Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAFAS

Diajukan untukmemenuhi salah satu tugas PKK Gawat Darurat 2020


Dosen Pembimbing :
Ibu Siti Jundiah, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh ;

KARINA PUTRI JUANINGSIH

AKX18013

PRODI DIII KEPERAWATAN UMUM

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020
I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi penyakit
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal, eliminasi karbon dioksida
dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan, 2007). 
Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan
pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan
tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
Gagal napas juga dapat disebabkan oleh gangguan pada pusat
pernapasan di otak, atau pun kegagalan otot-otot pernapasan untuk
mengembangkan paru-paru.

B. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis dari gagal nafas sebagai berikut :
a. Gagal nafas total
a) Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan
b) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula
dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
c) Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan
ventilasi buatan
b. Gagal nafas parsial
a) Terdenganr suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan
wheezing
b) Ada retraksi dada
Gejala :
 Hiperkapnia, yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
 Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun).
C. Etiologi
a. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah
batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan
dangkal.
b. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul
dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang
dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis,
otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi
pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan
penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan
cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab
gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan.
Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi
dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi
dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar.
e. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi
dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang
menyababkan gagal nafas.
Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :
a) Penyebab sentral
1) trauma kepala : contusio cerebri
2) radang otak : encephaliti
3) gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
4) Obat-obatan : narkotika, anestesi
b) Penyebab perifer
1) Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical,
muscle relaxans
2) Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
3) Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
4) Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
5) Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri.
(harsono, 1996)
D. Patofisiologi
Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Penyebab terpenting dari gagal nafas adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif
dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat
agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan
penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

E. Klasifikasi
a. Gagal nafas akut
Gagal nafas yang timbul pada pasien yang paru-parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul.
b. Gagal nafas kronis
Terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik, emfisema dan penyakit paru hitam.

F. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2
meningkat, PaO2 menurun) dan kadar elektrolit (kalium).
2) Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan
hipoksia jaringan, polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak
diobati dengan cepat.
3) Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi
komplikasi yang berhubungan dengan gagal napas.
4) Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan
infark miokard akut.
b. Radiologi:
1) Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab gagal nafas seperti atelektasis dan pneumoni.
2) EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan
olehcardiac.
3) Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik
(volume tidal < 500ml, FVC (kapasitas vital paksa)
menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun (Lewis, 2011).

G. Penatalaksanaan medik
a. Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal
prong
b. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu
(CPAP) atau PEEP
c. Inhalasi nebuliser
d. Fisioterapi dada
e. Pemantauan hemodinamik/jantung
f. Pengobatan
a) Brokodilator
b) Steroid
g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi : Nama klien, umur ,Ttl ,alamat, diagnosa
medis dsb.
b. Pengkajian primer
a) Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b) Breathing
1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c) Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau
mental, mengantuk
4) Papiledema
5) Penurunan haluaran urine.
d) Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain
GCS, dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
e) Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem,
pucat, tampak lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan
yang didapat secara objektif.

c. Pemeriksaan Fisik
a) System pernafasaan
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernafasaan tertinggal
Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
b) System Kardiovaskuler
Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar
dari daerah trauma
Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Auskultasi : suara detak jantung menjauh atau menurun dan
adakah denyut jantung paradok
c) System neurologis
Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak.
d) Sistem integumen
cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah,
bingung, stupor
e) Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2-
4.
f) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
g) Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
h) Sistem indera
- Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau
tanpa kebutaan tiba-tiba.
- Pendengaran : telinga berdengung
- Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
- Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
- Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap
panas/dingin tajam/tumpul baik.

i) Pemeriksaan sekunder
1) Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola
hidup menetap.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau
aktifitas
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri
koroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus, gagal nafas.
Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun,
perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk atau berdiri, nadi dapat normal ,
penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratus (disritmia), bunyi
jantung ekstra S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel, bila
ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung, irama jantung dapat
teratur atau tidak teratur, edema, pucat atau
sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir.
3) Eliminasi
Tanda : bunyi usus menurun.
4) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya
kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat,
marah pada penyakit atau perawatan, khawatir
tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,
focus pada diri sendiri, koma nyeri.
5) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati
atau terbakar.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering,
berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
6) Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas
perawatan
7) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat
bangun (duduk atau istrahat).
Tanda : perubahan mental, kelemahan.
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat
atau tidak berhubungan dengan aktifitas ),
tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral)
9) Pernafasan:
Gejala :dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea
nocturnal, batuk dengan atau tanpa produksi
sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas
sesak / kuat, pucat, sianosis, bunyi nafas
( bersih, krekles, mengi ), sputum.
10) Interkasi sosial
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang
ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon
terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut ),
menarik diri. (Doengoes, E. Marylinn. 2000).

