GAGAL NAFAS
Disusun Oleh ;
AKX18013
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi penyakit
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal, eliminasi karbon dioksida
dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan, 2007).
Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan
pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan
tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
Gagal napas juga dapat disebabkan oleh gangguan pada pusat
pernapasan di otak, atau pun kegagalan otot-otot pernapasan untuk
mengembangkan paru-paru.
B. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis dari gagal nafas sebagai berikut :
a. Gagal nafas total
a) Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan
b) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula
dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
c) Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan
ventilasi buatan
b. Gagal nafas parsial
a) Terdenganr suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan
wheezing
b) Ada retraksi dada
Gejala :
Hiperkapnia, yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun).
C. Etiologi
a. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah
batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan
dangkal.
b. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul
dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang
dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis,
otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi
pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan
penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan
cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab
gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan.
Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi
dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi
dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar.
e. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi
dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang
menyababkan gagal nafas.
Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :
a) Penyebab sentral
1) trauma kepala : contusio cerebri
2) radang otak : encephaliti
3) gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
4) Obat-obatan : narkotika, anestesi
b) Penyebab perifer
1) Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical,
muscle relaxans
2) Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
3) Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
4) Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
5) Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri.
(harsono, 1996)
D. Patofisiologi
Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Penyebab terpenting dari gagal nafas adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif
dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat
agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan
penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
E. Klasifikasi
a. Gagal nafas akut
Gagal nafas yang timbul pada pasien yang paru-parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul.
b. Gagal nafas kronis
Terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik, emfisema dan penyakit paru hitam.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2
meningkat, PaO2 menurun) dan kadar elektrolit (kalium).
2) Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan
hipoksia jaringan, polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak
diobati dengan cepat.
3) Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi
komplikasi yang berhubungan dengan gagal napas.
4) Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan
infark miokard akut.
b. Radiologi:
1) Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab gagal nafas seperti atelektasis dan pneumoni.
2) EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan
olehcardiac.
3) Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik
(volume tidal < 500ml, FVC (kapasitas vital paksa)
menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun (Lewis, 2011).
G. Penatalaksanaan medik
a. Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal
prong
b. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu
(CPAP) atau PEEP
c. Inhalasi nebuliser
d. Fisioterapi dada
e. Pemantauan hemodinamik/jantung
f. Pengobatan
a) Brokodilator
b) Steroid
g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
c. Pemeriksaan Fisik
a) System pernafasaan
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernafasaan tertinggal
Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
b) System Kardiovaskuler
Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar
dari daerah trauma
Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Auskultasi : suara detak jantung menjauh atau menurun dan
adakah denyut jantung paradok
c) System neurologis
Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak.
d) Sistem integumen
cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah,
bingung, stupor
e) Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2-
4.
f) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
g) Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
h) Sistem indera
- Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau
tanpa kebutaan tiba-tiba.
- Pendengaran : telinga berdengung
- Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
- Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
- Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap
panas/dingin tajam/tumpul baik.
i) Pemeriksaan sekunder
1) Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola
hidup menetap.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau
aktifitas
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri
koroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus, gagal nafas.
Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun,
perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk atau berdiri, nadi dapat normal ,
penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratus (disritmia), bunyi
jantung ekstra S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel, bila
ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung, irama jantung dapat
teratur atau tidak teratur, edema, pucat atau
sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir.
3) Eliminasi
Tanda : bunyi usus menurun.
4) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya
kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat,
marah pada penyakit atau perawatan, khawatir
tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,
focus pada diri sendiri, koma nyeri.
5) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati
atau terbakar.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering,
berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
6) Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas
perawatan
7) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat
bangun (duduk atau istrahat).
Tanda : perubahan mental, kelemahan.
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat
atau tidak berhubungan dengan aktifitas ),
tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral)
9) Pernafasan:
Gejala :dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea
nocturnal, batuk dengan atau tanpa produksi
sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas
sesak / kuat, pucat, sianosis, bunyi nafas
( bersih, krekles, mengi ), sputum.
10) Interkasi sosial
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang
ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon
terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut ),
menarik diri. (Doengoes, E. Marylinn. 2000).
B. Diagnosa keperawatan
a. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi
jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi
jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
d. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Sumber : (doengoes, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa
Indonesia, EGC, Jakarta
Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat PSIK Angkatan I, Universitas Airlangga, Surabaya
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
8, EGC, Jakarta
Susan, 2007.
Doengoes, 2002
https://www.academia.edu/36586132/LAPORAN_PENDAHULUAN_RE
SPIRATORY_FAILURE