kontraindikasi obat 19.00
pemberian obat 2. Mengajarkan pasien No Indikator
secara mandiri. dan keluarga 2. Kemerahan
Kolaborasi: tentang cara sedang
1. Kolaborasi pemberian obat 3. Gatal cukup
pemberian obat secara mandiri membaik
topikal kloderma 3. Kolaborasi
(oles pagi dan sore) pemberian obat A: Masalah Teratasi
topikal kloderma Sebagian
(oles pagi dan sore)
4. Mengedukasi P: Lanjutkan Intervensi
pasien untuk
menjaga kebersihan
pada tubuhnya.
3 Risiko jatuh d.d usia Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh 09/10/2 Pencegahan Jatuh 09/10/ S : -
≥ 65 tahun (D.0143) tindakan keperawatan (1.14540) 021 (1.14540) 2021 O:
selama 1x24 jam, maka Observasi: 1. Menghitung risiko No Indikator
Page 8 of 30
Tingkat Jatuh - Hitung 09.00 jatuh dengan skala 14.00 1. Jatuh dari tempat
(menurun), L.14138 risiko jatuh dengan Ontario Fall Scale = tidur sedang
dengan kriteria hasil : skala Ontario 7 (skor rendah) 2. Jatuh saat tidur
- Identifikasi 2. Mengidentifikasi sedang
No Indikator risiko jatuh risiko jatuh 3. Jatuh saat
1. Jatuh dari setidaknya sekali setidaknya sekali dipindahkan
tempat tidur setiap shift atau setiap shift atau sedang
menurun sesuai dengan sesuai dengan
2. Jatuh saat kebijakan institusi. kebijakan institusi. A : masalah teratasi
tidur Terapeutik 3. Memastikan roda sebagian
menurun - Pastikan tempat tidur selalu P : lanjutkan intervensi
3. Jatuh saat roda tempat tidur dalam kondisi
dipindahkan selalu dalam kondisi terkunci
menurun terkunci 4. Memasang
- Pasang handrail tempat
handrail tempat tidur tidur
- Atur tempat 5. Memberikan
tidur mekanis pada gelang kuning
posisi terendah pada pasien resiko
- Tempatkan jatuh
pasien berisiko tinggi
jatuh dekat dengan
pantauan perawat
dari nurse station.
Page 9 of 30
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)
Page 11 of 30
Page 12 of 30