B. Diagnosa keperawatan
a. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi
jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi
jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
d. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Sumber : (doengoes, 2002)

C. Intervensi dan Rasional

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Tidak efektifnya Setelah dilakukan 1. Catat perubahan 1. otot-otot
jalan nafas b.d tindakan dalam bernafas dan interkostal/abdo
hilangnya fungsi keperawatan jalan pola nafasnya minal/leher dapat
jalan nafas, nafas efektif 2. Observasi dari meningkatkan
peningkatan Kriteria Hasil : penurunan usaha dalam
sekret pulmonal, - Pasien dapat pengembangan dada bernafas
peningkatan mempertahankan dan peningkatan 2. Pengembangan
resistensi jalan jalan nafas fremitus – dada dapat
nafas dengan bunyi 3. Catat karakteristik menjadi batas
nafas yang jernih dari suara nafas dari akumulasi
dan ronchi (-) 4. Catat karakteristik cairan dan
- Pasien bebas dari batuk adanya cairan
dari dispneu - 5. Pertahankan posisi dapat
Mengeluarkan tubuh/posisi kepala meningkatkan
sekret tanpa dan gunakan jalan fremitus
kesulitan nafas tambahan bila 3. Suara nafas
perlu terjadi karena
6. Kaji kemampuan adanya aliran
batuk, latihan nafas udara melewati
dalam, perubahan batang tracheo
posisi dan lakukan branchial dan
suction bila ada juga karena
indikasi adanya cairan,
7. Kolaborasi untuk mukus atau
pemberian sumbatan lain
pengobatan/terapi. dari saluran
nafas
4. Karakteristi
k batuk dapat
merubah
ketergantungan
pada penyebab
dan etiologi dari
jalan nafas.
Adanya sputum
dapat dalam
jumlah yang
banyak, tebal dan
purulent
5. Pemeliharaa
n jalan nafas
bagian nafas
dengan paten
6. Penimbuna
n sekret
mengganggu
ventilasi dan
predisposisi
perkembangan
atelektasis dan
infeksi paru.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,
efektif b.d tindakan kedalaman dan
penurunan keperawatan kualitas pernapasan
ekspansi paru pasien dapat serta pola pernapasan.
mempertahankan 2. Kaji tanda vital dan
pola tingkat kesasdaran
pernapasan yang setaiap jam dan prn
efektif 3. Monitor pemberian
Kriteria Hasil : trakeostomi bila
Pasien PaCo2 50 mmHg atau
menunjukkan PaO2< 60 mmHg
•Frekuensi, irama 4. Berikan oksigen
dan dalam bantuan
kedalaman ventilasi dan
pernapasan humidifier sesuai
normal dengan dosis.
•Adanya 5. Pantau dan catat gas-
penurunan gas darah sesuai
dispneu indikasi : kaji
•Gas-gas darah kecenderungan
dalam batas kenaikan PaCO2 atau
normal kecendurungan
penurunan PaO2
6. Pertahankan tirah
baring dengan kepala
tempat tidur
ditinggikan 30 sampai
45 derajat untuk
mengoptimalkan
pernapasan.
7. Berikan dorongan
untuk batuk dan
napas dalam, bantu
pasien untuk mebebat
dada selama batuk.
3. Gangguan Setelah diberikan 1. Kaji terhadap tanda 1. Takipneu adalah
pertukaran gas tindakan dan gejala hipoksia mekanisme
b.d abnormalitas keperawatan dan hiperkapnia kompensasi
ventilasi-perfusi pasien dapat 2. Kaji TD, nadi apikal untuk
sekunder mempertahankan dan tingkat kesadaran hipoksemia dan
terhadap pertukaran gas setiap jam, laporkan peningkatan
hipoventilasi yang perubahan tingkat usaha nafas
adekuat kesadaran pada 2. Suara nafas
Kriteria Hasil : dokter. mungkin tidak
Pasien mampu 3. Auskultasi dada sama atau tidak
menunjukkan : untuk mendengarkan ada ditemukan.
•Bunyi paru bunyi nafas setiap Crakles terjadi
bersih jam karena
•Warna kulit 4. Pantau irama jantung peningkatan
normal 5. Berikan cairan cairan di
•Gas-gas darah parenteral sesuai permukaan
dalam batas dosis. jaringan yang
normal untuk 6. Berikan obat-obatan disebabkan oleh
usia yang sesuai dosis : peningkatan
diperkirakan bronkodilator, permeabilitas
antibiotik, steroid. membran
alveoli, kapiler.
3. Hipoksemia
dapat
menyebabkan
iritabilitas dari
miokardium
4. Memaksimalkan
pertukaran
oksigen secara
terus menerus
dengan tekanan
yang sesuai
5. Peningkatan
ekspansi paru
meningkatkan
oksigenasi
6. Memperlihatkan
kongesti paru
yang progresif.
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
perfusi jaringan tindakan kesadaran mengetahui
b.d keperawatan 2. Kaji penurunan tingkat
penurunan curah pasien mampu perfusi jaringan kesadaran klien
jantung mempertahankan 3. Kaji status 2. Mengetahui
perfusi hemodinamik keadaan
jaringan. 4. Kaji irama EKG perfusi
Kriteria Hasil : 5. Kaji system jaringan
Pasien mampu Gastrointestinal tercukupi apa
menunjukkan tidaknya
•Status 3. Untuk
hemodinamik memantau
dalam bata cairan dalam
normal tubuh
• TTV normal 4. Untuk
mengetahui
kelainan di
jantung
5. Untuk
mengetahui
adanya
kelainan di
gastrointestinal

DAFTAR PUSTAKA
 Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa
Indonesia, EGC, Jakarta
 Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat PSIK Angkatan I, Universitas Airlangga, Surabaya
 Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
8, EGC, Jakarta
 Susan, 2007.
 Doengoes, 2002
 https://www.academia.edu/36586132/LAPORAN_PENDAHULUAN_RE
SPIRATORY_FAILURE

Anda mungkin juga menyukai