Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini saya tujukan khususnya untuk masyarakat umum, masyarakat
umum khususnya balita yang tidak lain sebagai generasi penurus bangsa agar kita
semua mengetahui penyakit Inpeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) memiliki
bahaya yang sangat besar hingga dapat mengakibatkan kematian. Beberapa faktor
risiko terjadinya ISPA adalah faktor lingkungan, ventilasi, kepadatan rumah, umur,
berat badan lahir, imunisasi, dan faktor perilaku.
Penyakit ISPA dapat terjadi di berbagai tempat di saluran pernafasan mulai
dari hidung sampai ke telinga tengah dan yang berat sampai keparu. Kebanyakan
ISPA muncul dari gejala yang ringan seperti pilek dan batuk ringan tetapi jika
imunitas anak rendah gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat. Anak yang
terkena infeksi saluran pernapasan bawah akan berisiko tinggi kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyakit ISPA bisa terjangkit pada Balita?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Sebagai media sosialisasi dan informasi tentang peyakit ISPA
2. Agar masyarakat mengetahui karakter penyakit ISPA pada balita

1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah pengetahuan, wawasan, keterampilan, yang berkaitan dengan faktor-
faktor yang berisiko ISPA pada balita
2. Sebagai wujud aplikasi, penerapan ilmu yang di dapatkan di perkuliahan secara
nyata
3. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan di
Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit ISPA pada balita

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan
penyakit akut dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai negara
berkembang termasuk negara Indonesia. Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan
oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Program
pemberantasan penyakit ISPA oleh pemerintah dimaksudkan adalah untuk upaya-upaya
penanggulangan pneumonia pada balita.

Secara umum ada 3 (tiga) faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi pencemaran
udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan kepadatan hunian rumah. Faktor individu
anak meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, dan status imunisasi.
Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di
keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Faktor
lingkungan juga dapat disebabkan dari pencemaran udara dalam rumah seperti asap
rokok, asap dari dapur karena memasak dengan kayu bakar serta kebiasaan
menggunakan obat nyamuk bakar didalam rumah.

2.2 Gejala Yang Muncul Akibat ISPA

ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung dan paru-
paru. Umunya, gejala ini muncul sebagai respons terhadap racun yang dikeluarkan oleh
virus atau bakteri yang menempel di saluran pernapasan. Contoh-contoh gejala ISPA
antara lain:

2
1. Hidung tersumbat
2. Tubuh terasa sakit
3. Paru-paru terasa terhambat
4. Sering merasa kelelahan
5. Kesulitan bernafas
Apabila ISPA bertampah parah adapun gejalanya :
1. Pusing
2. Demam tinggi dan menggigil
3. Pingsan
4. Kesulitan bernafas

Gejala ISPA biasanya berlangsung antara satu hingga dua minggu, di mana hampir
sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama. Untuk
kasus sinusitis akut, gejala biasanya akan berlangsung kurang dari satu bulan, sedangkan
untuk infeksi akut di paru-paru seperti bronkitis, gejalanya berlangsung kurang dari tiga
minggu.

2.3 Penyebab ISPA

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ISPA ditularkan oleh virus dan bakteri. Berikut
ini adalah beberapa mikroorganisme yang menjadi penyebab munculnya ISPA:

1. Adenovirus adalah Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan pneumonia bisa
disebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis ini.
2. Rhinovirus adalah Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan orang
dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah menjadi ISPA pada
tahap yang serius.
3. Pneumokokus adalah penyakit meningitis disebabkan oleh virus jenis ini. Bakteri ini
juga bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya pneumonia.

Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus
maupun bakteri terhadap tubuh manusia. Risiko seseorang mengalami infeksi akan
meningkat ketika kekebalan tubuh lemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak dan
orang yang lebih tua, serta siapa pun yang memiliki penyakit atau kelainan dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.

3
2.4 Faktor-Faktor ISPA Pada Balita

Ada beberapa Factor-faktor ISPA yang dapat menyebabkan balita terjangkit penyakit ISPA
ini, diantaranya:

1. Kepadatan hunian rumah

Jumlah orang yang tinggal dalan satu rumah dapat mempengaruhi penyebaran penyakit
menular dalam kecepatan transmisi mikroorganisme. Balita yang tinggal di hunian rumah
yang padat dapat dengan mudah terjangkit penyakit ISPA. Hal ini dapat disebabkan oleh
pengaruh kondisi kesehatan penghuni rumah yang lain yang dapat menyebabkan balita
mudah tertular penyakit ISPA.

Kepadatan hunian dapat meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan
diikuti peningkatan Karbon Dioksida (CO2) ruangan, kadar oksigen menurun yang
berdampak pada penurunan kualitas udara dalam rumah sehingga daya tahan tubuh
penghuninya menurun dan memudahkan terjadinya pencemaran gas atau bakteri kemudian
cepat menimbulkan penyakit saluran pernapasan seperti ISPA.

2. Kebiasaan merokok anggota keluarga

Asap rokok tersebut akan meningkatkan risiko pada balita untuk mendapat serangan
ISPA. Asap rokok Faktor Risiko Lingkungan dengan Kejadian bukan hanya menjadi
penyebab langsung kejadian ISPA pada balita, tetapi menjadi faktor tidak langsung yang
diantaranya dapat melemahkan daya tahan tubuh balita. Asap rokok dapat menurunkan
kemampuan makrofag membunuh bakteri. Asap rokok juga diketahui dapat merusak
ketahanan lokal paru, seperti kemampuan pembersihan mukosiliaris. Maka adanya anggota
keluarga yang merokok terbukti merupakan faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan
pernapasan pada anak balita.

3. Kebiasaan menggunakan kayu bakar untuk memasak

Asap pembakaran kayu mempunyai efek yang merugikan bagi kesehatan seperti kanker
paru-paru, asma, tuberkulosis, katarak, jantung, bayi lahir dengan berat badan rendah,
kebutaan, bahkan berpengaruh terhadap kemampuan otak anak. Menurut Smith , bahwa
bukan kayu sebagai penyebab utama masalah kesehatan, melainkan pembakarannya yang
tidak sempurna. Biasanya ibu juga mengajak anaknya kedapur, asap pembakaran tidak
sempurna ini mempunyai dampak yang sama seperti rokok bahkan lebih berbahaya lagi

4
karena asap ini jumlahnya sangat banyak. Senyawa yang dihasilkan dari kayu bakar ini sama
seperti membakar seribu rokok setiap jamnya.

4. Kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar dalam rumah

Asap obat nyamuk bakar berbahaya bagi kesehatan, penelitian menemukan kerusakan
paru-paru yang diakibatkan dari satu obat nyamuk sama dengan kerusakan yang diakibatkan
dari 100 batang rokok. Adanya kandungan DDVP (dichlorovynil dimetyl phosfat), zat yang
berbahaya jika terus-terusan terpapar dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan
kerusakan syaraf, gangguan pernapasan dan memicu kanker. Selain itu kandungan zat kimia
yang terdapat di dalam obat nyamuk mampu membuat aktivitas enzim turun sehingga adanya
pengaruh yang buruk terhadap hati dan reproduksi.

Pemakaian obat nyamuk yang tidak benar, dapat membahayakan kesehatan. Seberapa
jauh dampaknya tergantung pada jenis, jumlah, usia dan bahan campurannya. Bayi dan balita
bisa dikatakan rentan terhadap obat nyamuk. Hal ini bisa terjadi karena organorgan tubuhnya
belum sempurna, daya tahan tubuhnya belum baik serta refleks batuknya pun belum baik.
Efek yang lebih berbahaya juga akan timbul pada anak yang alergi dan mempunyai bakat
asma.

2.5 Pengobatan ISPA

Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang menyerang manusia.
Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya hanya untuk meredakan gejala yang muncul
akibat infeksi virus.Istirahat yang cukup dan mengonsumsi banyak air mineral bisa
membantu meredakan gejala itu.

Beberapa jenis obat yang sering diberikan dokter untuk meredakan gejala-gejala ISPA
diantaranya:

1. Obat anti inflmasi non-steroid (OAINS) untuk mengurani demam dan nyeri di tubuh
2. Obat antihistamin, dekongestan, ipratropium untuk mengatasi hidung yang berair dan
tersumbat
3. Obat batuk antitusif untuk mengurangi batuk-batuk

5
4. Obat steroid seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan pada kondisi
tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan yang terjadi di saluran
pernapasan bagian atas.

2.6 Pencegahan ISPA

Pencegahan adalah cara terbaik dalam menangani ISPA. Berikut ini adalah beberapa
pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap ISPA
diantaranya :

1. Mencuci tangan setelah beraktivitas


2. Mengontrol kelembapan udara
3. Sebaiknya jangan memakai obat nyamuk bakar
4. Hindarkan balita dari para perokok
5. Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh

BAB III
6
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tingkat kelembaban udara dalam rumah, kebiasaan merokok anggota keluarga dalam rumah,
dan kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar di dalam rumah menjadi faktor risiko
kejadian ISPA pada Balita.

3.2 Saran

Saran, bagi masyarakat agar dapat menjaga kualitas udara dilingkungan rumah seperti tidak
merokok di dalam rumah, menghindari penggunaan obat nyamuk bakar di dalam rumah, agar
terhindar dari berbagai penularan penyakit infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

7
Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, Mei 2017; 2(1): 43-50

Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia

https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/09/19/makalah-ispa/

http://www.alodokter.com/ispa

http://www.kumpulanpenyakit.com/penyakit-ispa/

Anda mungkin juga menyukai